BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
internet merupakan jaringan publik yang tidak memiliki fasilitas keamanan yang
munculnya suatu tuntutan pelayanan internet yang melebihi dari apa yang bisa
diperoleh dari dunia nyata. Ini meliputi kesempatan untuk membeli dan menjual
barang-barang komoditi secara online dari jarak jauh. Salah satu hal terpenting
cepat dan murah. Dengan keadaan tersebut maka dalam tingkatan selanjutnya
1
2
internet secara personal bagi masyarakat luas. Salah satu perusahaan yang
menyediakan jasa provider internet tersebut adalah PT. Indosat, sedangkan salah
satu jenis jasa yang diberikan adalah internet personal dengan nama Indosat
Mega Media (IM2). Sedangkan pemakaian kata internet personal adalah merujuk
kepada pengertian seseorang yang secara personal atas nama dirinya pribadi
menjadi pelanggan suatu sistem internet melalui kabel pada suatu provider
tertentu.
Suatu kesepakatan yang melahirkan hak dan kewajiban maka antara PT.
Indosat dengan pelanggan internet personal melalui IM2 tentunya diikat oleh
suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak adalah dalam
bentuk tertulis yang menjelaskan tentang suatu hubungan bertimbal balik yang
pada dasarnya menjelaskan kepada PT. Indosat untuk menyediakan jasa internet
terlepas dari hukum perjanjian sebagaimana diatur dalam Buku III KUH Perdata
tentang Perjanjian.
Perjanjian bernama itu diatur dalam titel V-XVIII Buku III KUH Perdata, seperti:
Jual beli, sewa-menyewa dan lain sebagainya. Perjanjian tidak bernama adalah
perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata tetapi ada di dalam kehidupan
memberikan pedoman tentang perjanjian tidak bernama ini pada Pasal 1319 KUH
Perdata yang berbunyi: “Semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama
khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada
peraturan-peraturan umum, yang termuat dalam Bab ini dan Bab yang lalu”.
Ketentuan umum pada pasal tersebut di atas ialah dapat terlihat jelas dari Pasal
1338 ayat (1) KUH perdata : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku
dengan kecepatan akses, biaya yang tepat dan kemudahan akses. Tidak jarang
dalam praktek pelayanan internet apa yang dijanjikan oleh provider tersebut di
luar kenyataan yang diterima oleh pelanggan. Pada kapasitas ini apakah pelanggan
dapat melakukan suatu upaya agar janji yang diberikan oleh provider tersebut
1. Rumusan Masalah
PT. Indosat?
2. Faedah Penelitian
b. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak terkait baik itu
B. Tujuan Penelitian
C. Metode Penelitian
1. Sifat/materi penelitian
ini adalah deskriptif analisis yang mengarah penelitian yuridis empiris, yaitu suatu
penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis atau
2. Sumber data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan melalui studi lapangan pada PT. Indosat Medan.
a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai adalah KUH Perdata dan
Elektronik.
b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang
diteliti.
1
Bambang Sunggono. 2003. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, halaman 32.
6
4. Analisis data
dikemukakan, sehingga dari teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang
D. Definisi Operasional
yaitu:
sanksi.2
mengingingkan akses internet yang cepat dan hemat bandwith. Product ini
memanfaatkan fasilitas jaringan kabel Fiber Optis dan Hybrid Fiber Coaxial
lengkap dan terbesar kedua di Indonesia untuk jasa seluler (Matrix, Mentari
dan IM3). Per Juni 2011, komposisi kepemilikan saham Indosat adalah: QTEL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
IndosatM2. “IM2 Fitt (Internet )”. http://www.indosatm2.com/index.php/consumer-
solution/internet-services. Diakses tanggal 30 April 2012.
5
Wikipedia Indonesia. “Indosat”, http://id.wikipedia.org/wiki/Indosat. Diakses tanggal 30
April 2012.
8
A. Pengertian Perjanjian
“suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
berjanji kepada seseorang lain atau dimana itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal”.6
agreement dalam bahasa Inggeris. Karena itu, istilah hukum perjanjian. Jika
perikatan dalam buku ketiga KUH Perdata, jadi termasuk ikatan hukum yang
berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang, maka
perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan
sepihak saja. Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan
6
R. Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, (Selanjutnya
8 disingkat R Subekti, I). Jakarta:
Intermasa, halaman 1
7
Munir Fuady, Op.Cit., halaman 2.
8
Mariam Darus Badrulzaman, 1993, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
Penjelasannya, Bandung: Alumni, halaman 89.
9
di lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin, yang merupakan perjanjian juga,
tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata Buku
III. Perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III kriterianya dapat dinilai
dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan
unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain “hubungan hukum
atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain
rechtbe-trekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara
hukum.
hubungan yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai dalam harta
sendirinya timbul hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orang tuanya
9
Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
halaman 225.
10
seperti yang diatur dalam hukum waris. Lain halnya dalam perjanjian. Suatu
perjanjian yang mengikat (perikatan) minimal harus ada salah satu pihak yang
mempunyai kewajiban karena bila tidak ada pihak yang mempunyai kewajiban,
maka dikatakan tidak ada perjanjian yang mengikat. Hubungan hukum adalah
hubungan yang menimbulkan akibat hukum, yaitu hak (right) dan kewajiban
hak oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain
Prestasi ini adalah objek atau voorwerp dari verbintenis. Tanpa prestasi, hubungan
hukum yang dilakukan berdasar tindakan hukum, sama sekali tidak mempunyai
arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas prestasi
10
Hasanuddin Rahman, 2003, Contract Drafting, Bandung: Citra Aditya Bakti, halaman
7.
11
Akan tetapi seperti yang telah pernah disinggung di atas, karakter hukum
kekayaan dalam harta benda keluarga adalah lahir dengan sendirinya, semata-
tindakan hukum/rechthandeling.
Sekalipun yang menjadi objek atau vorwerp itu merupakan benda, namun
persoon).
a. Hak kebendaan melekat pada benda dimana saja benda itu berada, jadi
b. Semua orang secara umum terikat oleh suatu kewajiban untuk menghormati
c. Si empunya hak atas benda, dapat melakukan segala tindakan sesukanya atas
benda tersebut.12
dalam perjanjian adalah bersifat “ hak relatif “/relatief recht. Dia hanya mengatur
hubungan antara pribadi tertentu. Bepaalde persoon, bukan terhadap semua orang
11
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Kebendaan Pada Umumnya , Jakarta:
Kencana, halaman 21.
12
Universitas Sumatera Utara, “Tinjauan Umum Tentang Kompensasi”,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25397/3/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 17
September 2012.
12
pemenuhan prestasi dapat dimintanya. Hanya kepada orang yang telah melibatkan
diri padanya berdasar suatu tindakan hukum. Jadi hubungan hukum / recht
tertentu saja.13
Hanya saja dalam hal ini perlu diingatkan, bahwa gambaran tentang
pengertian hukum benda yang diatur dalam BW dalam Buku II, yang menganggap
hak kebendaan itu “inviolable et sacre” dan memiliki droit de suite, tidak
Agraria No. 5 Tahun 1960 sesuai dengan asas unifikasi hukum pertanahan, Buku
ditekankan pada faktor hak. Tetapi dititik beratkan pada segi penggunaan dan
fungsi sosial tanah, agar selaras dengan maksud dan jiwa pada Pasal 33 ayat 3
Seperti telah dikemukakan di atas, pada umumnya hak yang lahir dari
perjanjian itu bersifat hak relatif, artinya hak atas prestasi baru ada pada
persoon tertentu, jika hal itu didasarkan pada hubungan hukum yang lahir atas
perbuatan hukum.
a. Sekalipun tidak ada hubungan hukum yang mengikat antara dua orang tertentu
b. Atau oleh karena suatu kewajiban hukum dalam situasi yang nyata, dapat
13
Ibid.
13
hukum antara dua orang tertentu, seperti yang dapat dilihat pada Waterkraan
mendapatkan prestasi tadi dilindungi oleh hukum berupa sanksi. Ini berarti
untuk melaksanakan sanksi, baik berupa eksekusi, ganti rugi atau uang paksa.
Akan tetapi tidak seluruhnya verbintenis mempunyai sifat yang dapat dipaksakan.
ini perjanjian tersebut bersifat tanpa hak memaksa. Jadi natuurlijk verbintenis
segi hukum perdata tidak mempunyai akibat hukum yang mengikat. Misalnya
verbintenis.
14
Ibid.
14
dapat dipaksakan.
kewajiban prestasi. Untuk itu kreditur diberi hak oleh hukum menjatuhkan
sanksi melalui tuntutan eksekusi pelaksanaan dan eksekusi riel, ganti rugi serta
uang paksa.15
tertib diantara anggota-anggota masyarakat itu. Ini berarti bahwa unsur hukum
baru dapat dianggap ada, apabila suatu tingkah laku seseorang sedikit banyak
pihak ketiga, pemilik hak benda dapat melaksanakan haknya terhadap siapapun
juga, adalah sifat lain dari hak benda yaitu sifat absolut. Sedangkan dalam hukum
perjanjian seseorang yang berhak, dapat dibilang mempunyai hak tak mutlak yaitu
hanya dapat melaksanakan haknya terhadap seorang tertentu yakni orang pihak
15
Ibid.
16
Wirjono Prodjodikoro. 2011. Azas-Azas Hukum Perjanjian. Bandung: Mandar Maju,
halaman 9.
15
membedakan hak terhadap benda dan hak terhadap orang. Meskipun suatu
perhubungan hukum antara orang dengan orang, lebih tegasnya antara orang
tertentu dengan orang lain tertentu. Artinya, hukum perdata tetap memandang
atas suatu janji berkewajiban untuk melakukan suatu hal, dan orang lain tertentu
perjanjian jual beli, yaitu A adalah penjual dan B adalah pembeli, dan barang yang
dibeli adalah sebuah lemar tertentu yang berada di dalam rumah A. Harga
pembelian sudah dibayar, tetapi sebelum lemari diserahkan kepada B, ada pencuri
yang mengambil lemari tersebut, sehingga lemari tersebut jatuh ke tangan seorang
ketiga (C). Dalam hal ini B hanya berhak menegur A supaya lemari diserahkan
diserahkan kepadanya.
Sifat hukum perjanjian ini berbeda dengan sifat hukum kebendaan. Pada
hukum benda, hubungan hukum itu terjadi antara orang dengan benda. Sedangkan
pada hukum perjanjian, hubungan hukum itu terjadi antara orang dengan orang
Sifat hukum perjanjian yakni sifat perorangan, maka para pihak dapat
dengan bebas menentukan isi dari perjanjian yang mereka buat, asal saja tidak
melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, yang artinya hukum perjanjian itu
pasal-pasal itu dapat dikesampingkan apabila dikehendaki, oleh para pihak yang
KUH Perdata, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (1) yang
mengatakan bahwa : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Uraian di atas juga dikenal asas kebebasan berkontrak, yaitu setiap orang
bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur atau belum diatur
dalam undang-undang. Tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak
yang selalu terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga apabila ditinjau dari
sama lain dalam arti kata bahwa perjanjian yang berlaku dalam masyarakat itu
mempunyai coraknya yang tersendiri pula. Corak yang berbeda dalam bentuk
Bentuk atau jenis perjanjian tersebut, tidak ada diatur secara terperinci
masyarakat dengan penafsiran pasal dari KUH Perdata terdapat bentuk atau jenis
17
Abdulkadir Muhammad. Op.Cit, halaman 225.
17
kewajiban kepada kedua belah pihak. Misalnya : jual beli, sewa-menyewa. Dari
satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang
pihak lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga, yang terdiri atas
Dari sebutan jual-beli ini tercermin atau memperlihatkan dari satu pihak
perbuatan dinamakan menjual, sedangkan di pihak lain dinamakan
pembeli. Dua perkataan bertimbal balik itu, adalah sesuai dengan istilah
Belanda Koop en verkoop yang mengandung pengertian bahwa, pihak
yang satu Verkoop (menjual), sedangkan koop adalah membeli.18
b. Perjanjian Sepihak
penyerahan itu. Perjanjian ini juga selalu disebut dengan perjanjian cuma-cuma.
pihak atau salah satu pihak. Prestasi biasanya berupa benda berwujud berupa hak,
18
R. Subekti, 1992, Aneka Perjanjian, (selanjutnya disingkat R. Subekti, II), Bandung:
Alumni, halaman 2.
18
memberi keuntungan pada satu pihak, misalnya: Perjanjian pinjam pakai. Pasal
1740 KUH Perdata menyebutkan bahwa : Pinjam pakai adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu memberikan suatu barang kepada pihak yang
lainnya, untuk dipakai dengan cuma-cuma dengan syarat bahwa yang menerima
barang ini setelah memakainya atau setelah lewatnya waktu tertentu, akan
mengembalikannya kembali.
Sedangkan perjanjian atas beban atau alas hak yang membebani, adalah
suatu perjanjian dalam mana terhadap prestasi ini dari pihak yang satu selalu
terdapat kontra prestasi dari pihak lainnya, dan antara kedua prestasi ini ada
maksudnya bahwa perjanjian itu memang ada diatur dan diberi nama oleh undang-
pakai dan lain-lain. Sedangkan perjanjian tidak bernama adalah merupakan suatu
azas kebebasan berkontrak, untuk mengadakan suatu perjanjian atau yang lebih
ingin membeli barang B, tetapi A tidak mempunyai uang sekaligus, dalam hal ini
kesempatan oleh B (si empunya barang) untuk membeli lebih dahulu barang
tersebut. Perjanjian sewa beli itu adalah merupakan ciptaan yang terjadi dalam
praktek .
azas kebebasan berkontrak yang tercantum di dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata. Bentuk perjanjian sewa beli ini adalah suatu bentuk perjanjian jual-beli
akan tetapi di lain pihak ia juga hampir berbentuk suatu perjanjian sewa-
menyewa.
beli dengan suatu perjanjian sewa menyewa, tetapi ia lebih condong dikemukakan
perjanjian obligatoir.
mengetahui sejauh mana dalam suatu perjanjian itu telah adanya suatu penyerahan
sebagai realisasi perjanjian, dan apakah perjanjian itu sah menurut hukum atau
tidak.
Objek dari perjanjian obligatoir adalah : Dapat benda bergerak dan dapat
yang akan menimbulkan hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang membuat
perjanjian tersebut. Maksudnya bahwa sejak adanya perjanjian, timbullah hak dan
disamping adanya perjanjian kehendak juga sekaligus harus ada penyerahan nyata
atas barangnya, misalnya jual beli barang bergerak perjanjian penitipan, pinjam
pakai. Salah satu contoh uraian diatas yaitu: “Perjanjian penitipan barang, yang
menerima suatu barang dari orang lain, dengan syarat bahwa ia akan
perjanjian real, jadi bukan suatu perjanjian yang baru tercipta dengan adanya
19
Ibid., halaman 107.
21
dapat penulis kelompokkan bentuk atau jenis-jenis dari perjanjian yang terdapat
1. Karena pembayaran
penitipan.
9. Karena berlakunya suatu syarat-syarat batal yang diatur dalam bab kesatu
buku ini.
Bab III Bab IV KUH Perdata mengatur berbagai cara tentang hapusnya
suatu perikatan, baik perikatan itu bersumber dari perjanjian maupun dari undang-
undang. Pada Pasal 1381 KUH Perdata mengatur berbagai cara hapusnya
20
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit, halaman 155.
22
undang itu tidaklah bersifat membatasi para pihak untuk menciptakan cara yang
Juga cara-cara yang tersebut dalam Pasal 1381 KUH Perdata itu tidaklah
Lima cara pertama yang tersebut di dalam Pasal 1381 KUH perdata
menunjukkan bahwa kreditur tetap menerima prestasi dari debitur. Dalam cara
keenam yaitu pembebasan hutang, maka kreditur tidak menerima prestasi, bahkan
sebaliknya, yaitu secara sukarela melepaskan haknya atas prestasi. Pada empat
cara yang terakhir dari Pasal 1381 KUH Perdata maka kreditur tidak menerima
sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif karena mengenai
23
perjanjian sendiri oleh obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.
dari:
Syarat sah yang khusus yang dikemukakan oleh Munir Fuady terdiri dari:
tertentu,
Syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata
dapat dibedakan syarat subjektif, dan syarat objektif. dalam hal ini kita
harus dapat membedakan antara syarat subjektif dengan syarat objektif.
Syarat subjektif adalah kedua syarat yang pertama, sedangkan syarat objektif
kedua syarat yang terakhir.23
Saliman menjelaskan tafsiran atas Pasal 1320 KUH Perdata yaitu:
21
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Op.Cit, halaman 17.
22
Munir Fuady, Op.Cit, halaman 34.
23
Mariam Darus Badrulzaman I, Op.Cit, halaman 98.
24
dinyatakan dengan tegas, bukan diam-diam. Perjanjian itu juga harus diberikan
kehendak itu mendapat pengaruh dari luar sedemikian rupa, sehingga dapat
Jika ada unsur paksaan atau penipuan maka perjanjian menjadi batal.
Perjanjian yang diadakan dengan kata sepakat yang cacat itu dianggap
tidak mempunyai nilai. Lain halnya dalam suatu paksaan yang bersifat relatif,
dimana orang yang dipaksa itu masih ada kesempatan apakah ia akan mengikuti
kemauan orang yang memaksa atau menolaknya, sehingga kalau tidak ada
perjanjian dari orang yang dipaksa itu maka jelas bahwa perjanjian yang telah
diberikan itu adalah perjanjian yang tidak sempurna, yaitu tidak memenuhi syarat-
24
Abdul R. Saliman, et. al. 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Teori dan Contoh
Kasus, Jakarta: Prenada Media, halaman 12-13.
25
Djaja S. Meliala, 2008, Perkembangan Hukum Perdata Tentang benda dan Hukum
Perikatan, Bandung: Nuansa Aulia, halaman 94.
25
suatu paksaan yang membuat perjanjian atau perizinan diberikan, tetapi secara
tidak benar.
dimaksud dengan kekeliruan tersebut. Untuk itu harus dilihat pengertian yang
pokok yang terpenting dari obyek perjanjian itu. Dengan perkataan lain bahwa
kekeliruan itu terhadap unsur pokok dari barang–barang yang diperjanjikan yang
apabila diketahui atau seandainya orang itu tidak silap mengenai hal-hal tersebut
perjanjian itu tidak akan diadakan. Jadi sifat pokok dari barang yang diperjanjikan
pembatasan yang kedua dikemukakan oleh adanya alasan yang cukup menduga
adanya kekeliruan atau dengan kata lain bahwa kesilapan itu harus diketahui oleh
lawan, atau paling sedikit pihak lawan itu sepatutnya harus mengetahui bahwa ia
adalah kekeliruan terhadap orang yang dimaksudkan dalam perjanjian. Jadi orang
adalah orang yang dimaksudkannya. Dalam halnya ada unsur penipuan pada
perjanjian yang dibuat, maka pada salah satu pihak terdapat gambaran yang
gambaran dengan sengaja diberikan oleh pihak lawannya. Dalam hal penipuan
inipun dapat pula diajukan sanksi atas dasar perbuatan melawan hukum atau
ditegaskan dalam Pasal 1328 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi “Penipuan
merupakan suatu alasan untuk membatalkan suatu persetujuan, bila penipuan yang
dipakai oleh salah satu pihak adalah sedemikian rupa, sehingga nyata bahwa pihak
yang lain tidak akan mengadakan perjanjian itu tanpa adanya tipu muslihat”.
Untuk dapat dikatakan adanya suatu penipuan atau tipu muslihat tidak cukup
kalau seseorang itu hanya melakukan kebohongan mengenai suatu hal saja, paling
sedikit harus ada sesuatu rangkaian kebohongan. Karena muslihat itu, pihak yang
tertipu terjerumus pada gambaran yang keliru dan membawa kerugian kepadanya.
Syarat kedua untuk sahnya suatu perjanjian adalah, kecakapan para pihak. Untuk
hal ini dikemukakan Pasal 1329 KUH Perdata, dimana kecakapan itu dapat
dibedakan:
sah.
suami isteri.
yang tidak cakap sebagaimana yang diuraikan oleh Pasal 1330 KUH Perdata ada
tiga, yaitu:
kepentingan curatele atau orang yang ditaruh di bawah pengampuan itu sendiri.
Menurut Pasal 1330 KUH Perdata diatas wanita bersuami pada umumnya adalah
tidak cakap untuk bertindak dalam hukum, kecuali kalau ditentukan lain oleh
mendapat izin dari suaminya. Hal ini mengingat bahwa kekuasaan sebagai kepala
rumah tangga adalah besar sekali, seperti yang kita kenal dengan istilah maritale
macht.
haknya yang kita kenal dengan emansipasi, kiranya sudah tepatlah kebijaksanaan
Mahkamah Agung yang dengan surat Edarannya No. 3 Tahun 1963 tanggal 4
Agustus 1963 telah menganggap Pasal 108 dan Pasal 110 KUH Perdata tentang
menghadap di depan pengadilan tanpa izin atau bantuan dari suaminya sudah
pembatalan perjanjian hanya dapat dilakukan oleh orang yang dianggap tidak
dibatalkan secara sepihak, yaitu oleh pihak yang tidak cakap itu sendiri, akan
tetapi apabila pihak yang tidak cakap itu mengatakan bahwa perjanjian itu
berlaku penuh baginya, maka konsekwensinya adalah segala akibat dari perjanjian
yang dilakukan oleh para pihak yang tidak cakap dalam arti tidak berhak atau
kiranya dapat diingat bahwa sifat dari peraturan hukum sendiri pada hakekatnya
selalu mengejar dua tujuan yaitu rasa keadilan di satu pihak dan ketertiban hukum
dalam masyarakat di pihak lain. Maka demikianlah bilamana dari sudut tujuan
hukum yang pertama ialah mengejar rasa keadilan memang wajarlah apabila
orang yang membuat suatu perjanjian dan nantinya terikat oleh perjanjian itu
jawab yang harus dipikulkan dan tujuan yang satu inilah akan sulit diharapkan
apabila orang-orang yang merupakan pihak dalam suatu perjanjian itu adalah
orang-orang di bawah umur atau orang sakit ingatan atau pikiran yang pada
umumnya dapat dikatakan sebagai belum atau tidak dapat menginsyapi apa
sudut tujuan hukum dalam masyarakat, yaitu mengejar ketertiban hukum dalam
29
masyarakat, dimana seseorang yang membuat perjanjian itu pada dasarnya berarti
yang dapat berbuat itu adalah harus orang-orang yang sungguh-sungguh berhak
berbuat bebas terhadap harta kekayaannya itu. Dimana kenyataan yang demikian
itu tidaklah terdapat dalam arti orang–orang yang sungguh tidak ditaruh di bawah
Selanjutnya syarat yang ketiga untuk sahnya satu perikatan adalah adanya
hal tertentu yang diperjanjikan maka ini berarti bahwa apa yang diperjanjikan
harus cukup jelas dalam arti barang atau benda yang dimaksudkan dalam
Pasal 1333 ayat (1) KUH Perdata dengan pengertian bahwa jumlahnya barang
tidak menjadi syarat, asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan.
Pasal 1333 ayat (1) KUH Perdata berbunyi “Suatu persetujuan harus
jenisnya”.
antara kedua belah pihak, guna dapat menetapkan apa-apa saja yang menjadi hak
dan kewajiban dari pada pihak-pihak dalam perjanjian yang mereka buat itu.
“Jika prestasi itu kabur, sehingga perjanjian itu tidak dapat dilaksanakan, maka
26
Mariam Darus Badrulzaman, I, Op.Cit, halaman 105.
30
dianggap tidak ada obyek perjanjian. Akibat tidak dipenuhi syarat ini, perjanjian
adanya suatu sebab yang halal. Dengan sebab ini dimaksudkan tiada lain dari pada
yaitu: “Azas-azas hukum perjanjian, bahwa dengan pengertian causa adalah bukan
mengatakan dalam pandangan saya, causa dalam hukum perjanjian adalah isi dan
dipenuhi, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan yang dalam bahasa Belanda
syarat objektif yang tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut batal, artinya batal
dengan sendirinya yaitu batal demi hukum bahwa perjanjian itu seolah-olah tidak
pernah ada.28
telah penulis kemukakan terlebih dahulu, yaitu syarat obyektif dan syarat
subyektif, maka apabila syarat obyektif tersebut tidak dipenuhi, perjanjian itu
dapat dikatakan batal demi hukum. Sedangkan dalam hal syarat subyektif yang
tidak dipenuhi, maka terhadap perjanjian yang demikian itu salah satu pihak
mempunyai hak untuk menuntut perjanjian yang telah dibuat menjadi batal.
27
R. Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, halaman 37.
28
I.G. Rai Widjaya, 2003, Merancang Suatu Kontrak, Jakarta: Kesaint Blanc, Halaman
38-39.
31
C. Pengertian Internet
batas. Dunia didalam Internet disebut juga dengan dunia maya (cyberspace).29
Internet (dengan huruf “i” bukan kapital) sebenarnya adalah suatu sistem
Rangkaian internet yang terbesar disebut Internet (dengan huruf “i” kapital). Jadi
internet adalah sebuah sistem dan Internet merupakan nama dari salah satu sistem
suatu perangkat lunak aplikasi yang disebut dengan browser. Mozilla Firefox,
29
Yoga P. Wijaya. “Pengertian Internet (Interconnected Network)”.
http://yogapw.wordpress.com/2012/04/08/pengertian-internet-interconnected-network/. Diakses
tanggal 30 April 2012.
30
Ibid.
32
Opera, Google Chrome dan Internet Explorer merupakan contoh dari browser.
Halaman utama suatu website disebut dengan homepage. Dari halaman utama
dapat dibuka berbagai macam informasi melalui tombol yang disebut dengan link.
informasi yang dapat diperoleh menjadi kaya. Layanan berupa situs yang
Engine. Contoh dari web search engine adalah Google, Yahoo, dan Bing. Dengan
web search engine seseorang cukup menuliskan kata kunci dari informasi yang
akan dicari dan dalam hitungan detik informasi tersebut dapat ditemukan.
Misalnya dalam mencari informasi tentang artis favorit, tinggal mengetik nama
mengubah cara pandang dan hidup manusia. Berbagai bidang kehidupan bisa
dilakukan secara elektronik. Kini orang dengan mudah dapat membeli barang-
barang yang diinginkan hanya dengan membuka komputer dimanapun dia berada
dan melakukan transaksi secara online. Dari hal tersebut munculah istilah E-
itu proses birokrasi yang rumit dapat dihapuskan sehingga lebih memudahkan
33
pelayanan pemerintah bagi masyarakat. Terdapat pula istilah-istilah “E” yang lain
sebagainya.31
Research Project Agency (ARPA). Jaringan komputer terbentuk pertama kali pada
tahun 1969. Pada saat itu jaringan komputer tersebut hanya terdiri dari beberapa
yang tersebar sehingga informasi tidak terfokus di satu titik yang diperkirakan
akan mudah dihancurkan bila terjadi peperangan. Apabila satu bagian dari
jaringan terputus, jalur yang melalui jaringan itu secara otomatis dipindahkan ke
jalur lainnya.32
Pada tahun 1977, lebih dari 100 komputer mini dan mainframe yang
ini dimanfaatkan oleh dosen-dosen dan mahasiswa untuk berbagi informasi. Pada
awal 1980-an, ARPAnet dibagi menjadi dua jaringan, yaitu ARPAnet dan milnet.
DARPA Internet, tetapi selanjutnya hanya disebut Internet. Pada awalnya Internet
hanya bisa diakses oleh komputer mini dan mainframe. Setelah dibukanya layanan
31
Ibid.
32
Asril Sitompul. 2004. Hukum Internet, Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di
Cyberspace. Bandung: Citra Aditya Bakti, halaman 6.
34
Usenet dan BITNET, Internet dapat diakses oleh Personal Computer (PC). Kini
dan Smartphone, bahkan televisi dan berbagai macam alat telekomunikasi lainnya,
kita dapat terhubung dengan sangat mudah ke Internet dengan suatu sistem yang
beragam. Dari mulai tulisan, program komputer, database, gambar, musik, video,
film dan lain sebagainya dapat kita temukan di Internet. Layanan yang ada di
Internet diantaranya:
Bandung.
f. Information Browsing yaitu Gopher, adalah fasilitas untuk menemukan
informasi di Internet dalam bentuk menu-menu berupa teks.
Kelemahan gopher hanya dapat menampilkan menu-menu sebatas
dalam bentuk tulisan.
g. Advanced Browsing yaitu WWW (World Wide Web), yaitu kumpulan
dokumen yang tersimpan di server web dalam bentuk HTML.
Pengguna dengan mudah dapat menemukan informasi di Internet tidak
hanya dalam bentuk tulisan, melainkan grafis, suara dan video yang
saling terkait menggunakan link sehingga disebut hypermedia.
h. Automatic Title Search, yaitu Archie dan Veronica, adalah fasilitas
pencarian informasi di Internet dengan mengetikan tittle (judul) topik.
i. Automatic Content Search, yaitu WAIS (Wide Area Information
System), adalah fasilitas pencarian informasi otomatis dengan meneliti
isi dokumen yang ditemukan.
j. Layanan Komunikasi dua arah, yaitu chat: dapat mengirim dan
menerima pesan berupa teks, komunikasi audio: dapat mengirim dan
menerima pesan berupa suara, video call: dapat mengirim dan
menerima pesan berupa gambar dan suara secara realtime dan
teleconference: komunikasi dua arah secara multimedia sehingga
memungkinkan kita seolah-olah melakukan suatu pertemuan atau rapat
langsung dalam sebuah ruangan tanpa dibatasi jarak.34
D. Internet Personal
mengingingkan akses internet yang cepat dan hemat bandwith. Produk ini
memanfaatkan fasilitas jaringan kabel Fiber Optis dan Hybrid Fiber Coaxial
adalah cara seseorang untuk memakai suatu sistem teknologi informasi yang
34
Yoga P. Wijaya. Op.Cit.
35
IndosatM2. Op.Cit.
36
suatu wilayah catatan ada tempat seseorang melakukan kegiatan internet tersebut
Telkom melalui Speedy, Telkomsel melalui Kartu Hallo atau Simpati, Indosat
BAB III
dalam suatu perjanjian. Klausul adalah ketentuan terpisah yang berdiri sendiri dari
suatu perjanjian, dimana salah satu pokok atau pasalnya diperluas atau dibatasi
Apabila dilihat dari bentuk perjanjian internet personal pada PT. Indosat
maka dapat dilihat ada beberapa klausula yang diatur dalam perjanjian tersebut
yaitu meliputi:
36
Marwan dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum, Jakarta: Reality Publisher, halaman 365.
37
1. Pengertian
5. Pengaturan Biaya
6. Pembayaran
7. Restitusi
9. Penyambungan kembali.
12. Lain-Lain
37
Lebih jelasnya tentang isi klausula yang terdapat dalam ketentuan dan
syarat berlangganan IM2 Internet Cable Personal dan IM2 Pay TV maka dapat
dilakukan pembahasan.
Klausula yang pertama adalah klausula yang diatur dalam Pasal 1 (lihat
berlangganan IM2 Internet Cable Personal dan IM2 Pay TV pada PT. Indosat.
Internet Cable Personal & Jasa Pay TV (lihat lampiran). Ketentuan klausula
yang terdapat di dalam Pasal 2 ini adalah menjelaskan bahwa pihak IM2 tidak
bertanggung jawab atas segala ketidaksesuaian dan kerusakan pada Kabel Modem
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan 4 (lihat lampiran). Klausula hak dan
kewajiban PT. Indosat diatur di dalam Pasal 3 dan Klausula kewajiban dan hak
merupakan hak dari pihak PT. Indosat sebagai pengelola IM2 seperti berhak
biaya berlangganan setiap bulan secara tepat waktu atas penggunaan jasa IM2
sejak tanggal aktifasi paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima) untuk setiap
bulannya, Pelanggan wajib menjaga dan memelihara seluruh peralatan milik IM2
hak dan kewajiban PT. Indosat dengan klausula hak dan kewajiban pelanggan.
Pada Pasal 3 klausula yang dicantumkan lebih besar hak PT. Indosat daripada
kewajiban pelanggan.
Pasal 5 yang menjelaskan tentang pengaturan biaya. Klausula ini pada dasarnya
Perubahan lokasi kabel dalam alamat yang sama dan penggantian kabel atas
tentang pembayaran yang dilakukan atas jasa yang diberikan oleh PT. Indosat
wajib membayar biaya berlangganan paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima)
tentang pembayaran ini juga menjelaskan tata cara pembayaran yang dilakukan
dengan metode pembayaran yang berlaku dan tertera pada tagihan yang diterima
Pelanggan.
dimana dalam ketentuan ini dijelaskan bahwa Restitusi tidak berlaku untuk jasa
IM2 Pay TV dan Restitusi tagihan atas gangguan internet dapat IM2 berikan
dengan nilai perhitungan dimulai setelah gangguan terjadi minimal selama 72 jam
berturut – turut (setara dengan 3 hari ber turut – turut). Klausula dalam Pasal 7 ini
Demikian juga halnya dengan klausula yang terdapat dalam Pasal 8 yang
Pemutusan Kontrak. Klausula yang terdapat dalam Pasal 8 (terlampir) ini pada
Kontrak. Pihak PT. Indosat juga dapat memutuskan hubungan perjanjian apabila
sebelum berhenti berlangganan. Klausula yang tercantum dalam Pasal 8 ini juga
Klausula yang diatur dalam Pasal 9 pada pembahasan perjanjian ini adalah
majeure. Dalam klausula ini dijelaskan tentang pengertian force majeure dan
dalam Pasal 10 juga menjelaskan semua kerugian dan biaya yang diderita oleh
salah satu pihak sebagai akibat terjadinya Force Majeure bukan merupakan
pelanggan dengan pihak PT. Indosat maka pasal yang menjadi rujukannya adalah
Pasal 11. Klausula ini menjelaskan bahwa perselisihan akan diselesaikan secara
musyawarah dan mufakat. Jika tidak dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah,
kedua belah pihak sepakat untuk meminta penyelesaian kepada badan Arbitrase
Prosedur BANI.
yang terakhir dan berjudul lain-lain. Klausula ini mengatur tentang hal-hal apabila
ada hal-hal yang belum diatur dalam Kontrak ini, maka hal-hal tersebut akan
Indonesia.
terdapat dalam ketentuan dan syarat berlangganan IM2 Internet Cable Personal
dan IM2 Pay TV. Dari ketentuan tersebut ada beberapa klausula yang memiliki
daya tarik sendiri karena memiliki hubungan dengan syarat sahnya perjanjian,
42
salah satu bentuk dari efisiensi kerja suatu perusahaan seperti pada PT. Indosat.
dan teratur yang melibatkan banyak orang, dan menimbulkan suatu kebutuhan
untuk mempersiapkan isi perjanjian itu terlebih dahulu dan kemudian dibakukan,
seterusnya dicetak dalam bentuk formulir dengan jumlah yang banyak, sehingga
hari: formulir atau surat tanda terima fhoto ketika itu dituliskan bahwa film yang
ternyata kemudian rusak atau hilang kami hanya dapat menggantinya dengan film
baru.
merupakan perjanjian antara pihak yang mencuci film dengan pihak yang filmnya
dicucikan.
dipertanyakan landasan berlakunya. Karena tidak sesuai dengan Pasal 1319 KUH
perdata yang berbunyi “ semua persetujuan baik yang mempunyai suatu nama
khusus maupun yang tak dikenal suatu nama tertentu tunduk pada peraturan
43
umum “. Pada perjanjian baku ini tidak ada kata sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya karena ternyata isi perjanjian itu telah dibuat oleh salah satu
pihak saja, sedang pihak lainnya hanya tinggal menandatangani perjanjian baku
asas konsensualitas yang terkandung di dalam hukum perjanjian (Buku III KUH
Perdata).
perjanjian baku, maka secara teoritis juridis, perjanjian ini tidak memenuhi
elemen-elemen yang dikehendaki Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) KUH Perdata”.37
perjanjian yang ditanda tanganinya sehingga tidak terlihat adanya real bargaining
(permintaan atau permohonan yang nyata) antara debitur dengan pihak pengusaha
ini, hal itu jelas tidak memenuhi unsur-unsur yang dikehendaki Pasal 1320 dan
dibuat dengan perjanjian baku itu tidak sah, sehingga tidak mengikat bagi kedua
baku ini, kelihatan berlawanan dengan arah yang diinginkan hukum, disini lahir
dan bukan untuk mengekang masyarakat, maka keberadaan perjanjian baku dapat
kenyataan bahwa masyarakat telah banyak menggunakan perjanjian baku ini dan
sebuah perjanjian baku, maka ia dianggap telah mengetahui dan menghendaki isi
perjanjian itu.
dalam melaksanakan hubungan perjanjian antara satu pihak dengan pihak yang
38
Ibid., halaman 62.
45
perjanjian tersebut. Dalam hal ini dapat dimisalkan bank dalam hal pelaksanaan
tidak dibuat secara baku. Apabila seorang calon pelanggan internet personal
datang kepada pihak PT. Indosat, kemudian pihak PT. Indosat berdasarkan
berbeda antara satu pelanggan dengan pelanggan lainnya, hal ini tentunya akan
dalam buku III KUH Perdata maka dapat dilihat bahwa pada dasarnya apabila
undang atau tidak berlawanan dengan kesusilaan maka perjanjian baku tersebut
1338 KUH Perdata maka perjanjian baku tersebut bertentangan dengan azas
46
konsensuil karena pada dasarnya di dalam hal ini pihak pengusaha atau PT.
bahwa:
39
Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Grasindo, halaman
120.
40
Ibid., halaman 121.
41
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., halaman 54.
47
mengatakan suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata
sepakat kedua belah pihak atau karena alasan lain yang dinyatakan dengan
undang-undang. KUH Perdata juga menyebutkan tiga alasan yang dapat
menyebabkan suatu perjanjian, yakni paksaan (dwang), kekhilafan
(dwaling), dan penipuan (bedrog). Ketiga alasan ini dimaksudkan
oleh undang - undang sebagai pembatasan terhadap berlakunya asas
kebebasan berkontrak. 42
berkontrak ini oleh pihak yang berkedudukan lebih kuat, maka diperlukan campur
adalah klausula yang berisi untuk membebaskan atau untuk membatasi tanggung
Contohnya seorang mencetak foto di studio foto dan begitu juga melaundri
pakaian, maka mendapat surat tanda bukti pembayaran dan isinya mencantumkan
kalau foto dan begitu juga pakaian yang tidak diambil dalam waktu tiga bulan
maka studio foto dan begitu juga laundry pakaian tersebut tidak bertanggung
42
Shidarta, Op.Cit., halaman 122.
43
Purwahid Patrik, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Bandung: Mandar Maju,
Halaman 11
48
jawab atas barang tersebut. Demikian pula kalau kita membeli barang di toko
Maka tanda terima dibubuhi klausula yang menyebutkan barang yang telah dibeli
Menurut Pitlo dalam penataran dosen hukum perdata yang ditulis oleh
tersebut menjadi tidak berlaku secara otomatis sejak saat terjadinya perjanjian.
dikarenakan :
44
Ibid.
45
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit, halaman 44.
49
dan masih dipergunakan oleh pelaku usaha setelah berlakunya UUPK, sekarang
pihak pelaku usaha dalam membuat klausula eksonerasi. Tentu saja hal ini tidak
harus ada campur tangan pemerintah, kiranya tidak semua perjanjian standar dapat
yang berskala luas, walaupun tidak sepenuhnya bersifat publik seperti di bidang
secara sepihak kepada pelaku usaha, dikhawatirkan akan dibuat banyak klausula
penggunaan internet personal adalah aspek hukum perjanjian tidak bernama, hal
ini diketahui dengan melihat titelnya yaitu yang berbunyi “Ketentuan dan Syarat
Berlangganan IM2 Cable Personal dan IM2 Pay TV”, dimana judul perjanjian
timbal balik yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua
internet personal, dalam bentuk baku itu telah terlihat dalam suatu hubungan
hukum karena perjanjian yang mereka buat dianggap sah. Namun terhadap hal-hal
kemudian diketahui kurang wajar atau menguntungkan sepihak saja, tidak sesuai
dengan asas keseimbangan, maka pihak yang merasa dirugikan atas isi perjanjian
Kenyataan ini dapat terjadi meskipun pihak yang yang keberatan telah
klausulanya bila menurut keyakinan hakim klausula itu tidak wajar sehingga
tentang objek perjanjian, hak dan kewajiban para pihak serta tindakan yang
Indosat
Personal di atas maka dapat dilihat sistem pembayaran dilakukan secara cash atau
kontan setiap bulannya pada tanggal 25. Pembayaran dilakukan melalui rekening
sifat dari prestasi itu. Penyerahan barang oleh penjual atau pihak yang
internet personal yang diberikan oleh PT. Indosat. Ketentuan ini juga dapat dilihat
dari pasal 1384 KUH Perdata yang berbunyi: “Adalah perlu bahwa orang yang
membayar itu pemilik mutlak barang yang dibayarkan dan juga berkuasa
Pihak yang berhak menerima pembayaran maka Pasal 1385 KUH Perdata
seorang yang dikuasakan olehnya, atau juga kepada seorang yang dikuasakan oleh
si berpiutang”.
dengan perjanjian penggunaan internet personal dilakukan secara cash dan tunai
pada tempat yang ditentukan oleh pihak PT. Indosat yaitu bank.
53
uang rupiah atau tidak, tetapi disebabkan mereka tinggal di Indonesia sedangkan
mata uang yang berlaku adalah rupiah maka mereka menerima pembayaran
tersebut.
sukarela, artinya tidak dengan paksaan. Pada dasarnya pembayaran hanya dapat
dilaksanakan oleh yang bersangkutan saja. Namun Pasal 1382 KUH Perdata
satu cara pembayaran untuk menolong debitur. Dalam hat ini si kreditur menolak
yakni dengan menitipkan uang atau barang kepada Notaris atau panitera. Setelah
itu notaris atau uang yang harus dibayarkan selanjutnya menjumpai kreditur untuk
atau panitera untuk menandatangani berita acara. Jika kreditur menolak juga,
rnaka hat ini dicatat dalam berita acara tersebut, hat ini merupakan bukti bahwa
54
meminta kepada hakim agar konsignasi disahkan. Jika telah disahkan, maka
pembayaran berupa uang, juga penyerahan barang yang dijual oleh penjual.
untuk menerima.
seperti seorang yang turut berutang atau seorang penanggung hutang. Suatu
perikatan bahkan dapat dipenuhi juga oleh seorang pihak ketiga, yang tidak
mempunyai kepentingan, asal saja pihak ketiga itu bertindak atas nama dan untuk
melunasi utangnya si berhutang atau bertindak atas namanya sendiri asal ia tidak
tetapi setiap tindakan pemenuhan prestasi, walau bagaimana pun sifat dari prestasi
itu. Penyerahan barang oleh penjual, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
Pembayaran kepada orang yang tidak berkuasa menerima adalah sah apabila
karenanya (Pasal 1384, Pasal 1385, Pasal 1386 KUH Perdata). Pembayaran harus
dilakukan di tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian, dan jika tidak
55
berada atau di tempat tinggal kreditur atau juga di tempat tinggal debitur. Jika
pembayaran uang jika objeknya benda maka perikatan berakhir setelah adanya
penyerahan benda.
penitipan, debitur telah bebas dari pembayaran yang berakibat hukum hapusnya
perikatan. Prosedur konsiyasi ini diatur dalam Pasal 1405 sampai dengan 1407
KUH Perdata.
Pengadilan. Dalam Pasal 1381 KUH Perdata menyatakan bahwa salah suatu cara
yang diikuti dengan konsiyasi. Penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan
pembayaran, asal penawaran itu telah dilakukan dengan cara menurut UU dan
uang atau barang yang dititipkan di Panitera Pengadilan tetap akan menjadi
tanggungan si berpiutang.
hukumnya, yaitu pihak PT. Indosat dan pihak pelanggan tentu mempunyai hak
dan pihak pelanggan ada kemungkinan salah satu pihak melalaikan perjanjian atau
tidak memenuhi isi perjanjian sebagaimana yang telah mereka sepakati bersama-
sama, maka apabila salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi yang sudah
sanksi membayar kerugian yang diderita oleh pihak lainnya. Dimisalkan dalam
hal ini pihak pelanggan melakukan wanprestasi tidak membayar tagihan sesuai
57
dengan jadwal yang dijanjikan, maka pihak PT. Indosat dapat memutuskan
Secara umum akibat hukum kelalaian salah satu pihak dalam suatu
1. Bagi debitur
a. Mengganti kerugian.
2. Bagi kreditur:
a. Pemenuhan perikatan
b. Ganti kerugian.
dikeluarkan kreditur.
kreditur.46
perjanjian dikenal dengan suatu doktrin yang disebut dengan doktrin pemenuhan
46
Handri Raharho, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
halaman 81.
58
satu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara sempurna, tetapi jika dia telah
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, atau
lebih jelas apa yang merupakan kewajiban menurut perjanjian yang mereka
perbuat, maka dikatakan bahwa pihak tersebut wanprestasi, yang artinya tidak
Misalnya dalam suatu perjanjian antara PT. Indosat dan pihak pelanggan
tanggal 25.
Tetapi setelah jatuh tempo waktu yang disepakati tiba ternyata pihak
47
Subekti, I, Op.Cit, halaman 45.
59
diperjanjikan, misalnya dalam suatu perjanjian antara PT. Indosat dan pihak
melayani selama 25 hari. Maka dalam kapasitas ini pihak PT. Indosat sudah
Misalnya dalam suatu perjanjian antara PT. Indosat dan pihak pelanggan
apabila pihak PT. Indosat memasang internet personal. Setelah PT. Indosat
tanggal 30.
kewajibannya setelah lewat waktu dari waktu yang diperjanjikan, tetapi karena
Sehingga apabila pihak PT. Indosat tidak dapat menerima pembayaran dengan
untuk kegiatan usaha yang mencari keuntungan. Maka dalam kapasitas ini
Berdasarkan Pasal 8 di atas maka dapat dilihat pihak PT. Indosat dapat
terlebih dahulu apabila Pelanggan dalam tempo 30 (tiga puluh) hari setelah
lalai atau ingkar janji. Atau juga ia melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau
perjanjian, dapat disebab karena kesalaan debitur baik sengaja maupun karena
Uraian tersebut di atas, jelas kita dapat mengerti apa sebenarnya yang
dimaksud dengan wanprestasi itu. Untuk menentukan apakah seorang (debitur) itu
bagaimana seseorang itu dikatakan lalai atau alpa tidak memenuhi prestasi.
satu pihak dalam perjanjian, maka pihak lain akan mengalami kerugian. Tentu saja
hal ini sama sekali tidak diinginkan oleh pihak yang menderita kerugian, namun
kalau sudah terjadi, para pihak hanya dapat berusaha supaya kerugian yang terjadi
rugi.
atas bagi suatu perjanjian timbal-balik oleh ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata
63
maka pihak yang dirugikan dapat menempuh upaya hukum dengan menuntut
apakah akibat dari wanprestasi salah satu pihak merasa dirugikan. Apabila
upaya apa yang dapat ditempuh pihak yang dirugikan agar dia tidak merasa
sangat dirugikan.
satu pihak dalam perjanjian, maka pihak lain akan mengalami kerugian. Tentu saja
hal ini sama sekali tidak diinginkan oleh pihak yang menderita kerugian, namun
kalau sudah terjadi, para pihak hanya dapat berusaha supaya kerugian yang terjadi
Apabila wanprestasi terjadi, maka pihak lain sebagai pihak yang menderita
rugi.
64
atas bagi suatu perjanjian timbal-balik oleh ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata
Berdasarkan Pasal 1266 KUH Perdata, dalam perjanjian antara PT. Indosat
dan pihak pelanggan apabila salah satu pihak wanprestasi maka pihak yang
kepada hakim.
pelanggan ini perihal apabila timbul perselisihan di antara meraka maka para
Dimisalkanya pihak PT. Indosat sudah memasang internet personal secara baik
tetapi disebabkan oleh gempa bumi atau disambar petir pihak pelanggan tidak
risiko mempunyai pengertian khusus. Risiko adalah suatu ajaran tentang sipakah
yang harus menanggung ganti rugi apabila debitur tidak memenuhi prestasi dalam
merupakan suatu konsepsi dengan bergantung atas konteks disiplin ilmu yang
yang mungkin menimbulkan musibah, cedera, atau hal-hal semacam itu yang
Risiko itu timbul karena ada kemungkinan variasi out=comes atau hasil
49
Herman Darmawi, 2000, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara, halaman 17.
66
yang akan diperoleh. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa risiko itu timbul
risiko tersebut.50
Pada dasarnya setiap orang memikul sendiri risiko atas kerugian yang
menimpa barang miliknya, kecuali kalau kerugian itu dapat dipersalahkan
kepada orang lain atau dengan membayar sejumlah uang tertentu atau
dilimpahkan kepada perusahaan asuransi. Namun dalam hal tidak ada
pelimpahan kepada perusahaan asuransi, risiko menjadi masalah, kalau terjadi
kerugian tetapi tidak ada yang dapat dipersalahkan. Begitu pula keadaannya
dalam pola kemitraan inti plasma tidak bisa dilepaskan dari adanya berbagai
risiko, baik itu yang sifatnya intern, ekstern, antarfungsi dan dalam keadaan
yang force majeur sekalipun.
memaksa atau force majeure. Force major atau yang sering diterjemahkan sebagai
melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada
Sehingga apabila risiko tersebut datang, pengusaha tidak sempat untuk melakukan
persiapan dan upaya lain, risiko tersebut dapat berupa antara lain yaitu: mesin
rusak atau terbakar tanpa sebab, gempa bumi besar disekitar lokasi usaha,
kecelakaan individu atau musibah yang menimpa karyawan, pemilik sakit atau
50
Ibid., halaman 17-18.
67
perusahaan misalnya penutupan ruas jalan sebagai akibat adanya perbaikan jalan,
terduga oleh para pihak sebelumnya. sebab, jika para pihak sudah dapat menduga
sebelumnya akan adanya peristiwa tersebut, maka seyogyanya hal tersebut harus
Dari berbagai risiko tersebut di atas, maka siapa yang bertanggung jawab
keadilan dan kepatutan di Indonesia dan berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata
yang berdasarkan pada ajaran berlakunya itikad baik dan kepatutan sebagai yang
setelah dibuatnya perjanjian, yang perlu diperhatikan ialah bahwa risiko dibagi
Apabila perubahan keadaan itu praktis sangat berat bagi salah satu pihak
memaksa (overmacht).
68
BAB IV
A. Kesimpulan
PT. Indosat terdiri dari 12 klausula yang terdapat dalam ketentuan dan
syarat berlangganan IM2 Internet Cable Personal dan IM2 Pay TV. Dari
ketentuan tersebut ada beberapa klausula yang memiliki daya tarik sendiri
personal pada PT. Indosat adalah maka pihak yang melakukan kelalaian
69
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:
Abdul R. Saliman, et. al. 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Teori dan Contoh
Kasus, Jakarta: Prenada Media.
I.G. Rai Widjaya, 2003, Merancang Suatu Kontrak, Jakarta: Kesaint Blanc.
71
Mariam Darus Badrulzaman, 1993, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan
Dengan Penjelasannya, Bandung: Alumni.
Munir Fuady. 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis).
Bandung: Citra Aditya Bakti.
B. Peraturan Perundang-Undangan:
KUH Perdata
C. Internet: