Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : ………………………………………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM :


………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah :

………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama UPBJJ : ………………………………………………………………………………………..

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN
1. Perbedaan Garuda Persada Otokindo sebagai CV dan Garuda persadaotokindo apabila
beralih menjadi PT sangatlah banyak, tetapi yang kita singgung adalah dari segi aspek
hukumnya dimana Comanditaire Vennootschap (CV) bukan usaha yang berbadan
hukum karena tidak ada regulasi yang mengaturnya, tak ada aturan khusus
pencantuman statusnya. Nama perseroan bisa saja memiliki kemiripan atau kesamaan
antara satu CV dengan CV lainnya. Sedangkan untuk Perseroan Terbatas (PT) badan
usaha yang berbentuk badan hukum yang statusnya diatur UU Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Untuk badan usaha berbentuk PT maka setelah
mendapatkan pengesahan dari Kemenkum HAM wajib mencantumkan frasa perseroan
terbatas atau disingkat PT dan nama tersebut tak boleh dipakai perusahaan lain.
Perbedaan lainnya adalah terletak pada struktur kepengurusan. Pengurusan PT
dilakukan oleh direksi yang dipilih berdasarkan RUPS. Sementara pemegang saham
tidak berwenang untuk mengelola mengurus PT, kecuali jika pemegang saham
perusahaan tersebut memang ditunjuk RUPS sebagai anggota direksi. Dalam CV,
pengurusan perseroan terbagi dalam dua golongan yakni sekutu aktif dan sekutu pasif.
Sekutu aktif bertugas mengurus perusahaan, sementara sekutu pasif tidak memiliki
wewenang mengelola perusahaan dan hanya bertindak sebagai penyetor modal.

2. Untuk mengubah status Commanditair Venotschap (“CV”) menjadi Perseroan Terbatas


(“PT”) yaitu badan usaha yang berbadan hukum, CV tersebut harus
disesuaikan/memenuhi persyaratan pendirian PT sebagaimana diatur dalam UU No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas(“UUPT”).

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyesuaian CV menjadi PT:
1. Menyelesaikan terlebih dahulu perikatan yang telah terjadi antara para pengurus
CV dengan pihak ketiga;
2. Menyesuaikan Anggaran Dasar CV. Hal ini karena pada Anggaran Dasar CV tidak
ada ketentuan mengenai Modal Dasar, Modal Ditempatkan, dan Modal Disetor.
Sedangkan untuk menjadi PT harus memenuhi ketentuan mengenai Modal Dasar
PT, yakni minimal Rp. 50.000.000 (lihat Pasal 32 ayat [1] UUPT), dan 25% dari
modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh (lihat Pasal 33 ayat [1] UUPT).
Dengan demikian, Anggaran Dasar CV harus disesuaikan dengan ketentuan
tersebut. Dan setiap pesero CV yang akan menjadi pendiri PT harus mengambil
bagian saham pada saat PT didirikan (lihat Pasal 7 ayat [2] UUPT);
3. Membuat Akta pendirian (akta notaris) yang memuat Anggaran Dasar dan
keterangan lain berkaitan dengan pendirian PT (lihat Pasal 7 ayat [1] jo. Pasal 8
ayat [1] UUPT);
4. Para pendiri bersama-sama mengajukan permohonan pengesahan badan hukum
melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik
kepada Menteri Hukum dan HAM (lihat Pasal 1 angka 16 jo. Pasal 9 ayat [1]
UUPT);
5. Setelah dilakukan pengesahan, Menteri akan melakukan pendaftaran PT
(lihat Pasal 29 ayat [1] UUPT);
6.  Pengumuman di Tambahan Berita Negara RI oleh Menteri (lihat Pasal 30 ayat [1]
UUPT).
7. Dalam hal para pendiri hendak mengikutsertakan segala perbuatan hukum yang
terjadi saat badan usaha tersebut masih berbentuk CV ke dalam PT yang akan
didirikan, sehingga perbuatan hukum tersebut mengikat PT yang baru didirikan,
Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) pertama harus secara tegas menyatakan
menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari
perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya (lihat Pasal 13
ayat [1] UUPT).

3. Di dalam hukum PT, berlaku suatu konsep dimana para pemegang saham tidak
bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan
tidak bertanggungjawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang
dimilikinya. Tanggung jawab terbatas tersebut juga berlaku kepada organ perseroan
lainnya, yakni pada anggota direksi maupun komisaris perseroan. Namun, konsep
tersebut tidak tanpa kecuali, karena dalam keadaan tertentu tidak tertutup kemungkinan
dihapusnya tanggung jawab terbatas pada ketiga organ perseroan tersebut. Dalam hal
seperti itu, pengadilan akan mengesampingkan status badan hukum dari suatu PT dan
membebankan tanggung jawab kepada organ PT dengan mengabaikan prinsip
tanggung jawab terbatas yang biasanya melekat kepadanya. Kekebalan (immunity)
yang biasa dimiliki oleh pemegang saham, direksi dan komisaris, yaitu tanggung jawab
terbatas, dibuka dan diterobos menjadi tanggung jawab tidak terbatas hingga kekayaan
pribadi mereka dalam hal terjadi pelanggaran, penyimpangan atau kesalahan dalam
melakukan pengurusan perseroan atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwasanya
dapat dimungkinkan untuk mengoyak/menyingkap tirai/kerudung tabir PT (to pierce
the corporate veil). Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UUPT”), prinsip piercing the corporate veil tersebut termaktub
dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 97 ayat (3).

Anda mungkin juga menyukai