Anda di halaman 1dari 20

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : ISTIQOMAH

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041259598

Tanggal Lahir : 20 Maret 1986

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4303/HUKUM PERUSAHAAN

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 50/SAMARINDA

Hari/Tanggal UAS THE : SELASA, 21 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ISTIQOMAH…………………………………………………………………..


NIM : 041259598.…………………………………………………………………..
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4303/HUKUM PERUSAHAAN……………….……………..
Fakultas : FHISIP.…………………………………………………………………………..
Program Studi : 311/ILMU HUKUM………………………………………………………..
UPBJJ-UT : 50/SAMARINDA…..…………………………………………………………

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Balikpapan, 21 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

ISTIQOMAH
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Perusahaan 'Pelat Merah' yang bergerak pada sektor produksi kertas yakni PT Kertas-Leces (Persero),
dipastikan telah pailit alias bangkrut. Hal tersebut dipastikan setelah Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Surabaya menetapkannya pada 25 September 2018 sesuai dengan putusan No.43
PK/Pailit/Pdt.Sus-Pailit/2019 No. 01/Pdt.Sus. Sejalan dengan itu, PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) yang
merupakan kreditor separatis Kertas Leces dan selaku pemegang Hak Tanggungan (HT) peringkat I, melakukan
eksekusi lelang aset pada 11 Desember 2018. Kemudian buah dari hasil lelang tersebut menghasilkan uang
senilai Rp11,4 miliar. Efektivitas itu baik berupa merger, likuidasi, serta pembentukan holding berdasarkan
klaster BUMN. Di pihak Kementerian BUMN, sepanjang periode 2015-2020 tercatat beberapa langkah
strategis dalam upaya meningkatkan nilai perseroan plat merah. Di masa kepemimpinan Menteri BUMN Erick
Thohir, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 40/M Tahun 2020. Dalam
bagian pertimbangan beleid tersebut dijelaskan bahwa beberapa BUMN yang telah mengalami permasalahan
keuangan kondisinya semakin memburuk akibat lesunya kegiatan ekonomi global yang disebabkan pandemi
Covid-19, sehingga diperlukan langkah strategis melalui program restrukturisasi BUMN guna meningkatkan
kinerja perseroan plat merah.

Dikutip dari https://ekbis.sindonews.com/read/198336/34/restrukturisasi, 16 Oktober 2020

Pertanyaan:
a. Apakah Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum? Uraikan jawaban saudara !
Jawaban :
Pengertian subjek hukum meliputi manusia (natuurlijkpersoon) dan badan hukum (rechtspersoon) 14.
Dalam paham progresif, terjadi perkembangan dari subjek hukum yaitu bukan saja manusia dan badan
hukum tetapi juga termasuk pejabat pemerintah diakui sebagai subjek hukum tersendiri.

Perseroan Terbatas merupakan subyek hukum yang berhak menjadi pemegang hak dan kewajiban,
termasuk menjadi pemilik dari suatu benda atau harta kekayaan tertentu. Perseroan Terbatas adalah
badan hukum yang merupakan artifical person, yaitu sesuatu yang diciptakan oleh hukum untuk
memenuhi perkembangan kebutuhan kehidupan masyarakat.

Perseroan Terbatas dan disingkat dengan PT tidak dapat ditelusuri secara jelas. Sebutan tersebut telah
menjadi baku di dalam masyarakat bahkan juga dilakukan di dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, misalnya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) (sebelumnya
diatur dalam UU No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas) dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM).

Neni Sri Ismaniyati16 memberikan uraian mengenai unsur-unsur badan hukum pada perseroan terbatas
dan unsur-unsur perseroan sebagai berikut :
Unsur-unsur badan hukum pada Perseroan Terbatas Sebagai badan hukum, perseroan harus memenuhi
unsur-unsur badan seperti ditentukan dalam UUPT, yang diuraikan sebagai berikut:
(a) Organisasi yang teratur
Sebagai organisasi yang teratur, perseroan mempunyai organ yang terdiri dari Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris (Pasal 1 butir (2) UUPT). Keteraturan organisasi
dapat diketahui melalui ketentuan UUPT, Anggaran Dasar Perseroan, Anggaran Rumah Tangga
Perseroan, dan keputusan RUPS.
(b) Kekayaan sendiri
Perseroan memiliki kekayaan sendiri berupa modal dasar yang terdiri dari seluruh nilai nominal
saham (pasal 31 ayat (1) UUPT) dan kekayaan dalam bentuk lain yang berupa benda bergerak dan
tidak bergerak, benda berwujud dan tidak berwujud, misalnya kendaraan bermotor, gedung
perkantoran, barang inventaris, surat berharga, piutang perseroan.
(c) Melakukan hubungan hukum sendiri
Sebagai badan hukum, perseroan melakukan hubungan hukum sendiri dengan pihak ketiga yang
diwakili oleh direksi. Menurut ketentuan pasal 92 UUPT, Direksi bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di
dalam maupun diluar pengadilan.
(d) Mempunyai tujuan sendiri
Sebagai badan hukum yang melakukan kegiatan usaha, perseroan mempunyai tujuan sendiri. Tujuan
tersebut ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan (Pasal 15 butir (b) UUPT). Karena perseroan
menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perseroan adalah mencari keuntungan dan atau laba.

Unsur-unsur Perseroan

Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai perusahaan badan
hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur seperti diuraikan berikut ini:

(a) Badan hukum


Setiap perseroan adalah badan hukum, artinya badan yang memenuhi syarat keilmuan sebagai
pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta
kekayaan pendiri atau pengurusnya. Dalam UUPT secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 butir (1)
bahwa Perseroan adalah badan hukum.
(b) Didirikan berdasarkan perjanjian
Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Artinya harus ada sekurang-kurangnya dua
orang yang bersepakat mendirikan perseroan yang dibuktikan secara tertulis tersusun dalam
bentuk Anggaran Dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat dimuka notaris.
Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Ketentuan ini adalah
asas dalam pendirian perseroan.
(c) Melakukan kegiatan usaha
Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan dalam bidang perekonomian
(industri, dagang, jasa) yang bertujuan mendapat keuntungan dan atau laba. Melakukan kegiatan
usaha artinya menjalankan perusahaan. Supaya kegiatan usaha itu sah harus mendapat ijin usaha
dari pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut Undang-Undang
yang berlaku.
(d) Modal dasar
Setiap perseroan harus mempunyai modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Modal
dasar disebut juga modal statuter, dalam bahasa inggris disebut authorized capital. Modal dasar
merupakan harta kekayaan perseroan sebagai badan hukum, yang terpisah dari harta kekayaan
pribadi pendiri, organ perseroan, pemegang saham. Menurut ketentuan Pasal 32 UUPT, modal
dasar perseroan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) juta rupiah.
(e) Memenuhi persyaratan Undang-Undang
Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan UndangUndang perseroan dan peraturan
pelaksanaannya. Unsur ini menunjukan bahwa perseroan menganut sistem tertutup (closed
system)

I.G.Rai Widjaya17 mengemukakan karakteristik suatu PT sebagai berikut:


1. sebagai asosiasi modal
2. kekayaan dan utang PT terpisah dari kekayaan dan utang pemegang saham
3. pemegang saham :
a. bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan atau tanggung jawab terbatas (limited
liability)
b. tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan (PT) melebihi saham yang telah diambilnya.
c. tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan.
4. adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi.
5. memiliki komisaris fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi.
6. kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS

Dengan demikian dapat dilihat dan disimpulkan bahwa pada dasarnya suatu perseroan
mempunyai ciri-ciri sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. Memiliki status hukum tersendiri, yaitu sebagai suatu badan hukum, subyek hukum artificial,
yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk membantu kegiatan perekonomian, yang
dipersamakan dengan individu manusia, orang-perorangan.
2. Memiliki harta kekayaan sendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan pertanggung
jawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk perjanjian yang dibuat. Ini berarti
perseroan dapat mengikatkan dirinya dalam satu atau lebih perikatan, yang berarti menjadikan
perseroan sebagai subyek hukum mandiri (persona standi in judicio) yang memiliki kapasitas dan
kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di hadapan pengadilan.
3. Tidak lagi membebankan tanggung jawabnya kepada pendiri, atau pemegang sahamnya,
melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya sendiri, untuk kerugian dan kepentingan dirinya
sendiri.
4. Kepemilikannya tidak digantungkan pada orang perorangan tertentu, yang merupakan pendiri
atau pemegang sahamnya. Setiap saat saham perseroan dapat dialihkan kepada siapapun juga
menurut ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Undang-Undang yang berlaku pada
suatu waktu tertentu.
5. Keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan dengan eksistensi
dari pemegang sahamnya
6. Pertanggung jawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para pengurus (direksi),
dewan komisaris dan atau pemegang saham tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang
tidak boleh dilakukan
b. Apabila perseroan terbatas dinyatakan pailit dan aktiva perusahaan tidak dapat membayar hutang
perusahaan, bagaimana perlindungan hukum terhadap harta kekayaan para pemegang saham minoritas?
Jawaban :
Dalammpasal 11angka 1iUU No 40 Tahun 20077 tentang perseroan (disebut UU PT) yaitu suatu bandan
Hukum, disebut subjek hukum yang memiliki nilai lebih daripada organisasi ekonomi yang lain. Maka dari itu
dapat di katakana PT memeiliki nilai lebih ditinjau dari aspek ekomi ataupun aspek yuridis.Dalam aspek
tersebut saling mengisi satu sama lain. Aspek hukum memberika tanda agar keseimbangan kepentingan
semua pihak dapat di jalankan dalam menjalankan kegiatan ekonomi.

Dalam PT terdapat pemegang saham dalam perusahaan dikenal dengan pemegang saham Mayoritas dan
pemegang saham Minoritas.
Dalam mengambil keputusan di suatu perusahaan dipastikan pemegang saham minoritas akan selalu kalah
dibandingkan dengan pemegang saham mayoritas karena dalam pengambilan keputusan dengan dasar besar
persentase saham yang dimiliki. Situsi terbut membuat parah, karena jika pemegang saham melakukan
peluang untuk mengendalikan suatu perusahan untuk kepentingn serta tidak mementingkan pemegang
saham minoritas.

Dalam perusahaan ada kelompok pemegang saham mayoritas dan kelompok pemegang saham minoritas.
Pemegang saham mayoritas memiliki prinsip perlindungan hukum yaitu pada mekanisme RUPS, diambil
dengan keputusan yang diterima oleh mayoritas jika suara diambil dari pemegang saham minoritas.

Dalam kompleksitas permasalah di Indonesia masih menggunakan materi yang terlalu umum dan mendasar.
Khususnya dalam UUPT pada Pasal 61 Pasal (1) serta Pasal 1197 ayat (6) yaitu terhadap gugatan Direksi.
Dalam pasal tersebut tidak menjelaskan secara khusus tentang substansi pemegang saham yang lebih
spesifik, karena di dalam gugatan tersebut harus ada dasar dan alas haknya.

Dalam hal ini pemegang saham menggugat dengan bagian dari akibat keputusan RUPS, direksi maupun
dewan komisaris yang merugikan dari pemegang saham dalam PT. Maka dari itu, prasyaratan menggugat PT
dan sebaliknya ketidakadaan kerugian menjadi hak pemegang saham di dalam menggugat menjadi gugur.
Didalam gugatan pemegang saham diajukan kepada atau terhadap Pengadilan Negeri yang dimana daerah
hukumnya meliputi tempat PT yang digugat. Dalam hal ini hak pemegang saham dengan jumlah 991/10O
untuk menggugat Direksii karena kelalaian atau kesalahannya menimbulkan kerugian bagi PT.

Didalam UUPT upaya pemegang saham untuk melindungi haknya apabila dirinya merasa dirugikan disebutkan
di dalam Pasal 61 ayat 1:

Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri apabila
dirugikan karena Tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang tidak wajar sebagai
akibat RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.

Serta didalam Pasal 62 ayat 1 menyebutkan bahwa:


Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamya dibeli dengan harga yang wajar
apabila yang bersangkutan tidak menyetujui Tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau
perseroan, berupa:
a) Perubahan anggaran dasar,
b) Pengalihan atau peminjaman kekayaan perseroan yang mempuyai ini lebih dari 50% (lima puluh pesen)
kekayaan bersih perseroan ; atau
c) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.

Didalam pasal tersebut tidak menjelaskan secara khusus tentang substansi pemegang saham yang lebih
spesifik, karena didalam gugatan harus terdapat dasar serta alasan haknya atau disebut dengan gugatan
derivatif. Dalam artinya pemegang saham menggugat adalah bagian dari suatu akibat serta telah terjadi suatu
keputusna RUPS, direksi maupun dewan komisaris yang melakukan kesalahan ataupun kelalaian sehinga
dapat merugikan PT.

Dalam hukumMkepailitan PT dikenalPadanya suatuLprinsip yaitu commercialPexitmfromkfinancialLdistress


yaitu dapat diartikan suatu prinsip yang bertujuan untuk melengkapi rasa keadilan bagi debitor dan kreditor.
Kepailitan tidaklah alatkbagi kreditorLuntukLmelindungi suatu kepentingannyaLsemata-mata.
Kepailitanmsemestinya tidak alatLuntukLmenekanldebitorLkarena didalam prinsipnya adanya aspek-aspek
hukum yang memperhatikan kepentingan debitor pada akhirnya untuk meminimalisir kerugian kekayaan
debitor, hal ini dapat dilihat dengan adanya suatu ketentuan masa tunggu, ketentuan penundaan kewajiban
pembayaran hutang atau yang disebut dengan PKPU, serta ketentuan rehabilitasi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 104 UUPT, disebutkan direksi tidak berwenang mengjukan permohoan pailit
atas PT sendiri kepada Pengadilan Niaga sebelum memperoleh persetujuanm RUPS, dengan tidak mengurangi
sebagaimana diatur dalam UU tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang. Didalam
kepailitan kesalahan atau kelalaian dari direksi serta harta pailit tidak mencukupi untuk memenuhi
pembayaran seluruh kewajiban perseroan didalam kepailitan tersebut anggota direksi bersama-sama secara
bertanggung renteng atau dapat disebut bertanggung jawab yang dimana atas seluruh kewajiban yang tidak
terlunasi didalam harta pailit tersebut. Tanggung jawab disini berlaku untuk anggota direksi yang lalai atau
bersalah serta pernah menjabat sebagai anggota direksi didalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum
putusan pernyataan pailt disebutkan.

2. Tata kelola yang baik (good corporate governance) masih sulit dipraktikkan di negeri ini. Buktinya, peringkat
good corporate governance (GCG) Indonesia selalu di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Faktanya,
indeks persepsi korupsi (corruption perception index/ CPI) Indonesia masih berkutat di peringkat 80-90 dari
180 negara. Sering tak disadari, penerapan good governance, baik di sektor pemerintahan, badan usaha milik
negara (BUMN), maupun swasta, adalah senjata yang ampuh bukan saja untuk melawan korupsi. Good
Corporate governance juga mujarab menangkal krisis dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Sejarah
membuktikan ekonomi Amerika Serikat (AS) nyaris kolaps akibat market crash pada 1929 yang menjadi cikal
bakal Great Depression. Ekonomi AS baru pulih setelah corporate governance-nya direstrukturisasi. Bukankah
krisis finansial global 2008-2009 juga dipicu kredit properti berantai (subprime mortgage) yang tidak
bankable?. Bahkan, sektor finansial Negeri Paman Sam pada 2001- 2002 terguncang gara-gara skandal
keuangan sejumlah korporasi raksasa, seperti Enr on Corp, Worldcom, dan Xerox. Perusahaan- perusahaan itu
runtuh karena melanggar prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Dikutip dari https://investor.id/editorial/gcg-di-bumn, 7 Juli 2020

Pertanyaan:
a. Dalam pengelolaan Perusahaan BUMN, kita mengenal penerapan prinsip Good Corporate Governance
pada Perusahaan BUMN, Tunjukkan prinsip Good Corporate Governance dan contoh pelaksanaannya
dalam tata kelola perusahaan?
Jawaban :

GCG pada dasarnya merupakan suatu system (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) terutama dalam arti
sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan
perusahaan. GCG dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya
kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan kesalahan-kesalahan
yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan
peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan,
yaitu Negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat
sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.

Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:


(1) Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha
yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum
secara konsisten (consistent law enforcement);
(2) Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha;
(3)Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari
keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan control sosial (social control) secara
obyektif dan bertanggung jawab.

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan semua
jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu:
(1) transparasi, yaitu, Prinsip dasar, untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya;
(2) Akuntabilitas, yaitu, Prinsip dasar, perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja
yang berkesinambungan;
(3) Responsibilitas, yaitu, Prinsip dasar, perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen;
(4) Independensi, yaitu, Prinsip dasar, untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain; serta
(5) Kesetaraan dan kewajaran, yaitu, Prinsip dasar, dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

Lima asas GCG diatas diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan. Selain 5 asas GCG, etika bisnis dan pedoman perilaku
perusahaan juga merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh perusahaan dengan prinsip dasar
sebagai berikut: (1) Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang
menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya; (2) Untuk dapat merealisasikan
sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang
disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan
akan membentuk budaya perusahaaan yang merupakan manifesti dari nilai-nilai perusahaan; (3) Nilai-
nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan leboh lanjut dalam pedoman
perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.

Sehubungan dengan pelaksanaan GCG pada dunia bisnis, pemerintah menyadari perlunya penerapan
good governance pada BUMN. tujuan penerapan GCG pada BUMN adalah sebagai berikut:
(1) memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip terbuka, akuntabel, dapat dipercaya,
bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional
maupun internasional;
(2) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan
fungsi dan meningkatkan kemandirian organ;
(3) Mendorong agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan, organ dilandasi oleh nilai
moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan
tanggung jawab sosial BUMN terhadap pemangku kepentingan, termasuk kelestarian lingkungan di
wilayah sekitar BUMN;
(4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;
(5) Meningkatkan iklim investasi nasional;
(6) Menyukseskan program privatisasi.

Agar penerapan GCG di BUMN dapat berjalan dngan baik, maka lingkungan manajemen BUMN perlu
dilengkapi dengan beberapa kebijakan (policy) antara lain: manual dewan direksi dan komisaris (board
manual), piagam dewan direksi dan komisaris (board charter), aturan perilaku perusahaan secara umum
dan manajemen puncak (general code of conduct and code of conduct top management), mekanisme
komunikasi dengan pemangku kepentingan (stakeholder communication mechanism), pedoman
transparansi dan pengungkapan (guidelines for transparancy and disclosure), pedoman untuk sekertaris
perusahaan (guidelines for corporate secretary), piagam audit internal (internal audit charter), aturan tata
kelola perusahaan (code of corporate governance), aturan manajemen resiko perusahaan (code of
company risk management), tata kelola dan kepatuhan perusahaan (corporate governance and
compliance), dan perjanjian dan penunjukan anggota direksi (statement of corporate intent). Selain itu,
dewan komisaris perlu dilengkapi pula dengan beberapa perangkat, seperti komite audit beserta komite
piagam audit, komite remunerasi, komite asuransi dan resiko usaha, komite nominasi, serta komite
manajemen resiko.

b. Apa manfaat penerapan prinsip Good Corporate Governance bagi perusahaan?


Manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan prinsip-prinsip GCG di BUMN adalah peningkatan kinerja
perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, peningkatan efisien
operasional perusahaan, peningkatan pelayanan kepada pemangku kepentingan, kemudahan untuk
memperoleh dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak kaku (karena faktor kepercayaan) yang pada
akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan (corporate value), peningkatan minat investor untuk
membeli saham BUMN yang bersangkutan, apabila BUMN tersebut telah go public. Beberapa
implementasi GCG di lingkungan BUMN mencakup rekrutmen direksi BUMN, perjanjian penunjukan
anggota direksi (statement of corporate intent) di BUMN, pengelolaan aset BUMN, Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN.

3) Kuala Pembuang, Seruyan (ANTARA) – Legislator Kabupaten Seruyan, Kaliman Tengah, Masfuatun menyarankan
seluruh perbankan ataupun lembaga keuangan yang ada di wilayah setempat, melakukan terobosan dan inovasi agar
masyarakat tidak meminjam uang dari koperasi. Masyarakat di kabupaten ini informasinya banyak masyarakat
khususnya pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terpaksa meminjam uang di koperasi karena
merasa persyaratan lebih mudah dibandingkan perbankan ataupun lembaga keuangan lainnya, kata Masfuatun di
Kuala Pembuang. Masfuatun juga mengungkapkan “ Kita tahu bersama bunga pinjaman koperasi sangat tinggi dan
mencekik. Bunga pinjaman di koperasi itu ada yang 10 persen, 12 persen, hingga 15 persen per bulan. Itu kan jelas
sangat menyengsarakan masyarakat”Menurut Anggota DPRD Kabupaten Seruyan itu, kondisi seperti ini tentu sangat
menyulitkan bagi masyarakat khususnya para pengusaha yang bergerak di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), maka dari itu kepada lembaga perbankan khususnya Bank Kalteng yang ada di Bumi Gawi Hantantiring
didorong supaya bisa memperhatikan hal itu seperti memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah
dan memberikan pelatihan pemberdayaan kepada para pengusaha UMKM di Kabupaten Kalimantan Tengah. Anggota
Komisi VI DPR Darmadi Durianto menyebutkan bahwa ada urgensi peran aktif KPPU ini untuk membuat ekonomi
kerakyatan khususnya sektor para pelaku usaha UMKM memiliki daya saing dan terus tumbuh sehingga tidak tergilas
oleh perusahaan-perusahaan besar.Meski kalah jumlah dari pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM),
perusahaan besar masih tergolong berkat kekuatan modal yang dimiliki. "Jumlahnya kalau dari teman-teman UMKM
cukup besar sekali, sekitar 60 juta pelaku usaha. Sementara yang besar itu hanya 0,01 persen dari pelaku usaha yang
ada di Indonesia. Selain karena keterbatasan modal, UMKM juga dianggap masih kalah cermat dari perusahaan besar
dalam hal menangkap peluang di pasar penyediaan barang/jasa pemerintah.,"menurut Roni Dwi Susanto, Kepala
LKPP.

Dikutip dari https://kalteng.antaranews.com/berita/411266/bunga-pinjaman-koperasisengsarakan-masyarakat-kata-


legislator-seruyan, 14 Juli 2020

Pertanyaan:
a. Berdasarkan pada kasus di atas, menurut saudara apakah koperasi sudah tidak sejalan lagi dengan landasan
idiil dan landasan struktural koperasi? Mohon uraikan.
Jawaban :

Dalam seluruh system hukum di Indonesia, koperasi telah mendapatkan tempat yang pasti. Karena itu
landasan hukum koperasi sangat kuat.

(1) Landasan Idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila. Kelima Pancasila dari Pancasila yaitu : ketuhanan yang
maha esa, perikemanusiaan, kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan social harus dijadikan dasar
serta dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, karena sila-sila tersebut memang menjadi sifat dan tujuan
koperasi dab selamanya merupakan aspirasu anggota koperasi. Dasar idiil ini harus diamalkan oleh
koperasi disebabkan karena Pancasila memang menjadi falsafah Negara dan bangsa Indonesia.
(2) Landasan Strukturil koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan landasan geraknya adalah pasal 33 ayat (1)
berbunyi: perekonomian disusun sebagai usaha Bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Dari
rumusan tersebut kita dapat memahami bahwa dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,
produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggora
masyarakat. Kemakmuran masayarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu
perekonomian disusun sebagai usaha Bersama berdasarakan atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan
yang sesuai dengan itu ialah koperasi,
(3) Landasan operasional koperasi Indonesia ialah Garis Besar Haluan Negara n(GBHN). GBHN merupakan
pernyataan kehendak rakyat tentang pola umum pembangunan nasional yang akan memberikan arah
perjuangan Negara dan rakyat Indonesia dalam melaksanakan pembangunan selama kurun waktu lima
tahun. Sehingga pedoman pelaksanaan pembangunan GBHN, juga memberikan arah yang jelas bagi
pembangunan koperasi Indonesia.
(4) Landasarn Mental koperasi Indonesia ialah setia kawan dan kesadaran berpribadi (rasa harga diri). Setia
kawan dan kesadaran berpribadi (rasa harga diri). Setia kawan telah ada dalam masyarakat Indonesia dan
tampak keluar sebagai gotong royong. Akan tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara
persekutuan dalam masyarakat yang statis, dan arenanya tidak dapat mendorong kemajuan. Kesadaran
berpribadi, keinsyafan akan harga diri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menunaikan
derajat kehidupan dan kemakmuran, dalam koperasi harus tergabung kedua landasan mental tadi sebagai
unsur yang dorong mendorong, hidup menghidupi dan awas mengawasi, dilihat dari sudut itu, maka
koperasi bukan hanya bertindak sebagai apparat yang membawakan perbaikan ekonomis, namun harus
mampu merealisir watak social.

b. Berikan analisa saudara apa saja tindakan-tindakan yang dapat dinilai sebagai persaingan usaha tidak sehat antar
Perusahaan dengan UMKM?
Jawaban :

4) Rumah Zakat melakukan penandatanganan akta Yayasan Pendidikan Juara Berdaya, (2/9). Seluruh
Kepengurusan Yayasan “Pendidikan Juara Berdaya” menindaklanjuti pembuatan akta pendirian yayasan
pendidikan yang diinisisasikan oleh Rumah Zakat.Pembuatan akte pendirian ini dikenakan dana sebesar Rp
4.000.000 yang dananya diambil dari infaq donatur, Kas TK, dan juga dana sosial KUBE JAUZUL Hind. Setelah
penandatanganan ini, akan diurus ke Kemenkumham untuk pembuatan SK dan Akta Pendiriannya selama 1
pekan setelah penandatanganan ini. Selanjutnya, akan diproses ke dinas setempat untuk mendapatkan Izin
Operasional dari masing masing lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Pendidikan Juara Berdaya.

Dikutip dari https://republika.co.id/berita/pxccqb368/rz-inisiasi-pendirian-yayasan, 9 September 2019

Pertanyaan:
a. Berdasarkan peristiwa di atas ada pernyataan bahwa Kepengurusan “Yayasan Pendidikan Juara Berdaya”
menindaklanjuti pembuatan akta pendirian yayasan. Menurut saudara mengapa wajib membuat akta autentik
sebagai salah satu syarat pendirian yayasan? Uraikan analisa saudara
jawaban:

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) No.30 Tahun 2004 juncto UUJN
Perubahan (selanjutnya disebut UUJN-P) No.2 Tahun 2014 berbunyi, “Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang
membuat akta otentik dan kewenangan lainnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan
undang-undang lainnya”. Mengenai pengertian akta otentik itu sendiri penjelasannya termuat dalam Pasal 1868 KUH
Perdata yang berbunyi, “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan
undangundang oleh/dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.

Pasal 1870 dan Pasal 1871 KUH Perdata menyatakan bahwa akta otentik adalah alat pembuktian yang sempurna bagi
kedua pihak dan ahli waris, sekalian orang yang mendapat haknya dari akta tersebut, memberikan kepada pihak-
pihak suatu pembuktian yang mutlak. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian lahiriah, formil dan materil.
Kekuatan pembuktian lahiriah, akta itu sendiri mempunyai kekuatan untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta
otentik,karena kehadirannya, kelahirannya sesuai /ditentukan dengan perundang-undangan yang mengaturnya.
Kekuatan pembuktian formil artinya adalah apa yang dinyatakan didalam akta tersebut adalah benar. Kekuatan
pembuktian materil artinya adalah memberikan kepastian hukum terhadap peristiwa, apa yang diterangkan didalam
akta itu adalah benar adanya. Kewenangan notaris dalam pembuatan akta otentik tidak hanya diberikan oleh UUJN
No.30 Tahun 2004 juncto UUJN No.2 Tahun 2014, tetapi juga diberikan dan termuat dalam undang-undang lainnya.
Salah satu undangundang lainnya di luar UUJN dalam memberikan kewenangan kepada notaris dalam pembuatan
akta otentik adalah Undang-Undnag Yayasan yakni Undang-Undang No.16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang No.28
Tahun 2004.

Pasal 9 ayat 2 Undang-Undang No.16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang No.28 Tahun 2004 tentang Yayasan
berbunyi, “Pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.” Dari ketentuan
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang No.16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang No.28 Tahun 2004 tentang Yayasan
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa notaris sebagai pejabat publik berwenang pula membuat akta otentik untuk
pendirian yayasan. Selain berwenang membuat akta pendirian yayasan, notaris juga berwenang membuat akta
perubahan anggaran dasar dan akta perubahan susunan pengurus yayasan.3 Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang No.16
Tahun 2001 juncto Undang-Undang No.28 Tahun 2004 tentang Yayasan berbunyi, “Perubahan anggaran dasar
yayasan dilakukan dengan menggunakan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.

Dari ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ketentuan Pasal 18 ayat (2) UndangUndang No.16 Tahun 2001 juncto Undang-
Undang No.28 Tahun 2004 tersebut maka dapat diketahui bahwa notaris memiliki kewenangan dalam pembuatan
akta otentik baik dalam pendirian yayasan maupun dalam perubahan anggaran dasar dan perubahan susunan
pengurus yayasan. Kewenangan notaris dalam pembuatan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar serta
perubahan susunan pengurus yayasan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di bidang yayasan yakni Undang-Undang No.16 Tahun 2001 juncto Undang-UndangNo.28 Tahun 2004 tentang
Yayasan.

Notaris harus memenuhi semua persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh undang-undang Yayasan dalam
pembuatan akta otentik pendirian yayasan dan perubahan anggaran dasar serta perubahan susunan pengurus
yayasan. Hal ini dimaksudkan agar akta otentik notaris dalam hal pendirian maupun perubahan anggaran dasar dan
perubahan susunan pengurus yayasan dapat memiliki kekuatan, keabsahan dan legalitas secara hukum yang berlaku

Apabila dalam pembuatan akta pendirian, akta perubahan anggaran dasar dan akta perubahan susunan pengurus
yayasan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan digariskan oleh undang-undang Yayasan yakni
Undang-Undang No.16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang No.28 Tahun 2004, maka akta notaris tersebut tidak
memiliki kekuatan, keabsahan dan legalitas hukum untuk dijadikan dasar pembuktian yang sempurna dalam
perbuatan hukum pendirian, perubahan anggaran dasar dan perubahan susunan pengurus yayasan tersebut. Notaris
wajib bertanggung jawab kepada para penghadap, pihak ketiga maupun masyarakat luas atas otentisitas akta
pendirian, perubahan anggaran dasar maupun perubahan susunan pengurus yayasan apabila akta notaris tersebut
tidak memiliki kekuatan hukum atau mengandung cacat hukum.

b. Apakah Yayasan merupakan sebuah badan hukum? Mohon uraikan jawaban saudara
jawaban :

Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratn formal yang ditentukan dalam undng-undang. Di
Indonesia, yayasan diatur dalam undangundang no. 28 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No 16 tahun 2001
tentang yayasan. Pengertian yayasan adalah badan hukum yang kekayaanya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuan dengan cara mendirikan badan usaha
atau ikut serta dalam suatu badan usaha.
Yayasan merupakan suatu bagian dari Perkumpulan yang berbentuk Badan Hukum dengan pengertian/definisi yang
dinyatakan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yaitu suatu Badan Hukum yang
terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Perkumpulan dalam pengertian ini terbagi atas 2 (dua) macam,
yaitu:

1. Berbentuk Badan Hukum, seperti Perseroan Terbatas, Koperasi dan Perkumpulan saling Menanggung;
2. Tidak berbentuk Badan Hukum, seperti Persekutuan Perdata, CV dan Firma. Perbedaan antara Perkumpulan dan
Yayasan adalah sebagai berikut: Perkumpulan :
a. Bersifat dan bertujuan komersial;
b. Mementingkan keuntungan ( profit oriented ); c. Mempunyai anggota.

Yayasan
a. Bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan;
b. Tidak semata-mata mengutamakan keuntungan atau mengejar/mencari keuntungan dan/atau penghasilan yang
sebesar-besarnya;
c. Tidak mempunyai anggota.

Yayasan sebagai suatu Badan Hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan
perdata. Pada dasarnya keberadaan Badan Hukum bersifat permanen, artinya Badan Hukum tidak dapat dibubarkan
hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya. Badan Hukum hanya dapat dibubarkan jika telah dipenuhi
segala ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan dalam anggaran dasarnya. Hal tersebut sama kedudukannya
dengan Perkumpulan yang berbentuk berbadan hukum, dimana dipandang sebagai subyek hukum karena dapat
melakukan perbuatan hukum, menyandang hak dan kewajiban, dapat digugat maupun menggugat di Pengadilan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Yayasan dan Perkumpulan yang berbentuk Badan Hukum mempunyai kekuatan
hukum yang sama, yaitu sama-sama dianggap sebagai subyek hukum dan dapat melakukan perbuatan hukum. Tetapi
antara Yayasan dan Perkumpulan yang tidak berbentuk Badan Hukum, maka Yayasan kedudukan hukumnya lebih
kuat daripada Perkumpulan sebagaimana tersebut di atas. Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh Yayasan dan
Perkumpulan yang berbentuk Badan Hukum adalah sama, yaitu sebagai berikut:

1. Hak: Berhak untuk mengajukan gugatan.


2. Kewajiban : Wajib mendaftarkan Perkumpulan atau Yayasan tersebut pada instansi yang berwenang untuk
mendapatkan status Badan Hukum.

Perbedaan mendasar juga terdapat pada susunan Organ. Organ yayasan terdiri dari; Pembina, Pengawas dan
Pengurus. Sementara pada perkumpulan terdiri dari Anggota, Pengurus dan Musyawarah Umum. Kewenangan
Pembina dalam sebuah yayasan adalah sebagai berikut:

a. Merubah Anggaran Dasar;


b. Mengangkat dan Memberhentikan anggota Pengurus dan anggota Pengawas;
c. Menetapkan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
d. Mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan dan;
e. Menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.

KEDUDUKAN HUKUM YAYASAN


Kedudukan Hukum Yayasan dalam Sistem Hukum Indonesia

Yayasan adalah suatu entitas hukum yang keberadaannya dalam lalu lintas hukum di Indonesia sudah diakui oleh
masyarakat berdasarkan realita hukum positif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.
Kecenderungan masyarakat memilih bentuk yayasan disebabkan karena:

a. Proses pendiriannya sederhana


b. Tanpa memerlukan pengesahan dari pemerintah
c. Persepsi masyarakat bahwa yayasan bukan merupakan subjek pajak

Pengakuan yayasan sebagai badan hukum berarti ada subjek hukum yang mandiri. Secara teoretis, adanya kekayaan
yang terpisah, tidak membagi kekayaan atau penghasilannya kepada pendiri atau pengurusnya, mempunyai tujuan
tertentu, mempunyai organisasi yang teratur, dan didirikan dengan akta notaris merupakan karakter yayasan. Ciri
tersebut memang cocok dengan ciri-ciri badan hukum pada umumnya, yaitu adanya kekayaan yang terpisah, tujuan
tertentu, kepentingan sendiri, dan organisasi yang teratur. Berdasarkan hukum kebiasaan dan asumsi hukum yang
berlaku umum di masyarakat, ciri-ciri yayasan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum didasarkan pada perturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Pengakuan yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang tegas, berbeda halnya dengan PT.
Koperasi, dan badan hukum yang lain.
3. Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan nirlaba, tujuan religius, sosial
keagamaan, kemanusiaan, dan tujuan ideal yang lain.
4. Yayasan didirikan dengan akta notaris atau dengan surat keputusan pejabat yang bersangkutan dengan pendirian
yayasan.
5. Yayasan tidak memiliki anggota dan tidak memiliki oleh siapapun, namun memunyai pengurus atau organ untuk
merealisasikan tujuan yayasan.
6. Yayasan mempunysi kedudukan yang mandirir sebagai akibat adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi
pendiri atau pengurusnya, dan mempunyai tujuan sendiri yang berbeda atau lepas dari tujuan pribadi pendiri atau
pengurus
7. Yayasan diakui sebagai badan hukum seperti halnya orang, sebagai subjek hukum mandiri yang dapat menyandang
hak dan kewajiban mandiri, didirikan dengan akta, dan didaftarkan di kantor kepaniteraan pengadilan negeri
setempat
8. Yayasan dapat dibubarkan oleh pengadilan dalam kondisi pertentangan tujuanyayasan dengan hukum, likuidasi,
dan pailit. Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2001, yayasan telah diakui sebagai badan hukum privat dimana subjek
hukum para pendiri atau pengurusnya. Sebagai subjek hukum mandiri, yayasan dapat menyandang hak dan
kewajiban, menjadi debitor maupun kreditor, dan melakukan hubungan hukum apapun dengan pihak ketiga.
Legalisasi badan hukum menurut UU Yayasan adalah saat akta pendiriannya, yang dibuat di hadapan Notaris,
disahkan oleh menteri Hukum dan Perundang-undangan dan HAM. Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran
Dasarnya dalam jangka waktu 5 tahun, dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan atas permohonan
kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai