Anda di halaman 1dari 118

TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT WANPRESTASI

DALAM PERJANJIAN JUAL BELI OBAT-OBATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

Pada program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Oleh :

Nama : Salsabila Annisa Ray

NPM : 0218051361

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PEKALONGAN

TAHUN 2022

PENGESAHAN SKRIPSI

i
Judul Proposal Skripsi : Tuntutan Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi

Dalam Perjanjian Jual Beli Obat-Obatan

Nama : Salsabila Annisa Ray

Nomor Pokok Mahasiswa : 0218051361

Pembimbing I : Siti As’adah Hijriwati, S.H.,M.H

Pembimbing II : Dr. Achmad Soeharto, S.H.,M.H

Telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Pada Program Studi Ilmu Hukum

Pekalongan, 7 Februari 2022

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Judul Proposal Skripsi : Tuntutan Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi

Dalam Perjanjian Jual Beli Obat-Obatan

Nama : Salsabila Annisa Ray

ii
Nomor Pokok Mahasiswa : 0218051361

Pembimbing I : Siti As’adah Hijriwati, S.H.,M.H

Pembimbing II : Achmad Soeharto, S.H.,M.H

Telah diujikan : Rabu, 9 Februari 2022

Hasil ujian Skripsi : LULUS / TIDAK LULUS

Pekalongan, 7 Februari 2022

Dosen Penguji Skripsi :

iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Salsabila Annisa Ray

Nomor Pokok Mahasiswa : 0218051361

Program Studi : Ilmu Hukum

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di Fakultas Hukum

Universitas Pekalongan (Unikal) maupun di Perguruan Tinggi Lainnya;

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penilaian saya sendiri kecuali

arahan dan saran pembimbing dan penguji;

3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis telah dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Dalam pernyataan ini saya buat dengan sesunnguhnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Pekalongan (Unikal).

Pekalongan, 7 Februari 2022

Yang menyatakan,

Salsabila Annisa Ray

0218051361

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Standar baik tiap orang berbeda, teruslah berbuat baik. Niatkan karena Allah

SWT. bukan karena ingin dibalas”.

Karyaku ini ku persembahkan kepada :

1. Diri sendiri, yang telah berani melangkah sampai sejauh ini walau

rintangan dan kekurangan selalu ada di depan mata

2. Kedua orang tua yang selalu memberi doa, semangat dan motivasi selama

proses skripsi berlangsung tanpa diminta

3. Keluarga besar saya yang telah memberikan dorongan dan semangat

kepada saya untuk lebih giat dalam belajar

4. Kedua Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dengan sabar selama

proses skripsi berlangsung

5. Universitas Pekalongan selaku tempat saya belajar selama ini yang telah

memberikan pelayanan, fasilitas dan ilmu bagi saya.

6. Teman-teman fakultas Hukum Angkatan 2018 yang selalu bersama dalam

menempuh bangku perkuliahan

7. Sahabat saya yang telah menyemangati dalam proses penelitian skripsi

hingga selesai.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaiakan tugas akhir berupa penulisan skripsi yang berjudul

“TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT WANPRESTASI DALAM

PERJANJIAN JUAL BELI OBAT-OBATAN”

Skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti ujian

komprehensif Sarjana Hukum Universitas Pekalongan. Dalam menyelesaikan

skripsi ini, tidak terlepas dari beberapa kesulitan dan hambatan. Namun, penulis

tetap berusaha sesuai dengan kemampuan yang ada untuk segera menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, baik dalam penulisannya maupun materinya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menyempurnakan karya-

karyanya di kemudian hari. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pembacanya.

Pekalongan, 7 Februari 2022

Salsabila Annisa Ray

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Penyusunan skripsi ini ada kalanya dibantu orang-orang yang selalu mendukung

penulis dalam berbagai hal dan kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam juga

senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan

sahabatnya.

2. Orang tua tercinta, berkat do’a Bapak Ibu, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Terima kasih telah memberikan dukungan untuk

mewujudkan cita-cita.

3. Keluarga tersayang yang tidak dapat diebutkan satu persatu, terima kasih

atas dukungan dalam penyelesaian skripsi yang penulis selesaikan.

4. Terima kasih kepada Rektor Universitas Pekalongan Bapak Suryani, S.H.,

M.Hum.

5. Terima kasih kepada Dekan Fakultas Hukum Dr. Taufiq, S.H., M.Hum.

6. Ibu Siti As’adah Hijriwati, S.H.,M.H selaku Pembimbing skripsi, terima

kasih telah meluangkan waktu dan tenaga, serta tanpa lelah selalu

membantu dan membimbing dalam penulisan skripsi.

7. Bapak Dr. Achmad Soeharto, S.H.,M.H selaku Pembimbing skripsi,

terima kasih telah meluangkan waktu dan tenaga untuk selalu membantu

dan membimbing dalam penulisan skripsi.

vii
8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Pekalongan yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan ilmu yang

bermanfaat tanpa tanda jasa.

9. Staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas

Pekalongan.

10. Teman-teman angkatan yang 2018 yang telah membantu dan mendukung

kelancaran dalam penulisan skripsi.

11. Teman terbaik Miladina Salimah dan Lady Charunia Prasasti yang telah

membantu dan mendukung disetiap hal apapun.

Akhir kata, apabila ada salah kata penulis mohon maaf kepada Allah SWT,

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Pekalongan, 7 Februari 2022

Salsabila Annisa Ray

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

PENGESAHAN SKRIPSI.............................................................................................ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI..............................................................................iii

SURAT PERNYATAAN..............................................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................................v

KATA PENGANTAR..................................................................................................vi

UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................................vii

DAFTAR ISI.................................................................................................................ix

Abstrak...........................................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1

B. Penelitian Terdahulu........................................................................................8

C. Rumusan Masalah...........................................................................................11

D. Tujuan Penelitian............................................................................................11

E. Manfaat Penelitian..........................................................................................12

F. Metode Penelitian............................................................................................13

G. Sistematika Penulisan.....................................................................................17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................19

A. Perjanjian Jual Beli.........................................................................................19

1. Pengertian Perjanjian Jual Beli................................................................19

2. Syarat Perjanjian Jual Beli.......................................................................22

3. Berakhirnya Jual Beli.................................................................................34

B. Wanprestasi.....................................................................................................34

1. Pengertian Wanprestasi.............................................................................34

2. Bentuk dan Syarat Dipenuhinya Wanprestasi.........................................36

3. Penyelesaian Wanprestasi.........................................................................38

ix
C. Ganti Kerugian................................................................................................45

1. Ganti Rugi Akibat Wanprestasi................................................................45

2. Sanksi Bagi Debitur yang Wanprestasi....................................................50

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................55

A. Posisi Kasus Perkara Nomor 51/Pdt.G/2020/PN.Pkl....................................55

B. Penyelesaian Tuntutan Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi Perkara


Nomor 51/Pdt.G/2020/PN.Pkl........................................................................59

C. Hambatan-Hambatan Yang Muncul Dan Solusinya....................................68

BAB IV PENUTUP......................................................................................................73

A. Simpulan..........................................................................................................73

B. Saran................................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................76

LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................................79

1. Daftar Riwayat
Hidup..........................................................................................79

2. Surat Riset........................................................................................................80

3. Foto Wawancara..............................................................................................81

4. Putusan...............................................................................................................82

x
Abstrak

Hubungan satu manusia dengan manusia lainnya merupakan suatu


interdependensi (saling ketergantungan). Dalam hubungan itu dilahirkan dengan
komitmen rasa saling percaya dan janji bahwa satu pihak akan melaksanakan
komitmen atau janjinya (bahwa satu pihak terikat dengan pihak lainnya melalui
komitmen atau janji yang dibuat). Perjanjian ini digunakan untuk menampung dan
merekayasa tujuan, maksud, dan kreativitas para pelaku usaha baik dalam posisi
mereka sebagai mitra maupun sebagai pesaing. Persoalan timbul manakala janji
itu tidak dipenuhi oleh pihak yang telah berjanji kepada pihak diberikan janji atau
dengan kata lain satu pihak merusak janji/ikatan yang ada. Kerja sama jual beli
obat-obatan menjadikan suatu bisnis baru yang di utamakan untuk pembelian
dalam jumlah yang besar maupun dalam jumlah kecil. Apotek tentu tidak
memproduksi obat secara sendiri, biasanya apotek mengadakan perjanjian jual
beli dengan perusahaan yang memproduksi obat. Setelah proses perjanjian,
produk diantar dan dipasarkan. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak tersebut
dapat berimplikasi terjadinya wanprestasi. Bentuk wanprestasi adalah debitur
sama sekali tidak melakukan wanprestasi atau keliru melakukan prestasi atau
terlambat melakukan prestasi. Ingkar janji mengakibatkan lahirnya hak dari pihak
yang dirugikan untuk menuntut ganti rugi. Ganti rugi merupakan kewajiban pihak
yang melakukan wanprestasi untuk memberikan penggantian atas kerugian yang
telah ditimbulkannya. Kasus yang pernah terjadi pada putusan Pengadilan Negeri
Pekalongan Nomor 51/Pdt.G/2020/PN.Pkl antara PT United Dico Citas dan
Apotek Mawar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penyelesaian tuntutan
ganti kerugian akibat wanprestasi dalam perjanjian jual beli obat-obatan dan untuk
mengetahui hambatan yang muncul dan solusinya. Menggunakan data sekunder
yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Metode penelitian ini
dilakukan dengan penelitian yuridis normatif. Proses penyelesaian yang dilakukan
adalah menggunakan jalur litigasi dan dijatuhkan secara verstek dengan
menjalankan putusan secara sukarela. Hambatannya ada karena salah satu pihak
tidak hadir. Karena pihak tegugat tidak hadir maka pembuktian dilakukan secara
pihak, pembuktian sepihak dianggap benar karena tidak ada sanggahan. Hambatan
lain adalah tidak adanya jaminan sita sehingga yang dilakukan adalah melelang
barng-barang dari pihak debitur.

Kata kunci : Perjanjian Jual Beli, Wanprestasi, Ganti Kerugian.

xi
ABSTRACK

The relationship of one human to another human is an interdependence (mutual


dependence). This relationship is born with a commitment of mutual trust and a
promise that one party will carry out its commitment or promise (that one party is
bound to another party through a commitment or promise made). This agreement
is used to accommodate and manipulate the goals, intentions, and creativity of
business actors both in their position as partners and as competitors. Problems
arise when the promise is not fulfilled by the party who has promised to the party
given the promise or in other words one party breaks the existing promise/bond.
Cooperation in the sale and purchase of medicines has become a new business
that is prioritized for purchases in large and small quantities. Pharmacies
certainly do not produce drugs themselves, usually pharmacies enter into buying
and selling agreements with companies that produce drugs. After the agreement
process, the product is delivered and marketed. The agreement made by the
parties can have implications for the occurrence of default. The form of default is
that the debtor does not default at all or makes a wrong achievement or is late in
making an achievement. Breaking a promise results in the birth of the right of the
injured party to claim compensation. Compensation is the obligation of the party
who defaults to provide compensation for the losses that have been caused. The
case that has occurred in the decision of the Pekalongan District Court Number
51/Pdt.G/2020/PN.Pkl between PT United Dico Citas and Apotek Mawar. The
purpose of the study was to determine the settlement of claims for compensation
due to default in the sale and purchase agreement of drugs and to find out the
obstacles that arise and their solutions. Using secondary data consisting of
primary, secondary, and tertiary legal materials. This research method is carried
out by normative juridical research. The settlement process carried out is using
litigation and is handed down verstek by carrying out the decision voluntarily.
The obstacle exists because one of the parties is not present. Because the
defendant was not present, the evidence was carried out on a side, unilateral
evidence was considered correct because there was no rebuttal. Another obstacle
is the absence of a confiscation guarantee so that what is done is to auction off the
goods from the debtor.

Keywords: Sale and Purchase Agreement, Default, Compensation.

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam memenuhi setiap kepentingan, termasuk kebutuhan manusia

tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lain. Hubungan satu

manusia dengan manusia lainnya merupakan suatu interdependensi (saling

ketergantungan). Dalam kerangka itulah hubungan itu dilahirkan dengan

komitmen rasa saling percaya dan janji bahwa satu pihak akan

melaksanakan komitmen atau janjinya (bahwa satu pihak terikat dengan

pihak lainnya melalui komitmen atau janji yang dibuat). Pelaku usaha,

selanjutnya, lazim bekerja sama dengan pelaku usaha lain melalui

perjanjian. Perjanjian ini digunakan untuk menampung dan merekayasa

tujuan, maksud, dan kreativitas para pelaku usaha baik dalam posisi

mereka sebagai mitra maupun sebagai pesaing. Persoalan timbul manakala

janji itu tidak dipenuhi oleh pihak yang telah berjanji kepada pihak

diberikan janji atau dengan kata lain satu pihak merusak janji/ikatan yang

ada.1

Hukum adalah perangkat kaidah dalam bentuk peraturan baik tertulis

maupun tidak tertulis yang mengatur tingkah laku manusia yang bersifat

memaksa dan mengikat, berisi larangan atau perintah yang wajib dipenuhi

serta adanya sanksi yang tegas. Hal tersebut karena hukum merupakan

norma yang berfungsisebagai penyelaras konflik dan pertentangan antar

1
Ahmad Rizki Sridadi, 2009, Aspek Hukum dalam Bisnis,Surabaya: Airlangga University Press,
Hlm 4.

1
2

manusia akibat semakin berkembangnya interaksi sosial yang hidup dalam

masyarakat.2

Kerja sama jual beli obat-obatan menjadikan suatu bisnis baru yang di

utamakan untuk pembelian dalam jumlah yang besar maupun dalam

jumlah kecil. Apotek biasanya dikelola secara perorangan maupun secara

kerja sama antar suatu perusahaan dan perusahaan lainnya. Apotek tentu

tidak memproduksi obat secara sendiri, karena sudah ada pabrik khusus

yang biasanya di bawah naungan suatu perusahaan tertentu yang

mengelola produksi dan pemasaran produk obat-obatan. Untuk

mendapatkan produk dari suatu pabrik tertentu, biasanya apotek

melakukan kegiatan serta mengadakan perjanjian jual beli dengan

perusahaan yang memproduksi obat tersebut. Setelah melewati proses

perjanjian dan tercapai kata sepakat, produk akan diantar dan bisa

dipasarkan.

Distributor merupakan suatu badan usaha atau perorangan yang

bertanggung jawab untuk mendistribusikan atau menyalurkan produk

perdagangan, baik itu barang maupun jasa, ke retailer atau konsumen

akhir. Dalam hal ini, distributor hanya mengambil produk yang sudah jadi

dan siap digunakan tanpa perlu memodifikasinya.3 Beberapa distributor

resmi yang melakukan kerja sama dengan apotek adalah PT. Inti

Terafarma, PT.Lestari Jaya Sejahtera, Kimia Farma, PT.Marga Nusantara

Jaya (MNJ).

2
Harumi Chandraresmi. Juni 2017. “Kajian Mengenai Gugatan Melawan Hukum Terhadap
Sengketa Wanprestasi” Jurnal Privat Law. Vol. V. No 1.
https://jurnal.uns.ac.id/privatlaw/article/view/19346/15288. Agustus 2021.
3
https://www.dream.co.id/your-story/apa-itu-distributor-pengertian-fungsi-jenis-dan-tips-
pentingnya-201123n.html JAM 13.30 22 Oktober 2021
3

Sistem jual beli yang dilakukan yaitu dengan melalui Surat Pesanan

(SP) yang dicatat kemudian diserahkan kepada pihak distributor secara

virtual. Pembayaran yang dilakukan oleh pihak apotek dengan distributor

obat yang pertamaadalah cash on delivery (COD) yaitu pembayaran jual

beli secara tunai dan langsung ketika pesanan tiba di tangan pembeli. Yang

kedua dilakukan dengan sistem tempo yaitu pembayaran yang dilakukan

dengan tempo waktu tertentu sesuai kesepakatan antara pihak pembeli dan

penjual. Pembelian obat-obatan dilakukan dengan cara memilah yang

mana obat cepat keluar (fast moving) dengan obat yang lebih lambat

pengeluarannya (slow moving).

Dalam kegiatan perjanjian bisnis komersial tidak terlepas dengan

hukum ekonomi dalam pergaulan kehidupan masyarakat, yang dilandasi

adanya untung rugi antara para pihak yang mengadakan perjanjian

komersial. Kelebihan bagi si pembeli atau pihak apoteknya adalah karena

bisa dilakukan kapan saja mengingat sistem jual beli yang digunakan

adalah secara virtual sehingga pembeli tidak perlu datang langsung ke

lokasi distributor. Sedangkan kelemahan yang didapat adalah barang yang

datang terkadang tidak sesuai dengan surat pesanan hingga perlu

melakukan pengembalian barang oleh pihak pembeli kepada pihak penjual

karena ketidaksesuaian dengan pesanan sehingga membutuhkan waktu

lebih banyak.

Terkait dengan perkembangan ekonomi dalam masyarakat tentu akan

berpengaruh pula terhadap hubungan hukum yang menyangkut perjanjian

yang dibuat di antara para pihak. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak
4

tersebut dapat berimplikasi terjadinya wanprestasi.4 Bentuk wanprestasi

adalah debitur sama sekali tidak melakukan wanprestasi atau keliru

melakukan prestasi atau terlambat melakukan prestasi. Ingkar janji

mengakibatkan lahirnya hak dari pihak yang dirugikan untuk menuntut

ganti rugi. Saat dimulainya ingkar janji adalah setelah debitur dinyatakan

lalai oleh kreditur (somasi) dan telah lampau waktu untuk memenuhi

perikatan.5

Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya disebabkan karena ada

kesalahan dari debitur dan mungkin juga tidak ada kesalahan dari debitur.

Luasnya kesalahan meliputi kesengajaan yaitu perbuatannya memang

diketahui dan dikehendaki dan kelalaian yaitu tidak mengetahui adanya

kemungkinan bahwa akibatnya akan terjadi.6

Hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah pihak melakukan

hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan, pihak yang satu

bertindak sebagai debitur yaitu yang berkewajiban memenuhi prestasi dan

pihak lain sebagai kreditur. Karena adanya hubungan hukum antara

keduanya, maka hak kreditur dijamin oleh Undang-Undang yang

dipertegas dengan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan

bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-

Undang bagi mereka yang membuatnya. Berdasarkan hal itu maka apabila

4
Yahman, 2019, Cara Mudah Memahami Wanprestasi & Penipuan dalam Hubungan Kontrak
Komersial, Jakarta: Kencana, Hlm 18.
5
Mariam Darus Badrulzaman, 2015, Hukum Perikatan dalam KUHPerdata, Jakarta : Citra Aditya
Bakti, Hlm 30.
6
Purwahid Patrik, 1994, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Bandung : Mandar Maju, Hlm 10.
5

salah satu pihak tidak memenuhi tuntutan lawannya secara sukarela,

kreditur dapat menuntutnya di pengadilan.7

Ganti rugi merupakan kewajiban pihak yang melakukan wanprestasi

untuk memberikan penggantian atas kerugian yang telah ditimbulkannya.

Ganti rugi diatur dalam Pasal 1239 KUHPerdata “Tiap-tiap perikatan

untuk berbuat sesuatu atau untuk berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak

memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam

kewajibannya memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga”.Komponen

ganti rugi adalah:

a) Biaya, meliputi segala biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang

dirugikan sehubungan dengan kontrak

b) Rugi, pengertian rugi disini dalam arti sempit adalah berkurangnya

nilai kekayaan dari pihak yang dirugikan karena adanya wanprestasi

dari pihak lainnya

c) Bunga, adalah dimaksudkan sebagai kekurangan yang seharusnya

diperoleh tetapi tidak jadi diperoleh oleh pihak kreditur karena adanya

wanprestasi debitur.8

Undang-Undang berbicara tentang pengganti kerugian yang timbul

karena tidak memenuhi perikatan, maka yang dinyatakan kerugian adalah

kerugian yang nyata yang timbul dari wanprestasi. Pengganti kerugian

untuk kerugian yang disebabkan oleh wanprestasi menurut pendapat

umum hanya dapat diganti dengan uang (karena uang adalah bentuk

7
Harumi Chandraresmi. Juni 2017. “Kajian Mengenai Gugatan Melawan Hukum Terhadap
Sengketa Wanprestasi” Jurnal Privat Law. Vol. V. No 1.
https://jurnal.uns.ac.id/privatlaw/article/view/19346/15288. Agustus 2021.
8
Nanda Amalia, 2013, Hukum Perikatan, Aceh : Unimal Press, Hlm 10-11.
6

pengganti kerugian yang paling sedikit menimbulkan perselisihan).Perlu

diketahui bahwa Undang-Undang hanya mengatur pengganti kerugian

yang bersifat materiil. Kemungkinan terjadi bahwa ganti kerugian itu

menimbulkan kerugian immateriil, tidak berwujud, tidak dapat dinilai

dengan uang, tidak ekonomis, yaitu berupa sakitnya badan, penderitaan

batin, rasa takut dan sebagainya.9

Teori Adequaat menyatakan bahwa suatu peristiwa dapat menjadi

sebab untuk timbulnya akibat apabila peristiwa itu menurut pengalaman

manusia yang normal memang dapat menimbulkan akibat itu. 10Kerugian

harus dapat diduga lebih dulu dan merupakan akibat langsung dan

seketika dari wanprestasi. Syarat dapat diduga akan dihapus apabila ada

kesengajaan dari debitur. Apabila ganti kerugian yang timbul disebabkan

oleh wanprestasi dan juga kesalahan dari kreditur, debitur hanya wajib

mengganti kerugian sebagian. Kreditur yang menuntut pengganti

kerugian harus menetapkan dan membuktikan bahwa debitur melakukan

wanprestasi dan menimbulkan kerugian pada kreditur.

Dalam penelitian ini penulis mengambil contoh kasus yang

pernah terjadi pada putusan Pengadilan Negeri Pekalongan Nomor

51/Pdt.G/2020/PN.Pkl mengenai tuntutan ganti kerugian akibat

wanprestasi antara PT United Dico Citas yang berlokasi di Jalan Kartini

No. 52 Semarang sebagai Penggugat dan Apotek Mawar sebagai

Tergugat berlokasi di Jalan Hos Cokroaminoto No. 93 Pekalongan.

9
Ibid., Hlm 14-15.
10
Ibid., Hlm 16.
7

Tergugat telah terdaftar sebagai pelanggan dengan kode pelanggan

Nomor : C08-02626 yang terdaftar atas nama Apotek Mawar.

Seiring berjalannya waktu pada bulan Oktober 2017 Tergugat

melakukan pemesanan obat kepada Penggugat dengan Faktur penjualan

Nomor 0362107 tertanggal 31 Oktober 2017 jatuh tempo tanggal 17

Oktober 2017. Setelah dipastikan bahwa barang pesanan Tergugat sudah

diterima dan proses tukar faktur penjualan sudah dilakukan, kemudian

Tergugat akan melakukan pembayaran sesuai dengan tanggal jangka

waktu yang telah disepakati. Dari faktur tagihan yang telah lewat tanggal

jatuh tempo pembayaran, faktanya Tergugat belum dapat melunasi sisa

pembayaran atas pesanan tersebut kepada Penggugat. Dengan demikian

tindakan Tergugat yang belum menyelesaikan kewajiban sisa

pembayaran atas faktur pesanan dan telah lewat tanggal tempo

pembayaran serta telah dilakukan somasi (Teguran hukum) oleh

Penggugat, hal tersebut membuktikan bahwa faktanya Tergugat

lalai/wanprestasi terhadap Penggugat.

Sengketa wanprestasi dapat diselesaikan melalui dua cara, yaitu

litigasi dan non litigasi. Litigasi atau penyelesaian sengketa melalui

proses persidangan, diawali dengan pengajuan gugatan kepada

Pengadilan Negeri dan diakhiri dengan putusan hakim. Sedangkan

penyelesaian melalui non litigasi ialah penyelesaian sengketa yang

dilakukan menggunakan cara-cara yang ada di luar pengadilan atau

menggunakan lembaga alternatif penyelesaian sengketa. Dalam kasus

yang terjadi antara PT. United Dico Citas dengan Apotek Mawar proses
8

penyelesaian yang dilakukan adalah menggunakan jalur litigasi dimana

pihak PT. United Dico Citas melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri

Pekalongan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan maka

penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam, dan

menuangkannya ke dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dengan

mengambil judul :

”Tuntutan Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli

Obat-Obatan”

B. Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk

melakukan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut terdapat kesamaan

permasalahan penelitian:

1. Skripsi Sri Redjeki Slamet11 yang dibuat pada tahun 2013 dengan

judul Tuntutan Ganti Rugi Dalam Perbuatan Melawan Hukum:

Suatu Perbandingan Dengan Wanprestasi. Penelitian ini

dimaksudkan untuk mengkaji mengenai konsep si hukum dari

perbuatan melawan hukum dan wanprestasi dalam hukum perdata

dan mengenai tuntutan ganti rugi akibat perbuatan melawan hukum

maupun akibat perbuatan cidera janji (wanprestasi) tersebut. Jenis

penelitian dibuat dan disusun dengan metode penelitian yuridis

normatif.

11
Slamet Sri Redjeki, Agustus 2017,”Tuntutan Ganti Rugi Dalam Perbuatan Melawan Hukum :
Suatu Perbandingan Dengan Wanprestasi” Lex Jurnalica.Vol. 10 No. 2.
9

2. Skripsi Harumi Chandraresmi12 yang dibuat pada tahun 2016

dengan judul Kajian Mengenai Gugatan Melawan Hukum

Terhadap Sengketa Wanprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ketentuan hukum yang dapat dijadikan sebagai

gugatan perbuatan melawan hukum terhadap wanprestasi dalam

kontrak. Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang bersifat

preskriptif. Penulisan hukum ini menggunakan pendekatan

perundang-undangan.

3. Skripsi Adinda Annisa Argaputri13 yang dibuat tahun 2018 dengan

judul Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Jual Beli Obat-obatan

Dan Kosmetik Melalui Internet Menurut Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui proses pelaksanaan perjanjian jual beli obat-obatan dan

kosmetik melalui internet dan mengetahui tanggung jawab jika

dalam perjanjian jual beli obat-obatan dan kosmetik melalui

internet menimbulkan kerugian bagi pembeli. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: Pelaksanaan perjanjian jual beli obat-obatan

dan kosmetik melalui internet memiliki beberapa proses, yaitu

penawaran, kesepakatan para pihak, pembayaran dan pengiriman.

Tanggung jawab jika dalam perjanjian jual beli obat-obatan dan

kosmetik melalui internet menimbulkan kerugian bagi pembeli,

maka pelaku usaha wajib melakukan pembayar ganti rugi kepada

12
Harumi Chandraresmi. Juni 2017. “Kajian Mengenai Gugatan Melawan Hukum Terhadap
Sengketa Wanprestasi” Jurnal Privat Law. Vol. V. No 1.
13
AdindaAnnisaArgaputri 2018. “TinjauanYuridisTentangPerjanjianJualBeliObatObatan Dan
KosmetikMelalui Internet MenurutUndang-UndangNomor 36 Tahun 2009” UniversitasMataram.
10

pembeli, dan pembeli dapat melakukan tuntutan berupa

wanprestasi dan tuntutan perbuatan melawan hukum. Jenis

penelitian ini adalah penelitian Empiris, menggunakan metode

pendekatan konseptual, pendekatan peraturan perundang-

undangan, dan pendekatan sosiologis.

4. Skripsi Selbi B. Daili14 yang dibuat pada tahun 2015 dengan judul

Perjanjian Jual Beli Melalui Internet Dan Akibat Hukumnya

Apabila Terjadi Wanprestasi. Penelitian ini dilakukan bertujuan

untuk mengetahui bagaimana keabsahan perjanjian jual beli

melalui internet dan bagaimana akibat hukum apabila terjadi

wanprestasi dalam jual beli melalui internet. Untuk itu bagi debitur

atau pihak yang mempunyai kewajiban melaksanakan prestasi

dalam perjanjian jual beli melalui internet tetapi melakukan

wanprestasi dapat menerima akibat hukum berupa membayar ganti

kerugian yang diderita oleh kreditur, menerima putusan perjanjian

disertai dengan pembayaran ganti kerugian, menerima peralihan

resiko sejak saat terjadinya wanprestasi dan membayar biaya

perkara jika diperkarakan di Pengadilan. Jenis penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif.

5. Skripsi I Made AditiaWarmadewa I Made Udiana 15 yang dibuat

pada tahun 2016 dengan judul Akibat Hukum Wanprestasi Dalam

Perjanjian Baku. Penelitian ini menjelaskan mengenai akibat

14
Selbi B. Daili, 2015, “Perjanjian Jual Beli Melalui Internet Dan Akibat Hukumnya Apabila
Terjadi Wanprestasi”, Lex Privatum, Vol. III/No. 3
15
I Made Aditia Warmadewa I Made Udiana, 2016, “Akibat Hukum Wanprestasi Dalam
Perjanjian Baku” , Journal Ilmu Hukum.
11

hukum apabila debitur melakukan wanprestasi dalam suatu

perjanjian baku. Perjanjian baku dapat berlaku sebagai perjanjian

yang mempunyai kekuatan hukum sebagimana diatur dalam Pasal

1320 dan 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

selanjutnya disebut KUHPerdata. Debitur wanprestasi diwajibkan

membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur, kreditur

dapat menuntut pemutusan/pembatalan perikatan melalui hakim,

resiko beralih kepada debitur sejak terjadi wanprestasi, debitur

wajib memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan atau

pembatalan disertai tuntutan ganti rugi, debitur wajib membayar

biaya perkara jika diperkarakan di muka Pengadilan. Metode

penulisan yang dipergunakan adalah metode penelitian normatif.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah

yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana penyelesaian tuntutan ganti kerugian akibat wanprestasi

dalam perjanjian jual beli obat-obatan?

2. Apakah hambatan-hambatan yang muncul dan bagaimana solusinya?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan ini

adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui penyelesaian tuntutan ganti kerugian akibat

wanprestasi dalam perjanjian jual beli obat-obatan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang muncul dan solusinya.

E. Manfaat Penelitian

Tiap penelitian harus mempunyai kegunaan bagi pemecahan masalah

yang diteliti. Untuk itu suatu penelitian setidaknya mampu memberikan

manfaat praktis pada kehidupan masyarakat. Kegunaan manfaat ini dapat

ditinjau dari dua segi yang saling berkaitan yakni dari segi teoritis dan segi

praktis. Dengan adanya penelitian ini penulis sangat berharap akan

memberikan manfaat :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran lebih

lanjut bagi pengadilan negeri pekalongan dan dapat digunakan sebagai

bahan kajian lebih lanjut terhadap penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat dari penelitian hukum ini yang

berkaitan dengan pemecahan masalah. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang penyelesaian

tuntutan ganti rugi akibat wanprestasi dalam perjanjian obat-obatan

serta diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai hambatan

yang terjadi dan diharapkan dapat membantu memberi masukan

kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

12
F. Metode Penelitian

1) Metode Pendekatan

Sesuai judul dan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

ini dan supaya dapat memberikan hasil yang bermanfaat maka

penelitian ini dilakukan dengan penelitian yuridis normatif.16 Metode

yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder belaka.17

2) Jenis Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu

penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang

keadaan subyek dan/atau obyek penelitian sebagaimana adanya.18

3) Sumber Data

Lazimnya didalam penelitian, dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang

pertama disebut data primer atau data dasar (primary data atau basic

data) dan yang kedua dinamakan data sekunder (secondary data). Data

primer diperoleh langsung dari sumber pertama, yakni warga

masyarakat melalui penelitian. Data sekunder adalah bahan hukum

yang mencakup 3 bahan hukum antara lain : bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

16
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta : Raja Grafindo Persada,Hlm 13.
17
Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Hlm
13.
18
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press, Cet. 111, Hlm. 12.

13
a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum bersifat

autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Dimana dalam hal ini

bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan,

catatan-catatan resmi, atau risalah dalam pembuatan peraturan

perundang-undangan.19Dalam penelitian ini, bahan hukum primer

yang digunakan penulis adalah Pasal 1238, Pasal 1243, Pasal 1244,

dan Pasal 1338 yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPerdata). Putusan Pengadilan Negeri

Pekalongan bernomor 51/pdt.G/2020/PN.Pkl.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder merupakan bahan hukum yang

mendukung dan memperkuat bahan hukum primer memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer yang ada sehingga dapat

dilakukan analisa dan pemahaman yang lebih mendalam.20

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini terdiri dari buku-

buku, jurnal, peraturan perundang-undangan, informasi dari internet

dan media informasi lain yang berkaitan dengan obyek pemasalahan

dalam penelitian ini. Ciri-ciri umum dari data sekunder, adalah :

1) Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap berbuat dan

dapat dipergunakan dengan segera

2) Baik bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk dan diisi

19
Marzuki Peter Mahmud, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, Hlm
141.
20
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudjo, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta : Rajawali Press, Hlm 23.

14
oleh peneliti-peneliti terdahulu sehingga peneliti kemudian tidak

mempunyai pengawasan terhadap pengumpulan, pengolahan,

analisa maupun konstruksi data.

Dari sudut tipe-tipenya, maka data sekunder dapat dibedakan antara

lain:

a) Data sekunder yang bersifat pribadi, yang antara lain mencakup:

(1) Dokumen pribadi, seperti surat-surat, buku harian, dan

seterusnya

(2) Data pribadi yang tersimpan di lembaga dimana yang

bersangkutan pernah bekerja atau sedang bekerja.

b) Data sekunder yang bersifat publik :

1) Data arsip, yaitu data yang dapat dipergunakan untuk

kepentingan ilmiah oleh para ilmuwan

2) Data resmi pada instansi-instansi pemerintah yang kadang-

kadang tidak mudah untuk diperoleh oleh karena mungkin

bersifat rahasia

3) Data lain yang dipublikasikan misalnya yurisprudensi

Mahkamah Agung21

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang merupakan

pelengkap yang sifatnya memberikan petunjuk dan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder.22 Bahan hukum tersier

21
Soerjono Soekanto, 2015, Pengantar Penelitian Hukum,. Jakarta : UI-Press,Hlm 11-12.
22
Ibid.

15
yang digunakan dalam penelitian ini seperti Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), kamus umum, kamus hukum dan lain-lain.

4) Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan digunakan metode pengumpulan data, antara

lain sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan

Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang

dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi dan

mempelajari peraturan perundang-undangan dan doktrin-doktrin

yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan.

b) Studi Lapangan

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung

terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data primer, yang

dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara digunakan untuk

mendapatkan keterangan secara lisan dari pihak yang dianggap

mampu memberikan keterangan secara langsung yang berhubungan

dengan data-data sekunder yang telah diperoleh, dalam hal ini adalah

Bapak Hilarius Grahita Setya Atmaja, S.H. dan Ibu Elin Pujiastuti,

S.H., M.H. sebagai hakim di Pengadilan Negeri Pekalongan serta

Pemilik Apotek Bapak Muhammad Sarwo Edi, S.Farm, Apt. pemilik

Apotek Melati Farma dan Ibu apt. Lely Nur Khikmah, S.Farm

sebagai pemilik Apotek Tasik Sehat guna mendapatkan data primer.

5) Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

16
metode analisis yang bersifat kualitatif yaitu dengan cara melakukan

interpretasi (penafsiran) terhadap bahan-bahan hukum yang telah

diolah. Penggunaan metode ini bertujuan untuk menafsirkan hukum.23

Analisis bahan hukum dilakukan sebagai kegiatan memberikan telahaan

yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah,

atau memberikan komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan

terhadap hasil penelitian.

6) Metode Penyajian Data

Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode

penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Data

akan disajikan secara deskriptif dengan menyusun secara sistematis

sehingga diperoleh uraian hasil penelitian yang bersifat deskriptif.24

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara keseluruhan isi dari penulisan

penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, berisi Sub Bab A. Latar Belakang, Sub

Bab B. Rumusan Masalah, Sub Bab C. Tujuan Penelitian, Sub Bab D.

Manfaat penelitian, Sub Bab E. Kajian Pustaka, Sub Bab F. Metode

Penelitian, Sub Bab G. Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, berisi Sub Bab A. Perjanjian

Jual Beli, Sub Bab B. Wanprestasi, Sub Bab C. Ganti Kerugian.


23
Ibid., Hlm 68.
24
http://cahayalaili.blogspot.com/2011/05/teknik-pengolahan-data-deskriptif.html diakses tanggal 7
November 2021

17
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi

Sub Bab A.Penyelesaian Tuntutan Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi

Dalam Perjanjian Jual Beli Obat-Obatan, Sub Bab B.Hambatan-Hambatan

Yang Muncul Serta Solusinya.

BAB IV : PENUTUP, berisi simpulan dan saran.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Jual Beli

1. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Jual beli adalah perjanjian timbal balik dalam mana pihak yang

satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu

barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk

membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari

perolehan hak milik tersebut.25 Berdasarkan ketentuan Pasal 1457

KUHPerdata, jual beli ditegaskan sebagai suatu perjanjian dengan

mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu

kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah

dijanjikan.26

Pasal 1233 KUHPerdata menyebutkan bahwa perikatan

dilahirkan dari undang-undang maupun perjanjian. Hubungan antara

perikatan dan perjanjian adalah perjanjian itu menerbitkan perikatan.

Perjanjian merupakan sumber yang melahirkan perikatan. Perikatan

dapat lahir dari suatu perjanjian atau dari undang-undang. Perikatan

yang lahir dari undang-undang dapat dibagi lagi atas perikatan-

perikatan yang lahir dari undang-undang saja dan yang lahir dari

undang-undang karena suatu perbuatan orang. Belakangan ini dapat

dibagi atas perikatan-perikatan yang lahir dari suatu perbuatan yang


25
A.Qirom Syamsudin Meliala, 2010, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Yogyakarta : Liberty, Hlm. 38.
26
I Ketut Oka Setiawan, 2019, Hukum Perikatan, Jakarta : Sinar Grafika, Hlm 158.

19
20

diperbolehkan dan yang lahir dari perbuatan yang melawan hukum.27

Menurut Pasal 1458 KUHPerdata, jual beli sudah dianggap

terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai

sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum

diserahkan maupun harganya belum dibayar, sehingga dengan lahirnya

“kata sepakat” maka lahirlah perjanjian itu dan sekalian pada saat itu

menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban, oleh karena itu maka

perjanjian jual beli dikatakan juga sebagai perjanjian konsensuil dan

sering juga disebut “perjanjian obligatur”.28

Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian antara pihak penjual

dan pihak pembeli, dimana pihak penjual mengikatkan diri untuk

menyerahkan hak miliknya atas sesuatu barang kepada pembeli, dan

pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga barang itu dengan

uang, sesuai dengan yang telah disepakati dalam perjanjian mereka.29

Pihak penjual berjanji menyerahkan atau memindahkan hak

milik atas barang yang ditawarkan, sedangkan pihak pembeli

menjanjikan membayar harga yang telah disetujuinya. Selanjutnya

dikatakan bahwa walaupun undang-undang tidak menyebutkan,

“harga” itu harus berupa sejumlah “uang” karena bila bukan uang

maka bukan lagi disebut jual beli tetapi “tukar menukar”.30

27
R. Subekti, 2001, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermassa, Hlm. 123.

28
A Qirom Syamsudin Meliala, Op.Cit., Hlm. 39.
29
Djohari Santoso & Achmad Ali, 1989, Hukum Perjanjian Indonesia, Yogyakarta: Perpustakaan
Fak. Hukum Universitas Islam Indonesia, Hlm 115.
30
I Ketut Oka Setiawan, Op Cit, Hlm 15.
21

Perkataan jual beli menunjukkan bahwa satu pihak melakukan

perbuatan yang dinamakan “menjual”, sedangkan dari pihak lain

dinamakan melakukan perbuatan “membeli”. Dengan demikian, jual

beli merupakan istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal

balik. Dalam bahasa inggris, jual beli disebut hanya sale saja, hal ini

hanya dilihat dari sudut penjual saja. Barang yang dijadikan objek jual

beli haruslah “tertentu”, setidaknya dapat ditentukan wujud dan

jumlahnya saat diserahkan hak miliknya kepada pembeli. 31

Wujud dari hukum jual beli adalah rangkaian hak-hak dan

kewajiban-kewajiban dari para pihak, yang saling berjanji, yaitu

penjual dan pembeli. Biasanya sebelum mencapai kesepakatan,

didahului dengan tawar menawar, yang berfungsi sebagai penentu

sejak kapan terjadi persetujuan tetap. Sejak terjadinya persetujuan

tetap, maka perjanjian jual beli tersebut baru dinyatakan sah dan

mengikat sehingga wajib dilaksanakan oleh penjual dan pembeli. Jual

beli merupakan perjanjian yang paling banyak diadakan dalam

kehidupan masyarakat.32

Akibat dari terjadinya perjanjian maka undang-undang

menentukan bahwa perjanjian yang sah berkekuatan sebagai undang-

undang. Oleh karena itu, semua persetujuan yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan adanya kata

31
Ibid,. Hlm 158.
32
Abdulkadir Muhammad, 2009, Hukum Perikatan, Bandung : Citra Aditiya Bakti, Hlm 317.
22

sepakat dari kedua belah pihak atau karena alasan-alasan oleh undang-

undang yang dinyatakan cukup untuk itu.33

Dalam pelaksanaan sebuah perjanjian, seringkali timbul

permasalahan, dimana salah satu pihak tidak melakukan

kewajibannya sehingga timbul kerugian dari perjanjian tersebut.

Tidak terpenuhinya kewajiban tersebut dapat disebabkan

karena kelalaian, kesengajaan, atau karena suatu peristiwa diluar

kemampuan masing-masing pihak sehingga terjadilah cidera janji

(wanprestasi). 34

2. Syarat Perjanjian Jual Beli

Syarat sahnya suatu perjanjian siatur dalam Pasal 1320

KUHPerdata yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Syarat pertama untuk terjadinya perjanjian ialah “sepakat mereka

yang mengikatkan dirinya”.Sepakat tersebut mencakup pengertian

tidak saja “sepakat” untuk mengikatkan diri, tetapi juga “sepakat”

untuk mendapatkan prestasi. Dalam perjanjian timbal balik,

masing-masing pihak tidak saja mempunyai kewajiban, tetapi juga

berhak atas prestasi yang telah diperjanjikan. Suatu perjanjian

sepihak yang memuat hak atau kewajiban satu pihak untuk

mendapatkan atau memberikan prestasi, tetapi mensyaratkan

adanya kata sepakat dari kedua belah pihak.35


33
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanungsong, 2007, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta : Grasindo,
Hlm 32.
34
Jihan Nazira Ardian, 2020, Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Alat Berat
Antara Pt Daya Kobelco Dan Pt Catur Batavia Transindo, UPN Veteran Jakarta,  Vol 2, No 1.
35
Herlien Budiono, 2011, Ajaran Umum Hukum Perjanjian & Penerapannya di
Kesepakatan diperlukan dalam mengadakan perjanjian, ini

berarti bahwa kedua belah pihak haruslah mempunyai kebebasan

kehendak, artinya masing-masing pihak tidak mendapat suatu

tekanan yang mengakibatkan adanya cacat dalam mewujudkan

kehendaknya.36

Kesepakatan harus diberikn secara bebas (sukarela), maka

KUHPerdata menyebutkan ada 3 (tiga) sebab kesepakatan tidak

diberikan secara sukarela yaitu karena adanya paksaan, kekhilafan

(dwaling) dan penipuan (bedrog). Hal ini diatur dalam Pasal 1321

yang menyebutkan :

“Tiada sepakat yang sah apabila sepakat ini diberikan karena

kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”

1) Kekhilafan (dwaling)

Kekhilafan dapat terjadi mengenai orang atau barang yang

menjadi tujuan pihak-pihak yang mengadakan

perjanjian.Menurut Pasal 1322 ayat (1) KUHPerdata

menyatakan bahwa kekhilafan tidak mengakibatkan batalnya

suatu perjanjian kecuali mengenai hakikat barang yang menjadi

pokok perjanjian. Pada Pasal 1322 ayat (2) KUHPerdata

dinyatakan bahwa kekhilafan itu tidak menjadi sebab kebatalan,

jika kekhilafan itu hanya terjadi mengenai siapa seorang

bermaksud membuat suatu perjanjian, kecuali perjanjian itu

telah dibuat mengingat dirinya orang tersebut.37

Bidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, Hlm 73.


36
I Ketut Oka Setiawan, Op Cit, Hlm 61.
37
Wirjono Prodjodikoro, 1984, Asas- asas Hukum Perjanjian, Jakarta : Ghalia Indonesia, Hlm. 14.

23
2) Paksaan

Maksud dari paksaan adalah perbuatan sedemikian rupa yang

dapat menimbulkan rasa takut pada diri seseorang, yang terjadi

karena adanya ancaman Perjanjian yang dibuat dengan suatu

paksaan dapat dimintakan pembatalannya atau dengan kata lain

perjanjian tersebut dapat dibatalkan.38

3) Penipuan (bedrog)

Dinyatakan dalam Pasal 1328 KUHPerdata :

“Merupakan suatu alasan untuk membatalkan suatu persetujuan,

apabila tipu muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak adalah

sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain

tidak telah membuat perikatan itu jika tidak dilakukan tipu

muslihat tersebut. Penipuan tidak dipersangkakan, tetapi harus

dibuktikan”.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

Pihak-pihak dalam membuat suatu perjanjian haruslah

cakap menurut hukum, hal ini ditegaskan dalam Pasal 1329

KUHPerdata berikut :

“Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan,

jika oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap”

Undang-undang yang dimaksud menyatakan tidak cakap itu

adalah Pasal 1330 KUHPerdata, yakni orang-orang yang belum

dewasa, mereka yang di bawah pengampuan, orang-orang

perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan


38
R. Subekti, Op. Cit, Hlm. 136.

24
pada umunya semua orang kepada siapa undang-undang telah

melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu.39

Mengenai orang-orang yang belum dewasa, kriterianya

ditentukan oleh Pasal 1330 KUHPerdata yaitu “belum dewasa

adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu

tahun dan sebelumnya belum kawin”. Bila perkawinan mereka

putus (cerai) sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun

maka mereka tidak lagi kembali dalam status belum dewasa.40

Mengenai mereka yang ditaruh di bawah pengampuan, Pasal 433

KUHPerdata menyatakan, bahwa :

“Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu,

sakit otak atau mata gelap harus ditaruh di bawah pengampuan,

pun jika ia kadang-kadang cakap mempergunakan pikirannya.

Seorang dewasa boleh juga ditaruh di bawah pengampuan karena

keborosannya”.

Dalam keadaan yang disebutkan di atas, pembentuk

undang-undang memandang bahwa yang bersangkutan tidak

mampu menjalani tanggung jawabnya dan oleh karena itu tidak

cakap bertindak untuk mengadakan perjanjian.41

Ketidakcakapan juga bisa terjadi karena undang-undang

menetapkan larangan membuat perjanjian tersebut. Mengenai

ketidakcakapan subjek hukum dalam melakukan perjanjian seperti

yang telah diuraikan sebelumnya dapat dibedakan menjadi :


39
I Ketut Oka Setiawan, Op Cit, Hlm 63.
40
Ibid.
41
Ibid., Hlm 64.

25
a) Ketidakcakapan untuk bertindak(handeling onbekwaamheid)

yaitu orang-orang yang sama sekali tidak dapat membuat suatu

perbuatan hukum yang sah. Orang-orang ini disebutkan Pasal

1330 KUHPerdata.

b) Ketidakberwenangan untuk bertindak (handeling onbevoegheid)

yaitu orang yang tidak dapat membuat suatu perbuatan hukum

tertentu dengan sah.42

c) Hal Tertentu

Syarat ketiga dari suatu perjanjian haruslah memenuhi “hal

tertentu”, maksudnya adalah suatu perjanjian haruslah memiliki

objek tertentu sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Objek

perjanjian itu diatur dalam Pasal 1333 KUHPerdata menyatakan:

“Suatu persetujuan harus mempunyai pokok suatu barang yang

paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan

bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu

terkemudian dapat ditentukan atau dihitung”.

Dalam hal yang disebutkan belakangan itu, maksudnya

tidkaklah harus sudah ada, atau sudah ada di tangannya si

berutang pada waktu perjanjian itu dibuat. Begitu juga

jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal kemudian dapat dihitung

atau ditetapkan.43

c. Sebab (Causa) yang Halal

42
Ibid., Hlm 66.
43
Ibid., Hlm 68.

26
Suatu perjanjian tanpa sebab atau dibuat karena sesuatu

sebab yang palsu atau terlarang. Sebab terlarang di sini maksudnya

adalah sebab yang dilarang oleh undang-undang, kesusilaan atau

ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPerdata). Perjanjian yang

demikian tidak mempunyai kekuatan (Pasal 1335 KUHPerdata).44

3. Subjek dan Objek Perjanjian Jual Beli

Dalam setiap perjanjian terdapat 2 (dua) macam subjek yaitu

pertama adalah manusia atau suatu badan hukum yang mendapat beban

kewajiban untuk sesuatu dan kedua seorang manusia yang mendapat

hak atas pelaksanaan kewajiban itu.45

Subjek yang berupa seorang manusia harus memenuhi syarat

umum untuk dapat melakukan perbuatan hukum secara sah yaitu harus

sudah dewasa, sehat pikirannya dan tidak oleh peraturan hukum

dilarang atau diperbatasi dalam melakukan hukum yang sah, seperti

peraturan pailit, peraturan tentang orang perempuan berkawin dan

sebagainya.46

Sedangkan objek adalah kebalikannya dari subjek. Objek dalam

perhubungan hukum perihal perjanjian ialah hal yang diwajibkan

kepada pihak berwajib (debitor), dan hal terhadap mana pihak berhak

(kreditor) mempunyai hak.47

Dalam perhubungan hukum perihal perjanjian mengenai suatu

benda seperti hal jual beli, maka objek dari berbagai perjanjian itu

44
Ibid., Hlm 69.
45
Ridwan Khairandy, 2014, Pokok-Pokok Hukum Dagang, Yogyakarta :Fakultas Hukum
Universitas IslamIndonesia Press, Hlm 13.
46
Ibid.
47
Ibid., Hlm 19.

27
lebih terang terwujudnya yaitu benda yang bersangkutan itu. Pada

umumnya objek dari perhubungan hukum perihal perjanjian jual beli

hampir selalu berupa suatu harta benda.48

Objek jual beli adalah barang dan harga. Barang adalah harta

kekayaan yang berupa benda material benda immaterial, baik bergerak

maupun tidak bergerak. Sedangkan harga ialah sejumlah uang yang

senilai dengan benda. Objek persetujuan jual beli adalah barang yang

diperjualbelikan tersebut. karena barang adalah essensial pada

perjanjian jual beli, maka tentunya tidak ada perjanjian jual beli, maka

tentunya tidak ada perjanjian jual beli apabila tidak ada barang yang

diperjualbelikan.

4. Hak dan Kewajiban Para Pihak

a) Hak Penjual dan Pembeli

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1457

KUHPerdata yang berbunyi:“Jual beli adalah suatu persetujuan,

dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk

membayar harga yang telah dijanjikan”.

Definisi pasal diatas, bahwa penjual berhak atas sejumlah

pembayaran atas barang yang telah diserahkan kepada pembeli

sebagaimana yang telah disepakati bersama. Disamping itu

pembeli berhak atas penyerahan barang yang telah dibelinya dari si

penjual.

b) Kewajiban Penjual dan Pembeli


48
Ibid.

28
Berdasarkan Pasal 1474 KUHPerdata ada dua kewajiban penjual

yakni menyerahkan benda dan yang dijualnya dan menanggung

atau menjamin.49 Kewajiban menyerahkan hak milik meliputi

segala perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk

mengalihkan hak milik atas barang yang diperjual belikan itu dari

si penjual kepada si pembeli.50

5. Penyerahan dan Pembayaran Jual Beli

a. Penyerahan

Penyerahan ditentukan oleh jenis barang apa yang harus

diserahkan karena tiap-tiap barang memiliki aturan penyerahan

sendiri.

a) Penyerahan barang bergerak

Penyerahan dilakukan dengan penyerahan kekuasaan atas

barang itu, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 612 ayat (1)

KUHPerdata yang berbunyi:

“Penyerahan kebendaan begerak, terkecuali tak bertubuh,

dilakukan dengan penyerahan yang nyata, akan kebendaan itu

oleh atau atas nama pemilik atau dengan penyerahan kunci-

kunci dari bangunan, dalam mana kebedaan itu berada”

Ada kalanya penyerahan tak perlu dilakukan bila kebendaan

yang harus diserahkan dengan alasan lain telah dikuasai oleh

orang yang hendak menerimanya.51

b) Penyerahan barang tetap


49
Ridwan Khairandy, 2016, Perjanjian Jual Beli , Yogyakarta : FH UII Press, Hlm. 79.
50
R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Cet. kesepuluh, Bandung, : PT. Citra Aditya Bakti, Hlm. 9.
51
I Ketut Oka Setiawan, Op Cit, Hlm 165

29
Terjadi dengan perbuatan “balik nama”, dalam bahasa Belanda

disebut overschrijiving, di hadapan pegawai. Balik nama diatur

dalam Pasal 616 KUHPerdata yang berbunyi52 :

“Penyerahan atau penunjukan akan kebendaan tak bergerak

dilakukan dengan pengumuman akta yang bersangkutan

dengan cara seperti ditentukan dalam Pasal 620”

c) Penyerahan barang bergerak tak bertubuh

Dilakukan dengan perbuatan yang disebut cassie, hal ini

diatur dalamPasal 613 KUHPerdata.53

Selain itu, dalam cara penyerahan perlu diingatkan bahwa

mengenai penyerahan atau levering dalam KUHPerdata

menganut sistem causal, yaitu suatu sistem yang

menggantungkan sahnya levering pada dua syarat berikut :

1) Sahnya titel yang menjadi dasar dilakukannya levering.

2) Levering tersebut dilakukan oleh orang-orang yang bebas

berbuat bebas (beschikking bevogd) terhadap barang di-

lever itu.54

Apabila titel (jual beli, tukar-menukar dan hibah)

tidak sah, batal, atau dibatalkan oleh hakim (karena

adanya paksaan, khilaf dan penipuan), maka levering

menjadi batal juga, begitu juga apabila orang yang

memindahkan tidak berkapasitas untuk itu (tidak berhak)

maka levering-nya juga batal.


52
Ibid.
53
Ibid., Hlm 166
54
Ibid.

30
Sistem causal biasanya dilawankan dengan sistem

abstrak yangdianut oleh Jerman, dimana pada sistem ini

levering dikonstruksikan lepas dari hubungan perjanjian

obligatoir dan berdiri sendiri. Di Perancis obligatoir

disatukan dengan levering, sedangkan di Belanda

merupakan dua peristiwa yang independen.55

Khusus untuk syarat yang kedua, sahnya levering

harus dilakukan oleh yang berhak dan ada

pengecualiannya, yaitu diatur dalam Pasal 1977 ayat (1)

KUHPerdata yang menentukan bahwa mengenai barang

begerak siapa yang mengiasainya dianggap sebagai

pemilik (bezit geldt als volkomen titel).56

Biaya penyerahan dipikul oleh si penjual,

sedangkan biaya pengambilan dipikul oleh si pembeli, jika

tidak telah dijanjikan sebaliknya (Pasal 1476

KUHPerdata). Yang dimaksud dengan biaya penyerahan

dalam hal ini adalah segala biaya yang dibutuhkan untuk

membuat barang yang dijual itu siap untuk diangkut ke

rumah pembeli. Adapun yang dimaksud dengan biaya

pengambilan yang harus dikeluarkan untuk mengangkut

barang itu ke rumah pembeli.57

Hal tersebut ada hubungannya dengan penyerahan

harus terjadi di alamat tempat barang yang tejual berada


55

56
Ibid.
57
Ibid., Hlm 167.

31
pada waku penjualan, jika tentang itu tidak telah diadakan

persetujuan lain (Pasal 1477 KUHPerdata). Namun

demikian, mengingat hukum perjanjian pada umumnya

dan hukum jual beli pada khususnya bersifat pelengkap

(aanvullend recht), maka dalam praktik dapat diatur

sendiri oleh para pihak secara menyimpang dari ketentuan

undang-undang.58

Kewajiban menyerahkan suatu barang meliputi

segala sesuatu yang menjadi perlengkapannya serta

dimaksudkn pemakaiannya yang tetap, beserta surat-surat

bukti miliknya, jika ada (Pasal 1482 KUHPerdata).59

Selain itu, undang-undang juga menetapkan bahwa

barangnya harus diserahkan dalam keadaan barang

tersebut berada pada waktu penjualan. Sejak saat itu

segala hasil menjadi kepunyaan si pembeli (Pasal 1481

KUHPerdata).60

b. Pembayaran

Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga

pembelian pada waktu dan di tempat sebagaimanaditetapkan

menurut perjanjian (Pasal 1513 KUHPerdata). Yang dimaksud

dengan “harga” tentulah berupa sejumlah uang. Dalam perjanjian

jual beli, di satu pihak ada barang, di pihak lain ada uang. Tentang

58
Ibid.
59
Ibid., Hlm 167-168.
60
Ibid., Hlm 168.

32
macam-macam uang tidak terbatas pada uang rupiah saja bisa juga

mata uang asing walaupun jual beli itu dilakukan di Indonesia.61

Selain itu “harga” harus ditetapkan oleh kedua belah pihak,

tetapi bisa juga iserahkan kepada pihak ketiga. Dalam hal pihak

ketiga tidak mampu menentukan harga itu maka tidaklah terjadi

pembelian. Perjanjian yang harganya ditetapkan oleh pihak ketiga,

pada hakikatnya merupakan perjanjian dengan syarat tangguh

karena perjanjian baru akan terjadi kalau harga itu sudah ditetapkan

oleh orang ketiga itu.62

Jika pada waktu membuat perjanjian tidak ditetapkan

tentang itu (tempat dan waktu), si pembeli harus membayar di

tempat dan pada waktu di mana penyerahan harus dilakukan (Pasal

1514 KUHPerdata).63

Jika si pembeli tidak membayar pembelian, si penjual dapat

menuntut pembatalan pembelin menurut ketentuan Pasal 1266 dan

1267 KUHPerdata. Meskipun demikian, dalam hal penjualan

barang-barang dagangan dan barang perabot rumah, pembatalan

pembelian untuk keperluan si penjual akan terjadi demi hukum dan

tanpa peingatan setelah lewatnya waktu yang ditentukan untuk

mengambil barang yang dijual.64

3. Berakhirnya Jual Beli

61
Ibid., Hlm 170.
62
Ibid., Hlm 170-171.
63
Ibid., Hlm 171.
64
Ibid.

33
Pada hakekatnya jual beli akan berakhir apabila telah dipenuhinya

prestasi antara penjual dan pembeli. Apabila jual beli dituangkan dalam

suatu kontrak perjanjian, maka jual beli akan berakhir apabila:

a) Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak

Undang-undang menentukan batas waktu berlakunya perjanjian

b) Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan

terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan berakhir

c) Pernyataan penghentian perjanjian dapat dilakukan oleh kedua

belah pihak atau salah satu pihak

d) Perjanjian berakhir karena putusan hakim

e) Tujuan dari perjanjian telah tercapai

f) Perjanjian hapus karena persetujuan dari para pihak.65

B. Wanprestasi

1. Pengertian Wanprestasi

Pada umumnya hak dan kewajiban yang lahir dari perikatan

dipenuhi oleh pihak-pihak baik debitur maupun kreditur. Akan tetapi

dalam praktik kadang-kadang debitur tidak mematuhi apa yang

menjadi kewajibannya dan inilah yang disebut “wanprestasi”.

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti

“prestasi buruk”. Selain itu, perkataan wanprestasi sering juga

dipadankan pada kata lalai atau alpa, ingkar janji, atau

65
Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Dagang, Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti, Hlm.59.

34
melanggarperjanjian, bila saja debitur melakukan atau berbuat sesuatu

yang tidak boleh dilakukan.66

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan

kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat

antara kreditur dengan debitur.67 Dalam Hukum Kontrak / Hukum

Perjanjian / Hukum Perikatan dikenal beberapa istilah penting seperti

wanprestasi, somasi, ganti rugi, resiko, dan keadaan memaksa.

Wanprestasi dapat diartikan sebagai “tidak melakukan prestasi” atau

“tidak melaksanakan kewajiban”.68

Pengertian wanprestasi menurut beberapa Ahli Hukum :

1. Menurut Harahap (1986), wanprestasi adalah sebagai pelaksanaan

kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak

menurut selayaknya. Sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak

debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi

(schadevergoeding), atau dengan adanya wanprestasi oleh salah

satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan

perjanjian.

2. Menurut Muhammad (1982), wanprestasi adalah tidak memenuhi

kewajiban yang harus ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan

yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul

karena Undang-undang.

66
I Ketut Oka Setiawan, Op Cit, Hlm 19.
67
Harumi Chandraresmi. Juni 2017. “Kajian Mengenai Gugatan Melawan Hukum Terhadap
Sengketa Wanprestasi” Jurnal Privat Law. Vol. V. No 1.
https://jurnal.uns.ac.id/privatlaw/article/view/19346/15288. Agustus 2021.
68
Iswi Hariyani dkk, 2018, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, Hlm
20.

35
3. Menurut Prodjodikoro (2000), wanprestasi adalah ketiadaan suatu

prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus

dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian.

4. Menurut Erawaty dan Badudu (1996), wanprestasi adalah

pengingkaran terhadap suatu kewajiban yang timbul dari suatu

perjanjian yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam perjanjian

tersebut.

5. Menurut Saliman (2004), wanprestasi adalah suatu sikap dimana

seseorang tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban

sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat

antara kreditur dan debitur.

2. Bentuk dan Syarat Dipenuhinya Wanprestasi

a) Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat pada waktunya. Dengan

perkataan lain, terlambat melakukan prestasi artinya meskipun

prestasi itu dilaksanakan atau diberikan tetapi tidak sesuai dengan

waktu penyerahan dalam perikatan. Prestasi yang demikian itu

disebut juga kelalaian.69

b) Tidak memenuhi prestasi, artinya prestasi itu tidak hanya terlambat

tetapi juga tidak bisa lagi dijalankan. Hal semacam ini disebabkan

karena :

1) Pemenuhan prestasi tidak mungkin lagi dilaksanakan karena

barangnya musnah

2) Prestasi kemudian sudah tidak berguna lagi karena saat

penyerahan mempunyai arti yang sangat penting.


69
I Ketut Oka Setiawan, Op. Cit, Hlm 19.

36
c) Memenuhi prestasi tidak sempurna artinya prestasi diberikan tetapi

tidak sebagaimana mestinya.70

Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa empat

macam :

a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

b) Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana

diperjanjikan

c) Melaksanakan apa yang diperjanjikannya tetapi terlambat

d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Adapun syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang

debitur sehingga dikatakan dalam keadaan wanprestasi, yaitu:

1) Syarat materiil, yaitu adanya kesengajaan berupa:

a) Kesengajaan adalah suatu hal yang dilakukan seseorang dengan di

kehendaki dan diketahui serta disadari oleh pelaku sehingga

menimbulkan kerugian pada pihak lain.

b) Kelalaian, adalah suatu hal yang dilakukan dimana seseorang yang

wajib berprestasi seharusnnya tahu atau patut menduga bahwa

dengan perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan

menimbulkan kerugian.

2) Syarat formil, yaitu adanya peringatan atau somasi hal kelalaian atau

wanprestasi pada pihak debitur harus dinyatakan dahulu secara resmi,

yaitu dengan memperingatkan debitur, bahwa kreditur menghendaki

pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek. Somasi

adalah teguran keras secara tertulis dari kreditur berupa akta kepada
70
Ibid.

37
debitur, supaya debitur harus berprestasi dan disertai dengan sangsi

atau denda atau hukuman yang akan dijatuhkan atau diterapkan,

apabila debitur wanprestasi atau lalai.71

3. Penyelesaian Wanprestasi

Setiap terjadi sengketa, para pihak yang bersangkutan tentunya

sengketa tersebut. Berbagai cara dapat digunakan untuk

menyelesaikannya, baik melalui pengadilan maupun di luar

pengadilan.72

Wanprestasi terjadi dalam kondisi salah satu pihak lalai melakukan

suatu kewajiban pemenuhan prestasi, jika demikian tidak semua

perbuatan wanprestasi dapat terjadi karena suatu kelalaian, dapat pula

terjadi tidak dipenuhinya suatu prestasi karena unsur kesengajaan.73

Wanprestasi harus didasari adanya suatu perjanjian atau perikatan,

baik perjanjian tersebut dibuat secara lisan atau tertulis, baik dalam

bentuk perjanjian di bawah tangan atau dalam akte autentik, tanpa

dilandasi perjanjian tidak dapat dinyatakan wanprestasi, melainkan

perbuatan melawan hukum. Pihak yang dirugikan karena tidak

dipenuhinya suatu prestasi dapat mengajukan gugatan keperdataan.74

Saat ini, dengan semakin sadarnya masyarakat akan hukum, ada

kecenderungan untuk menggunakan pengadilan untuk menyelesaian

sengketa yang terjadi antara para pihak. Hal ini selain memiliki

71
https://www.dppferari.org/pengertian-bentuk-penyebab-dan-hukum-wanprestasi/ diakses pada 6
Desember 2021
72
Jimmy Joses Sembiring, 2011, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, Jakarta :
Visimedia, Hlm 7.
73
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit. Hlm 56.
74
Yahman, 2019, Cara Mudah Memahami Wanprestasi dan Penipuan Dalam Hubungan Kontrak
Komersial, Jakarta: Kencana, Hlm 17.

38
pengaruh positif juga menimbulkan dampak negatif, yakni perkara yang

harus ditangani oleh pengadilan menumpuk sehingga penyelesaian atas

suatu sengketa menjadi lama.75

Selain faktor jangka waktu yang lama dalam berproses di

pengadilan, faktor biaya juga menjadi hambatan dalam menyelesaian

suatu sengketa. Oleh karena itu, saat ini mulai diperkenalkan alternatif

lain untuk menyelesaian sengketa di luar pengadilan yakni negosiasi,

arbitrase, mediasi dan konsiliasi.76

a. Perdamaian

Perdamaian merupakan cara terbaik dalam menyelesaikan

persengketaan di antara pihak berperkara. Dengan perdamaian, maka

pihak-pihak berperkara dapat menjajaki suatu resolusi yang saling

menguntungkan satu sama lain. Ini dikarenakan, dalam perdamaian,

yang ditekankan bukanlah aspek hukum semata, namun bagaimana

kedua belah pihak tetap dapat memperoleh manfaat yang sebesar-

besarnya dari pilihan-pilihan yang mereka sepakati. Disini terlihat

pula bahwa dengan perdamaian, penyelesaian justru lebih

mengedepankan sisi humanitas dan keinginan untuk saling

membantu dan berbagi. Tidak ada pihak yang kalah maupun

menang, yang ada hanyalah pihak yang menang secara bersama-

sama.77Dalam menyelesaikan sengketa wanprestasi yang dilakukan

pihak konsumen adalah upaya penyelesaian melalui jalur non-litigasi

75
Jimmy Joses Sembiring, Op. Cit, Hlm 9.
76
Ibid.
77
https://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/978-mediasi-di-pengadilan akses
tanggal 26 Desember Pukul 02.14

39
yakni secara musyawarah mufakat. Musyawarah mufakat merupakan

pembahasan yang dilakukan para pihak secara bersama-sama untuk

mencapai keputusan yang disepakati.

b. Litigasi

Debitur yang terbukti wanprestasi (ingkar janji) dan telah diberi

surat peringatan (somasi) berkali-kali, namun tetap tidak mau

melaksanakan kewajibannya, dapat digugat secara perdata melalui

Pengadilan Negeri untuk membayar ganti rugi.78

Litigasi adalah penyelesaian sengketa di muka pengadilan

berdasarkan hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia.

Penyelesaian sengketa via litigasi melibatkan hakim sebagai pihak

yang berwenang memeriksa hingga memutus perkara. Litigasi diatur

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman.79

Tahapan proses litigasi melalui Pengadilan Negeri adalah

sebagai berikut :

1) Penggugat atau melalui Kuasa Hukum mengajukan gugatan

yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan

menyerahkan :

a) Surat Permohonan / Gugatan, dan

b) Surat Kuasa yang sudah dilegalisasi (apabila menggunakan

Advokat)

2) Gugatan dan Surat Kuasa Asli harus mendapat persetujuan dari

78
Iswi Hariyani dkk, Op. Cit, Hlm 22.
79
Ibid., Hlm 41.

40
Ketua Pengadilan Negeri. Setelah mendapat persetujuan, maka

Penggugat / Kuasanya membayar biaya gugatan SKUM di

Kasir. Penggugat akan menerima tanda bukti penerimaan Surat

Gugatan dan tinggal menunggu Surat Panggilan sidang dari

Pengadilan Negeri yang disampaikan oleh Juru Sita Pengganti.

3) Menghadiri sidang sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

4) Sidang pertama dengan agenda pembacaan gugatan. Setelah

gugatan dibacakan maka hakim menawarkan kepada para pihak

apakah ingin menyelesaikan dengan upaya mediasi. Jika sepakat

maka kedua pihak mengadakan mediasi dengan dijembatani

oleh seorang mediator. Apakah mediasi yang ditengahi oleh

mediator telah mencapai kesepakatan maka hasilnya dibawa

kembali ke persidangan dan majelis hakim mengukuhkan

perdamaian antara kedua pihak sebagai putusan akhir dari

perkara tersebut.

5) Pembacaan jawaban. Jika upaya mediasi gagal, persidangan

dilanjutkan ke agenda berikutnya, yakni pembacaan jawaban

dari pihak Tergugat begitu seterusnya sesuai prosedur

persidangan acara perdata.

6) Replik, yaitu tanggapan balasan Penggugat atas jawaban

Tergugat.

7) Duplik, yaitu jawaban Tergugat atas Replik yang diajukan oleh

Penggugat.

8) Pembuktian.

41
9) Kesimpulan dari Penggugat dan Tergugat.

10) Putusan oleh Majelis Hakim

11) Upaya hukum banding (jangka waktu 14 hari sejak terbitnya

putusan)

12) Upaya hukum kasasi (jangka waktu 14 hari sejak terbitnya

putusan banding).80

c. Keuntungan dan Kelemahan Penyelesaian Litigasi

Persepsi umum yang lahir dan masih berkembang dalam

masyarakat adalah masih adanya ketidakpuasan sebagian masyarakat

terhadap badan pengadilan. Dalam krisis ekonomi yang

berkepanjangan, masyarakat masih melihat adanya ketidakpastian

dalam proses berperkara melalui pengadilan. Cukup banyak kasus

nyata di mana putusan pengadilan belum dapat memberi kepastian,

rasa keadilan dan sejenisnya.81

Kelebihan penyelesaian sengketa dengan sistem litigasi

adalah sebagai berikut :

a) Ruang lingkup pemeriksaannya lebih luas karena sistem

peradilan di Indonesia terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu

pengadilan umum, pengadilan agama, dan pengadilan niaga

sehingga hampir semua jenis sengketa dapat diperiksa melalui

jalur ini.

b) Biaya litigasi lebih murah dibandingkan dengan nonlitigasi.

Hal ini mengacu pada salah satu asas peradilan di Indonesia

80
Ibid., Hlm 28-29.
81
Ibid., Hlm 40.

42
yang harus dilaksanakan secara sederhana, cepat, dan biaya

ringan.

Adapun kekurangan penggunaan sistem litigasi

(pengadilan) antara lain sebagai berikut :

a) Proses peradilan memakan waktu yang lama karena

terbukanya kesempatan untuk mengajukan upaya hukum atas

putusan hakim melalui banding, kasasi, dan peninjauan

kembali.

b) Kemampuan hakim dalam memecahkan masalah terkendala

karena hakim harus menangani banyak sekali kasus hukum.

Apabila sengketa yang terjadi termasuk dalam bidang yang

tidak dikuasai hakim, para pihak tidak bisa memilih hakim

yang akan memeriksa perkara, sehingga hal ini akan

mempersulit penyusunan putusan yang adil sesuai bidang

sengketa. Di sisi lain, hakim juga tidak boleh menolak untuk

memeriksa suatu perkara meskipun aturan hukumnya tidak ada

atau tidak jelas.

c) Pada umumnya proses litigasi bersifat terbuka untuk umum

sehingga tidak dapat menjaga kerahasiaan para pihak, padahal

aspek kerahasiaan sangat penting.

d) Putusannya bersifat menang-kalah sehingga dapat merusak

hubungan bisnis di masa depan.

Dalam putusan Pengadilan Negeri Pekalongan Nomor

51/Pdt.G/2020/PN.Pkl mengenai tuntutan ganti kerugian akibat

43
wanprestasi antara PT United Dico Citas yang berlokasi di Jalan

Kartini No. 52 Semarang sebagai Penggugat dan Apotek Mawar

sebagai Tergugat berlokasi di Jalan Hos Cokroaminoto No. 93

Pekalongan. Tergugat telah terdaftar sebagai pelanggan dengan

kode pelanggan Nomor : C08-02626 yang terdaftar atas nama

Apotek Mawar.

Pada bulan Oktober 2017 Tergugat melakukan pemesanan

obat kepada Penggugat dengan Faktur penjualan Nomor 0362107

tertanggal 31 Oktober 2017 jatuh tempo tanggal 17 Oktober 2017.

Setelah dipastikan bahwa barang pesanan Tergugat sudah diterima

dan proses tukar faktur penjualan sudah dilakukan, kemudian

Tergugat akan melakukan pembayaran sesuai dengan tanggal

jangka waktu yang telah disepakati. Dari faktur tagihan yang telah

lewat tanggal jatuh tempo pembayaran, faktanya Tergugat belum

dapat melunasi sisa pembayaran atas pesanan tersebut kepada

Penggugat.

Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak dalam perjanjian

ini harus dinyatakan terlebih secara resmi yaitu dengan

memperingatkan kepada pihak yang lalai. Bahwa pihak kreditur

menghendaki pemenuhan prestasi oleh pihak debitur. Menurut

undang-undang peringatan tersebut harus dinyatakan tertulis,

namun sekarang sudah dilazimkan bahwa peringatan itu pula dapat

dilakukan secara lisan asalkan cukup tegas menyatakan desakan

44
agar segera memenuhi prestasinya terhadap perjanjian yang mereka

perbuat.

Dengan demikian tindakan Tergugat yang belum

menyelesaikan kewajiban sisa pembayaran atas faktur pesanan dan

telah lewat tanggal tempo pembayaran serta telah dilakukan somasi

(Teguran hukum) oleh Penggugat, hal tersebut membuktikan

bahwa faktanya Tergugat lalai/wanprestasi terhadap Penggugat.

Untuk menyusun gugatan ganti rugi karena adanya (ingkar

janji) haruslah hati-hati, jangan sampai ada kesalahan dalam posita

maupun petitumnya. Putusan Nomor 51/Pdt.G/2020/PN Pkl

gugatan dikabulkan sebagian dengan verstek dan menyatakan

bahwa Tergugat telah melakukan wanprestasi dan menghukum

Tergugat untuk membayar kerugian materiil yang diderita

Penggugat.

C. Ganti Kerugian

1. Ganti Rugi Akibat Wanprestasi

Perjanjian melahirkan perikatan, yang menciptakan kewajiban pada

salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian. Perikatan ini lahir karena

para pihak menghendakinya dan kehendak para pihak tertuju kepada

akibat hukum tertentu. Suatu kesepakatan berupa perjanjian pada

hakikatnya adalah mengikat yang sesuai dengan Pasal 1338

KUHPerdata, sehingga kesepakatan ini memiliki kekuatan mengikat

sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang membuatnya.82


82
Chandraresmi, Op. Cit, hlm 56.

45
Perjanjian melibatkan sekurangnya dua pihak yaitu debitur pada

satu pihak sebagai pihak yang berhak atas pelaksanaan prestasi oleh

kreditur, sesuai dengan yang telah dijanjikan oleh debitur. Dalam

perjanjian, pihak yang wajib untuk melakukan suatu prestasi dalam hal

ini debitur, dapat menentukan terlebih dahulu dengan menyesuaikan

pada kemampuannya untuk memenuhi prestasi dan untuk

menyelaraskan dengan hak dan kewajiban yang ada pada lawan

pihaknya, serta kreditur yang merupakan pihak yang mempunyai

piutang dari perjanjian yang telah dilakukan oleh pihak debitur.

Walaupun perjanjian dibuat dengan harapan semua yang telah

disepakati akan berjalan dengan normal, namun dalam prakteknya

pada kondisi tertentu pertukaran prestasi tidak selalu berjalan dengan

sebagaimana yang diharapkan sehingga muncul peristiwa yang disebut

dengan wanprestasi.

Ingkar janji (wanprestasi) membawa akibat sejak saat tersebut

debitur kewajiban mengganti kerugian yang timbul sebagai akibat

daripada ingkar janji tersebut. Menurut Pasal 1267 KUHPerdata, pihak

kreditur dapat menuntut debitur yang lalai untuk melakukan hal-hal

sebagai berikut :

1) Pemenuhan perikatan

2) Pemenuhan perikatan dengan ganti rugi

3) Ganti rugi

4) Pembatalan persetujuan timbal balik

5) Pembatalan dengan ganti rugi

46
Jika wanprestasi menimbulkan kewajiban ganti kerugian dan

kreditur dapat menuntut hal-hal di atas, maka melakukan tuntutan,

kreditur harus memahami mengenai kapan sesungguhnya debitur dapat

dikatakan telah ingkar janji.83

Ganti rugi diatur dalam Pasal 1243 hingga 1252 KUHPerdata.

Ganti rugi adalah akibat hukum yang ditanggung debitur yang terbukti

wanprestasi atau tidak memenuhi kewajiban. Ganti rugi dapat berupa

tindakan mengganti biaya, mengganti kerugian, atau membayar

denda/bunga.84 Komponen ganti rugi adalah:

a) Biaya, meliputi segala biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak

yang dirugikan sehubungan dengan kontrak

b) Rugi, pengertian rugi disini dalam arti sempit adalah

berkurangnya nilai kekayaan dari pihak yang dirugikan karena

adanya wanprestasi dari pihak lainnya

c) Bunga, adalah dimaksudkan sebagai kekurangan yang

seharusnya diperoleh tetapi tidak jadi diperoleh oleh pihak

kreditur karena adanya wanprestasi debitur.85

Jika wanprestasi menimbulkan kewajiban ganti kerugian dan

kreditur dapat menuntut hal-hal di atas, maka melakukan tuntutan,

kreditur harus memahami mengenai kapan sesungguhnya debitur dapat

dikatakan telah ingkar janji.86


83
Slamet Sri Redjeki, Agustus 2017,”Tuntutan Ganti Rugi Dalam Perbuatan Melawan Hukum :
Suatu Perbandingan Dengan Wanprestasi” Lex Jurnalica. Vol. 10 No. 2.
https://media.neliti.com/media/publications/18068-ID-tuntutan-ganti-rugi-dalam-perbuatan-
melawan-hukum-suatu-perbandingan-dengan-wanp.pdf. September 2020
84
Iswi Hariyanidkk, 2018, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, hlm
23
85
Nanda Amalia, Op. Cit, Hlm 10-11.
86
Slamet Sri Redjeki, Op. Cit, Hlm 114.

47
Kerugian yang diderita Penggugat mencakup kerugian materiil dan

kerugian immateriil. Kerugian materiil meliputi kewajiban sisa pokok

pembayaran atas pesanan tergugat yang harus dibayar lunas sedangkan

kerugian imateriil yaitu kerugian berupa waktu, tenaga, pikiran dan

terganggunya usaha penggugat akibat perbuatan wanprestasi yang

dilakukan oleh tergugat sekalipun tidak dapat dinilai dengan uang.

Berkaitan dengan ganti rugi, Undang-Undang memberikan

ketentuan mengenai apa yang dapat dimasukkan dalam ganti rugi.

Berarti dalam hal ini terdapat ketentuan pembatasan dari apa yang boleh

dituntut dalam ganti rugi. Ketentuan Pasal 1247 KUHPerdata

menyebutkan, “Si beruntung hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi

dan bunga yang nyata telah atau sedianya harus dapat diduganya

sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya

perikatan itu disebabkan sesuatu tipu daya yang dilakukan olehnya”.87

Sebagaimana dikutip dari buku Hukum Perikatan yang ditulis

oleh J.Satrio, ada tiga jenis bunga yaitu:

1) Bunga moratoir, yaitu bunga yang terhutang karena debitur

terlambat memenuhi kewajiban membayar sejumlah utang

2) Bunga konventional, yaitu bunga yang disepakati para

pihak

3) Bunga kompensatoir, yaitu semua bunga, di luar bunga yang

diperjanjikan

Bunga moratoir merupakan bunga kompensatoir, yang artinya

adalah ganti rugi dalam wujud sejumlah uang, sebagai akibat dari
87
Ibid,. Hlm 115.

48
tidak atau terlambat dipenuhinya perikatan yang berisi kewajiban

pembayaran sejumlah uang oleh debitur.88

Pada prinsipnya bunga moratoir ini tidak perlu dibuktikan adanya

suatu kerugian oleh kreditur, namun untuk pengenaan bunga moratoir

hanya harus dibayar terhitung mulai dari diminta di muka Pengadilan,

kecuali dalam hal-hal yang mana undang-undang menetapkan bahwa

ia berlaku demi hukum.89

Undang-undang menentukan kerugian yang berhak dituntut

kreditur jika debitur wanprestasi yaitu kerugian yang nyata atau

kerugian yang dapat diduganya ketika perikatan diadakan. Bahwa

jumlah kerugian yang diderita kreditur dilakukan dengan

membendingkan keadaan kekayaan kreditur sebelum dan sesudah

ingkar janji tersebut. Praktik pengadilan menunjukkan bahwa dalam

rangka menuntut kerugian yang nyata, perincian dan jumlah kerugian

yang diderita kreditur harus dibuktikan.90

2. Sanksi Bagi Debitur yang Wanprestasi

Kreditur yang menderita kerugian karena debiturnya wanprestasi

dapat memilih berbagai kemungkinan, antara lain :

a) Kreditur dapat minta pelaksanaan perjanjian, walaupun terlambat

b) Kreditur dapat minta ganti rugi, yaitu kerugian karena debitur tidak

berprestasi, berprestasi tapi tidak tepat waktu, atau berprestasi yang

tidak sempurna.

88
Bimo Prasetio, “Aturan Pengenaan Bunga Kepada Debitur yang Lalai”.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt505747d665ed5/bunga/, dikutip pada 11
Januari 2022, Pukul 10.11 WIB.
89
Ibid,.
90
Badrulzaman, Mariam Daru, Op. Cit, Hlm 39.

49
c) Kreditur dapat minta pelaksanaan perjanjian disertai ganti kerugian

sebagai akibat lambatnya pelaksanaan perjanjian

d) Dalam perjanjian yang bertimbal balik, kelalaian satu pihak

memberi hak kepada pihak lawannya untuk minta kepada Hakim

agar perjanjian dibatalkan disertai ganti kerugian. Hak ini diberikan

oleh Pasal 1266 KUHPerdata yang menetapkan tiap perjanjian

bilateral selalu dianggap telah dibuat dengan syarat bahwa

kelalaian satu pihak akan mengakibatkan pembatalan perjanjian

akan tetapi pembatalan mana harus dimintakan kepada Hakim.91

Dalam hal di atas para pihak yang berkontrak dapat mengadakan

ketentuan bahwa pembatalan tidak usah dibatalkan hakim, sehingga

dengan sendirinya perjanjian akan hapus manakala satu pihak ingkar

janji.92

Kasus lain yang pernah terjadi juga ada yaitu antara PT Millennium

Pharmacom International dengan Apotik Sandi Jaya terkait dengan

perjanjian pembelian sejumlah obat-obatan sehingga terjadinya

wanprestasi yang disebabkan karena kelalaian dan berujung pada

perkara di pengadilan. PT Millennium Pharmacom International

sebagai kreditur bertemu dengan perwakilan dari Apotik Sandi Jaya

sebagai debitur yang akan melakukan kegiatan jual beli obat-obatan.

Pertemuan berlangsung dan perjanjian telah disetujui dengan catatan

pihak Apotik Sandi Jaya memberikan down payment terlebih dahulu

dan pihak PT Millennium Pharmacom International Tbk akan

91
Setiawan I Ketut Oka, Op. Cit, Hlm 20.
92
Ibid., Hlm 21.

50
mengirimkan seluruh barang yang dipesan oleh pihak Apotik Sandi

Jaya. Pembayaran selanjutnya akan dibayarkan secara bertahap oleh

debitur setiap bulannya dan apabila tidak membayarkan pada tanggal

pembayaran yang telah di setujui dalam perjanjian, pihak kreditur akan

memberikan surat teguran dan akan menindak serius keadaan ini

apabila tidak ditanggapi oleh pihak debitur.93

Sebagai jaminan untuk melakukan pembeliaan obat-obatan tersebut

maka debitur turut menyertakan surat atas tanah dengan legalisasi

nomor 313/leg/III/2007 dalam perjanjian jual beli obat-obatan itu, yang

kemudian disetujui oleh pihak kreditur dan berlaku sebagai jaminan.

Apabila kemudian hari pihak debitur tidak dapat atau tidak melunasi

dan tidak menjalani kewajibannya maka pihak kreditur akan mengambil

surat atas tanah dan mendapatkan uang ganti rugi selisih dari

kekurangan pembayaran obat obat tersebut.94

Berdasarkan penjelasan yang ada dapat dinyatakan bahwa tindakan

Tergugat dalam perkara putusan nomor 609/Pdt.G/2017/PN.Mdn

merupakan wanprestasi. Pihak Penggugat telah melaksanakan isi

perjanjian dengan sebagaimana mestinya yaitu mensuplai obat-obatan

sesuai dengan permintaan Tergugat dan pihak Tergugat tidak

melaksanakan isi perjanjian tersebut yaitu tidak melaksanakan

pembayaran sebagaimana mestinya.95

Hal ini menyebabkan pihak kreditur memberikan surat peringatan


93
Amos Teguh Francesco Nugraha Sitompul, “Analisis Yuridis Terhadap Gugatan Wanprestasi Pt
Millennium Pharmacom International.Tbk Tentang Kekurangan Pembayaran Obat Yang
Dilakukan Oleh Apotik Sandi Jaya (Studi Putusan Nomor: 609/Pdt.G/2017/PN Mdn)”, Strata-1,
Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2020, Hlm. 6.
94
Ibid., Hlm. 7.
95
Ibid., Hlm 62.

51
(somasi) yang isinya mengingatkan kembali debitur untuk melakukan

pembayaran sesuai dengan perjanjian jual beli yang telah disepakati

oleh kedua belah pihak. Namun hal ini tetap tidak mendapatkan respon

dari pihak debitur dan menyebabkan pihak kreditur memberikan surat

peringatan untuk menegaskan bahwa pembayaran harus segera

dilakukan, apabila tidak dilakukan sesuai dengan yang ada dalam

perjanjian maka untuk menyelesaikan permasalahan ini salah satunya

adalah dengan memakai jalur hukum.96

Pihak debitur merespon dan mengakui bahwa mereka sedang dalam

kesulitan keuangan karena lambatnya perputaran penjualan obat-obatan

pada waktu itu, sehingga pihak debitur memberikan usulan untuk

melakukan pencicilan pembayaran namun tidak pada jumlah yang telah

disepakati dan relatif lebih kecil. Hal ini ditolak oleh pihak kreditur

dengan alasan untuk mengikuti perjanjian jual beli yang telah

disepakati, maka segala sesuatu yang di luar perjanjian tersebut tidaklah

benar untuk diikuti. Oleh karena hal ini pihak kreditur tetap ingin

menggunakan jalur hukum sebagai jalan tengah masalah ini. Pihak

debitur mengikuti dan memahami maksud dari pihak kreditur.97

Dalam hal ini Penggugat adalah PT Millennium Pharmacom

International, sedangkan Tergugat adalah pemilik Apotik Sandi Jaya.

Hubungan hukum antara Penggugat dan Tergugat terjadi karena

Penggugat membuat perjanjian dengan Tergugat tentang

pemasaran/penjualan obat-obatan, dimana Penggugat selaku distributor

96
Ibid., Hlm. 7.
97
Ibid., Hlm. 8.

52
menyediakan obat-obatan yang dipesan oleh Tergugat untuk

dipasarkan/dijual di Apotik Sandi Jaya. Unsur yang terkandung dalam

Pasal 1320 KUHPerdata telah terpenuhi, maka apa yang telah

diperjanjikan dan disepakatinya diantara pihak Penggugat dengan

Tergugat tersebut menjadi undang-undang bagi mereka. Tidak jarang

pula debitur lalai melaksanakan kewajibannya atau tidak melaksanakan

seluruh prestasinya di dalam pemenuhan suatu prestasi atas perjanjian

yang telah dibuat oleh para pihak, hal ini disebut wanprestasi. Tindakan

Tergugat dalam perkara merupakan wanprestasi. Pihak Tergugat tidak

melaksanakan isi perjanjian tersebut yaitu tidak melaksanakan

pembayaran sebagaimana mestinya. Tergugat telah menyetujui apa

yang telah di sepakati dalam perjanjian jual beli dengan Penggugat

yakni: membayar sebesar Rp 786.297.942,25,- (Tujuh Ratuh Delapan

Puluh Enam Juta Dua Ratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu Sembilan

Ratus Empat Puluh Dua Koma Dua Puluh Lima Rupiah) dan akan

membayar pengambilan obat-obatan tersebut kepada Penggugat dengan

cara mentransfer ke rekening Penggugat selambat-lambatnya 45 (empat

puluh lima) hari sampai dengan 50 (lima puluh) hari setelah Tergugat

menerima obat-obatan dari Penggugat. Namun yang terjadi adalah

Tergugat hanya membayar dengan nilai sebesar Rp 512.163.013,75,-

(Lima Ratus Dua Belas Juta Seratus Enam Puluh Tiga Ribu Tiga Belas

Koma Tujuh Puluh Lima Rupiah), yang artinya Tergugat tidak

memenuhi kewajiban dan melakukan wanprestasi. Pihak Penggugat

juga telah memberikan surat peringatan kepada Tergugat untuk

53
memenuhi prestasinya tetapi Tergugat tetap tidak membayarkan

pelunasan tersebut, maka Tergugat telah ingkar janji terhadap apa yang

telah disepakatinya.98

Hal ini menyebabkan pihak kreditur memberikan surat peringatan

(somasi) yang isinya mengingatkan kembali debitur untuk melakukan

pembayaran sesuai dengan perjanjian jual beli yang telah disepakati

oleh kedua belah pihak. Namun hal ini tetap tidak mendapatkan respon

dari pihak debitur dan menyebabkan pihak kreditur memberikan surat

peringatan untuk menegaskan bahwa pembayaran harus segera

dilakukan, apabila tidak dilakukan sesuai dengan yang ada dalam

perjanjian maka untuk menyelesaikan permasalahan ini salah satunya

adalah dengan memakai jalur hukum.99

98
Ibid., Hlm. 98.
99
Ibid., Hlm. 7.

54
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyelesaian Tuntutan Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi Dalam

Perjanjian Jual Beli Obat-obatan

Pengertian wanprestasi dapat diartikan tidak terlaksananya prestasi

karena kesalahan debitur baik karena kesengajaan atau kelalaian. Pihak

yang merasa dirugikan akibat adanya wanprestasi bisa menuntut

pemenuhan perjanjian, pembatalan perjanjian atau meminta ganti kerugian

pada pihak yang melakukan wanprestasi. Ganti kerugiannya bisa meliputi

biaya yang nyata-nyata telah dikeluarkan, kerugian yang timbul sebagai

akibat adanya wanprestasi tersebut, serta bunga. Apabila telah terjadi

wanprestasi maka langkah yang dapat diambil adalah melakukan

somasi/teguran atas tindakan ingkar janji tersebut. Somasi/teguran ini

bermanfaat untuk mengingatkan pihak yang telah wanprestasi terhadap

kewajiban yang harus dipenuhi sesuai perjanjian.

Untuk menuntut pembatalan suatu kontrak dan ganti rugi dari debitur,

pertama-tama debitur harus wanprestasi, dan wanprestasi itu terjadi karena

kesalahan atau kelalaiannya. Tidak dilaksanakannya kewajiban kontrak

tidak membuat debitur serta merta (otomatis) berada dalam keadaan

wanprestasi. Untuk membuatnya berada dalam keadaan wanprestasi,

kreditur harus melakukan langkah pendahuluan berupa penyerahan surat

peringatan (somasi) kepada debitur.

55
56

Somasi yang tidak dipenuhi oleh debitur tanpa alasan yang sah akan

membawa debitur berada dalam keadaan lalai, dan sejak saat itu semua

akibat wanprestasi mulai berlaku terhadap debitur. Dengan terjadinya

keadaan wanprestasi, maka terbitlah hak kreditur untuk menuntut

pembatalan kontrak dan ganti rugi.

Debitur wajib membayar ganti rugi, setelah dinyatakan lalai ia tetap

tidak memenuhi prestasi itu”. (Pasal 1243 KUHPerdata). “Ganti rugi

terdiri dari biaya, rugi, dan bunga” (Pasal 1244 s.d. 1246 KUHPerdata).

Ganti rugi harus mempunyai hubungan langsung (hubungan kausal)

dengan ingkar janji” (Pasal 1248 KUHPerdata) dan kerugian dapat diduga

atau sepatutnya diduga pada saat waktu perikatan dibuat.

Penggugat yang akan menuntut haknya disyaratkan untuk membuat

surat gugatan, artinya harus dibuat secara tertulis, agar menjadi terang dan

jelas apa yang sesungguhnya menjadi latar belakang alasan dan tujuan

diajukannya gugatan tersebut, hal ini diatur di dalam Hukum Acara

Perdata Indonesia. Surat gugatan adalah suatu surat yang diajukan oleh

Penggugat kepada Ketua Pengadilan yang berwenang, yang memuat

tuntutan hak yang di dalamnya mengandung suatu sengketa dan sekaligus

merupakan dasar landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian

kebenaran suatu hak.100

Gugatan juga sangat penting bagi pihak Tergugat dan terutama bagi

hakim yang memeriksa dan memutus perkara yang bersangkutan. Tergugat

akan mendasarkan jawaban-jawabannya, baik berupa pengakuan ataupun

100
A Mukti Arto, 2008, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, Hlm 39.
57

bantahannya, mengacu pada dalil-dalil yang terurai pada surat gugatan

Penggugat tersebut. Hakim pemeriksa perkara, akan mendasarkan proses

pemeriksaan perkara, maupun putusannya, pada dalik-dalil Penggugat

dalam surat gugatannya yang dikaitkan dengan pembuktian di muka

persidangan.101

Dalam kasus yang terjadi antara PT. United Dico Citas dengan

Apotek Mawar proses penyelesaian yang dilakukan adalah menggunakan

jalur litigasi dimana pihak PT. United Dico Citas melakukan gugatan ke

Pengadilan Negeri Pekalongan.

Hasil wawancara dengan salah satu Hakim Pengadilan Negeri

Pekalongan bernama Bapak Hilarius Grahita Setya Atmaja, S.H. mengenai

penyelesaian tuntutan ganti kerugian akibat wanprestasi menjelaskan

bahwa: “Putusan dijatuhkan secara verstek, adalah putusan yang

dijatuhkan karena tidak hadirnya tergugat”.102

Menjelaskan bahwa kasus wanprestasi yang terjadi antara PT. United

Dico Citas dengan Apotek Mawar dijatuhkan secara verstek. Putusan

verstek adalah putusan yang dijatuhkan apabila tergugat tidak hadir atau

tidak juga mewakilkan kepada kuasanya untuk menghadap meskipun ia

sudah dipanggil dengan patut.

Verstek adalah suatu kewenangan yang diberikan hukum kepada

hakim untuk memeriksa dan memutus perkara tanpa hadirnya tergugat.

Verstek menurut istilah dibagi menjadi dua yaitu, verstek-procedure yaitu

memeriksa perkara diluar hadir tergugat dan verstek-vonnis yaitu putusan


101
Sunarto, 2014, Peran Akitf Hakim Dalam Perkara Perdata, Jakarta: Kencana, Hlm 5.
102
Hasil wawancara dengan Bapak Hilarius Grahita Setya Atmaja, S.H. Hakim Pengadilan Negeri
Pekalongan.
yang dijatuhkan hakim tanpa hadirnya tergugat.103 Sedangkan menurut

bahasa verstek ialah keputusan sidang atau vonnis yang diberikan oleh

hakim tanpa hadirnya tergugat/terdakwa. 104 Pengertian teknis verstek ialah

pemberian wewenang kepada hakim untuk memeriksa dan memutus

perkara meskipun penggugat atau tergugat tidak hadir di persidangan pada

tanggal yang ditentukan. Dengan demikian, putusan diambil dan

dijatuhkan tanpa bantahan atau sanggahan dari pihak yang tidak hadir.105

Ada dua pendapat hakim dalam memutuskan perkara, berdasarkan

hukum perdata verstek asalkan tidak melawan hukum gugatan itu wajib

dikabulkan karena salah satu pihak tidak melawan jadi tidak ada

sanggahan dan karena tidak melawan hukum jadi wajib dikabulkan.

Namun ada juga hakim yang berpendapat walaupun salah satu pihak tidak

hadir tetapi untuk memenuhi asas kehati-hatian dalam hukum perlu adanya

pembuktian.

Adapun petitum dari Pihak Penggugat dalam perkara ini adalah

sebagai berikut:

1) Menerima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya

2) Menyatakan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi

3) Menghukum untuk membayar kerugian materiil yang diderita

penggugat, secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak

dibacakannya putusan ini, dengan rincian sebagai berikut :

Kerugian Materiil :

103
M.Anshary, 2017, Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, Cet. I,
Bandung: Mandar Maju, Hlm 104.
104
Yan Pramadya Puspa, 1977, Kamus Hukum, Semarang: Aneka Ilmu, Hlm 881.
105
Ibid., Hlm 382.

58
a. Kewajiban sisa pokok pembayaran atas pesanan tergugat yang

harus dibayar secara lunas dan sekaligus kepada penggugat

yaitu sebesar Rp. 26.528.650

b. Bunga Moratoir (Vide Pasal 1767 KUHPerdata) yang

besarannya ditetapkan dalam Lembaran Negara Tahun 1948

Nomor 22, yaitu sebesar 6% Pertahun, sebesar Rp. 54.118.446

c. Keuntungan yang diharapkan akibat keterlambatan pembayaran

tersebut sebesar 4% per Bulan, dari sisa pokok pembayaran

sebesar Rp. 26.528.650 (Dua puluh enam juta lima ratus dua

puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah), yang

terhitung sejak bulan Oktober 2017 s/d gugatan ini diajukan

pada bulan September 2020 yaitu selama 34 Bulan, sehingga

ketentuannya, yaitu :

Rp. 26.528.650 (Kewajiban Pokok) x 4% (Keuntungan) x 35

Bulan (Keterlambatan) = Rp. 37.140.110

Sehingga adapun perhitungan total nilai keseluruhan kerugian

materiil yang diderita penggugat, yaitu :

Rp. 26.528.650 (Kewajiban Sisa Pokok) + Rp. 54.118.446

(Bunga Moratoir) + Rp. 36.078.964 (Keuntungan yang

diharapkan) = Rp. 116.726.060.

4) Menghukum tergugat untuk membayar kerugian imateriil yang

diderita penggugat, secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak

dibacakannya putusan ini.

59
5) Menghukum tergugat untuk memb ayar uang paksa (Dwangsom)

sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap harinya,

apabila tergugat lalai dalam memenuhi isi putusan.

6) Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu

meskipun ada upaya hukum Verzet, Banding dan Kasasi.

7) Menghukum tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul

dalam perkara ini.

Adapun putusan hakim adalah sebagai berikut :

1) Menyatakan tergugat telah dipanggil dengan patut tetapi tidak

hadir.

2) Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian dengan verstek

3) Menyatakan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan

wanprestasi.

4) Menghukum tergugat untuk membayar kerugian materiil yang

diderita penggugat secara tunai, dengan rincian sebagai berikut :

a. Kewajiban sisa pokok pembayaran atas pesanan tergugat

yang harus dibayar secara lunas dan sekaligus kepada

penggugat yaitu sebesar Rp. 26.528.650

b. Bunga Moratoir (Vide Pasal 1767 KUHPerdata) yang

besarannya ditetapkan dalam Lembaran Negara Tahun 1948

Nomor 22, yaitu sebesar 6% Pertahun sebesar Rp.

54.118.446.

60
5) Menolak gugatan penggugat untuk selain dan selebihnya.

6) Menghukum tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul

dalam perkara.

Majelis Hakim menimbang bahwa gugatan penggugat

sebagaimana dalam petitumnya tersebut tidak seluruhnya dapat

dikabulkan, oleh karenanya Majelis Hakim menyatakan

mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian. Karena gugatan

penggugat dikabulkan sebagian, maka harus menyatakan menolak

gugatan penggugat untuk selain dan selebihnya.

Ada dua cara menyelesaikan wanprestasi dalam perjanjian obat-

obatan yang terkandung dalam putusan, yaitu dengan cara sukarela

(dalam hal pihak yang kalah dengan sukarela melaksanakan putusan)

tersebut, dan dengan cara paksa melalui proses eksekusi oleh

Pengadilan. Pada prinsipnya eksekusi sebagai tindakan paksa

menjalankan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum

tetap, baru merupakan pilihan hukum apabila pihak yang kalah

(tergugat) tidak mau menjalankan atau memenuhi isi putusan secara

sukarela. Jika pihak yang kalah bersedia menaati dan memenuhi

putusan secara sukarela, tindakan eksekusi harus disingkirkan.

Dalam putusan perjanjian jual beli obat-obatan pihak debitur

merealisasikan hasil putusan secara sukarela sehingga pelaksanaan

putusan harus dilakukan dengan melaksanakan putusan. Adapun

benda yang disita oleh pengadilan untuk dilelang meliputi seluruh

harta kekayaan milik pemohon eksekusi senilai jumlah uang yang

61
harus dibayarkan kepada pemohon eksekusi. Adanya perintah

penjualan lelang, dilanjutkan dengan penjualan lelang setelah

terlebih dahulu dilakukan pengumuman sesuai dengan ketentuan

pelelangan. Lalu diakhiri dengan penyerahan uang hasil lelang

kepada pemohon eksekusi sesuai dengan jumlah yang tercantum

dalam putusan.

Mengenai gugatannya, karena memang pihak tergugat tidak hadir

maka gugatan dapat dikabulkan secara menyeluruh tetapi Majelis

hakim tetap mempertimbangkan petitumnya. Mengenai kasus pada

putusan Nomor 51/Pd.G/2020/PN.Pkl menghukum Tergugat untuk

membayar Kerugian Materiil yang diderita Penggugat, secara tunai

dan sekaligus terhitung 14 hari sejak dibacakannya putusan ini,

dengan rincian sebagai berikut :

Kerugian Materiil:

a. Kewajiban sisa pokok Pembayaran atas Pesanan Tergugat

yang harus dibayar secara lunas dan sekaligus kepada

Penggugat yaitu sebesar Rp. 26.528.650.

b. Bunga Moratoir (Vide Pasal 1767 KUHPer) yang besarannya

ditetapkan dalam Lembaran Negara Tahun 1948 Nomor 22,

yaitu sebesar 6% Per tahun, sebesar Rp.54.118.446.

Hasil wawancara dengan pemilik Apotek Melati Farma Bapak

Muhammad Sarwo Edi, S. Farm, Apt.

1 Darimana distributor Apotek Distributornya dari PT. Inti

. Terafarna, PT. Lestari Jaya

62
Melati Farma? Sejahtera, Kimia Farma, PT. Marga

Nusantara Jaya (MNJ).

2. Bagimana sistem order ke Memberikan SP (Surat Pesanan)

distributornya? secara manual yang sudah ditanda

tangani Apotek dan di stempel

kemudian di foto dan di kirim ke

distributor.

3. Waktu pembelanjannya kapan Belanjanya menggunakan sistem

saja? analisa abc yaitu di pilih produk

mana yang fast moving

(penjualannya cepat) dan slow

moving (penjualannya lambat) jadi

yang fast moving punya jadwal satu

bulan sekali belanja ke distributor.

4. Bagaimana cara menghadapi Di minimalisir dengan melihat

hambatan apabila apotek sepi kondisi pasien misal musim

pelanggan? pancaroba musim batuk pilek jadi

akan perbanyak belanja obat batuk

pilek sedangkan yang obat penyakit

kronis lebih lama jadi belanja ke

distributor tidak terlalu banyak.

5. Apakah ada perjanjian belanja Tidak ada, itu terserah dari pihak

dalam sebulan harus berapa kali kita (Apotek) mau belanja kapan

perbelanjaan? saja disesuaikan sama obat yang

63
udah mau habis.

6. Bagaimana jika ada obat yang Di retur, karena memang kesalahan

datang tetapi tidak sesuai dengan dari distributornya jadi harus

Surat Pesanan (SP)? menerima barang retur juga.

7. Bagaimana sistem pembayaran Pihak apotek dalam melakukan

dengan distributor? pembayaran menggunakan 2 (dua)

sistem yaitu COD (cash on

delivery) dan sistem satu bulan atau

tempo baru melakukan

pembayaran.

8. Jika ada permasalahan yang Kalau ada permasalahan yang

terjadi entah mengenai negosiasi terjadi itu diselesaikan secara

harga itu bagaimana musyawarah mufakat karena

penyelesaiannya? memang yang biayanya hemat.

Selanjutnya hasil wawancara dengan pemilik Apotek Tasik Sehat

Ibu apt. Lely Nur Khikmah, S. Farm

1. Penjualannya hanya secara offline Kalau penjualan hanya secara

apa online juga? langsung saja karena pasti

membutuhkan modal yang lebih

dan karyawan lebih juga.

2. Distributornya dari mana saja? Ada yang dari Cirebon, Semarang

dan Kudus. PT. Sehat Bersama

Sejahtera dari Kudus, PT. Mitra

64
Sejati dari Semarang, dan PT.

Lestari Jaya Sejahtera dari

Semarang, PT. Triputra Mulia

Farmasindo dari Cirebon.

3. Ada perjanjian mengenai harus Kalau mengenai itu tidak ada, pihak

berapa belanja dalam sebulan? distributor akan mengirimkan

barang apabila apoteknya

mengirimkan Surat Pesanan (SP).

Intinya terserah dari pihak

apoteknya.

4. Sistem pembayarannya Pembayarannya pakai sistem COD

bagaimana? (cash on delivery) itu kalau barang

dateng langsung bayar sama sistem

tempo sebulan baru bayar.

5. Bagaimana solusi jika apotek sepi Di minimalisir dengan cara lihat

tetapi harus tetap belanja dengan obat yang sering keluar dan obat

distributor? yang lambat keluarnya. Nah dari

situ nanti pembelanjaan obatnya

juga di kurangi.

B. Hambatan-Hambatan Yang Muncul Dan Solusinya

Dalam perjanjian jual beli obat-obatan muncul beberapa

hambatan-hambatan, antara lain :

65
1) Mengenai hambatan yang muncul Bapak Hilarius mengatakan

bahwa “Hambatannya hanya ada karena salah satu pihak tidak hadir

maka diputuskan secara verstek. Karena pihak tegugat tidak hadir

maka pembuktian dilakukan secara sepihak, pembuktian sepihak

dianggap benar karena tidak ada sanggahan”.106

2) Tidak adanya sita jaminan sehingga solusi yang diambil oleh pihak

Pengadilan adalah dengan cara menjual lelang barang-barang

debitur.

Bagian terpenting dalam proses persidangan salah satunya adalah

proses pemanggilan, di mana hal ini menjadi suatu keharusan bagi setiap

Pengadilan, apabila proses pemanggilan ini sendiri tidak dija lankan

ataupun tidak terlaksana sebagaimana seharusnya maka proses

persidangan itu sendiri akan mengalami gangguan. Rangkaian proses

pemeriksaan persidangan harus berjalan menurut tata cara yang

ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Pemanggilan para pihak

untuk menghadiri persidangan merupakan awal dari rangkaian proses

beracara di Pengadilan. Berlandaskan pemanggilan, Hakim memeriksa,

mengadili dan memutus perkara yang ditangani.

Pemanggilan ini dipakai dalam proses pengadilan Acara Perdata

maka mengandung pengertian bahwa proses memanggil atau menyeru

yang dilakukan oleh jurusita pengadilan untuk memberitahukan perihal

menghadiri persidangan dan hal-hal lain menyangkut persiapan

pembelaan terhadap dirinya dalam proses persidangan nanti. Dan tujuan

106
Hasil wawancara dengan Bapak Hilarius Grahita Setya Atmaja, S.H. Hakim Pengadilan Negeri
Pekalongan.

66
pemanggilan adalah penyampaian pesan atau informasi kepada seseorang

agar dia tahu tentang segala sesuatu hal yang hendak dilakukan oleh

pihak lawan maupun suatu tindakan yang akan dilakukan pengadilan.107

Panggilan terhadap pihak penggugat yang tidak hadir ataupun

dengan menyuruh orang lain untuk hadir sebagai wakil/kuasanya yang

sah untuk hadir di persidangan Relas panggilan sidang yang telah

dijalankan juru sita Pengadilan Negeri Pekalongan telah dipanggil secara

sah dan patut, ternyata ketidakhadiran tergugat tidak disebabkan oleh

suatu halangan yang sah.

Berdasarkan Pasal 125 ayat (1) HIR yang menyebutkan “Jika si

tergugat, walaupun dipanggil dengan patut tidak menghadap Pengadilan

Negeri pada hari yang ditentukan itu dan tidak menyuruh orang lain

menghadap selaku wakilnya, maka tuntutan itu diterima, dengan

keputusan tidak hadir, kecuali jika nyata kepada Pengadilan Negeri

bahwa tuntutan itu melawan hak atau tidak beralasan”.

Berdasarkan penjelasan Pasal 125 ayat (1) diatas, maka Majelis

Hakim berpendapat bahwa sudah selayaknya menurut huum demi

kepastian hukum dan kepentingan hukum penggugat, untuk memeriksa

perkara tersebut diluar hadirnya tergugat.

Bapak Hilarius Grahita Setya Atmaja, S.H. selaku Hakim

Pengadilan Ngeri Pekalongan juga mengungkapkan bahwa “Ada dua

pendapat hakim dalam memutuskan perkara, berdasarkan hukum perdata

verstek asalkan tidak melawan hukum gugatan itu wajib dikabulkan

107
Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2002, Hukum Acara Perdata Dalam
Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, Cet. 9, Hlm. 22.

67
karena salah satu pihak tidak melawan jadi tidak ada sanggahan dan

karena tidak melawan hukum jadi wajib dikabulkan. Namun ada juga

hakim yang berpendapat walaupun salah satu pihak tidak hadir tetapi

untuk memenuhi asas kehati-hatian dalam hukum perlu adanya

pembuktian”.108

Salah satu Hakim lain bernama Ibu Elin Pujiastuti, S.H., M.H.

mengatakan bahwa “Mengenai pertimbangan hakim karena pihak

tergugat tidak hadir jadi hanya bisa mempertimbangkan petitum

penggugat saja. Pertimbangan hakim dilihat berdasarkan adanya

pembuktian. Setelah melihat bukti-bukti dari penggugat layak

dikabulkan. Karena tidak ada sanggahan dari tergugat dan penggugat

dinyatakan dapat membuktikan dalil gugatannya”.109

Dalam putusan tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan

mengenai pemohonan dikenakan uang paksa (Dwangsom) kepada

tergugat. Penggugat memohon menghukum tergugat untuk membayar

uang paksa (Dwangsom) sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah)

untuk setiap harinya. Menurut Majelis Hakim haruslah ditolak karena

uang paksa tidak dapat dimintakan bersama-sama dengan penghukuman

yang berupa pembayaran sejumlah uang (Putusan M.A.R.I No.

79/Sip/1972 tanggal 22 Februari 1972 mengandung kaedah hukum

“Dwangsom tidak dapat dituntut bersama-sama dengan tuntutan

membayar sejumlah uang”.

108
Hasil wawancara dengan Bapak Hilarius Grahita Setya Atmaja, S.H. Hakim Pengadilan Negeri
Pekalongan.
109
Hasil wawancara dengan Ibu Elin Pujiastuti, S.H., M.H. Hakim Pengadilan Negeri Pekalongan

68
Sedangkan bunga moratoir adalah merupakan ganti rugi dalam

wujud sejumlah uang, sebagai akibat dari tidak atau terlambat

dipenuhinya perikatan yang berisi kewajiban pembayaran sejumlah uang

oleh debitur. Hal ini diatur khusus pada Pasal 1250 paragraf (1)

KUHPerdata yang menyatakan “ Dalam tiap-tiap perikatan yang semata-

mata berhubungan dengan pembayaran sejumlah uang, penggantian

biaya, rugi dan bunga sekadar disebabkan terlambatnya pelaksanaan,

hanya terdiri atas bunga yang ditentukan oleh undang-undang, dengan

tidak mengurangi peraturan-peraturan undang-undang khusus.”

Bunga yang ditentukan berdasarkan undang-undang adalah bunga

sebesar 6% setahun. Hal ini dilihat dari Lembaran Negara/staatsblad

tahun 1848 Nomor 22. Pada prinsipnya, bunga moratoir ini tidak perlu

dibuktikan adanya suatu kerugian oleh kreditur. Namun untuk pengenaan

bunga moratoir hanya harus dibayar terhitung mulai dari diminta di muka

Pengadilan. Kecuali dalam hal-hal yang mana undang-undang

menetapkan bahwa ia berlaku demi hukum.

Berdasarkan keterangan para saksi dibawah sumpah bernama

Widodo Yulianto dan Ristiyanto dihubungkan dengan bukti surat yang

diajukan penggugat terbukti bahwa tergugat telah membeli obat-obatan

dari penggugat pada bulan Oktober 2017 dan sisa pembayaran yang

harus dibayar oleh tergugat kepada penggugat adalah sebesar Rp.

26.528.650. Oleh karena sebagai akibat dari terlambatnya kewajiban

pembayaran sejumlah uang oleh tergugat, maka menurut Pendapat

Majelis Hakim Tergugat haruslah dikenakan bunga moratoir yang

69
berdasarkan Lembaran Negara/staatsblad tahun 1848 Nomor 22

dikenakan sebesar 6% setahun. Keterlambatan pembayaran tersebut sejak

bulan Oktober 2017.

Bukan berlaku tidak adil tapi karena pihak tergugat tidak hadir

jadi yang dipertimbangkan hanya pihak penggugat saja. Dari tergugat

tidak bisa mempertimbangkan apa-apa karena memang tidak hadir. Mau

tidak mau pihak tergugat harus patuh dan duduk terhadap putusan

tersebut.

Putusan pengadilan tidak terlepas dari keadilan yang diberikan

hakim. Menurut Hans Kelsen keadilan adalah suatu kualitas yang

berhubungan tidak dengan isi perintah positif melainkan dengan

pelaksanaannya. Keadilan berarti menjaga berlangsungnya perintah

positif dengan menjalankannya secara bersungguh-sungguh.110

110
Hans Kelsen, 2006, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (General Theory of Law and
State) diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, Cet. Pertama, Bandung: Nusamedia & Nuansa, Hlm
22.

70
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Putusan Pengadilan Negeri Pekalongan Nomor 51/Pdt.G/2020/PN.Pkl

mengenai tuntutan ganti kerugian akibat wanprestasi antara PT United

Dico Citas yang berlokasi di Jalan Kartini No. 52 Semarang sebagai

Penggugat dan Apotek Mawar sebagai Tergugat berlokasi di Jalan

Hos Cokroaminoto No. 93 Pekalongan. Tergugat telah terdaftar

sebagai pelanggan dengan kode pelanggan Nomor : C08-02626 yang

terdaftar atas nama Apotek Mawar. Seiring berjalannya waktu pada

bulan Oktober 2017 Tergugat melakukan pemesanan obat kepada

Penggugat dengan Faktur penjualan Nomor 0362107 tertanggal 31

Oktober 2017 jatuh tempo tanggal 17 Oktober 2017. Setelah

dipastikan bahwa barang pesanan Tergugat sudah diterima dan proses

tukar faktur penjualan sudah dilakukan, kemudian Tergugat akan

melakukan pembayaran sesuai dengan tanggal jangka waktu yang

telah disepakati. Dari faktur tagihan yang telah lewat tanggal jatuh

tempo pembayaran, faktanya Tergugat belum dapat melunasi sisa

pembayaran atas pesanan tersebut kepada Penggugat. Dengan

demikian tindakan Tergugat yang belum menyelesaikan kewajiban

sisa pembayaran atas faktur pesanan dan telah lewat tanggal tempo

pembayaran serta telah dilakukan somasi (Teguran hukum) oleh

71
72

Penggugat, hal tersebut membuktikan bahwa faktanya Tergugat

lalai/wanprestasi terhadap Penggugat.

Dalam kasus yang terjadi antara PT. United Dico Citas

dengan Apotek Mawar proses penyelesaian yang dilakukan adalah

menggunakan jalur litigasi dimana pihak PT. United Dico Citas

melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri Pekalongan. Menjelaskan

bahwa kasus wanprestasi yang terjadi antara PT. United Dico Citas

dengan Apotek Mawar dijatuhkan secara verstek. Putusan verstek

adalah putusan yang dijatuhkan apabila tergugat tidak hadir atau tidak

juga mewakilkan kepada kuasanya untuk menghadap meskipun ia

sudah dipanggil dengan patut.

2. Hambatannya hanya ada karena salah satu pihak tidak hadir maka

diputuskan secara verstek. Karena pihak tegugat tidak hadir maka

pembuktian dilakukan secara sepihak, pembuktian sepihak dianggap

benar karena tidak ada sanggahan. Bukan berlaku tidak adil tapi karena

pihak tergugat tidak hadir jadi yang dipertimbangkan hanya pihak

penggugat saja. Hambatan lain adalah tidak adanya sita jaminan

sehingga solusi yang diambil oleh pihak Pengadilan adalah dengan

cara menjual lelang barang-barang debitur. Dari tergugat tidak bisa

mempertimbangkan apa-apa karena memang tidak hadir. Mau tidak

mau pihak tergugat harus patuh dan duduk terhadap putusan tersebut.

B. Saran
1. Dalam rangka menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

adanya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur, maka sebelum


73

melakukan perjanjian pihak kreditur harus lebih hati-hati dan teliti

dalam menilai dan memeriksa baik calon debitur.

2. Sebaiknya para pihak yang hendak membuat perjanjian harus terlebih

dahulu memahami benar-benar tentang hak dan kewajiban masing-

masing.
DAFTAR PUSTAKA

Buku – Buku

Amalia, Nanda. 2013. Hukum Perikatan. Aceh : Unimal Press. Tersedia dari
Google Play Buku.
Anshary, M. 2017. Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah
Syar’iyah. Cet. I. Bandung: Mandar Maju.
Arto, A Mukti. 2008. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama.
Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Badrulzaman, Mariam Daru. 2015. Hukum Perikatan dalam KUHPerdata. Jakarta
: Citra Aditya Bakti.
Hariyani, Iswi dkk. 2018. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Jakarta : Gramedia
Pustaka Umum.
Kelsen, Hans. 2006. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (General Theory of
Law and State) diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien. Cet. Pertama.
Bandung : Nusamedia & Nuansa.
Khairandy, Ridwan. 2014. Pokok-Pokok Hukum Dagang. Yogyakarta : Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia Press.
Khairandy, Ridwan. 2016. Perjanjian Jual Beli. Yogyakarta : FH UII Press.
Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Meliala, A Qirom Syamsudin. 2010. Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya. Yogyakarta : Liberty
Meliala, Djaja S. 2014. Hukum Perdata Dalam Perspektif BW. Bandung : Nuansa
Aulia.
Muhammad, Abdulkadir. 1992. Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan
Dagang, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Muhammad, Abdulkadir. 2009. Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditiya Bakti.
Prodjodikoro, Wirjono. 1984.Asas- asas Hukum Perjanjian. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Purwahid, Patrik. 1994. Dasar-dasar Hukum Perikatan. Bandung : Mandar Maju.
Puspa, Yan Pramadya. 1977. Kamus Hukum. Semarang : Aneka Ilmu.
Santoso, Djohari & Achmad Ali. 1989.Hukum Perjanjian Indonesia. Yogyakarta :
Perpustakaan Fak. Hukum Universitas Islam Indonesia.
Sari, Elsi Kartika dan Advendi Simanungsong. 2007. Hukum dalam Ekonomi.
Jakarta : Grasindo.
Sembiring, Jimmy Joses. 2011. Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar
Pengadilan. Jakarta : Visimedia.
Setiawan, I Ketut Oka. 2019. Hukum Perikatan. Jakarta : Sinar Grafika.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.
Soekanto, Soerjono. 2015. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI-Press.
Sridadi, Ahmad Rizki. 2009. Aspek Hukum dalam Bisnis. Surabaya : Airlangga
University Press.
Subekti, R. 1995. Aneka Perjanjian. Cet. kesepuluh. Bandung, : PT. Citra Aditya
Bakti.

74
75

Subekti, R. 2001. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermassa.


Sunarto. 2014. Peran Akitf Hakim Dalam Perkara Perdata. Jakarta : Kencana.
Sunggono, Bambang. 2003. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Sutantio, Retno Wulan dan Iskandar Oeripkartawinata. 2002. Hukum Acara
Perdata Dalam Teori dan Praktek. Cet. 9. Bandung : Mandar Maju.
Yahman. 2019. Cara Mudah Memahami Wanprestasi & Penipuan dalam
Hubungan Kontrak Komersial. Jakarta : Kencana.
Jurnal

Adinda Annisa Argaputri, 2018. “Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Jual Beli
Obat-Obatan Dan Kosmetik Melalui Internet Menurut Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009”. Universitas Mataram.
Amos Teguh Francesco Nugraha Sitompul, 2020. “Analisis Yuridis Terhadap
Gugatan Wanprestasi Pt Millennium Pharmacom International.Tbk
Tentang Kekurangan Pembayaran Obat Yang Dilakukan Oleh Apotik
Sandi Jaya (Studi Putusan Nomor: 609/Pdt.G/2017/PN Mdn)”. Skripsi.
Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.
Chandraresmi, H. (2017). “Kajian Mengenai Gugatan Melawan Hukum Terhadap
Sengketa Wanprestasi” Jurnal Privat Law. Vol. V. No 1. 54-60
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=chandraresmi&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3D90-y-lbBB84J
Jihan Nazira Ardian, 2020, Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli
Alat Berat Antara Pt Daya Kobelco Dan Pt Catur Batavia Transindo,
UPN Veteran Jakarta,  Vol 2, No 1.
I Made Aditia Warmadewa I Made Udiana, 2016. “Akibat Hukum Wanprestasi
Dalam Perjanjian Baku”. Journal Ilmu Hukum.
Selbi B. Daili, 2015. “Perjanjian Jual Beli Melalui Internet Dan Akibat
Hukumnya Apabila Terjadi Wanprestasi”Lex Privatum, Vol. III/No. 3
Slamet S. R. (2013).”Tuntutan Ganti Rugi Dalam Perbuatan Melawan Hukum :
Suatu Perbandingan Dengan Wanprestasi” Lex Jurnalica. Vol. 10 No. 2.
114-115
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=slamet+s+r&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DNChLkrY1mbMJ
Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Website

https://www.dream.co.id/your-story/apa-itu-distributor-pengertian-fungsi-jenis-

dan-tips-pentingnya-201123n.html diakses tanggal 22 Oktober 2021


76

http://cahayalaili.blogspot.com/2011/05/teknik-pengolahan-data-deskriptif.html

diakses tanggal 7 November 2021

https://www.dppferari.org/pengertian-bentuk-penyebab-dan-hukum-wanprestasi/

diakses pada 6 Desember 2021

https://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/978-mediasi-di-

pengadilan akses tanggal 26 Desember Pukul 02.14

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt505747d665ed5/bunga/

diakses pada tanggal 11 Januari 2022 Pukul 10.11


LAMPIRAN-LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama : SALSABILA ANNISA RAY
Umur : 22 Tahun
Tempat tgl lahir : Pemalang, 11 Januari 2000
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Kertosari RT 007 RW 001 Kecamatan Ulujami,
Kabupaten Pemalang
Menerangkan dengan sesungguhnya :
Pendidikan
1. MI Muhammadiyah Kertosari (Lulus Tahun 2012)
2. SMP Muhammadiyah 5 Ulujami (Lulus Tahun 2015)
3. SMK Negeri 1 Ampelgading (Lulus Tahun 2018)
4. Fakultas Hukum Universitas Pekalongan (Lulus Tahun 2022)
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Pekalongan, 28 Januari 2022
Saya yang bersangkutan

SALSABILA ANNISA RAY


NPM : 0218051361

77
78

2. Surat Riset
79

3. Foto Wawancara

Dokumentasi bersama Ibu Elin Pujiastuti, S.H.,M.H

Dokumentasi bersama Bapak Hilarius Grahita Setya Atmaja, S.H.


80

4. Putusan

PUTUSAN
Nomor 51/ Pdt.G/ 2020/PN Pkl
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Pekalongan yang mengadili perkara-perkara perdata pada
peradilan tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara gugatan antara:
81

PT. UNITED DICO CITAS, suatu Perseroan Terbatas yang didirikan


menurut hukum yang berlaku di Negara
Republik Indonesia, berdasarkan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas No 56 tanggal 27 Oktober
1967 yang dibuat oleh dan dihadapan H. Limanov
Notaris di Jakarta jo. Akta Berita Acara
Perubahan Anggaran Dasar Perseroan No 32
tanggal 15 Agutus 2008 telah mendapat
pengesahan dari Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-
80850.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 03
November 2008 yang dibuat oleh Ny Rukmasanti
Hardjasatya, SH, Notaris di Jakarta Jo. Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 03 tanggal
16 Agustus 2018 yang dibuat dihadapan Yulianto,
SH, Notaris di Jakarta dan telah diterima
Pemberitahuannya oleh Kementerian Hukum
danHak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-
AH.01.03-0234011 tanggal 20 Agustus 2018.
Yang berkedudukan dan berkantor Pusat di Jalan
Johar No.5, Jakarta Pusat. Dalam hal ini melalui
Kantor Cabangnya di Kota Semarang, yang
beralamat di Jalan Kartini No.52, Semarang
50125. Yang diwakili oleh Andri Yulian selaku
Direktur PT. United Dico Citas, dalam hal ini
memberikan Kuasa kepada: LIEM TIMOTIUS
GUNAWAN HALIM sebagai Kepala Cabang
PT. United Citas Cabang Semarang, TRI
SUSILO SURYAHARYANTO sebagai Sales
Supervisor 1 PT. United Citas Cabang Semarang,
CARYONO sebagai Sales Supervisor 2 PT.
United Citas Cabang Semarang berdasarkan
82

Surat Kuasa Khusus Nomor:


584/HRD/SKK/X/2020, tanggal 05 Oktober 2020
(Vide Surat Kuasa Terlampir). Untuk selanjutnya
disebut sebagai “Penggugat”;
MELAWAN :
dr. Muhammad Djaelani, selaku Pemilik Apotik Mawar, beralamat di Jalan
Surabaya 5A/8, Sugihwaras RT.02, RW.03,
Pekalongan Timur, Pekalongan 51125. Untuk
selanjutnya disebut sebagai “Tergugat”.
Pengadilan Negeri tersebut; Setelah membaca berkas perkara;
Setelah mendengar pihak Penggugat;
Setelah mempelajari bukti surat dan mendengar keterangan para saksi yang
diajukan oleh Penggugat;
TENTANG DUDUK PERKARA :
Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat Gugatannya tertanggal 23
Oktober 2020, yang telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Pekalongan pada tanggal 23 Oktober 2020 di bawah register perkara gugatan
Nomor: 51/Pdt.G/2020/ PN Pkl telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat adalah Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan
Hukum Republik Indonesia, yang Berkedudukan/ berkantor pusat di
Jalan Johar No.5, Jakarta Pusat. Yang bergerak di bidang Distributor,
Pedagang Besar Farmasi/ Obat-obatan.
2. Bahwa Penggugat juga memiliki sejumlah kantor cabang, yang
diantaranya berkantor Cabang di Kota Semarang, yang beralamat di Jalan
Kartini No.52, Semarang 50125.
3. Bahwa adapun Hubungan Hukum antara Penggugat dengan Tergugat,
terjadi karena Tergugat telah tercatat melakukan pemesanan barang
berupa obat- obatan dari Penggugat. Dan Tergugat tercatat telah terdaftar
sebagai pelanggan, dengan kode Pelanggan Nomor: C08-02626 yang
terdaftar atas nama Apotik Mawar, yang beralamat di Jalan Jl. Hos
Cokroaminoto No.93, Pekalongan, Pekalongan.
4. Bahwa Tergugat sekitar bulan Oktober 2017, telah melakukan pemesanan
83

obat-obatan kepada Penggugat.


5. Bahwa selanjutnya dari Pesanan Tergugat diatas, oleh Penggugat
dibuatkan Faktur Penjualan, sebagai berikut :
1) Faktur Nomor 0362107, Tertanggal 31 Oktober 2017, jatuh tempo
tanggal 31 Oktober 2017, dengan nilai faktur Rp. 38.028.650,-
6. Bahwa kemudian Penggugat memberikan Faktur pesanan tersebut diatas
kepada Tergugat, sebagai bukti tanda terima atas Faktur Penjualan barang
yang sah dan sekaligus sebagai bukti telah diterimanya pesanan oleh
Tergugat (setelah dipastikan kebenarannya oleh Tergugat) yang disertai
cap stempel Apotik Mawar dan ditandatagani oleh pihak Tergugat.
7. Setelah dipastikan bahwa barang pesanan Tergugat sudah diterima dan
proses tukar faktur penjualan sudah dilakukan, kemudian Tergugat akan
melakukan pembayaran sesuai dengan tanggal jangka waktu yang telah
disepakati.
8. Bahwa dari Faktur Tagihan tersebut diatas yang telah lewat tanggal jatuh
tempo pembayaran, sampai dengan diajukannya gugatan ini, faktanya
Tergugat belum dapat melunasi sisa pembayaran atas pesanan tersebut
kepada Penggugat, dengan nilai sisa hutang sebesar Rp. 26.528.650,-
(Dua puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam ratus lima
puluh rupiah) dengan rincian sebagai berikut:
1) Faktur Nomor 0362107, Tertanggal 31 Oktober 2017, telah
dicicil pembayarannya oleh Tergugat sebesar Rp.11.500.000,
sehingga nilai sisa hutang Tergugat sebesar Rp. 26.528.650, dari
total pembelian senilai Rp.38.028.650,-
2) Sehingga adapun total sisa hutang yang wajib dibayarkan oleh
Tergugat kepada Penggugat, adalah sebesar Rp. 26.528.650,- (Dua
puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam ratus lima
puluh rupiah).
9. Bahwa Penggugat sudah berusaha menagih Tergugat, agar segera
melunasi sisa pembayaran atas pesanan Tergugat yang telah lewat tanggal
jatuh tempo, namun faktanya sampai dengan diajukannya gugatan aquo,
belum juga ada realisasi pelunasan pembayaran oleh Tergugat.
84

10.Bahwa dalam upaya mendapatkan pelunasan pembayaran dari Tergugat,


Penggugat telah beritikad baik dan patut menurut hukum dengan
mengirimkan Surat Teguran kepada Tergugat, yaitu melalui :
• Surat Peringatan/ Somasi Ref Nomor: 098/Juni/2018, tertanggal 9
Juni 2018
• Surat Somasi yang dilayangkan oleh Kuasa Hukum Penggugat,
dengan Surat Nomor: 024/Spr/RPDT/II/2020, tertanggal 07
Februari 2020.
Yang bermaksud untuk mengingatkan Tergugat agar segera
menyelesaikan sisa pembayaran atas faktur tagihan Penggugat, dengan
rincian sisa tagihan yang harus dibayarkan oleh Tergugat yaitu, sebesar
Rp. 26.528.650,- (Dua puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu
enam ratus lima puluh rupiah).
11.Bahwa dengan demikian, tindakan Tergugat yang belum menyelesaikan
kewajiban sisa pembayaran atas faktur pesanan dan telah lewat tanggal
tempo pembayaran sebagaimana tersebut diatas, serta telah dilakukan
Somasi (Teguran hukum) oleh Penggugat, hal tersebut membuktikan
bahwa faktanya Tergugat telah lalai/ Wanprestasi terhadap Penggugat,
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1238 Jo. 1244
KUHPerdata, berbunyi:
Pasal 1238 KUHPerdata :
“Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan akta
sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila
perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan
lewatnya waktu yang ditentukan”.
Pasal 1244 KUHPerdata :
“Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga.
bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan
itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu
disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat
dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikat buruk
kepadanya.”
85

12.Bahwa akibat perbuatan Wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat


dengan belum menyelesaikan kewajiban atas sisa pembayaran kepada
Penggugat dan telah dilakukan Somasi menurut hukum, nyata-nyatanya
telah menimbulkan kerugian bagi Penggugat, oleh karenanya secara
hukum Penggugat berhak menuntut Tergugat untuk membayar
penggantian biaya, kerugian dan bunga (vide Pasal 1243 KUH Perdata)
sebagaimana diuraikan dibawah ini :
Kerugian Materiil :
a) Kewajiban sisa pokok Pembayaran atas Pesanan Tergugat yang harus
dibayar secara lunas dan sekaligus kepada Penggugat yaitu sebesar Rp.
26.528.650,- (Dua puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam
ratus lima puluh rupiah).
b) Bunga Moratoir (Vide Pasal 1767 KUHPer) yang besarannya ditetapkan
dalam Lembaran Negara Tahun 1948 Nomor 22, yaitu sebesar 6% Per
tahun, dengan perhitungan, Sebagai berikut :
Tabel Perhitungan :
Bunga Moratoir
(6% per-tahun)
Nomor atas keterlambatan pembayaran
Faktur Tanggal Faktur Tanggal Sisa s/d diajukan gugatan bulan
Jatuh Tempo Total Tagihan Oktober 2020

Rp. 26.528.650 x 6% x 35 Bulan =


Rp. Rp.55.710.165.
0362107 31 Oktober 2017 31 Oktober 2017 26.528.650,-

TOTAL Rp. 55.710.165.

c) Keuntungan yang diharapkan akibat keterlambatan pembayaran tersebut


sebesar 4% per Bulan, dari Sisa Pokok Pembayaran sebesar Rp.
26.528.650,- (Dua puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam
ratus lima puluh rupiah), yang terhitung sejak bulan Oktober 2017 s/d
Gugatan ini diajukan pada bulan September 2020, yaitu selama 34 Bulan.
Sehingga perhitunganya, yaitu: Rp.26.528.650 (Kewajiban Pokok) x 4 %
(Keuntungan) x 35 Bulan (keterlambatan) = Rp. 37.140.110.
86

• Sehingga adapun perhitungan total nilai keseluruhan kerugian Materiil yang


diderita Penggugat, yaitu :
Rp.26.528.650. (Kewajiban Sisa Pokok) + Rp.54.118.446. (Bunga Moratoir) +
Rp. 36.078.964. (Keuntungan yang diharapkan) = Rp.116.726.060.
Oleh karenanya mohon Ketua Pengadilan Negeri Pekalongan Cq Majelis
Hakim menghukum Tergugat untuk membayar Kerugian Materiil tersebut
secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak dibacakannya putusan ini.
13.Bahwa akibat perbuatan Tergugat tersebut, selain menimbulkan kerugian secara
Materiil, nyata-nyatanya Penggugat juga telah mengalami kerugian Imateriil,
dengan rincian sebagai berikut :
Kerugiaan Imateriil
Yaitu berupa kerugian waktu, tenaga, pikiran dan tergganggunya usaha Penggugat
akibat perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat yang sekalipun tidak
dapat dinilai dengan uang, akan tetapi agar gugatan ini tidak ilusioner maka
sangatlah beralasan untuk mengganti kerugian tersebut dengan sejumlah uang
sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Oleh karenanya mohon Ketua Pengadilan Negeri Pekalongan Cq Majelis
Hakim menghukum Tergugat untuk membayar Kerugian Imateriil tersebut
secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak dibacakannya putusan ini.
14.Bahwa Penggugat mempunyai sangkaan yang beralasan bahwa Tergugat akan
lalai memenuhi isi putusan dalam perkara ini yang telah berkekuatan hukum
tetap, oleh karenanya Penggugat mohon agar Ketua Pengadilan Negeri
Pekalongan cq Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo
berkenan mengabulkan permohonan Penggugat, yaitu menghukum Tergugat
untuk membayar uang Paksa (Dwangsom) sebesar Rp. 500.000,- (Lima ratus
ribu rupiah) untuk setiap harinya, apabila Tergugat lalai dalam memenuhi isi
putusan, terhitung sejak perkara ini telah berkekuatan hukum tetap dan seluruh
kerugian dibayar lunas.
15.Bahwa oleh karena itu gugatana ini berpedoman pada Pasal 180 HIR, maka
Mohon Majelis Hakim berkenan untuk menyatakan putusan yang dijatuhkan
dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun ada upaya
hukum verzet, banding dan Kasasi (Uitvoerbaar bij Voorraad).
87

16.Bahwa dikarenakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Wanprestasi, telah


patut dan adil dihukum untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini (Vide Pasal 181 ayat (1) HIR).
Berdasarkan uraian yang telah Penggugat kemukakan diatas, maka Penggugat
mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Pekalongan Cq Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Pekalongan yang memeriksa dan mengadili perkara aquo, agar
berkenan memberi amar putusan sebagai berikut :
PETITUM
1. Menerima dan Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan Wanprestasi.
3. Menghukum Tergugat untuk membayar Kerugian Materiil yang diderita
Penggugat, secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak dibacakannya
putusan ini, dengan rincian sebagai berikut :
Kerugian Materiil :
a) Kewajiban sisa pokok Pembayaran atas Pesanan Tergugat yang harus
dibayar secara lunas dan sekaligus kepada Penggugat yaitu sebesar
Rp.26.528.650.
b) Bunga Moratoir (Vide Pasal 1767 KUHPer) yang besarannya ditetapkan
dalam Lembaran Negara Tahun 1948 Nomor 22, yaitu sebesar 6% Per
tahun, sebesar Rp.54.118.446.
c) Keuntungan yang diharapkan akibat keterlambatan pembayaran tersebut
sebesar 4% per Bulan, dari Sisa Pokok Pembayaran sebesar Rp.
26.528.650,- (Dua puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam
ratus lima puluh rupiah), yang terhitung sejak bulan Oktober 2017 s/d
Gugatan ini diajukan pada bulan September 2020, yaitu selama 34 Bulan.
Sehingga perhitunganya, yaitu: Rp. 26.528.650 (Kewajiban Pokok) x 4 %
(Keuntungan) x 35 Bulan (keterlambatan) = Rp. 37.140.110.
• Sehingga adapun perhitungan total nilai keseluruhan kerugian
Materiil yang diderita Penggugat, yaitu : Rp.26.528.650. (Kewajiban
Sisa Pokok) + Rp.54.118.446. (Bunga Moratoir) + Rp. 36.078.964.
(Keuntungan yang diharapkan) = Rp.116.726.060.
4. Menghukum Tergugat untuk membayar kerugian Imateriil yang diderita
88

Penggugat, secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak dibacakannya


putusan ini, dengan rincian sebagai berikut :
Kerugiaan Imateriil :
Yaitu berupa kerugian waktu, tenaga, pikiran dan tergganggunya usaha
Penggugat akibat perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat yang
sekalipun tidak dapat dinilai dengan uang, akan tetapi agar gugatan ini tidak
ilusioner maka sangatlah beralasan untuk mengganti kerugian tersebut dengan
sejumlah uang sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
5. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (Dwangsom) sebesar Rp.
500.000,- (Lima ratus ribu rupiah) untuk setiap harinya, apabila Tergugat lalai
dalam memenuhi isi putusan, terhitung sejak perkara ini telah berkekuatan
hukum tetap dan seluruh kerugian dibayar lunas.
6. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada
upaya hukum Verzet, Banding dan Kasasi (Uit voerbar bij voorraad).
7. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini.
Atau,
Apabila Ketua Pengadilan Pekalongan Cq Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Pekalongan yang memeriksa dan mengadili perkara aquo berpendapat lain,
mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);
Menimbang, bahwa pada persidangan yang telah ditentukan Penggugat hadir
Kuasanya, sedangkan Tergugat tidak datang menghadap atau menyuruh orang lain
untuk datang menghadap sebagai kuasanya, meskipun menurut Berita Acara
Persidangan telah dipanggil secara patut berturut-turut yaitu tertanggal 10
Nopember 2020, tanggal 17 Nopember 2020 dan tanggal 24 Nopember 2020 dan
Relas Panggilan tersebut telah pula dibacakan dalam persidangan ;
Menimbang, bahwa oleh karena salah satu pihak yaitu Tergugat tidak
pernah hadir ke persidangan maka upaya mediasi tidak dapat dilangsungkan
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan ;
Menimbang, bahwa ketidakhadiran Tergugat dipersidangan tanpa alasan dan
sebab-sebab yang sah sehingga gugatan Penggugat dibacakan;
89

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya Penggugat


mengajukan bukti - bukti surat sebagai berikut :
1. Foto copy Faktur nomor : 0362107 tertanggal 31/10/2017 dengan total nilai Rp.
38.028.650,00 yang dikeluarkan oleh PT. United Dico Citas Semarang dan
ditujukan kepada Mawar Apt Jl. HOS Cokroaminoto No. 39 Pekalongan, diberi
tanda P.1;
2. Foto copy Giro Kospin Jasa Pekalongan tanda terima No : JS.3957705
tertanggal 29 November 2017 uang sejumlah Rp. 38.028.000, diberi tanda P.2;
3. Foto copy Surat Peringatan/Somasi tertanggal 9 Juni 2018 dari PT. United Dico
Citas yang ditujukan kepada Ibu Muhammad sebagai pemilik Apotek Mawar Jl.
HOS Cokroaminoto No. 39 Pekalongan, diberi tanda P.3;
4. Foto copy tanda terima surat somasi dari PT UDC tanggal 11-6-2018, diberi
tanda P.3.A;
5. Foto copy surat dari kantor Advokat Rachmad S. Negoro dan Rekan tertanggal
07 Februari 2020 Nomor : 024/Spr/RPDT/II/2020 yang ditujukan kepada
Pimpinan Apotek Mawar Jl. HOS Cokroaminoto No. 39 Pekalongan, diberi
tanda P.4;
Seluruhnya berupa fotocopy yang telah dibubuhi meterai secukupnya dan
telah pula dicocokkan dengan aslinya di persidangan, sehingga dapat
dipertimbangkan sebagai alat bukti yang sah menurut hukum ;
Menimbang, bahwa selain bukti surat-surat tersebut di atas, Penggugat
mengajukan 2 orang saksi yang memberikan keterangan dibawah sumpah sebagai
berikut :
1. Saksi Widodo Yulianto, dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
- Bahwa Saksi kenal dengan Penggugat (PT. United Dico Citas) karena pernah
bekerja sebagai karyawan di PT. United Dico Citas akan tetapi sekarang saya
sudah tidak bekerja di PT. United Dico Citas;
- Bahwa Saksi pensiun dari PT. United Dico Citas pada bulan Oktober 2018;
- Bahwa jabatan saksi waktu itu di Pt. United Dico Citas adalah sebagai Sales
supervisor ;
- Bahwa saksi tahu adanya hubungan jual beli antara Penggugat dan Apotik
90

Mawar yang beralamat di Pekalongan;


- Bahwa yang saksi ketahui tentang hubungan antara Penggugat dan apotik
Mawar adalah setelah BG (Bilyet Giro) Kospin Jasa sebagai alat
pembayaran dari Apotik Mawar kepada Penggugat ternyata tidak ada
dananya/kosong, maka sebagai sales supervisor, saksi melakukan penagihan
hampir tiap minggu kepada apotik Mawar dan selalu ketemu dengan dr.
Muhammad Djaelani (Tergugat) sebagai pemilik apotik Mawar dan setiap
kali ditagih Tergugat selalu mengatakan belum ada uang untuk membayar;
- Bahwa menurut saksi Tergugat mempunyai kemampuan untuk membayar
Penggugat karena Tergugat sebagai seorang dokter yang membuka praktek
pengobatan, mempunyai apotik Mawar dan apotik Teratai serta mempunyai
tempat kost sebanyak 20 kamar;
- Bahwa Saksi mencairkan BG Kospin Jasa dari Tergugat pada Bulan Oktober
2017 yang ternyata tidak ada dananya/kosong;
- Bahwa pada saat Tergugat menyerahkan BG Kospin Jasa kepada Penggugat,
saat itu Tergugat menyatakan bahwa BG tersebut ada dananya;
- bahwa yang Saksi lakukan setelah mengetahui bahwa BG tersebut ternyata
kosong dan setiap Saksi melakukan penagihan kepada Tergugat tidak pernah
mendapatkan hasil, Saksi pernah meminta kembali barang yang sudah
dikirim kepada Tergugat akan tetapi Tergugat bilang bahwa barangnya
sudah habis terjual;
- bahwa Saksi kenal dengan bukti surat tertanda P-2 berupa Giro Kospin
dengan tanda No : JS 3957705, tertanggal 29 November 2017, bukti surat itu
adalah BG (Bilyet Giro) Kospin Jasa dari Tergugat sebagai alat pembayaran
kepada Penggugat akan tetapi setelah dicairkan ternyata tidak ada
dananya/kosong ;
- bahwa PT. United Dico Citas adalah perusahaan yang bergerak sebagai
distributor farmasi;
- bahwa hubungan antara Penggugat dengan Tergugat adalah Tergugat
membeli barang pada Penggugat ;
- bahwa Tergugat sebagai pemilik apotik Mawar dan Apotik Teratai yang
beralamat di Pekalongan membeli barang berupa obat-obatan kepada
91

Penggugat;
- bahwa kedua apotek milik Tergugat, kalau sekarang saksi tidak tahu,
sewaktu saksi masih bekerja di Pt. United Dico Citas apotik Mawar masih
milik Tergugat dan yang mengelola istri Tergugat;
- bahwa nilai pembelian obat-obatan yang dibeli Tergugat pada bulan Oktober
2017 senilai Rp. 38.028.650,00 (tiga puluh delapan juta dua puluh delapan
ribu enam ratus lima puluh rupiah) dan sudah dibayar Tergugat sejumlah Rp.
11.500.000,00 (sebelas juta lima ratus ribu rupiah) sehingga masih ada
kekurangan sebesar Rp. 26.528.650,00 (dua puluh enam juta lima ratus dua
puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah);
- bahwa pada waktu itu Tergugat membayar pembelian obat-obatan tersebut
dengan Bilyet Giro Kospin Jasa akan tetapi setelah BG tersebut dicairkan
ternyata tidak ada dananya/kosong;
- bahwa pada pembelian-pembelian sebelumnya Tergugat selalu membayar
tunai;
bahwa setiap saksi tagih, Tergugat selalu bilang “akan saya bayar kalau ada
uang”;
- bahwa Penggugat sudah beberapa kali melayangkan somasi pada Tergugat
akan tetapi Tergugat menolak menandatangani surat somasi tersebut;
- bahwa Penggugat ingin agar Tergugat membayar sisa pembelian obat-
obatan dari Penggugat ;
2. Saksi Risiyanto, dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
- Bahwa Saksi kenal dengan Penggugat (PT. United Dico Citas) karena pernah
bekerja sebagai karyawan di PT. United Dico Citas akan tetapi sekarang
saksi sudah tidak bekerja di PT. United Dico Citas;
- Bahwa Saksi keluar dari PT. United Dico Citas pada tanggal 1 Desember
2020;
- Bahwa saksi sebagai karyawan PT. United Dico Citas, saksi tahu adanya
hubungan jual beli antara Penggugat dan Apotik Mawar yang beralamat di
Pekalongan karena saksi yang ditugaskan untuk menagih pada dr.
Muhammad Djaelani sebagai pemilik apotek Mawar;
92

- Bahwa saksi bertemu dengan dr. Muhammad Djaelani pada saat melakukan
penagihan di tempat prakteknya;
- Bahwa setiap ditagih, dr. Muhammad Djaelani bilang belum punya uang;
- Bahwa menurut saksi, Tergugat mempunyai kemampuan untuk membayar
Penggugat karena disamping membuka praktek pengobatan juga Tergugat
pernah bercerita pada saksi mempunyai tempat kost akan tetapi Tergugat
tidak punya niat untuk membayar ;
- Bahwa Saksi bekerja di PT. United Dico Citas sejak tahun 2017 ;
- Bahwa PT. United Dico Citas adalah perusahaan yang bergerak di bidang
distributor farmasi;
- Bahwa hubungan antara Penggugat dengan Tergugat adalah Tergugat
membeli barang pada Penggugat ;
- Bahwa Tergugat sebagai pemilik apotik Mawar dan Apotik Teratai yang
beralamat di Pekalongan membeli barang berupa obat-obatan kepada
Penggugat;
- Bahwa setahu saksi sekarang apotik Mawar sudah tutup, yang masih ada
apotek Teratai dan Tergugat buka praktek di Apotek Teratai;
- Bahwa setahu saksi, Penggugat mengajukan gugatan kepada Tergugat terkait
hutang piutang dimana Tergugat hutang obat-obatan pada Penggugat;
- Bahwa nilai pembelian obat-obatan yang dibeli Tergugat pada bulan Oktober
2017 senilai Rp. 38.028..650,00 (tiga puluh delapan juta dua puluh delapan
ribu enam ratus lima puluh rupiah);
- Bahwa pada waktu itu Tergugat membayar pembelian obat-obatan tersebut
dengan Bilyet Giro Kospin Jasa akan tetapi setelah BG tersebut dicairkan
ternyata tidak ada dananya/kosong, selanjutnya dilakukan penagihan dan
Tergugat membayar cash sejumlah Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah) dan
diterima oleh Bpk. Widodo, selanjutnya pada tahun 2018 Tergugat
membayar cash sejumlah Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) kepada saksi dan
pada tahun 2019 Tergugat membayar sejumlah Rp. 500.000,- (lima ratus
ribu rupiah) kepada Supervisor saksi, sehingga total yang sudah dibayar
Tergugat sejumlah Rp. 11.500.000,00 (sebelas juta lima ratus ribu rupiah)
sehingga masih ada kekurangan sebesar Rp. 26.528.650,00 (dua puluh enam
93

juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah);
- Bahwa sampai sekarang Tergugat belum membayar sisa hutangnya sebesar
Rp. 26.528.650,00 (dua puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu
enam ratus lima puluh rupiah);
- Bahwa Penggugat melalui karyawannya melakukan penagihan terus dan
sudah beberapa kali melayangan somasi pada Tergugat akan tetapi sampai
sekarang Tergugat belum juga melunasi hutangnya;
- Bahwa tidak ada ada barang yang dijadikan jaminan hutangnya oleh
Tergugat ;
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan kesimpulan tertanggal 14
Desember 2020;
Menimbang, bahwa Penggugat menyatakan tidak ada hal yang akan diajukan
lagi dan selanjutnya Penggugat mohon putusan;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini maka hal-hal yang
relevan menunjuk pada Berita Acara Persidangan dianggap telah termuat dalam
putusan ini ;
TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah
sebagaimana diuraikan di atas ;
Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan ternyata Tergugat
tidak hadir ataupun dengan menyuruh orang lain untuk hadir sebagai
wakil/kuasanya yang sah untuk hadir di persidangan, sedangkan menurut surat
Relas panggilan sidang yang telah dijalankan juru sita Pengadilan Negeri
Pekalongan, Tergugat telah dipanggil secara sah dan patut, ternyata ketidak-
hadiran Tergugat tidak disebabkan oleh sesuatu halangan yang sah ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 125 ayat (1) HIR yang menyebutkan
“Jika si Tergugat, walaupun dipanggil dengan patut tidak menghadap Pengadilan
Negeri pada hari yang ditentukan itu, dan tidak menyuruh orang lain menghadap
selaku wakilnya, maka tuntutan itu diterima, dengan keputusan tidak hadir, kecuali
jika nyata kepada Pengadilan Negeri bahwa tuntutan itu melawan hak atau tidak
beralasan”;
Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 125 ayat (1) HIR tersebut diatas,
94

maka Majelis Hakim berpendapat bahwa sudah selayaknya menurut hukum


demi kepastian hukum dan kepentingan hukum Penggugat, untuk memeriksa
perkara tersebut diluar hadirnya Tergugat, bahwa persoalan selanjutnya adalah
apakah tuntutan Penggugat melawan hak atau tidak beralasan, Majelis Hakim
akan mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatannya mendalilkan sebagai
berikut:
- Bahwa hubungan Hukum antara Penggugat dengan Tergugat, terjadi karena
Tergugat telah tercatat melakukan pemesanan barang berupa obat-obatan dari
Penggugat. Dan Tergugat tercatat telah terdaftar sebagai pelanggan, dengan
kode Pelanggan Nomor: C08-02626 yang terdaftar atas nama Apotik Mawar,
yang beralamat di Jalan Jl. Hos Cokroaminoto No.93, Pekalongan.
- Bahwa Tergugat sekitar bulan Oktober 2017, telah melakukan pemesanan obat-
obatan kepada Penggugat;
- Bahwa selanjutnya dari Pesanan Tergugat diatas, oleh Penggugat dibuatkan
Faktur Penjualan, yaitu Faktur Nomor 0362107, Tertanggal 31 Oktober 2017,
jatuh tempo tanggal 31 Oktober 2017, dengan nilai faktur Rp. 38.028.650,-;
- Bahwa kemudian Penggugat memberikan Faktur pesanan tersebut diatas
kepada Tergugat, sebagai bukti tanda terima atas Faktur Penjualan barang yang
sah dan sekaligus sebagai bukti telah diterimanya pesanan oleh Tergugat
(setelah dipastikan kebenarannya oleh Tergugat) yang disertai cap stempel
Apotik Mawar dan ditandatagani oleh pihak Tergugat;
- Bahwa barang pesanan Tergugat sudah diterima dan proses tukar faktur
penjualan sudah dilakukan, kemudian Tergugat akan melakukan pembayaran
sesuai dengan tanggal jangka waktu yang telah disepakati;
- Bahwa dari Faktur Tagihan tersebut telah lewat tanggal jatuh tempo
pembayaran, sampai dengan diajukannya gugatan ini, faktanya Tergugat belum
dapat melunasi sisa pembayaran atas pesanan tersebut kepada Penggugat,
dengan nilai sisa hutang sebesar Rp. 26.528.650,- (Dua puluh enam juta lima
ratus dua puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah) dengan rincian
sebagai berikut:
• Faktur Nomor 0362107, Tertanggal 31 Oktober 2017, telah dicicil
95

pembayarannya oleh Tergugat sebesar Rp.11.500.000, sehingga nilai sisa


hutang Tergugat sebesar Rp. 26.528.650, dari total pembelian senilai
Rp.38.028.650,-
Sehingga adapun total sisa hutang yang wajib dibayarkan oleh Tergugat
kepada Penggugat, adalah sebesar Rp. 26.528.650,- (Dua puluh enam juta lima
ratus dua puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah).
- Bahwa Penggugat sudah berusaha menagih Tergugat, agar segera melunasi sisa
pembayaran atas pesanan Tergugat yang telah lewat tanggal jatuh tempo,
namun faktanya sampai dengan diajukannya gugatan aquo, belum juga ada
realisasi pelunasan pembayaran oleh Tergugat;
- Bahwa dalam upaya mendapatkan pelunasan pembayaran dari Tergugat,
Penggugat telah beritikad baik dan patut menurut hukum dengan mengirimkan
Surat Teguran kepada Tergugat, yaitu melalui :
• Surat Peringatan/ Somasi Ref Nomor: 098/Juni/2018, tertanggal 9 Juni
2018
• Surat Somasi yang dilayangkan oleh Kuasa Hukum Penggugat,
Dengan Surat Nomor: 024/Spr/RPDT/II/2020, tertanggal 07 Februari 2020.
Yang bermaksud untuk mengingatkan Tergugat agar segera menyelesaikan sisa
pembayaran atas faktur tagihan Penggugat, dengan rincian sisa tagihan yang harus
dibayarkan oleh Tergugat yaitu, sebesar Rp. 26.528.650,- (Dua puluh enam juta
lima ratus dua puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah);
- Bahwa dengan demikian, tindakan Tergugat yang belum menyelesaikan
kewajiban sisa pembayaran atas faktur pesanan dan telah lewat tanggal tempo
pembayaran sebagaimana tersebut diatas, serta telah dilakukan Somasi
(Teguran hukum) oleh Penggugat, hal tersebut membuktikan bahwa faktanya
Tergugat telah lalai/ Wanprestasi terhadap Penggugat Bahwa akibat perbuatan
Wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat dengan belum menyelesaikan
kewajiban atas sisa pembayaran kepada Penggugat dan telah dilakukan
Somasi menurut hukum, nyata-nyatanya telah menimbulkan kerugian bagi
Penggugat;
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat yang pada
pokoknya menyatakan bahwa “Tergugat telah melakukan wanprestasi atau cidera
96

janji karena belum membayar sisa kewajiban pembayaran;”


Menimbang, bahwa berdasarkan dalil gugatannya sebagaimana tersebut
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi pokok permasalahan adalah :
“apakah Tergugat telah cidera janji atau wanprestasi kepada Penggugat karena
Tergugat masih mempunyai kekurangan sisa pembayaran pembelian barang dari
Penggugat?”;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apakah perbuatan Tergugat tergolong perbuatan wanprestasi ?

Republi
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Wanprestasi diatur dalam Pasal
1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), berbunyi: “Penggantian
biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai
diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk
memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya
hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu
yang telah ditentukan”. Sehingga unsur-unsur wanprestasi adalah :
1. Ada perjanjian oleh para pihak;
2. Ada pihak melanggar atau tidak melaksanakan isi perjanjian yang sudah
disepakati;
3. Sudah dinyatakan lalai tapi tetap juga tidak mau melaksanakan isi
perjanjian.
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil gugatannya Penggugat telah
mengajukan bukti surat berupa bukti tertanda P–1 sampai dengan bukti tertanda P-
4A yang telah diberi materai secukupnya serta telah dicocokkan dengan aslinya
dan telah mengajukan 2 (dua) orang saksi yang telah memberikan keterangan
dibawah sumpah yaitu bernama Widodo Yulianto dan Risiyanto ;
Menimbang, bahwa sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
Nomor: 1087K/Sip/1973 tanggal 1 Juli 1975 maka Majelis Hakim hanya akan
mempertimbangkan alat-alat bukti yang relevan dengan perkara ini dan sesuai
dengan hukum pembuktian, serta akan mengesampingkan bukti-bukti yang tidak
berkaitan dengan perkara ini;
Menimbang, bahwa sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
Nomor: 3609K/Pdt/1985 maka surat bukti yang tidak pernah diajukan atau tidak
97

pernah ada surat aslinya, harus dikesampingkan sebagai bukti surat;


Menimbang, bahwa sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
Nomor: 112K/Pdt/1996 tanggal 17 September 1998 mengandung kaedah hukum
fotocopy surat tanpa disertai surat/dokumen aslinya dan tanpa dikuatkan oleh
keterangan saksi dan alat bukti lainnya tidak dapat digunakan sebagai alat bukti
yang sah di persidangan pengadilan (Perdata);
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat tertanda P-1 berupa Foto copy
Faktur nomor : 0362107 tertanggal 31/10/2017 dengan total nilai Rp.
38.028.650,00 yang dikeluarkan oleh PT. United Dico Citas Semarang dan
ditujukan kepada Mawar Apt Jl. HOS Cokroaminoto No. 39 Pekalongan dan
berdasarkan bukti surat tertandap P-2 berupa Foto copy Giro Kospin Jasa
Pekalongan tanda terima No : JS.3957705 tertanggal 29 November 2017 uang
sejumlah Rp. 38.028.000 yang dihubungkan keterangan saksi Widodo Yulianto
yang menerangkan bahwa hubungan antara Penggugat dengan Tergugat adalah
Tergugat membeli barang pada Penggugat. Tergugat sebagai pemilik apotik
Mawar dan Apotik Teratai yang beralamat di Pekalongan membeli barang berupa
obat- obatan kepada Penggugat. Nilai pembelian obat-obatan yang dibeli Tergugat
pada bulan Oktober 2017 senilai Rp. 38.028.650,00 (tiga puluh delapan juta dua
puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah) dan sudah dibayar Tergugat
sejumlah Rp. 11.500.000,00 (sebelas juta lima ratus ribu rupiah) sehingga masih
ada kekurangan sebesar Rp. 26.528.650,00 (dua puluh enam juta lima ratus dua
puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah). Pada waktu itu Tergugat
membayar pembelian obat-obatan tersebut dengan Bilyet Giro Kospin Jasa akan
tetapi setelah BG tersebut dicairkan ternyata tidak ada dananya/kosong. Pada
pembelian-pembelian sebelumnya Tergugat selalu membayar tunai. Hubungan
antara Penggugat dan apotik Mawar adalah setelah BG (Bilyet Giro) Kospin Jasa
sebagai alat pembayaran dari Apotik Mawar kepada Penggugat ternyata tidak ada
dananya/kosong, maka sebagai sales supervisor, saksi melakukan penagihan
hampir tiap minggu kepada apotik Mawar dan selalu ketemu dengan dr.
Muhammad Djaelani (Tergugat) sebagai pemilik apotik Mawar dan setiap kali
ditagih Tergugat selalu mengatakan belum ada uang untuk membayar. Menurut
saksi, Tergugat mempunyai kemampuan untuk membayar Penggugat karena
98

Tergugat sebagai seorang dokter yang membuka praktek pengobatan, mempunyai


apotik Mawar dan apotik Teratai serta mempunyai tempat kost sebanyak 20
kamar. Saksi mencairkan BG Kospin Jasa dari Tergugat pada Bulan Oktober
2017 yang ternyata tidak ada dananya/kosong. Pada saat Tergugat menyerahkan
BG Kospin Jasa kepada Penggugat, saat itu Tergugat menyatakan bahwa BG
tersebut ada dananya. Yang Saksi lakukan setelah mengetahui bahwa BG tersebut
ternyata kosong dan setiap Saksi melakukan penagihan kepada Tergugat tidak
pernah mendapatkan hasil, Saksi pernah meminta kembali barang yang sudah
dikirim kepada Tergugat akan tetapi Tergugat bilang bahwa barangnya sudah
habis terjual;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Risiyanto menerangkan
bahwa PT. United Dico Citas adalah perusahaan yang bergerak di bidang
distributor farmasi. Hubungan antara Penggugat dengan Tergugat adalah Tergugat
membeli barang pada Penggugat. Tergugat sebagai pemilik apotik Mawar dan
Apotik Teratai yang beralamat di Pekalongan membeli barang berupa obat-obatan
kepada Penggugat; Penggugat mengajukan gugatan kepada Tergugat terkait
hutang piutang dimana Tergugat hutang obat-obatan pada Penggugat. Nilai
pembelian obat-obatan yang dibeli Tergugat pada bulan Oktober 2017 senilai Rp.
38.028..650,00 (tiga puluh delapan juta dua puluh delapan ribu enam ratus lima
puluh rupiah). Pada waktu itu Tergugat membayar pembelian obat-obatan tersebut
dengan Bilyet Giro Kospin Jasa akan tetapi setelah BG tersebut dicairkan ternyata
tidak ada dananya/kosong, selanjutnya dilakukan penagihan dan Tergugat
membayar cash sejumlah Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah) dan diterima oleh
Bpk. Widodo, selanjutnya pada tahun 2018 Tergugat membayar cash sejumlah Rp.
3.000.000,- (tiga juta rupiah) kepada saksi dan pada tahun 2019 Tergugat
membayar sejumlah Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) kepada Supervisor
saksi, sehingga total yang sudah dibayar Tergugat sejumlah Rp. 11.500.000,00
(sebelas juta lima ratus ribu rupiah) sehingga masih ada kekurangan sebesar Rp.
26.528.650,00 (dua puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam ratus
lima puluh rupiah). Sampai sekarang Tergugat belum membayar sisa hutangnya
sebesar Rp. 26.528.650,00 (dua puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu
enam ratus lima puluh rupiah). Penggugat melalui karyawannya melakukan
99

penagihan terus dan sudah beberapa kali melayangkan somasi pada Tergugat akan
tetapi sampai sekarang Tergugat belum juga melunasi hutangnya. Saksi bertemu
dengan dr. Muhammad Djaelani pada saat melakukan penagihan di tempat
prakteknya. Setiap ditagih, dr. Muhammad Djaelani bilang belum punya uang.
Menurut saksi, Tergugat mempunyai kemampuan untuk membayar Penggugat
karena disamping membuka praktek pengobatan juga Tergugat pernah bercerita
pada saksi mempunyai tempat kost akan tetapi Tergugat tidak punya niat untuk
membayar;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat tertanda P-3 berupa Foto
copy Surat Peringatan/Somasi tertanggal 9 Juni 2018 dari PT. United Dico Citas
yang ditujukan kepada Ibu Muhammad sebagai pemilik Apotek Mawar Jl. HOS
Cokroaminoto No. 39 Pekalongan, bukti surat tertanda P-3.A berupa Foto copy
tanda terima surat somasi dari PT UDC tanggal 11-6-2018, bukti surat tertanda P-
4 berupa Foto copy surat dari kantor Advokat Rachmad S. Negoro dan Rekan
tertanggal 07 Februari 2020 Nomor : 024/Spr/RPDT/II/2020 yang ditujukan
kepada Pimpinan Apotek Mawar Jl. HOS Cokroaminoto No. 39 Pekalongan dan
bukti surat tertanda P-4.A berupa Foto copy tanda terima surat somasi dari PT
United Dico Citas tanggal 11-2-2020, dihubungkan dengan keterangan saksi
Widodo Yulianto menerangkan bahwa Penggugat sudah beberapa kali
melayangkan somasi pada Tergugat akan tetapi Tergugat menolak
menandatangani surat somasi tersebut. Penggugat ingin agar Tergugat membayar
sisa pembelian obat-obatan dari Penggugat. Serta berdasarkan keterangan saksi
Risiyanto menerangkan bahwa Penggugat melalui karyawannya melakukan
penagihan terus dan sudah beberapa kali melayangan somasi pada Tergugat akan
tetapi sampai sekarang Tergugat belum juga melunasi hutangnya;
Menimbang, bahwa pertimbangan tersebut diatas, menurut pendapat
Majelis Hakim, Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi sehingga
terhadap petitum ke-2 gugatan Penggugat yang memohon untuk menyatakan
bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan Wanprestasi patut untuk dikabulkan;
Menimbang, bahwa dalam petitum ke-3 gugatan Penggugat memohon
menghukum Tergugat untuk membayar Kerugian Materiil yang diderita
Penggugat, secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak dibacakannya
100

putusan ini, dengan rincian sebagai berikut :


Kerugian Materiil :
a) Kewajiban sisa pokok Pembayaran atas Pesanan Tergugat yang harus
dibayar secara lunas dan sekaligus kepada Penggugat yaitu sebesar Rp.
26.528.650.
b) Bunga Moratoir (Vide Pasal 1767 KUHPer) yang besarannya ditetapkan
dalam Lembaran Negara Tahun 1948 Nomor 22, yaitu sebesar 6% Per
tahun, sebesar Rp.54.118.446.
Keuntungan yang diharapkan akibat keterlambatan pembayaran tersebut
sebesar 4% per Bulan, dari Sisa Pokok Pembayaran sebesar Rp. 26.528.650,- (Dua
puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah),
yang terhitung sejak bulan Oktober 2017 s/d Gugatan ini diajukan pada bulan
September 2020, yaitu selama 34 Bulan. Sehingga perhitunganya, yaitu:
Rp. 26.528.650 (Kewajiban Pokok) x 4% (Keuntungan) x 35 Bulan
(keterlambatan) = Rp. 37.140.110.
• Sehingga adapun perhitungan total nilai keseluruhan kerugian Materiil
yang diderita Penggugat, yaitu :
Rp.26.528.650. (Kewajiban Sisa Pokok)+Rp.54.118.446. (Bunga
Moratoir)+Rp. 36.078.964. (Keuntungan yang diharapkan) =
Rp.116.726.060.
Menimbang, bahwa terhadap petitum ke-3 gugatan Penggugat tersebut,
Majelis Hakim akan mempertimbangkan terlebih dahulu petitum ke-3 huruf a
sebagai berikut:
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat yang diberi tanda P-1 sampai
dengan P-4 A yang diajukan oleh Penggugat yang bersesuaian dengan keterangan
para saksi dibawah sumpah bernama Widodo Yulianto dan Risiyanto yang telah
dipertimbangkan diatas terbukti bahwa Kewajiban sisa pokok Pembayaran atas
pembelian obat-obatan yang dibeli Tergugat pada bulan Oktober 2017 yang belum
dibayar yaitu sebesar Rp. 26.528.650,00 (dua puluh enam juta lima ratus dua
puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah), sehingga terhadap petitum 3
huruf a yaitu menyatakan Kewajiban sisa pokok Pembayaran atas Pesanan
Tergugat yang harus dibayar secara lunas dan sekaligus kepada Penggugat yaitu
101

sebesar Rp. 26.528.650,- patut untuk dikabulkan;


Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
petitum ke-3 huruf b mengenai permohonan dikenakan bunga moratoir kepada
Tergugat, sebagai berikut:
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Bunga Moratoir adalah
merupakan ganti rugi dalam wujud sejumlah uang, sebagai akibat dari tidak atau
terlambat dipenuhinya perikatan yang berisi kewajiban pembayaran sejumlah uang
oleh debitur. Hal ini diatur khusus pada Pasal 1250 paragraf (1) KUHPerdata yang
menyatakan: “Dalam tiap-tiap perikatan yang semata-mata berhubungan dengan
pembayaran sejumlah uang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekadar
disebabkan terlambatnya pelaksanaan, hanya terdiri atas bunga yang ditentukan
oleh undang-undang, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan undang-
undang khusus.”
Menimbang, bahwa bunga yang ditentukan berdasarkan undang-undang
adalah bunga sebesar 6% (enam) persen setahun. Hal ini dilihat dari Lembaran
Negara/staatsblad tahun 1848 Nomor 22. Pada prinsipnya, Bunga Moratoir ini
tidak perlu dibuktikan adanya suatu kerugian oleh Kreditur. Namun untuk
pengenaan Bunga Moratoir hanya harus dibayar terhitung mulai dari diminta di
muka Pengadilan. Kecuali dalam hal-hal yang mana undang-undang menetapkan
bahwa ia berlaku demi hukum. Demikian ketentuan Pasal 1250 paragraf (3)
KUHPerdata. Contoh dari penerapan bunga moratoir adalah saat debitur lalai
membayar hutang sesuai yang diperjanjikan dan telah melampaui batas jatuh
tempo. Sehingga karena kelalaiannya debitur diharuskan membayar bunga denda;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi dibawah sumpah bernama
Widodo Yulianto dan Risiyanto dihubungkan dengan bukti surat yang diajukan
Penggugat terbukti bahwa Tergugat telah membeli obat-obatan dari Penggugat
pada bulan Oktober 2017 sebagaimana bukti surat tertanda P-1 yaitu Nomor
Faktur 03262107 tanggal 31 Oktober 2017 tanggal jatuh tempo tanggal 31
Oktober 2017, sisa pembayaran yang harus dibayar oleh Tergugat kepada
Penggugat yaitu sebesar Rp. 26.528.650,-. Oleh karena sebagai akibat dari
terlambatnya kewajiban pembayaran sejumlah uang oleh Tergugat, maka menurut
Pendapat Majelis Tergugat haruslah dikenakan bunga moratoir yang berdasarkan
102

Lembaran Negara/staatsblad tahun 1848 Nomor 22 dikenakan bunga sebesar 6%


(enam) persen setahun. Keterlambatan pembayaran tersebut sejak bulan Oktober
2017;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka
petitum ke-3 huruf b gugatan Penggugat yang memohon agar Tergugat dikenakan
bunga moratoir terhitung sejak jatuh tempo yaitu bulan Oktober 2017 sampai
dengan diajukan gugatan bulan Oktober 2020 yaitu sebesar Rp. 26.528.650 x 6%
x 35 Bulan = Rp.55.710.165, menurut Majelis Hakim adalah patut untuk
dikabulkan;
Menimbang, bahwa terhadap petitum ke-3 huruf c gugatan Penggugat yang
memohon keuntungan yang diharapkan akibat keterlambatan pembayaran tersebut
sebesar 4% per Bulan, dari Sisa Pokok Pembayaran sebesar Rp. 26.528.650,- (Dua
puluh enam juta lima ratus dua puluh delapan ribu enam ratus lima puluh rupiah),
yang terhitung sejak bulan Oktober 2017 s/d Gugatan ini diajukan pada bulan
September 2020, yaitu selama 34 Bulan sehingga mengalami kerugian materiil,
Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang bahwa terhadap petitum ke-3 huruf c gugatan Penggugat,
Majelis Hakim berpendapat karena selama proses pemeriksaan dipersidangan
Penggugat tidak dapat membuktikan baik dari bukti surat maupun saksi-saksi

Republi
tentang besarnya kerugian materiil yang diderita oleh Penggugat karena
seharusnya ada keuntungan yang diharapkan akibat keterlambatan pembayaran
tersebut sebesar 4% per Bulan, sehingga petitum Penggugat ke-3 huruf c tidak
relevan dan beralasan hukum untuk ditolak ;
Menimbang, bahwa terhadap petitum ke-4 gugatan Penggugat yang
memohon menghukum Tergugat untuk membayar kerugian Imateriil yang
diderita Penggugat, secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak
dibacakannya putusan ini, Majelis Hakim berpendapat karena selama proses
pemeriksaan dipersidangan Penggugat tidak dapat membuktikan baik dari bukti
surat maupun saksi-saksi tentang besarnya kerugian Imateriil yang diderita oleh
Penggugat, sehingga petitum Penggugat ke-4 tidak relevan dan beralasan hukum
untuk ditolak ;
Menimbang, bahwa terhadap petitum ke-5 gugatan penggugat yang
103

memohon menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (Dwangsom)


sebesar Rp. 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah) untuk setiap harinya, apabila
Tergugat lalai dalam memenuhi isi putusan, terhitung sejak perkara ini telah
berkekuatan hukum tetap dan seluruh kerugian dibayar lunas, menurut Majelis
Hakim haruslah ditolak karena uang paksa tidak dapat dimintakan bersama-sama
dengan penghukuman yang berupa pembayaran sejumlah uang (Putusan M.A.
No. 79K/Sip/1972 tanggal 22 Februari 1972 mengandung kaedah hukum,
“Dwangsom tidak dapat dituntut bersama-sama dengan tuntutan membayar
sejumlah uang”);
Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat dalam petitum angka 6
gugatannya mohon agar putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar bij
voorraad) meskipun ada perlawanan banding, kasasi maupun verset;
Menimbang, bahwa untuk dapat dikabulkannya putusan serta merta
(Uitvoerbaar bij vooraad) dan provisional menurut Surat Edaran Ketua Mahkamah
Agung RI Nomor 3 Tahun 2000 adalah:
1) Gugatan didasarkan pada bukti surat autentik/tulis asli yang tidak dibantah
kebenarannya oleh pihak lawan;
2) Gugatan hutang piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak dibantah;
3) Gugatan tentang sewa menyewa tanah, rumah, gudang, dll dimana hubungan
sewa menyewa telah habis atau penyewa melalaikan kewajibannya sebagai
penyewa yang baik;
4) Pokok gugatan mengenai tuntutan harta gono gini setelah putusan cerainya
mempunyai kekuatan hukum tetap;
5) Dikabulkannya gugatan provisional dengan pertimbangan hukum yang tegas
dan jelas serta memenuhi Pasal 332 RV;
6) Pokok sengketa mengenai bezitsrecth;
Menimbang, bahwa di dalam Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI
Nomor 4 Tahun 2001 Mahkamah Agung menetapkan agar dalam setiap
pelaksanaan putusan serta merta disyaratkan adanya jaminan yang nilainya sama
dengan barang/benda objek eksekusi;
Menimbang, bahwa oleh karena tidak terpenuhinya syarat-syarat sesuai
ketentuan Pasal 180 HIR jo Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 3 Tahun
104

2000, tanggal 21 Juli 2000, serta tidak adanya urgensi untuk memberlakukan
Uitvoerbaar bij Voorrad (Putusan serta merta) atas perkara ini, maka terhadap
Petitum ke-6 dari gugatan Penggugat sudah seharusnya dinyatakan ditolak ;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan penggugat sebagaimana dalam
petitumnya tersebut tidak seluruhnya dapat dikabulkan, oleh karenanya Majelis
Hakim menyatakan mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dikabulkan sebagian,
maka harus menyatakan menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya;
Menimbang, bahwa oleh karena jangka waktu dan formalitas panggilan
menurut hukum telah terpenuhi serta gugatan tersebut tidak melawan hukum dan
beralasan, maka Tergugat yang telah dipanggil dengan patut akan tetapi tidak
datang menghadap di persidangan dan tidak menyuruh orang lain menghadap
sebagai wakilnya, harus dinyatakan tidak hadir dan gugatan tersebut dikabulkan
dengan verstek untuk sebagian;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dikabulkan untuk
sebagian dengan verstek sehingga Tergugat berada di pihak yang kalah maka
Tergugat dihukum untuk membayar biaya perkara, sehingga terhadap petitum ke-7
gugatan Penggugat dikabulkan;
Memperhatikan Pasal 125 HIR dan peraturan-peraturan lain yang
bersangkutan;
MENGADILI :

1. Menyatakan Tergugat telah dipanggil dengan patut tetapi tidak hadir;


2. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian dengan verstek;
3. Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan Wanprestasi.
4. Menghukum Tergugat untuk membayar Kerugian Materiil yang diderita
Penggugat, secara tunai dan sekaligus terhitung 14 hari sejak dibacakannya
putusan ini, dengan rincian sebagai berikut :
Kerugian Materiil :
a. Kewajiban sisa pokok Pembayaran atas Pesanan Tergugat yang harus
dibayar secara lunas dan sekaligus kepada Penggugat yaitu sebesar Rp.
26.528.650.
105

b. Bunga Moratoir (Vide Pasal 1767 KUHPer) yang besarannya ditetapkan


dalam Lembaran Negara Tahun 1948 Nomor 22, yaitu sebesar 6% Per tahun,
sebesar Rp.54.118.446.
5. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya;
6. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini sebesar Rp. 295.000,00 (dua ratus sembilan puluh lima ribu rupiah);
Demikian diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Pekalongan pada hari Selasa, tanggal 29 Desember 2020 oleh Elin
Pujiastuti, SH. MH. sebagai Hakim Ketua, Danang Utaryo, SH., MH dan Rudy
Setyawan, SH., masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Selasa, 12 Januari 2021
tersebut, oleh Elin Pujiastuti, SH. MH. sebagai Hakim Ketua, Rudy Setyawan, SH.
dan Arum Kusuma Dewi, SH. MH., masing-masing sebagai Hakim Anggota,
dibantu oleh Siroju Munir, SH. MH. Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri
Pekalongan dan dihadiri oleh Kuasa Penggugat tanpa dihadiri oleh Tergugat;

Hakim-hakim Anggota : Hakim Ketua Majelis,


1. Rudy Setyawan, SH. Elin Pujiastuti, SH.
MH.
2. Arum Kusuma Dewi, SH., MH.

Panitera Pengganti :
Siroju Munir, SH. MH.

Biaya Perkara:
Pendaftaran : Rp. 30.000,00
Proses : Rp. 75.000,00
Panggilan : Rp. 150.000,00
PNBP : Rp. 20.000,00
Redaksi : Rp. 10.000,00
Materai : Rp. 10.000,00 +
106

mlah Rp. 295.000,00 (dua ratus Sembilan puluh lima ribu rupiah)

Anda mungkin juga menyukai