Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah: Hukum Ketenagakerjaan HES 7B
Dosen Pengampu: Feni Arifiani, S.Ag., M.H.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………... 3
BAB I……………………………………………………………………….. 4
PENDAHULUAN…………………………………………………………... 4
A. Latar Belakang………………………………………………………. 5
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………. 5
BAB II………………………………………………………………………. 6
PEMBAHASAN…………………………………………………………….. 6
A. Pengertian dan Peristilahan Hukum Ketenagakerjaan………………. 6
B. Dasar Hukum Ketenagakerjaan……………………………………… 7
C. Asas Hukum Ketenagakerjaan………………………………………. 10
D. Objek Hukum Ketenagakerjaan……………………………………... 11
E. Sifat Hukum Ketenagakerjaan………………………………………. 12
F. Kedudukan dan Pentingnya Hukum Ketenagakerjaan………………. 14
G. Sistem Ketenagakerjaan yang Berlaku………………………………. 17
BAB III………………………………………………………………………. 19
PENUTUP……………………………………………………………………. 19
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 19
B. Kritik dan Saran………………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketenagakerjaan merupakan isu yang harus diperhatikan. Karena banyak pekerjaan yang
memerlukan buruh/karyawan. Jika ketenagakerjaan tidak diatur dengan berdaarkan keadilan
maka para buruh akan merasa dimanfaat kan oleh para pemodal dan tidak diperhatikan
kehidupannya sama sekali. Dalam ranah hukum, ketenagakerjaan telah dibahas dan
dirumuskan. Hal ini dibuktikan dengan adanya organisasi para buruh di dunia atau yang kita
kenal dengan ILO (International Labour Organization). Di Indonesia sendiri hukum
ketenagakerjaan juga telah rumuskan yakni pada UU No. 13 tahun 2003. Kemudian pada
undang undang yang terbaru juga telah di rumuskan dalam UU No. 11 Tahun 2020 atau yang
kita kenal dengan UU Cipta Kerja atau Omnubus Law yang berisi banyak peraturan terutama
mengenai ketenagakerjaan.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui pengertian dan istilah hukum ketenagakerjaan
2. Mengetahui dasar hukum ketenagakerjaan
3. Mengetahui asas hukum ketenagakerjaan’
4. Mengetahui objek hukum ketenagakerjaan
5. Mengetahui sifat hukum ketenagakerjaan
6. Mengetahui kedudukan dan pentingnya hukum ketenagakerjaan
7. Mengetahui system ketenagakerjaan
C. Tujuan Masalah
Menyelesaikan tugas perkuliahan membuat makalah dalam mata kuliah hukum
ketenagakerjaan HES 7B.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dr. Devi Rahayu, Buku Ajar Hukum Ketenagakerjaan, (Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2019), hlm. 5
2
Ibid, hlm. 6
3
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003, Pasal 1 ayat 1
4
Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan (Jakarta: Djambatan, 1985), hlm. 1
5
Dalinama Telaumbanua, Hukum Ketenagakerjaan (Sleman: Penerbit Deepublish, 2019), hlm. 3
5
Kedua,hukum normatif pada tingkat implementasi memberikan kontribusi dalam
bentuk pengawasan melalui aparat penegak hukum dan melaksanakan penindakan
terhadap pihak-pihak yang tidak mematuhi ketentuan hukum.6
Istilah Istilah Dalam Hukum Ketenagakerjaan
1. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain (pasal 1 angka 3 UU No. 13 Tahun 2003). Penggunaan istilah
yuridis pada setiap zaman di Indonesia yang dipakai berbeda beda. Pada zaman orde
lama menggunakan istilah buruh, pada zaman orde baru menggunakan istilah pekerja,
sedangkan pada masa reformasi menggunakan istilah pekerja/buruh.7 Tenaga kerja
(Sumber Daya Manusia) merupakan satu aspek yang sangat berpengaruh
terhadap semua perkembangan perekonomian di dunia. Tenaga kerja tidak terlepas
dari pembangunan, Tenaga kerja tidak terlepas dari kehidupan, dantenaga
kerja merupakan tonggak utama perekonomian suatu bangsa, di samping
Sumber Daya Alam dan teknologi.8
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mempu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang/jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun
masyarakat. Pada dasarnya istilah buruh dan tenaga kerja itu sama, hanya saja buruh
memfokuskan pada orang yang menerima upah. Sedangkan tenaga kerja
memfokuskan pada orang yang mampu melakukan pekerjaan, menghasilkan
barang/jasa, kebutuhan sendiri atau kebutuhan masyarakat.9
3. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.10
4. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
6
Laurensius Arliman S, 2017, Perkembangan Dan Dinamika Hukumketenagakerjaan Di Indonesia, Jurnal
Selat 5, no. 1, hlm. 76 - 77
7
Dalinama Telaumbanua, Hukum Ketenagakerjaan (Sleman: Penerbit Deepublish, 2019), hlm. 1
8
Laurensius Arliman S, 2017, Perkembangan Dan Dinamika Hukumketenagakerjaan Di Indonesia, Jurnal
Selat 5, no. 1, hlm. 75
9
Dalinama Telaumbanua, Hukum Ketenagakerjaan (Sleman: Penerbit Deepublish, 2019), hlm. 2
10
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003, Pasal 1 ayat 4
6
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.11
Penerimaan upahbagi buruh merupakan konsekuensi buruh yang telah menyerahkan
tenaganya untuk bekerja. Upah merupakan hak buruh setelah mereka melakukan
pekerjaannya. Kebalikan pemberian upah dalam hubungan kerja adalah adanya
kewajiban majikan atau pemberi kerja untuk memberi pekerjaan. Adanya
kewajibanpemberian upah berarti dapat ditafsirkan adanya kewajiban untuk
memberikan pekerjaan.12
5. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan
yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,
yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja
dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.13
11
Ibid, Pasal ayat 30
12
Dr. Devi Rahayu, Buku Ajar Hukum Ketenagakerjaan, (Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2019), hlm. 8
13
Ibid, pasal 1 ayat 31
7
yang menjadi tonggak pengaturan bagi urusan ketenagakerjaan, baik sumber hukum formil
maupun sumber hukum materiil. Sumber hukum ketenagakerjaan tersebut adalah:14
1. Undang–Undang
Perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan mengalami banyak perubahan yaitu
ditandai dengan munculnya undang-undang baru yang lebih dinamis dan tentunya banyak
membawa kepentingan bagi pekerja/buruh maupun pengusaha itu sendiri. Undang–
undang merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), sesuai dengan tata urutan Peraturan Perundang-undangan.
Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan beberapa undang–undang tentang
ketenagakerjaan yang berlandaskan Pancasila dan Undang–Undang Republik Indonesia
tahun 1945, yang diselenggarakan atas dasar asas keterpatuhan dengan melalui
koordinasi fungsional lintas sektoral pusat atau daerah, antara lain :15
a. Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
• Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“.
• Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 28, dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945
juga menjadi payung hukum.
Dari pondasi UUD 1945 tersebut, maka terbentuklah Undang-Undang No.13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut sebagai UU
Ketenagakerjaan yang menjadi dasar hukum dalam bidang ketenagakerjaan.16
b. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3889).
c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279).
14
Russel Butarbutar, Modul Hukum Ketenagakerjaan dan problematikanya,
https://www.academia.edu/37604297/Modul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf hal. 6, diakses pada tanggal 09
September 2021 pukul 23.01
15
D SASONGKO, Dasar Hukum Ketenagakerjaan, 2017, Hal. 16
16
Raditya Wardana, Mengenal Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia https://lifepal.co.id/media/hukum-
ketenagakerjaan/ , diakses pada tanggal 08 September 2021 pukul 21.09
8
d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Undang-undang ini mencabut:
• Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1227)
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja
di Perusahaan Swasta (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2686)
e. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456)
2. Peraturan-Peraturan
Peraturan-peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang lebih rendah
kedudukannya dan merupakan peraturan pelaksanaan dari undang– undang yang dibuat
oleh presiden atau menteri, antara lain : 17
1) Peraturan atau keputusan instansi lain dalam bidang ketenagakerjaan. Suatu
instansi atau pejabat tertentu yang diberi kekuasaan untuk membuat peraturan
dan keputusan tertentu yang berlaku bagi umum misalnya keputusan menteri
tenaga kerja no 159 tahun 1999 tentang penyelenggaran program Jamsostek bagi
pekerja harian, borongan.
2) Peraturan pemerintah antara lain :
• PP No.78 Tahun 2015 tentang Upah ;
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Struktur dan Skala Upah;
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang
Kebutuhan Hidup Layak;
17
Joni Bambang s, Hukum Ketenagakerjaan, 2013, penerbit Pustaka Setia, Bandung Hal. 18-20
9
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013
tentang Upah Minimum;
• Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Ketenagakerjaan;
• Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 75 Tahun 2017 tentang Upah
Minimum Kabupaten / Kota Di Jawa Timur Tahun 2018;
18
I Nyoman Mudana, Hukum ketenagakerjaan , 2016 , hal. 23-26
10
• Asas kepercayaan pada diri sendiri; pembangunan berdasarkan pada
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan pada
kepribadian bangsa.
2. Dalam pelaksanaannya HIP berlandaskan pada dua asas, yaitu :
• Asas kekeluargaan dan gotong royong
• Asas musyawarah untuk mufakat
11
UU. Dengan terjadinya perjanjian kerja berarti telah terjadi pula hubungan kerja antara
pengusaha dan pekerja.19
19
Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Dinamika dan kajian Teori, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010
12
b) Pasal 10 ayat (1) UURI Ketenagakerjaan
Dalam Pasal ini, diatur bahwa pemberi kerja selaku pengusaha/perusahaan memiliki
hak untuk membentuk serta menjadi anggota organisasi pengusaha, sehingga ketentuan
Hukum yang bersifat mengatur, memberikan hak kepada pihak pengusaha untuk
melaksanakan maupun tidak, ketentuan dalam Pasal ini memberikan kebebasan kepada
pihak pengusaha/perusahaan untuk memilih.
13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sifat hukum ketenaga-kerjaan adalah :
1. Melindungi pihak yang lemah dan menempatkan mereka pada kedudukan yang
layak bagi kemanusiaan.
2. Untuk mendapatkan keadaan sosial dalam lapangan perburuhan atau
ketenagakerjaan yang pelaksanaannya diselenggarakan dengan jalan melindungi
tenaga kerja terhadap kekuasaan pengusaha yang tidak terbatas.20
20
Muhamad Azhar, S.H.,LL.M, Hukum Ketenagakerjaan : Buku Ajar hlm.12
21
Muhamad Azhar, S.H.,LL.M, Hukum Ketenagakerjaan : Buku Ajar hlm.13
14
Gambar Skema kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam tata hukum Indonesia
15
Kedudukan hukum perburuhan dalam hukum pidana pentingnya penerapan sanksi
hukum bagi pelanggar peraturan perundang-undangan. Terdapat asas legalitas dalam
hukum pidana, yaitu suatu perbuatan dikatakan sebagai perbuatan melanggar hukum
apabila perbuatan tersebut sudah dituangkan dalam suatu undang-undang. Penerapan
sanksi harus mendasarkan pada ada tidaknya kesalahan yang dibuktikan dengan adanya
hubungan kausal antara perbuatan dengan akibat yang terjadi. Sanksi, hakikatnya
merupakan perampasan hak seseorang, oleh karena itu harus dibuat secara demokratis.
Bentuk peraturan yang mencerminkan situasi demokratis adalah undang-undang atau
peraturan daerah karena dalam perbuatannya melibatkan suara atau wakil-wakil rakyat
yag duduk di DPR atau DPRD.
Kedudukan hukum ketenagakerjaan dalam bidang tata hukum Indonesia secara
teoritis dapat dipisahkan menjadi tiga bidang, yaitu perdata, administrasi, dan pidana.
Dalam praktiknya harus dijalankan secara berhubungan satu sama lain. Hubungan
hukum yang dilakukan oleh pengusaha dan pekerja didasarkan pada perjanjian kerja,
peraturannya masuk lingkup hukum perikatan yang menjadi bagian hukum perdata.
Selama proses pembuatan, pelaksanaan dan berakhirnya hubungan kerja harus diawasi
oleh pemerintah sebagai konsekuensi menjalankan fungsi bestuur, politie, dan
rechtspraak. Apabila dalam proses pembuatan, pelaksanaan dan berakhirya hubungan
kerja terdapat pelanggaran hukum maka dapat diterapkan sanksi pidana yang menjadi
kajian dalam bidang hukum pidana.22
Pentingnya hukum ketenagakerjaan dalam ilmu hukum
Hukum ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja
serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil
maupun spiritual. Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah
kerja.
22
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), hlm. 13-15
16
Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-
hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja/buruh serta pada saat
yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia
usaha. Pembangunan ketenagakerjaan tidak hanya mencakup kepentingan tenaga kerja
selama, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan
pengusaha, pemerintah, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang
menyeluruh dan komprehensif, antara lain mencakup pengembangan sumber daya
manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya
perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan pembinaan
hubungan industrial.
Tujuan dari dibentuknya hukum ketenagakerjaan adalah untuk :
• memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
• mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
• memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan;
dan
• meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya
23
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180518/12/796973/sistem-ketenagakerjaan-indonesia-masih-feodal
17
outsourching menjadi sah sejak keluarnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Pada hakekatnya Outsourcing adalah sebuah pola kerja dengan cara
mendelegasikan operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis/kerja pada pihak lain
di luar perusahaan yang menjadi penyedia jasa outsourcing.
Batasan-batasan pekerjaan perusahaan outsourcing ini sesuai dengan regulasi pemerintah
yang tercantum di Pasal 66 UU Nomor 13 Tahun 2003 yang mengatur pekerjaan alih daya.
Di UU Ketenagakerjaan, pekerjaan outsourcing adalah dibatasi hanya untuk pekerjaan di luar
kegiatan utama atau yang tidak berhubungan dengan proses produksi kecuali untuk kegiatan
penunjang. Namun di Pasal 66 UU Cipta Kerja, tak dicantumkan batasan pekerjaan-
pekerjaan apa saja yang dilarang dilakukan pekerja alih daya, namun hanya menyebut
pekerjaan alih daya didasarkan pada perjanjian waktu tertentu dan tidak tertentu.
"Hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan pekerja/buruh yang
dipekerjakannya didasarkan pada perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu
tidak tertentu," bunyi Pasal 66 UU Omnibus Law Cipta Kerja. Dengan revisi ini, UU Cipta
Kerja membuka kemungkinan bagi perusahaan outsourcing adalah untuk mempekerjakan
pekerja untuk berbagai tugas, termasuk pekerja lepas dan pekerja penuh waktu.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum ketenagakerjaan merupakan suatu aturan yang berlaku dan dikeluarkan oleh
pemerintah untuk mengatur mengenai tenaga kerja dan segala yang berhubungan dengan
tenaga kerja. Hukum ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta
mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun
spiritual. Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja. Sistem
ketenagakerjaan di Indonesia saat ini dinilai masih feodal dan tertinggal, salah satunya karena
terus mengembangkan konsep minimum tanpa Batasan rasio gaji dan pembagian saham
kepada pekerja serta insentif lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20