Anda di halaman 1dari 36

L/O/G/O

HUKUM

BAB IX

KETENAGAKERJAAN
Dasar Hukum

Ketenagakerjaan diatur dalam


Undang-undang No. 13 Tahun
2003
Pengertian Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum selama dan sesudah masa kerja (pasal
1 poin 1)

Tenaga Kerja adalah setiap orang yang


melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat(pasal 1 poin
2)
Pekerja/ buruh adalah setiap orang
yang bekerja menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain (pasal 1 poin 3)

Pemberi kerja adalah orang


perseorangan, pengusaha, badan hukum atau
lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja
dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Sifat Hukum Perburuhan
Hukum perburuhan dapat bersifat perdata
atau privat dan dapat pula bersifat publik.
Dikatakan bersifat perdata karena hukum
perburuan mengatur pula hubungan antara
orang perseorangan dalam hal ini antara
buruh dan majikan, dalam hubungan kerja
yang dilakukan membuat perjanjian yang
lazim disebut perjanjian kerja. Sedangkan
ketentuan tentang perjanjian kerja ini
diatur dalam BUKU III KUH perdata
Sedangkan bersifat publik karena:
1. Dalam hal tertentu pemerintah ikut
campur tangan dalam menangani masalah-
masalah perburuhan,misalnya: dalam
menyelesaikan perselisian perburuhan dan
atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
yakni dengan dibentuknya P4P (Panitia
Penyelesaian perselisihan Perburuhan Pusat
) dan P4D (Panitia Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan Daerah)
2.Adanya sanksi pidana dalam setiap
peraturan perundang undangan perburuhan
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
Hukum Perburuhan yang bersifat privat
atau perdata juga disebut Hukum Fakultatif
artinya hukum yang dapat dikesampingkan
(biasanya dengan perjanjian), sedangkan
Hukum Perburuhan yasng bersifat publik
disebut juga bersifat Hukum Imperatif
artinya hukum yang dapat dipaksakan.
Macam-macam Perjanjian untuk
Melakukan Pekerjaan

Didalam KUH Perdata dikenal tiga macam


perjanjian untuk melakukan pekerjaan yaitu:

1. Perjanjian Kerja
Dalam perjanjian kerja ini unsur yang
sangat penting adalah adanya atasan dan
bawahan atau adanya yang memimpin dan
yang dipimpin yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
2. Perjanjian untuk Melakukan Pekerjaan atau Jasa-Jasa
Tertentu
Dalam perjanjian ini sama sekali tidak ada unsur atasan dan
bawahan atau yang memimpin dan yang dipimpin. Dalam
perjanjian ini, meskipun pelaksanaan pekerjaan dilakukan atas
permintaan pihak lainnya, tetapi pelaksanaan pekerjaan
benar-benar merdeka. Ia bekerja berdasarkan kualitas
dirinya.

Contohnya: -Perjanjian antara pengacara dengan kliennya.


-Perjanjian antara dokter dengan pasiennya.
-Perjanjian antara notaris dengan kliennya.
-Perjanjian antara pelukis dengan yang memesan lukisannya.
3. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Dalam pasal 1601 b KUH Perdata
yang dimaksud dengan perjanjian
pemborongan pekerjaan adalah suatu
perjanjian dimana pihak yang satu
pemborong mengikatkan diri untuk
membuat suatu karya tertentu bagi pihak
lain yang memborongkan dengan menerima
pembayaran tertentu.
Jadi disini ada dua pihak yang terikat yaitu pihak
pertama yang memborongkan atau prinsipal
(aanbesteder, bouwheer) dan pihak kedua yang
disebut pemborong/ rekanan/ kontraktor.

Diluar KUH Perdata juga terdapat bermacam-macam


perjanjian yang berkaitan dengan pekerjaan, misalnya:
perjanjian antara pemilik sebuah angkutan perkotaan
dengan seorang supir, hubungan antara yang
menggunakan sawah dengan pemilik sawah, hubungan
antara pengendara becak dengan pemilik becak,
hubungan antara nelayan dengan pemilik perahu.
Meskipun isi perjanjian yang demikian
itu berkaitan dengan pekerjaan, tetapi
tidak tunduk pada hukum perburuhan. Para
pihak dalam perjanjian tersebut bebas untuk
membuat kesepakatan sesuai dengan
kehendak mereka.
Hubungan Kerja
Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja
antara pengusaha dengan pekerja atau buruh.
Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
a. Kesepakatan kedua belah pihak.
b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan
hukum.
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Isi Perjanjian Kerja Tertulis
a. Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha.
b. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja atau
buruh.
c. Jabatan atau jenis pekerjaan.
d. Tempat pekerjaan.
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya.
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan
kewajiban pengusaha dengan pekerja/buruh.
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.
i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Perlindungan Tenaga Kerja
• Pengusaha dilarang mempekerjakan anak kecuali
bagi anak yang berumur antara 13 tahun
sampai dengan 15 tahun untuk melakukan
pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dan kesehatan fisik, mental,
dan sosial.

• Terhadap pekerja/buruh perempuan yang


berumur kurang dari 18 tahun dilarang
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00.
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas

a.Keselamatan dan kesehatan


kerja

b. Moral dan kesusilaan

c.Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan


martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Perlindungan pekerja dibagi menjadi 3
macam (Prof. Imam Soepommo) yaitu:

n g a n E ko n om i s
Perlindu
i n an So sia l)
(Jam

Yaitu suatu jenis perlindungan yang


berkaitan dengan usaha-usaha yang cukup
untuk memberikan kepada pekerja suatu
penghasilan yang cukup memenuhi
keperluan sehari-hari baginya beserta
keluarganya.
g an S o s ial
Perlindun K er j a)
t a n
(Keseha

Yaitu suatu perlindungan yang berkaitan


dengan usaha kemasyarakatan yang tujuannya
memungkinkan pekerja itu mengenyam dan
memperkembangkan perikehidupannya sebagai
manusia pada umumnya, dan sebagai anggota
masyarakat dan anggota keluarga, atau yang
biasa disebut kesehatan kerja.
T ek n is
d u nga n
Perl i n K er j a)
l am ata n
(Ke s e

yaitu suatu jenis perlindungan yang


berkaitan denagn usaha-usaha untuk
menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang
dapat ditimbulkan oleh pesawat-pesawat
atau alat kerja lainnya atau oleh bahan
yang diolah atau dikerjakan perusahaan.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK adalah


pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja / buruh dan pengusaha.
Pemutusan Hubungan Kerja telah diatur dalam
UU No. 13 tahun 2003
PRINSIP – PRINSIP PHK
1. Pengusaha, pekerja, serikat pekerja dan pemerintah dengan segala
daya upaya harus mengusahakan jangan sampai terjadi PHK.
2.Dalam hal PHK tidak terhindarkan maka maksud PHK wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja atau dengan pekerja.
3.Dalam hal perundingan tersebut di atas tidak menghasilkan
persetujuan, pengusaha hanya dapat memPHK dengan pekerja setelah
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
4.PHK tanpa penetapan tersebut di atas batal demi hukum.
5. Pengusaha dapat melakukan PHK tanpa penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PHK demi
Hukum)dalam hal :
a. Pekerja / buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana
telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya.
b. Pekerja / buruh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara
tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya
tekanan / intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja
sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu pertama kali.
c. Pekerja / buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama, atau peraturan perundang-undangan.
d. Pekerja / buruh meninggal dunia.
6.Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan :
a. Pekerja / buruh  berhalangan masuk kerja karena sakit menurut
keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 bulan
secara terus menerus.
b. Pekerja / buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena
memenuhi kewajiban terhadap negara.
c. Pekerja / buruh menjalankan ibadah.
d. Pekerja / buruh menikah.
e. Pekerja / buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur
kandungan, atau menyusui bayinya;
f. Pekerja / buruh mempunyai pertalian darah dan atau ikatan
perkawinan dengan pekerja / buruh lainnya di dalam satu
perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
MACAM-MACAM PHK

1. PHK demi hukum adalah PHK yang terjadi dengan sendirinya


demi hukum.
2. PHK oleh pengadilan ialah tindakan PHK karena adanya putusan
hakim pengadilan.Misal: Karena alasan mendesak,keadaan
pribadi,perubahan keaadaan kerja.
3. PHK oleh pekerja ialah PHK yang timbul karena kehendak
pekerja secara murni tanpa ada rekayasa dari pihak lain.
4. PHK oleh pengusaha ialah PHK dimana kehendak atau
prakarsanya berasal dari pengusaha, karena adanya pelanggaran
atau kesalahan yang dilakukan oleh pekerja atau faktor lain
seperti pengurangan pekerja, perusahaan tutup karena merugi,
perubahan status dan sebagainya.
ALASAN PHK oleh PENGUSAHA

1. Pekerja melakukan kesalahan berat.


2. Pekerja telah 6 bulan tidak dapat melakukan pekerjaan karena
terlibat dalam perkara pidana atas pengaduan pengusaha.
3. Pekerja melanggar PK, PP atau PKB, pengusaha dapat
melakukan PHK setelah kepada pekerja diberi surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut - turut.
4. Terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan, atau
perubahan kepemilikan perusahaan.
5. Perusahaan tutup yang disebabkan oleh: rugi terus
menerus selama 2 tahun atau efisiensi.
6. Perusahaan pailit.
7. Pekerja mencapai usia pensiun.
8. Pekerja yang selama 5 hari kerja atau lebih
berturut - turut tidak masuk kerja tanpa
keterangan tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang
sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 kali secara
patut dan tertulis.
Hak Pekerja / Buruh Akibat PHK

Uang
penghargaan
Uang masa kerja Uang
pesangon (PMK) penggantian
(PSG) hak (PH)
Ketentuan Uang Pesangon
MASA KERJA UANG PESANGON
< 1 tahun 1 bulan upah
1 s.d < 2 tahun 2 bulan upah
2 s.d < 3 tahun 3 bulan upah
3 s.d < 4 tahun 4 bulan upah
4 s.d < 5 tahun 5 bulan upah
5 s.d < 6 tahun 6 bulan upah
6 s.d < 7 tahun 7 bulan upah
7 s.d < 8 tahun 8 bulan upah
8 s.d < 9 tahun 9 bulan upah
Ketentuan Uang Penghargaan Masa Kerja

Masa kerja Uanga PMK

3 s.d < 6 tahun 2 bulan upah


6 s.d < 9 tahun 3 bulan upah
9 s.d < 12 tahun 4 bulan upah
12 s.d < 15 tahun 5 bulan upah
15 s.d < 18 tahun 6 bulan upah
18 s.d < 21 tahun 7 bulan upah
21 s.d < 24 tahun 8 bulan upah
24 s.d > 24 tahun 10 bulan upah
Ketentuan Uang Penggantian Hak

1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur.


2.Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan
keluarganya ke tempat di mana pekerja diterima
bekerja.
3.Penggantian perumahan serta pengobatan dan
perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat.
4.Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama
CONTOH KASUS
• Masalah atau Kasus tentang Tenaga Kerja
atau buruh. 
• Aksi Buruh demo tuntut Penyelesaian Kasus
Buruh Di Jatim Ratusan buruh berorasi
menuntut penyelesaian beberapa kasus atau
persoalan perburuhan dijawa timur yang tidak
kunjung tuntas. Antara lain persoalan
pemutusan hubungan kerja (PHK) pada
pengurus Serikat Pekerja dan buruh outsourcing
di PT International Packaging Manufacturing
(IPM) Sidoarjo, dan persoalan upah buruh
selama 19 bulan yang tidak dibayar di Kebun
Binatang Surabaya.
Para buruh juga mendesak pemerintah
menuntaskan persoalan di PT Japfa Comfeed
Indonesia di Sidoarjo yang telah melakukan
pelanggaran outsourcing, PHK terhadap
pengurus SP, upah yang tidak dibayarkan, serta
para buruh yang tidak diikutsertakan dalam
Jamsostek lebih dari 25 tahun. Gubernur Jawa
Timur Soekarwo didesak segera memanggil
pengusaha atau pimpinan perusahaan untuk
menyelesaikan permasalahan perburuhan yang
ada. Para pengunjuk rasa juga meminta untuk
dihapuskan sistem outsourcing di perusahaan. 
SOLUSI
• Analisis dari sudut pandang Buruh, Buruh
menginginkan keadilan yang harusnya mereka dapati
dari hasil mereka bekerja. Selama 19 bulan buruh
tidak dapatkan upah sesuai dengan kontrak atau
sistem gaji yang mereka terima. Disini buruh juga
memiliki sebuah kebutuhan primer maupun sekunder
yang harus mereka penuhi. Buruh pun mengingikan
keadilan yang layak sesuai dengan UU tentang
Tenaga kerja. Yaitu jaminan social tenaga kerja.
Dalam kasus ini buruh tidak dapat merasakan
Jaminan social tenaga kerja selama 25 tahun. Ini
sungguh ironi karena dalam undang-undang
perusahaan diwajib kan untuk memberika fasilitas
jaminan social tersebut.
• Analisisi dari sudut pandang perusahaan,
perusahaan yang berdiri maupun beroperasi di
Indonesia semestinya mengikuti dan patuh
terhadap Undang-Undang yang ada di
Indonesia. Dan semestinya pihak perusahaan
memberikan jamianan sosial tenaga kerja yang
layak untuk didapati oleh pekerjanya. Disini
perusahan telah melanggar undang-undang
yang ada, seharunya pihak berwenang dapat
mengusut kasus ini dengan tuntas karena telah
melanggar undang-undang yang ada.
• Analisis dari sudut pandang pemerintah,
disini seharusnya pemerintah memberikan
atau melakukan tindakan pengawasan untuk
mengawasi kegiatan perusahaan apakah
perusahaan tersebut sudah menerapkan
atau memberikan Jaminan Sosial Tenaga
kerja pada perusahaan nya. Pemerintah
seharunya dapat menjadi mediator yang baik
untuk menyelesaikan masalah ini yang
terjadi antar buruh dan perusahan yang tidak
sesuai tersebut. Dan dapat menyelesaikan
tuntutan buruh yang mereka harapkan
L/O/G/O

Thank You!

Anda mungkin juga menyukai