Disusun Oleh :
Nama : Istiqomah
NIM : 041259598
Email : daffanazurah.istiqomah@gmail.com
Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ : 50/Samarinda
Page 2 of 21
BAB I
PENDAHULUAN
Page 3 of 21
sejalan dengan kegiatan usaha yang dilakukannya, sehingga tidak jarang
pelaku usaha melakukan kecurangan dalam melakukan kegiatan usahanya
demi mendapatkan keuntungan sepihak dan bahkan pelaku usaha yang
kalah bersaing akan merugi karena persaingan usaha yang tidak sehat.
Page 4 of 21
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mewujudkan
iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil,
mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan terciptanya efektivitas dan efisiensi
dalam kegiatan usaha.1
1
Dr. Muhammad Rizal (2017), “Buku Mteri Pokok HKUM4307/Hukum Persaingan Usaha, Universitas Terbuka,
Tangerang Selatan, (Modul 1Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Hal.1.22)
Page 5 of 21
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kepada setiap
pelaku usaha untuk tidak melanggar UU No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Dapat memberikan efek jera terhadap pelaku usaha atau kegiatan
usaha yang melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.
1.6 METODOLOGI
2
Kodrat Wibowo et al., (2021), DUA DEKADE PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN Perdebatan dan Isu yang
Belum Terselesaikan, Jakarta Pusat, hal:38-39
Page 6 of 21
berkaitan dengan isi pembahasan pada karya ilmiah dengan mengusung
konsep peraturan perundang-undangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Page 7 of 21
persaingan usaha tidak sehat, melakukan penilaian terhadap perjanjian yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat, melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat, mengambil tindakan sesuai dengan
wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal 36, memberikan saran
dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan
praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, menyusun
pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan UU No. 5 Tahun 1999,
dan memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada
Presiden dan DPR.
Page 8 of 21
keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan
dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU
No. 5 Tahun 1999, mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen
atau alat bukti lain untuk keperluan penyelidikan dan atau pemeriksaan,
memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat.4
a. Praktik monopoli
4
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2017), Edisi Kedua Buku Teks Hukum Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 380
5
Pedoman Program Kepatuhan Terhadap Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tahun 2016, Hal. 9
Page 9 of 21
monopoli ini tidak dijelaskan lebih lanjut sehingga masih diperlukan
penafsiran dalam penerapan undang-undang ini. 6
6
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2018), Edisi Kedua Buku Teks Hukum Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 139-140.
7
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2017), Edisi Kedua Buku Teks Hukum Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 92-93.
8
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2018), Edisi Kedua Buku Teks Hukum Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 104
9
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2017), Edisi Kedua Buku Teks Hukum Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 109-
110
Page 10 of 21
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat melarang adanya
penyalahgunaan posisi dominan yang dimiliki oleh pelaku usaha di Indonesia.
Hal tersebut tercantum dalam Pasal 25 UU No. 5/1999, yaitu: (1) Pelaku
usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan
untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan
atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas; atau
membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau menghambat pelaku
usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar
bersangkutan, (2) Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana
dimaksud ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa tertentu; atau dua atau tiga pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. 10
d. Persekongkolan Tender
10
Draft Pedoman Pasal 25 tentang Larangan Penyalahgunaan Posisi Dominan Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Hal.7
Page 11 of 21
pelaku usaha, antar pemilik pekerjaan, maupun antar kedua pihak tersebut.
Persekongkolan tender diatur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang
berbunyi: “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”. 11
11
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2017), Edisi Kedua Buku Teks Hukum Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 209-
212
Page 12 of 21
Definisi dari ketentuan di UU No. 40 Tahun 2007 ini pula yang
digunakan dalam PP No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau
Peleburan Badan Udaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
yang menjadi acuan dalam pengaturan merger terkait persaingan usaha di
Indonesia.12
Page 13 of 21
peningkatan perekonomian akan peningkatan kebutuhan perumahan di ibu
kota baru. Dengan adanya peningkatan kebutuhan perumahan ini, dipastikan
akan menimbulkan isu persaingan yang sering muncul pada bisnis
perumahan yaitu terkait dengan penguasaan terhadap lahan oleh pelaku
usaha tertentu. Dengan adanya pemindahan ibu kota negara ini, pelaku
usaha yang bergerak pada bisnis perumahan melakukan kerjasama dengan
berbagai pihak seperti perbankan dan asuransi tertentu untuk bersama-sama
melakukan pemanfaatan peluang usaha untuk menghasilkan keuntungan
sepihak sehingga banyak konsumen dirugikan akibat tingginya harga
perumahan karena peningkatan kebutuhan masyarakat akan daya beli
perumahan di ibu kota negara. Dari permasalahan inilah yang menjadikan
perilaku pelaku usaha yang berpotensi melanggar persaingan usaha yang
sehat pada sektor bisnis perumahan yakni perilaku kartel, diskriminasi dan
posisi dominan. Atas kondisi tersebut, KPPU akan mengawasi proses bisnis
yang dilakukan oleh masing-masing pelaku usaha sektor perumahan dan
akan menindak bagi pelaku usaha yang diduga melanggar UU No. 5 Tahun
1999.
Page 14 of 21
c. Fokus KPPU pada Sektor Bisnis Kesehatan
Pengadaan barang dan jasa atau biasa dikenal dengan tender sarana
dan prasarana tentunya menjadi prioritas utama dalam persiapan ibu kota
negara baru, tender pembangunan Gedung perkantoran, jalan jembatan dan
sarana lainnya akan terus dilakukan baik dengan menggunakan APBN, APBD,
maupun swasta. Isu persaingan usaha pada sektor pengadaan barang dan
jasa yaitu proses pemilihan penyedia/kontraktor yang akan melaksanakan
proyek-proyek pembangunan tersebut. Hal ini yang menimbulkan perilaku
pelaku usaha sektor pengadaan barang dan jasa yang paling berpotensi
melanggar persaingan usaha yang sehat yakni perilaku persekongkolan
dalam tender. Atas kondisi tersebut, KPPU akan mengawasi proses bisnis
yang dilakukan oleh masing-masing pelaku usaha sektor pengadaan barang
Page 15 of 21
dan jasa dan akan menindak bagi pelaku usaha yang diduga melanggar UU
No. 5 Tahun 1999.
Ibu kota baru akan dibangun dengan konsep smart capital city yang
bebasis pada teknologi digital. Pada sektor teknologi digital KPPU akan lebih
memfokuskan untuk mengawasi sektor-sektor ekonomi digital, antara lain:
Jasa Keuangan Digital (Fintech), E-Commerce dan Marketplce (makanan,
minuman, fashion dan lain-lain), Transportasi Online, Komunikasi Digital
(Jaringan Internet, Multimedia, Software). Tentunya para pelaku usaha yang
bergerak pada sektor teknologi digital ini akan memanfaatkan peluang usaha
dengan menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi bisnis
melalui jaringan internet sehingga menghambat pelaku usaha lainnya. Atas
kondisi tersebut, KPPU akan mengawasi proses bisnis yang dilakukan oleh
Page 16 of 21
masing-masing pelaku usaha pada sekto teknologi digital dan akan menindak
bagi pelaku usaha yang diduga melanggar UU No. 5 Tahun 1999.
13
Rosdalina Bukido, Jurnal Ilmiah Al-syir’ah Vol.15 No. 1 Tahun 2017, Institut Agama Islam Negeri (IAIN Manado)
hal. 65
Page 17 of 21
meliputi penyelidikan, penuntutan, konsultasi, memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara.14
14
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2017), Edisi Kedua Buku Teks Hukum Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 378
Page 18 of 21
1. Paling banyak sebesar 50% (lima puluh persen) dari laba/keuntungan
bersih yang diperoleh pelaku usaha pada pasar bersangkutan, selama kurun
waktu terjadinya pelanggaran terhadap undang-undang; atau
2. Paling banyak sebesar 10% (sepuluh persen) dari total penjualan
pada pasar bersangkutan, selama kurun waktu terjadinya pelanggaran
terhadap Undang-Undang.15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
15
Bahasan.id, 2022; Ketentuan Mengenai Denda Sanksi Administratif Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasca UU Cipta Kerja.
Page 19 of 21
3.2 SARAN
Page 20 of 21
DAFTAR PUSAKA
Page 21 of 21
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2017), Edisi Kedua Buku Teks Hukum
Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 267
Rosdalina Bukido, Jurnal Ilmiah Al-syir’ah Vol.15 No. 1 Tahun 2017,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN Manado), hal. 65;
Dr. Andi Fahmi Lubis et al., (2017), Edisi Kedua Buku Teks Hukum
Persaingan Usaha, Jakarta Pusat, hal. 378;
Bahasan.id, 2022; Ketentuan Mengenai Denda Sanksi Administratif
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasca UU
Cipta Kerja.
Page 22 of 21