Anda di halaman 1dari 9

JURNAL

HUKUM PERUSAHAAN

DOSEN PENGAMPU :
MIFTAHUR RACHMAN S.H.,MH

DISUSUN OLEH :
FARREL PUTRA MUFLIHANZA
220701165

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2023
JURNAL I
Organ perseroan terbatas
Pengarang : Mahasiswa fakultas hukum Universitas Haluoleo

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau
badan lain yang kegiatannya melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan
ekonomis manusia. Kegiatan produksi dan distribusi dilakukan dengan menggabungkan berbagai
faktor produksi, yaitu manusia, alam dan modal. Kegiatan produksi dan distribusi umumnya
dilakukan untuk memperoleh laba. Namun ada juga kegiatan produksi yang tujuannya bukan
untuk mencari laba. Seperti yayasan sosial, keagamaan, dll. Hasil suatu produksi dapat berupa
barang dan jasa.
Perseroan adalah badan hukum yang dapat memiliki harta kekayaan, menandatangani
perjanjian, mengadakan utang-piutang dan hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi.
Perseroan dikatakan sebagai perseroan tertutup bila saham-sahamnya hanya dimiliki oleh
kalangan orang tertentu saja dan dikatakan sebagai perseroan terbuka kalau saham-sahamnya
dapat dibeli oleh masyarakat bebas.Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang secara efektif
berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Sebelum UUPT 2007, berlaku UUPT No. 1 Th 1995
yang diberlakukan sejak 7 Maret 1996 (satu tahun setelah diundangkan) sampai dengan 15
Agustus 2007, UUPT tahun 1995 tersebut sebagai pengganti ketentuan tentang perseroan
terbatas yang diatur dalam KUHD Pasal 36 sampai dengan Pasal 56, dan segala
perubahannya(terakhir dengan UU No. 4 Tahun 1971 yang mengubah sistem hak suara para
pemegang saham yang diatur dalam Pasal 54 KUHD dan Ordonansi Perseroan Indonesia atas
saham -Ordonantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen (IMA)- diundangkan dalam
Staatsblad 1939 No. 569 jo 717. Dalam UU PT No. 40 tahun 2007 dengan tegas disebutkan
organ perseroan terdiri atas
(1). Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
(2). Direksi
(3) Komisaris

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa wewenang dan tanggung jawab Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) ?
2. Apa wewenang dan tanggung jawab Direksi ?
3. Apa wewenang dan tanggung jawab Dewan Komisaris ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM ( RUPS )


Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada direksi dan komisaris (Pasal 1 angka 3)
Hal ini dipertegas lagi dalam pasal 63:
1. RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Dereksi atau komisaris
dalam batas yang ditentukan dalam UU ini dan atau Anggaran Dasar.
2. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan
dari direksi atau komisaris.
Adapun Kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Kewenangan Rapat Umum
Pemegang Saham Menurut UUPT No. 40 Tahun 2007, adalah sebagai berikut:
1. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan perseroan yang
belum didirikan sehingga perbuatan hukum calon pendiri tersebut mengikat perseroan setelah
perseroan menjadi badan hukum (Pasal 13 ayat (1) UUPT).
2. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan pendiri setelah pendirian PT namun sebelum PT
memperoleh status badan hukum (Pasal 14 UUPT).
3. Menyetujui usulan perubahan anggaran dasar perseroan (Pasal 19-28 UUPT).
4. Menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak (Pasal 34 ayat (3) UUPT).
5. Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditor terhadap perseroan sebagai kompensasi
penyetoran saham dalam permodalan perseroan (Pasal 35 UUPT).
6. Menyetujui maksud Perseroan untuk membeli kembali saham (buyback) yang telah
dikeluarkan (Pasal 38 UUPT).
7. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas maksud perseroan untuk
membeli saham (buyback) yang telah dikeluarkan kepada Dewan Komisaris (Pasal 39 UUPT).
8. Menyetujui penambahan modal perseroan yaitu modal dasar, modal ditimpatkan dan modal
disetor (Pasal 41 ayat (1) UUPT).
9. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan pelaksanaan keputusan RUPS
tentang penambahan modal perseroan kepada Dewan Komisaris (Pasal 41 ayat (2) UUPT).
10. Menyetujui pengurangan modal perseroan, yaitu modal dasar, modal ditempatkan, dan modal
disetor (Pasal 44 ayat (1) UUPT).
Adapun Tanggung Jawab Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah sebagai berikut :
Pasal 40 KUH Dagang menjelaskan mengenai pembatasan tanggung jawab dari pemegang
saham. Hal Ini berarti segala risiko kerugian sepenuhnya dibebankan kepada kumpulan modal
yang berasal dari pendiri dan tau orang-orang pemegang saham yang dipisahkan dari harta
kekayaannya dan merupakan kekayaan PT bukan kepada harta kekayaan pemegang sahamnya.
Ketentuan Pasal 40 KUH Dagang ini dipertegas kembali dalam Pasal 3 UUPT No. 1 Tahun 1995
dan ketentuan pasal 3 UU PT No. 40 tahun 2007.
Pasal 3 UUPT tahun 1995 berbunyi “pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi
atas perikatan yang dibuat atas nama PT dan tidak bertangggung jawab atas kerugian PT
melebihi nilai saham yang diambilnya”.

2
B. DIREKSI
Salah satu organ yang cukup penting dalam PT adalah Direksi, karena direksi inilah yang
mengendalikan perusahaan dalam kegiatan sehari-hari.
Prinsip pengelolaan suatu perusahaan dalam literatur dikenal beberapa prinsip yakni :
1. Prinsip Kolegial. Menurut prinsip ini, kedudukan para direktur sama tingginya sehingga tidak
ada yang menjadi Presiden Direktur, Perbedaan hanya terletak tugas, wewenang dan tanggung
jawab.
2. Prinsip Derektorial. Menurut prinsip ini seorang direktur menjadi presiden direktur atau
direktur utama. Sedangkan direktur lainnya, berada di bawahnya dan bertanggung jawab
kepadanya. Sedangkan presiden direktur bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Apabila
dikaji secara seksama UU PT, kiranya dapat dikemukakan menganut prinsip kolegial.
Apabila diperhatikan persyaratan yang ditentukan oleh UU untuk menjadi direksi cukup berat,
karena harus memenuhi kualifikasi tertentu. Pembentuk UU, tampaknya mempunyai alasan
mengapa untuk menjadi direksi harus memenuhi syarat tertentu.
Disamping itu, tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh direksi pun cukup berat. Apabila
salah dalam mengelola perusahaan dapat dituntut oleh pemegang saham. Untuk itu, jabatan
direksi pasca berlakunya UU PT bukanlah pekerjaan ringan, tapi harus betul-betul profesional.
Melihat besarnya risiko yang akan dihadapi oleh direksi dalam mengoperasikan perusahaan ada
gagasan agar jabatan direksi diasuransikan.
Adapun kewenangan Direksi adalah sebagai berikut :
1. Salah satu organ Persoran yang memiliki kewenangan penuh atas pengurusan dan hal-hal
terkait kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
2. Mewakili Perseroan untuk melakukan perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan UUPT and anggaran dasar
3. Kewenangan direksi untuk mewakili Perseroan bersifat tidak terbatas dan tidak bersyarat,
kecuali ditentukan lain dalam UUPT, anggaran dasar atau keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (“RUPS”). Dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang
mewakili Perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.
Maksud dari pengecualian ini adalah agar anggaran dasar dapat menentukan bahwa Perseroan
dapat diwakili oleh anggota direksi tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 98 UUPT.
Menurut Pasal 99 UUPT, kewenangan direksi dalam mewakili Perseroan bukan berarti tidak ada
pembatasan. Namun, dalam hal tertentu direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:
Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Perseroa dengananggota direksi yang
bersangkutan; atau Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan
Perseroan.
Adapaun tangggung jawab Direksi adalah sebagai berikut :
Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan dengan itikad baik. Tanggung jawab
direksi melekat penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila anggota direksi yang
bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.
C. DEWAN KOMISARIS
Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

3
BAB III
PENUTUP

C.Kesimpulan
Dari uraian di atas maka penuis dapat menarik sebuah kesimpulan sebagai berikut :
Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan
tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi
dan komisaris (Pasal 1 angka 3)
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschhap (NV) adalah suatu badan
hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang
pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari
saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan
tanpa perlu membubarkan perusahaan.
Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi (akta yang dibuat oleh notaris)
yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat
perusahaan, dan lain-lain.

4
JURNAL II
Aspek Hukum Perseroan Perseorangan Ditinjau Dari Teori Hukum
Dan Analisis UU No.11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Pengarang : mahasiswa fakultas hukum Universitas Andalas Padang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara Hukum yang didasarkan kepada Pancasila dan UUD Tahun
1945. UUD 1945 mengamatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk menwujudkan
masyarakat yang adil dan makmur. Pelaksanaannya dilakukan melalui sistem pembangunan
ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan, mengembangkan dunia usaha yang
memproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi.
Adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dinilai dapat
mendukung dan membantu dalam pertumbuhan ekonomi. UU Cipta Kerja bertujuan untuk
menjadi stimulus positif bagi pertumbuhan dan perbaikan ekonomi nasional dengan
menggerakan seluruh sektor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5.7% - 6%
melalui penciptaan lapangan kerja yang berkualitas seluas-luasnya, peningkatan investasi,
peningkatan konsumsi, peningkatan produktivitas dan peningkatan upah sehingga dapat
mengikat daya beli dan konsumsi.1 Seiring dengan perkembangan zaman ada beberapa norma
yang dinilai dan dianggap tidak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi kini serta merugikan
kepentingan masyarakat banyak sehingga adanya urgensi untuk pemangkasan serta
penyederhanaan Undang-Undang. Hadirnya UU Cipta Kerja menyederhanakan puluhan
regulasi menjadi satu Undang-Undang yang khusus, sehingga dapat menjadi jalan pintas
untuk menyelaraskan kebijakan dan perampingan regulasi di Indonesia

B. Rumusan masalah
1. Apa Saja Aspek Hukum Pendirian Perseroan Perorangan?
2. Bagaimana Analisis Yuridis Perseroan Perorangan Ditinjau Dari UU Cipta Kerja?
3. Bagaimana Kepastian Hukum Perseroan Perorangan Dikaitkan Dengan UU Cipta Kerja?

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Aspek Hukum Pendirian Perseroan Perorangan


Perusahaan perorangan didirikan dan dimiliki oleh satu orang pengusaha. Sedangkan
perusahaan persekutuan didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha yang bekerja
sama dalam satu persekutuan.7 Kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menjalankan bisnisnya adalah bukti nyata dari adanya partisipasi dan peran serta masyarakat
pada pembangunan ekonomi.
Perusahaan Badan Hukum terdiri dari perusahaan swasta yang didirikan dan dimiliki oleh
beberapa orang pengusaha secara kerja sama dan perusahaan Negara didirikan dan dimiliki oleh
Negara. Dalam pelaksanaannya perusahaan perseorangan ini dilaksanakan dalam bentuk Usaha
Dagang (UD) atau Perusahaan Dagang (PD). Istilah yang dikenal di publik seperti Perusahaan
Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD) pada dasarnya merupakan Perusahaan Perseorangan.
Pengertian Perseroan Terbatas didalam UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
terbatas disebutkan pada Pasal 1 angka 1 yaitu Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
danmemenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU ini serta peraturan pelaksanaanya
Pada Tahun 2021 pengaturan Tentang Perseroan Terbatas mengalami perkembangan
dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.Pada
Undang-Undang Cipta Kerja ini diatur tentang adanya kemudahan berusaha, pemberdayaan dan
perlindungan bagi pelaku UMKM yang merupakan tulang pungggung perekonomian Negara.
Salah satu variasi dari pengaturan PT adalah adanya pengaturan bentuk dari PT perserorangan
yang sesuai dengan karakter usaha mikro dan kecil (UMK).
Sebelumnya bentuk hukum seperti Perusahaan perseorangan, CV merupakan bentuk
hukum yang relatif banyak di gunakan oleh pelaku usaha mikro dan kecil jika dibandingkan
dengan badan usaha perseroan terbatas. Hal ini dapat dipahami adanya persepsi dimasyarakat
bahwa pendirian badan usaha berbentuk PT memerlukan biaya yang lebih mahal dari bentuk
badan usaha lainnya. Sehingga pelaku usaha lebih memilih bentuk badan usaha lainnya seperti
Perusahaan Perseorangan, Firma, CV

2. Analisis Yuridis Perseroan Perorangan Ditinjau dari UU Cipta Kerja


UU Cipta Kerja resmi diundangkan pada 2 November 2020, kehadiran UU Cipta Kerja
sudah menarik kembali dua peraturan dan merevisi berbagai ketentuan perundang-undangan di
berbagai sektor yang paling sedikit sudah merevisi 80 Undang-Undang lain. Salah satu Undang-
Undang yang terpengaruh adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007tentang Perseroan
Terbatas (selanjutnya disebut UU PT), yang mengatur norma dan praktik bisnis di Indonesia.12
Pasal 109 dalam UU Cipta Kerja mengatur sejumlah pasal yang mengubah beberapa ketentuan di
dalam UU PT. Ketentuan perubahan terkait Perseroan Terbatas di dalam UU Cipta Kerja
kemudian dipertegas kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 tentang Modal
Dasar Perseroan Serta Pendaftaran Pendirian,Perubahan,Dan pembubaran Perseroan Yang
Memenuhi Kriteria Untuk Usaha Mikro Dan Kecil.
Ketentuan Pasal 153A Undang-Undang Cipta Kerja dan Pasal 6 PP 8/2021 menjelaskan
bahwa pendirian perseroan UMK didirikan tanpa melalui akta notaris melainkan hanya membuat
surat pernyataan pendirian yang memuat maksud dan tujuan, kegiatan usaha,
modal dasar, dan keterangan lain yang berkaitan dengan pendirian
perseroan terbatas. Surat pernyataan pendirian tersebut kemudian didaftarkan secara
elektronik kepada Kementerian Hukum dan HAM. Secara khusus, adanya kemudahan
yang diberikan pemerintah Indonesia memberikan pendapat dan tanggapan yang beragam.
Dari sudut pandang para pelaku usaha UMK, kebijakan tersebut sangat membantu
dikarenakan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pendirian Perseroan
Terbatas serta jangka waktu menjadi sebuah badan hukum yang relatif lebih singkat

3. Kepastian Hukum Perseroan Perorangan Dikaitkan Dengan UU Cipta Kerja


Pada tahun 2021, tepatnya 25 Nopember 2021, Mahkamah Konstitusi (MK)
mengabulkan sebagian permohonan uji formil dan menyatakan UU Cipta Kerja inkonstitusional
bersyarat melalui Putusan Mahkamah Konstitusi No 91/PUU-XVIII Tahun 2020. Dari 9 juri
MK, 5 hakim mengabulkan permohonan judicial review, sedangkan 4 hakim menyatakan
pendapat yang berbeda. UU Cipta Kerja dinyatakan inskonstitusional bersyarat karena
pembentukannya yang bertentangan dengan UUD dan MK juga memerintahkan kepada
pembentuk Undang-Undang untuk melakukan perbaikan dalam jangka waktu paling lama 2
tahun sejak putusan diucapkan. Hakim MK menggangap bahwa UU Cipta Kerja tidak jelas
mengenai metodenya apakah bersifat revisi atau membuat Undang-Undang baru. Hakim MK
juga menilai bahwa pembentukan UU Cipta Kerja tidak transparan kepada publik.
Hadirnya UU Cipta Kerja merubah, menghapus serta menetapkan ketentuan baru
usaha mikro kecil dan menengah. Pemberian kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan
UMK dijadiikan prioritas dalam UU Cipta Kerja. Kemudahan yang diberikan ke UMKM,
dijabarkan pada Bab V, dari Pasal 87 hingga Pasal 104. Pasal 87 UU Cipta Kerja yang
merubah ketentuan pada Pasal 12 UU UMKM mengenai adanya pembebasan biaya ijin
usaha dan keringanan biaya untuk usaha kecil. Pasal 91 UU Cipta Kerja mengenai
kemudahan pada sektor perijinan bagi UMKM yang semakin mudah dan sederhana.
Sebelum adanya UU Cipta Kerja, UMKM membuat badan hukum dalam bentuk Perseroan
Terbatas, dimana akan melalui proses yang panjang dan rumit.
Tujuan utama dari UU Cipta Kerja itu sendiri, diprioritaskan untuk UMK akan terwujudkan
sehingga hal ini berdampak positif untuk para pelaku usaha mikro dan kecil.
BAB III
PENUTUP

C.Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas dan dalam menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya maka penulis dapat menarik sebuah kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Pada Tahun 2021 pengaturan Tentang Perseroan Perseorangan mengalami perkembangan
dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Pada
Undang-Undang Cipta Kerja ini diatur tentang adanya kemudahan berusaha, pemberdayaan dan
perlindungan bagi pelaku UMKM yang merupakan tulang pungggung perekonomian Negara.
Salah satu variasi dari pengaturan perseoroan adalah adanya pengaturan bentuk dari perseroan
perserorangan yang sesuai dengan karakter usaha mikro dan kecil (UMK).
2. Dengan adanya UU Cipta Kerja, timbulnya badan hukum baru yaitu Perseroan Perorangan,
beberapa kriteria pokok di dalamnya meliputi: definisi, pendirian, modal, direksi, perubahan
serta pembubaran.

Anda mungkin juga menyukai