Anda di halaman 1dari 28

PRINSIP DASAR DAN PRINSIP

HUKUM KONTRAK
INTERNASIONAL

Prinsip Pengaturan HK Kontrak


(BISNIS) Internasional
1.

Prinsip fundamental Hukum Kontrak


Internasional
a. Prinsip
Dasar
Supremasi/Kedaulatan
Hukum Nasional
b. Prinsip Dasar Kebebasan Berkontrak
c. Prinsip Dassar Otonomi Para Pihak

2.

Prinsip-prinsip
Internasional

Hukum

Kontrak

a. Prinsip Pacta Sunt Servanda


b. Prinsip Itikad Baik (Good Faith)
c. Prinsip Timbal balik (Resiprositas)

1. Prinsip Fundamental Supremasi Hukum


Nasional
1.

2.

Hukum Nasional tidak dapat diganggu


gugat
keberadaannya
(kekuatan
mengikatnya bersifat mutlak )
Semua yg terjadi di dalam wilayah suatu
negara tunduk secara mutlak kepada
hukum nasional tsb

2. Prinsip Fundamental Kebebasan


Berkontrak
Is one of the most fundamental features of
the law of contract
Diciptakan oleh para pengusaha, tumbuh
dan berkembang bersamaan dengan
praktik para pedagang (lex mercatoria)
1. Para pihak bebas untuk membuat kontrak
(dimanapun dan di bawah sistem hukum
apapun)
2. Prinsip kebebasan berkontrak tidak dapat
menyimpangi prinsip fundamentas pertama
(supremasi Hukum Nasional)

Pengakuan Terhadap prinsip


kebebasan Berkontrak (1)
Pasal 1 ayat (1) The UNIDROIT
Principles of International Contracts
1994) : The parties are free to enter
into a contract and to determine its
content
Penjelasan : setiap pengusaha memiliki
hak untuk memutuskan secara bebas
dengan siapa mereka akan menawarkan
produk barang atau jasanya dan dengan
pihak siapa mereka akan mendapatkan
produk yg dibutuhkannya.
1.

Pengakuan Terhadap prinsip


kebebasan Berkontrak (2)
2. Pasal 27 Convention for the Unification of
certain Rules relating ti International
carriage by Air , Montreal 1999) yg
mengatur ttg Pengangkutan penumpang,
barang atau kargo internasional yg
dilakukan oleh pesawat udara
Nothing contained in this Convention shall
prevent the carrier from refusing to enter
into any contracts of carriage, from
waiving any defences available under this
Convention,
or
from
laying
down
conditions which do not conflict with the
provisions of this Convention.

Pengakuan Terhadap prinsip


kebebasan Berkontrak (3)
3. Asosiasi dagang ICC :
a primary goal of commercial law is to
develop legal certainty for transacting
parties, ICC supports freedom of contract
as a general principle that should drive
decisions regarding choice of law and
forum. As the basis for all commercial
law,
contracts
embody
private
agreements between parties, formalizing
their intent to be bound by terms of the
contract as if these were the law between
them

Pembatasan Prinsip Freedom of Contract


Prinsip kebebsan Berkontrak sifatnya
tidak mutlak tidak boleh menyimpang
dari aturan-aturan hukum nasional yg
sifatnya publik
(pacta privata juri publico derogate non
possunt)

3. Prinsip Fundamental Otonomi


Para Pihak
Merupakan bagian atau kesatuan dari
prinsip fundamental kedua (kebebasan
berkontrak)
Disebut dengan party autonomy

Pengakuan terhadap prinsip


Otonomi Para Pihak (1)

Sistem Hukum Dunia ( Redfern dan Hunter)


:
It is generally recognised that the parties
to an international commercial agreement
are free to choose for themselves the law
(or the legal rules) applicable to that
agreement. The doctrine of party autonomy
which was first developed by academic
writers and then adopted by national
courts, has gained extensive acceptance in
national system of law

Pengakuan terhadap prinsip


Otonomi Para Pihak (2)
2.

Resolusi Sidang tahunan Institut Hukum


Internasional ( the Institute of International Law),
Basel 1991 : Otonomi para pihak merupakan
prinsip fundamental dalam HPI
3. Schmitthoff : otonomi para pihak adalah dasar
bagi hukum perdagangan internasional
4. Pasal 1(1) UNIDROIT : The Parties are free to
enter into a contract and to determine its
content
(termasuk
kewenangan
para
pihak
untuk
menentukan syarat2 yg berlaku untuk transaksi
yg dibuat yg dituangkan di dalam kontrak dan
untuk menentukan pilihan hukum dan forum)

Signifikansi prinsip Otonomi Para


Pihak
Aturan in merupakan dasar bagi para
pihak
untuk
membuat
dan
menandatangani suatu kontrak
2. Penting
untuk
menciptakan
suatu
kebutuhan akan kepastian di dalam
hubungan2 dagang
3. Dibutuhkan untuk melindungi keinginan
atau harapan2 para pihak di dalam
melangsungkan usaha dagangnya
4. Para
pihak
dapat
mengembangkan
menginovasi dan menciptakan bentuk2
kontrak baru
1.

Pembatasan terhadap prinsip


Otonomi para Pihak

Hugo Grotius : teori kekuatan moral dari


suatu janji (the theory of inherent moral
force of a promise) : suatu janji secara
moral mengikat
Yentema : the principle of party
autonomy in the law of contract is subject
to various restrictions in the different
municipal laws and is not interpreted
elsewhere in the same manner; these
restrictions are mainly impose for reasons
of public policy or in the public interest

Prinsip-prinsip Hukum
Kontrak (Bisnis) Internasional

1. Prinsip Pacta Sunt Servanda


Para
pelaku
harus
melaksanakan
kesepakatan2 yg telah disepakatinya dan
dituangkan di dalam kontrak
Article 1.3. UNIDROIT Principles of
International Contracts : a contract
validity entered into is binding upon the
parties. It can only be modified or
terminated in Accordance with its terms
or by agreement as otherwise provided in
these prinsiples
Indonesia : Pasal 1338 KUH Perdata

2. Prinsip Itikad Baik (Good faith)


Harus dianggap ada pada waktu tahap
negosiasi, pelaksanaan kontrak maupun
dalam penyelesaian sengketa.
Sering dinyatakan secara tegas dalam
kontrak.
Terdapat
pemahaman
yg
berbeda
mengenai prinsip itikad baik dalam
sistem hukum Eropa Kontinental dan
Anglo-Saxon

Prinsip Itikad Baik dalam Sistem


Hukum Eropa Kontinental
Didasarkan pada filosofi kontrak yg
menitikberatkan atau memusatkan pada
hubungan para pihak.
Hubungan ini mensyaratakan kewajiban
itikad baik bukan saja ketika kontrak
ditandatangani, akan tetapi juga sebelum
kontrak ditutup
Mis :
a. KUH Perdata Belgia :semua kontrak
dilaksanakan dengan itikad baik dan
penafsirannyapun hrs disertai kebiasaan

b. Jerman : para pihak diharapkan untuk


menghormati ptinsip itikad baik tidak
hanya dalam negosiasi kontrak, akan
tetapi juga dalam pelaksanaan kontrak
Mensyaratkan adanya mutual trust (
kepercayaan timbal balik) dan cooperation (kerjasama) dari kedua belah
pihak dalam kontrak, suatu hubungan
kepercayaan yg didasarkan kepada
hubungan2 dagang dr para pihak
c. Italia : adanya kewajiban itikad baik oleh
para pihak sebelum dan setelah kontrak
ditandatangani

Prinsip Itikad baik dalam Sistem Hukum


Anglo-Saxon

Inggris : tdk mengenal bahwa dalam proses


negosiasi para pihak terikat oleh prinsip itikad
baik (masuknya para pihak ke dalam negosiasi
tidak dengan serta merta melahirkan kewajiban
itikad
baik.
Selama
kontrak
blm
ditandatangani, para pihak tdk terikat satu
sama lain dan tdk memiliki kewajiban apapun
thd pihak lainnya hingga kontrak tsb akhirnya
ditandatngani)

AS : Arti itikad baik adalah kejujuran dalam


perilaku atau kejujuran dalam bertransaksi
dagang, termasuk di dalamnya adalah
kejujuran dalam fakta dan penghormatan thd
standar2 dagang yg wajar dan transaksi
dagang yg jujur

Prinsip Itikad Baik dalam PI


1.UNIDROIT : Pasal 1.7
(1) Each party must act in accordance with
good faith and fair dealing in international
trade
(2) The parties may not exclude or limit this
duty
2. CISG : for the interpretation of this
convention, regard is to be had to its
international character and the need to
promote uniformity in its application and
the observance of good faith in

3. Prinsip Resiprositas
Para
pihak
dalam
kontrak
harus
melaksanakan hak dan kewajibannya
masing2 secara timbal balik
Pelaksanaan kontrak harus memberikan
keuntungan timbal balik
Salah satu pihak tidak boleh semata2
melaksanakan prestasi yg tidak seimbang
Di mana ada hak suatu pihak di situ ada
kewajiban pihak tsb. Demikian pula
sebaliknya.

Nomenklatur Kontrak dalam


Praktik di Indonesia
1.
2.
3.

Letter of Intent (LoI)


Memorandum of Understanding (MoU)
Memorandum of Agreement (MoA)

Letter of Intent
LoI
:
Kesepakatan yang tidak mengikat yang
menyatakan niat (intention) dari suatu
pihak untuk memenuhi ketentuan atau hara
pan dari pihak lain.
Letter
of Intent (LoI) secara teori
dimaksudkan sebagai kesepakatan yang
tidak mempunyai konsekwensi hukum yang
mengikat. Dengan kalimat lain LoI ini sering
digunakan sebagai langkah awal untuk
memulai negosiasi untuk menuju kepada
pembentukan kontrak.

LoI pada dasarnya hanyalah pernyataan


keinginan dari satu pihak kepada pihak
lain (calon mitra berkontraknya) dimana
keinginan tersebut baru akan ditindak
lanjuti dalam bentuk penawaran (offer)
apabila syarat-syarat yang diajukan
bersamaan dengan keinginan tersebut
dapat dipenuhi oleh Pihak yang dituju.
LoI bukanlah offer tetapi merupakan
pra- Offer, yg akan ditindaklanjuti
dengan Offer yang biasanya berbentuk
Purchase Order (PO)

setelah persyaratan-persyaratan yang


diajukan
bersamaan
dengan
LoI
tersebut disetujui oleh Pihak lainnya.
Apabila pihak yang dituju sepakat
dengan seluruh ketentuan yang disebut
dalam PO maka ia akan menerimanya
(Acceptance), dan pada saat itu PO
berubah menjadi Kontrak.

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU)

Perjanjian yg paling populer digunakan


dalam praktik pembuatan perjanjian
internasional.
Bentuk yg lebih informal dr kontrak atau
perjanjian
dlm
hubungan
perdata
internasional
Common law system : MoU tdk mengikat
secara hukum (non-lrgally binding).
Dalam arti salah satu neg tdk dapat mengenforce isi MoU mll jalur peradilan
internasional
atau
jalur
kekuatan
memaksa yg lazim dilakukan thd PI

Negara2
lain
termasuk
Indonesia
menekankan
prinsip
bahwa
setiap
persetujuan
yg
dibuat
antarnegara
(termasuk MoU) memiliki daya ikat seperti
treaties.
Istilah MoU digunakan dengan alasan politis
yaitu ingin sedapat mungkin menghindari
penggunaan agreement yg dinilai formal
dan mengikat
Saat ini Model MoU tdk jauh berbeda dng
Agreement, perbedaannya pd waktu mulai
berlakunya . MoU dpt berlaku sejak tgl
penandatangan
tanpa
,
shg
tdk
memerlukan pengenaan baju hukum
nasional lebih dulu sblm pemberlakuan.

Memorandum of Agreement
Dalam bhs ind. Nota perjanjian
Merupakan peningkatan dari Nota
Kesepahaman (MoU)

Anda mungkin juga menyukai