FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
I.
II.
PELAKSANA PENELITIAN
a. Nama Mahasiswa
: Adhisti Kinanti
: 11010112130550
c. Jumlah SKS
: 139 SKS
d. IP Kumulatif
: 3,50
IV.
V.
DOSEN PEMBIMBING I
DOSEN PEMBIMBING II
1 Frans Satrio Wicaksono, 2009, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan
Komisaris Perseroan Terbatas. Jakarta: Visimedia. Hal.1.
2 Chatamarrasjid Ais, 2004, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum
Perusahaan, Citr Aditya Bakti, Bandung, Hal.56.
saham bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan atau tanggung jawab
terbatas.
Dalam mnjalankan tugasnya, Direksi diberikan hak dan kekuasaan penh
dengan konsekuensi bahwa setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh
Direksi akan dianggap dan diperlakukan sebagai tindakan dan perbuatan perseroan,
sepanjang mereka bertindak sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Anggaran
Dasar (AD). Apabila Direksi menyimpang dari AD, maka secara tidak langsung telah
menempatkan Perseroan dalam posisi melakukan tindakan di luar kewenangannya
atau yang disebut dengan ultra vires. Tindakan tersebut dapat menimbulkan kerugian
pada berbagai pihak yang terkait dengan PT. Dalam hal tindakan ultra vires UU PT
telah menyediakan norma-norma hukum yang dapat digunakan untuk memberikan
perlindungn hukum kepada pihak-pihak yang dirugikan.
Namun dalam UU PT sendiri pun tidak diatur secara jelas tentang pengertian
ataupun pengaturan pertanggung jawaban direksi dalam tindakan ultra vires itu
sendiri. Melihat Pasal 97 ayat (1) UU PT yang menentukan Direksi bertanggung
jawab atas kepengurusn persroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1)
bahwa Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, maka dapat dipandang terdapat
pengaturan tanggung jawab direksi tetapi pada sisi lain pengaturan itu tidaklah jelas
dan lebih menekankan tanggung jawab terhadap perseroan.
Karena ketidakjelasan pengaturan ultra vires dalam UU PT, menimbulkan
permasalahn hukum dan juga untuk melindungi kepentingan pihak-pihak yang
PERMASALAHAN.
Berdasarkan paparan diatas, maka muncul masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaturan ultra vires menurut Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tetang PT?
2. Bagaimanakah bentuk tanggung jawab direksi perseroan terbatas dalam
VII.
hasil
penelitian
yang
dilakukan
sudah
barang
tentu
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti oleh
penulis serta memberikan solusi bagi permasalahan tersebut.
b. Memberikan
pengetahuan
mengenai
Perseroan Terbatas
berhubungan
dengan
Perseroan
Terbatas
dalam
dan
wawasan
dan
pengetahuan
mengembangkan
mengenai
Perseroan
hukumnya
dengan
Terbatas
berbagai
ilmu
dalam
pihak
serta
untuk
hukum
khususnya
berbagai
hubungan
khususnya
mengenai
diatur dalam Pasal 36-56, jadi hanya 26 Pasal saja sehingga benar-benar
sangat singkat sekali. Bertitik tolak dari singkatnya ketentuan yang
mengatur Perseroan dalam KUHD dikarenakan; Hukum Perseroan yang
diatur dalam KUHD, merupakan ketentuan Perdata khusus yang
mengatur hukum perikatan atau perjanjian antara pihakpihak yang timbul
khusus dari bidang perusahaan Perseroan Terbatas. Sedangkan hukum
perikatan yang diatur dalam buku ketiga KUH Perdata, merupakan aturan
hubungan hukum antara perorangan yang satu dengan yang lain dalam
segala bidang usaha sesuai dengan kehendak dan kebutuhannya sendiri.
Pada tahun 1995 pemerintah mengeluarkan UU Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas sebagai pengganti ketentuan Perseroan yang
diatur dalam KUHD. UU No. 1 Tahun 1995, tidak lagi ditempatkan
sebagai bagian dalam KUHD maupun KUH Perdata, akan tetapi dia
merupakan Undang-Undang yang terpisah dan berdiri sendiri di luar
KUHD maupun KUH Perdata.59
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 2007, UU No. 1 Tahun 1995
diganti dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hal
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 160 UU No. 40 Tahun 2007 yang
berbunyi : Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3587), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3. Pendirian Perseroan Terbatas.
penetapan
pengadilan
tentang
pembubaran
dalam
melaksanakan
kegiatan
suatu
perseroan
tidak
6 Ibid, hal.125.
7 Ibid, hal.110
pada sitem common law maupun yang menganut sistem civil law,
wewenang atau kompetensi juga dikenal dan diterapkan. Namun demikian
menemukan uraian pegertian ulra vires dalam perangkat sistem civil law
termasuk dalam UU PT sangatlah sulit bahkan tidak ada sama sekali. Oleh
karena itu uraian mengenai pengertian ultra vires lebih mengacu pada
sumber-sumber yang mengacu pada sistem common law8.
Di lihat dari prespektif Hukum Perseroan pada pokoknya terdapat
beberapa pengertian dan penjelasan yang di berikan tentang ultra vires
adalah sebagi berikut ini :
1. Ultra vires mengambarkan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh suatu
korporasi dimana tindakan-tindakan tersebut bersifat melampaui ruang
lingkup kewenangan yang telah ditetapkan dalam anggaran dasarnya
atau dalam suatu ketentuan anggaran rumah tangganya.9
2. Munir Fuady mengutip Stephen H. Grifis mengemukakan terminologi
ultra vires dipakai khususnya terhadap tindakan perseroan yang
melebihi kekuasaannya sebagimana diberikan oleh anggaran dasarnya
atau oleh peraturan yang melandasi pembentukan perseroan tersebut.10
Pengetian-pengertian diatas pada dasaranya memiliki makna, bahwa
perseroan sebagai badan hukum memiliki kompetensi untuk bertindak.
Dikarenakan perseroan tidak dapat melakukan tindakan sendiri maka
dibutuhkan Direksi sebagai wakil perseroan yang mewujudkan tindakantindakan tersebut. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perseroan
melalui Direksi harus memperoleh persetujuan atau termasuk dalam ruang
8 Frans Satrio Wicaksono, 2009, Tanggung Jawab Pemegang Saham,
Direksi, dan Komisais Perseroan Terbatas, Jakarta: Visimedia. Hal.127.
9 Wikipedia, the free encyclopedia, http://en.wikipedia.org Hal. 2,
05/11/2015 3.13 WIB
10 Munir Fuady, Op.cit, Hal.147.
lingkup
tindakan-tindakan
yang
diatur
dalam
ketentuan-ketentuan
mengenai tujuan persero. Apabila tidak sesuai atau tidak tercantum dalam
ketentuan-ketentuan tersebut maka terjadilah ultra vires atu tindakantindakan yang melampaui kewenangan.
C. Perlindungan Hukum Terhadap Pihak-pihak Akibat Tindakan Ultra Vires.
Pasal 2 UU PT bahwa: Perseoran harus mempunyai maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.
Berdasarkan aturan tersebut PT harus memiliki maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha yang jelas yang dicantumkan dalam anggaran dasar.
Dicantumkannya tujuan perseroan di dalam anggaran dasar terutama adalah
untuk melindungi investor atau para pemegang saham. Sehubungan dengan
adanya tindakan ultra vires yang berdampak merugikan pihak ketiga yang
mengadakan perjanjian dengan perseroan, maka sudah semestinya terdapat
pula perlindungan hukum terhadap pihak ketiga. Biarpun perjanjian pihak
ketiga dengan perseroan yang bersifat ultra vires itu batal dan tidak dapat
diratifikasi, hal ini tidaklah merupakan dasar untuk mengabaikan
perlindungan hukum terhadap pihak ketiga yang pada hakekatnya telah
memberikan kontribusi yang cukup banyak bagi kelangsungan usaha
perseroan. Dalam hubungan ini terdapat beberapa dasar yang dapat
dipergunakan sebagai alasan untuk memberikan perlindungan terhadap
pihak ketiga. Dasar-dasar tersebut adalah :
a. Asas Itikad baik
pengertian
subjektif
dan
vires, maka tidaklah dengan serta merta dapat mengabaikan asas Pacta
Sun Servanda. Pelaksanaan asas ini harus tetap memperoleh
perlindungan hukum minimal sebatas menyangkut hak-hak pokoknya
seperti pemberian kompensasi atau modal biaya-biaya yang teah
dikeluarkan
c. Doktrin Ultra Vires Modern.
Salah satu perkembangan dari doktrin ultra vires yang cukup
monumental adalah perlindungan pihak ketiga (pihak luar perseroan)
yang bertransaksi dengan pihak perseroan, bahkan tergolong ultra vires
dianggap sah untuk kepentingan pihak lawan transaksi (pihak ketiga)
asalkan memenuhi syarat-syarat seperti pihak ketiga tersebut beritikad
baik dan pihak ketiga tidak menyadari adanya unsur ultra vires
tersebut.11
Perkembangan di atas pada dasarnya bertolak belakang dengan
substansi doktrin ultra vires yang bersifat tradisional, dimana suatu
tindakan ultra vires, berakibat batal demi hukum. Berdasrkan
perkembangan yang bersifat sngat progresig itu, perlindungan hukum
terhadap pihak ketiga menjadi semakin kokoh.
D. Pihak-pihak yang dapat dirugikan dari tindakan Ultra Vires.
Perseroan Terbatas dalam kaitannya dengan pendirian, pelaksana
kegiatan-kegiatan usaha sampai dengan berakhirnya jangka waktu
berdirinya itu terdapat berbagai perjanjian yang dilakukan dengan beberapa
pihak. Keterlibatan banyak pihak tersebut sebenarnya mencerminkan
banyaknya pula pihak-pihak yang berkompeten terhadap Perseroan Terbatas
11 Munir Fuady, Op.cit, Hal.127.
SISTEMATIKA PENULISAN
Pelaksana
Adhisti Kinanti
11010112130550
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
SitiMahmudah,S.H.,M.H.
196209241989022001