Anda di halaman 1dari 21

HUKUM PERSEROAN

Kegiatan Belajar 2

Hukum Perseroan II

A. ORGAN PERSEROAN (LANJUTAN)

1. Direksi

Di dalam UUPT yang dimaksud dengan Direksi adalah organ


Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 92 UUPT ditentukan bahwa kepengurusan
Perseroan dilakukan oleh Direksi. Suatu Perseroan yang bidang usahanya
mengerahkan dana masyarakat, seperti Bank, Asuransi; menerbitkan surat
pengakuan utang seperti obligasi atau merupakan Perseroan Terbuka wajib
mempunyai paling sedikit dua orang anggota Direksi.

Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang


perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak
pernah dinyatakan pailit, atau yang menjadi anggota Direksi, atau Dewan
Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan
dinyatakan pailit atau yang pernah dihukum karena melaksanakan tindak
pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sebelum pengangkatan.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan “orang perserorangan” dalam


persyaratan anggota Direksi adalah individu (individual) dan bukan badan
hukum. Selanjutnya yang dimaksud “mampu melaksanakan perbuatan
hukum”, artinya orang itu harus “cakap” dalam pengertian hukum
(bekwaan atau capable). Jadi memenuhi persyaratan hukum untuk
membuat persetujuan-persetujuan tertentu. Undang-undang juga
menyebutkan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-
perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap (Pasal
1329 KUH Perdata).

Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali


pengangkatan anggota Direksi dilakukan dengan mencantumkan susunan
dan nama anggota Direksi dalam Akta Pendirian. Anggota Direksi
diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat
kembali.

23
HUKUM PERSEROAN

Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk


kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari
satu orang maka setiap anggota Direksi berwenang mewakili Perseroan
kecuali ditentukan lain dalam UUPT atau Anggaran Dasar dan Anggaran
Dasar dapat menentukan pembatasan berwenang anggota Direksi tersebut.
Dijelaskan bahwa undang-undang ini memilih sistem perwakilan kolegial.
Akan tetapi, untuk kepentingan praktis masing-masing anggota Direksi
berwenang mewakili Perseroan.
Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan, yaitu apabila:
a) terjadi perkara di depan pengadilan antara Perseroan dengan anggota
Direksi yang bersangkutan, atau
b) anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang
bertentangan dengan kepentingan Perseroan.

Apabila terdapat keadaan seperti tersebut di atas, dalam Anggaran


Dasar ditetapkan siapa yang berhak mewakili Perseroan. Apabila
Anggaran Dasar tidak menetapkan, maka RUPS mengangkat satu orang
pemegang saham atau lebih untuk mewakili Perseroan. Direksi dapat
memberi kuasa tertulis kepada satu atau lebih karyawan Perseroan atau
orang lain untuk dan atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum
tertentu.

Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan. Setiap
anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Atas nama
Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena
kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan.

Selanjutnya dalam melaksanakan tugasnya anggota Direksi masih


mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
a) Membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS dan
risalah rapat Direksi; dan menyelenggarakan pembukuan Perseroan
yang semuanya disimpan di tempat kedudukan Perseroan atas
permohonan tertulis dari pemegang saham. Direksi memberi izin
kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan
Daftar Pemegang Saham, risalah dan pembukuan seperti tersebut pada
huruf a dan b di atas.
b) Meminta persetujuan dari RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan
jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan Perseroan dan
tidak boleh merugikan besar kekayaan Perseroan dan tidak boleh
merugikan pihak ketiga yang beritikad baik serta mengumumkan dalam
dua surat kabar paling lambat tiga puluh hari sejak perbuatan hukum
tersebut dilakukan. Dan keputusan RUPS sah apabila dihadiri oleh

24
MODUL

HUKUM PERSEROAN

pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/4 bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara sah dan disetujui oleh paling sedikit
3/4 bagian dari jumlah suara tersebut.
c) Direksi wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan:
(1) Akta Pendirian beserta surat pengesahan Menteri Hukum dan HAM
(yaitu setelah Perseroan memperoleh status badan hukum);
(2) Akta perubahan Anggaran Dasar beserta surat persetujuan Menteri
Hukum dan HAM atas perubahan tentang yang sifatnya mendasar
seperti dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-undang PT;
(3) Akta perubahan Anggaran Dasar beserta laporan kepada Menteri
Hukum dan HAM atas perubahan selain yang dimaksud Pasal 21
ayat (1) Undang-undang PT.
Dalam waktu paling lambat tiga puluh hari terhitung sejak pendaftaran,
Direksi melakukan permohonan pengumuman Perseroan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Selama pendaftaran dan
pengumuman tersebut belum dilakukan, maka anggota Direksi secara
tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum
yang dilakukan Perseroan. Selain itu, anggota Direksi juga
bertanggung jawab secara tanggung renteng atas semua kerugian yang
diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat batal
demi hukum karena perolehan saham oleh Perseroan baik secara
langsung maupun tidak langsung bertentangan dengan ketentuan
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
d) Melaporkan kepemilikian sahamnya, dan atau keluarganya (istri/suami
dan anak-anaknya) kepada Perseroan tersebut dan Perseroan lain.
e) Mencatat pemindahan hak atas saham atas nama, tanggal dan hari
pemindahan hak tersebut dalam Daftar Pemegang Saham atau Daftar
Khusus.
f) Memberitahukan secara tertulis keputusan RUPS tentang pengurangan
modal Perseroan kepada semua Kreditor dan mengumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia serta dua surat kabar harian paling
lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal keputusan.
g) Menyerahkan perhitungan tahunan Perseroan kepada akuntan publik
untuk diperiksa apabila:
(1) Bidang usaha Perseroan berkaitan dengan pengerahan dana
masyarakat (bank, asuransi, dan Reksa Dana);
(2) Perseroan mengeluarkan surat pengakuan utang (obligasi); atau
(3) Perseroan merupakan Perseroan Terbuka.
h) Menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk kepentingan Perseroan
berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya.

Anggota Direksi dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan


keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk
memberhentikan anggota Direksi hanya dapat diambil setelah yang

25
HUKUM PERSEROAN

bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Dengan


keputusan pemberhentian tersebut maka kedudukannya sebagai anggota
Direksi berakhir.

2. Dewan Dewan Komisaris

Dalam UUPT yang dimaksud dengan Dewan Dewan Komisaris adalah


organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan
atau khusus serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan
Perseroan. Perseroan memiliki Dewan Dewan Komisaris yang wewenang
dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Perseroan yang
bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, Perseroan yang
menerbitkan surat pengakuan utang atau Perseroan terbuka wajib
mempunyai paling sedikit dua orang Dewan Dewan Komisaris.

Yang dapat diangkat menjadi Dewan Dewan Komisaris adalah orang


perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak
pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Dewan Dewan
Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan
menyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan
tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu lima tahun
sebelum pengangkatan.

Kata Dewan Dewan Komisaris di sini mengandung dua pengertian


yaitu baik sebagai organ, yaitu Dewan Dewan Komisaris maupun sebagai
orang persorangan yaitu Anggota Dewan Dewan Komisaris. Sebagai organ
dalam UUPT ini pengertian Dewan Dewan Komisaris termasuk juga
badan-badan lain yang menjalankan tugas pengawasan khusus di bidang
tertentu.

Dalam melaksanakan tugasnya, maka kewajiban Dewan Komisaris


adalah:
a) Dewan Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam
menjalankan Perseroan serta memberikan nasehat kepada Direksi.
b) Dewan Komisaris wajib dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan.
c) Dewan Komisaris wajib melaporkan kepemilikan sahamnya dan atau
keluarganya (suami isteri dan anak-anaknya) kepada Perseroan tersebut
dan Perseroan lainnya. Demikian juga setiap perubahan dalam MODUL
kepemilikan saham tersebut wajib pula dilaporkan. Laporan mengenai
hal ini dicatat dalam Daftar Khusus yang merupakan salah satu sumber
informasi mengenai besarnya kepemilikan dan kepentingan pengurus
Perseroan lain, sehingga pertentangan kepentingan yang mungkin
timbul dapat ditekan sekecil mungkin.

Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu


dengan kemungkinan diangkat kembali. Untuk pertama kali pengangkatan

26
HUKUM PERSEROAN

Dewan Komisaris dilakukan dengan mencantumkan susunan, nama


lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan tempat tinggal dan
kewarganegaraan Dewan Komisaris dalam Anggaran Dasar. Selanjutnya
anggota Dewan Komisaris dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan
keputusan RUPS dengan menyebutkan alasan-alasannya dan setelah yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS.

B. PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN

1. Penggabungan (merger)

Perjalanan hidup suatu perusahaan yang berbentuk PT tergantung


pada keuntungan yang diperolehnya. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh suatu PT, maka akan semakin besar pula harapan perusahaan
tersebut tetap eksis dan mempertahankan usahanya. Sebaliknya apabila
suatu PT tidak dapat memperoleh keuntungan yang memadai, maka akan
menjadi tidak relevan lagi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Namun demikian ada beberapa alternatif untuk mempertahankan
kehidupan PT yang bersangkutan. yaitu dengan jalan penggabungan,
peleburan dan pengambilalihan.

Penggabungan adalah penyatuan dua PT atau lebih dengan cara tetap


mempertahankan berdirinya salah satu PT sebagai PT yang menerima
penggabungan dan membubarkan PT-PT yang lainnya. Secara teoretis
merger dapat dibedakan antara merger horisontal dan merger vertikal.
Merger horisontal adalah penggabungan dari dua PT atau lebih uang
memproduksi hasil yang sama atau sejenis dan menjual pada daerah yang
sama. Merger vertikal adalah penggabungan dua PT atau lebih yang
mempunyai hubungan bertingkat yaitu antara PT yang memproduksi
barang dengan PT yang memasarkan barang.

Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Direksi dan PT yang akan


bergabung adalah:
a) menyusun rancangan penggabungan yang berisi sekurang-kurangnya:
(1) nama Perseroan yang akan melakukan penggabungan;
(2) alasan serta penjelasan masing-masing Direksi Perseroan yang akan
melakukan penggabungan;
(3) tata cara konversi saham dari masing-masing Perseroan yang
melakukan penggabungan terhadap saham Perseroan hasil
penggabungan:
(a) dalam tata cara konversi saham selain perbandingan penukaran
saham termasuk juga penentuan jumlah pembayaran uang
kepada para pemegang saham dan Perseroan yang
menggabungan diri
(b) pembayaran uang kepada para pemegang saham dan Perseroan
yang menggabungkan diri adalah merupakan ganti rugi kepada

27
HUKUM PERSEROAN

para pemegang saham yang tidak menghendaki penggabungkan


tersebut.
(c) dalam hal dilakukan pembayaran kepada para pemegang saham
tersebut dengan uang, agar diperhitungkan harga sahamnya
menurut nilai yang wajar.
(4) rancangan perubahan Anggaran Dasar Perseroan hasil
penggabungan apabila ada;
(5) neraca dan perhitungan laba rugi yang meliputi tiga tahun buku
terakhir dari semua Perseroan yang akan melakukan penggabungan;
dan
(6) hal-hal lain yang perlu diketahui oleh pemegang saham masing-
masing Perseroan.
b) mengumumkan dalam dua surat kabar harian tentang rencana
penggabungan dalam tenggang waktu 14 hari sebelum panggilan
RUPS;
c) melakukan pemanggilan RUPS dengan surat tercatat paling lambat 14
hari sebelum RUPS diadakan;
d) menyelenggarakan RUPS dengan syarat harus dihadiri 314 bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah;
e) jika penggabungan disetujui RUPS, maka mengadakan perubahan
Anggaran Dasar;
f) mendaftarkan hasil penggabungan dalam sesuai dengan ketentuan UU.
Wajib Daftar Perusahaan;
g) mengajukan permohonan ke kantor Percetakan Negara untuk
mengumumkan perubahan Anggaran Dasar PT hasil penggabungan.

2. Peleburan (konsolidasi)

Peleburan adalah penggabungan dari dua PT atau lebih dengan cara


mendirikan suatu PT baru dan selanjutnya membubarkan PT-PT yang
bergabung tadi. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Direksi dan
PT yang akan meleburkan diri adalah:
a) menyusun rancangan penggabungan yang berisi sekurang-kurangnya: MODUL
(1) nama Perseroan yang akan melakukan peleburan;
(2) alasan serta penjelasan masing-masing Direksi Perseroan yang akan
melakukan peleburan;
(3) tata cara konversi saham dari masing-masing Perseroan yang
melakukan peleburan terhadap saham Perseroan baru:
(a) dalam tata cara konversi saham selain perbandingan penukaran
saham termasuk juga penentuan jumlah pembayaran uang
kepada para pemegang saham dan Perseroan yang meleburkan
diri.
(b) pembayaran uang kepada para pemegang saham dan Perseroan
yang meleburkan diri adalah merupakan ganti rugi kepada para
pemegang saham yang tidak menghendaki peleburan tersebut.

28
HUKUM PERSEROAN

(c) dalam hal dilakukan pembayaran kepada para pemegang saham


tersebut dengan uang, agar diperhitungkan harga sahamnya
menurut nilai yang wajar.
(4) rancangan Akta Pendirian Perseroan baru basil peleburan.
(5) neraca dan perhitungan laba rugi yang meliputi tiga tahun buku
terakhir dari semua Perseroan yang akan melakukan peleburan; dan
(6) hal-hal lain yang perlu diketahui oleh pemegang saham masing-
masing Perseroan.
b) mengumumkan dalam dua surat kabar harian tentang rencana
penggabungan dalam tenggang waktu 14 hari sebelum panggilan
RUPS;
c) melakukan pemanggilan RUPS dengan surat tercatat paling lambat 14
hari sebelum RUPS diadakan;
d) menyelenggarakan RUPS dengan syarat harus dihadiri 3/4 bagian dan
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah;
e) jika rencana peleburan disetujui RUPS, maka membuat Akta Pendirian
PT baru hasil peleburan;
f) mengajukan permohonan pengesahan PT baru kepada Menteri Hukum
dan HAM untuk mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum;
g) mendaftarkan Akta Pendirian yang sudah mendapatkan pengesahan dan
Menteri Hukum dan HAM sesuai dengan ketentuan UU Wajib Daftar
Perusahaan;
h) mengajukan permohonan ke kantor Percetakan Negara untuk
mengumumkan Akta Pendirian PT baru.

3. Pengambilalihan (akuisisi)

Pengambilalihan adalah pengambilalihan suatu PT oleh PT yang lain,


baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian saja. Pengambilalihan PT
dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 7 UUPT, pengambilalihan dapat dilakukan untuk seluruh
atau sebagian besar saham yang dapat mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap Perseroan tersebut.

Apabila pengambilalihan dilakukan oleh badan hukum berupa


Perseroan (PT), berlaku ketentuan sebagai berikut:
a) Rencana pengambilalihan dituangkan dalam rancangan
pengambilalihan yang disusun oleh Direksi Perseroan yang akan
mengambil alih dan yang akan diambil alih, yang memuat sekurang-
kurangnya:
(1) nama Perseroan yang mengambil alih dan yang diambil alih; dan
(2) alasan serta penjelasan Direksi masing-masing Perseroan mengenai
persyaratan serta tata cara pengambilalihan saham Perseroan yang
diambil alih.
b) Pengambilalihan dilakukan dengan persetujuan RUPS masing-masing
atas rancangan pengambilalihan yang diajukan oleh Direksi masing-
masing Perseroan.

29
HUKUM PERSEROAN

Dalam hal pengambilalihan dilakukan oleh badan hukum yang bukan


Perseroan, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
a) Rencana pengambilalihan dituangkan dalam rancangan
pengambilalihan yang disusun oleh Direksi Perseroan yang akan
diambil alih dan Badan Pengurus badan yang bukan Perseroan yang
akan mengambil alih yang memuat sekurang-kurangnya:
(1) nama Perseroan yang akan diambil alih dan nama badan hukum
yang bukan Perseroan yang akan mengambil alih; dan
(2) alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan diambil alih
dan badan hukum yang bukan persyaratan serta tata cara
pengambilalihan saham Perseroan yang diambil alih.
b) Pengambilalihan dilakukan dengan persetujuan RUPS Perseroan yang
diambil alih dan persetujuan Anggota atau Badan Pengurus dari badan
hukum yang bukan Perseroan yang mengambil alih.

Selanjutnya dalam hal pengambilalihan dilakukan oleh orang


perseorangan, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
a) Rencana pengambilalihan dituangkan dalam rancangan
pengambilalihan yang disusun oleh Direksi Perseroan yang akan
diambil alih dan orang perseorangan yang akan mengambil alih, yang
memuat sekurang-kurangnya:
(1) nama Perseroan yang akan diambil alih dan orang perseorangan
yang akan mengambil alih;
(2) alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan diambil alih
mengenai persyaratan dan tata cara pengambilalihan saham.
b) Pengambilalihan dilakukan dengan persetujuan RUPS Perseroan yang
akan diambil alih atas rancangan yang diajukan Direksi Perseroan yang
akan diambil alih dan orang perseorangan yang akan mengambil alih.MODUL

Pengambilalihan Perseroan yang dapat dilakukan oleh badan hukum


atau orang perseorangan seperti disebutkan di atas, tidak membatasi badan
hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseorangan
lain langsung dan pemegang saham.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam perbuatan hukum


penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan Perseroan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Memperhatikan kepentingan Perseroan, pemegang saham minoritas,
dan karyawan Perseroan dan kepentingan masyarakat dan persaingan
sehat dalam melakukan usaha. Ketentuan ini menegaskan bahwa
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan tidak dapat dilakukan
kalau akan merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu. Selanjutnya
harus pula dicegah kemungkinan terjadinya monopoli, atau monopsoni
dalam berbagai bentuk yang merugikan masyarakat.
b) Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan tidak
mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya
dengan harga yang wajar. Pemegang saham minoritas mempunyai hak

30
HUKUM PERSEROAN

untuk menjual sahamnya sesuai dengan harga yang wajar. Dalam hal
hak-hak tersebut tidak dapat terlaksana, maka pemegang saham
minoritas dapat tidak menyetujui rencana penggabungan, peleburan,
dan pengambilalihan yang diajukan oleh Direksi dan melaksanakan
haknya, yaitu pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar.
c) Keputusan RUPS mengenai penggabungan peleburan, dan
pengambilalihan Perseroan sah apabila diambil sesuai dengan
ketentuan UUPT, yaitu keputusan RUPS diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat, dan keputusan RUPS sah apabila dihadiri
oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/4 bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh
paling sedikit 3/4 bagian dari jumlah suara tersebut.
d) Direksi wajib mengumumkan dalam dua surat kabar mengenai rencana
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan Perseroan paling
lambat empat belas hari sebelum pemanggilan RUPS, yang maksudnya
memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang bersangkutan
mengetahui adanya rencana tersebut. Apabila mereka merasa
kepentingannya dirugikan jika rencana tersebut dilaksanakan, mereka
dapat mengambil langkah-langkah tertentu guna membela
kepentingannya.
e) Rancangan penggabungan Perseroan yang telah mendapatkan
persetujuan RUPS, dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM.
Rancangan peleburan Perseroan yang telah mendapat persetujuan
RUPS dilampirkan pada permohonan pengesahan Akta Pendirian
Perseroan hasil peleburan untuk mendapat pengesahan sebagai badan
hukum oleh Menteri Hukum dan HAM. Rancangan pengambilalihan
Perseroan yang telah mendapat persetujuan RUPS dilaporkan kepada
Menteri Hukum dan HAM.
f) Dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan, maka Perseroan yang
menggabungkan diri atau meleburkan diri menjadi bubar. Pembubaran
tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa terlebih dulu mengadakan
likuidasi. Dalam hal pembubaran Perseroan tersebut tidak didahului
dengan likuidasi, maka aktiva dan pasiva Perseroan yang digabungkan
atau yang meleburkan diri, beralih karena hukum kepada Perseroan
hasil penggabungan atau peleburan dan pemegang saham Perseroan
yang digabungkan atau yang meleburkan diri menjadi pemegang saham
Perseroan hasil penggabungan atau peleburan.
g) Direksi Perseroan hasil penggabungan atau peleburan wajib
mengumumkan hasil penggabungan atau peleburan tersebut dalam dua
surat kabar harian paling lambat tiga puluh hari terhitung sejak
penggabungan atau peleburan selesai dilakukan. Ketentuan ini berlaku
pula terhadap Direksi Perseroan yang melakukan pengambilalihan,
pengambilalihan Perseroan dapat dilakukan oleh badan hukum atau
orang perseorangan. Dalam hal ini pengumuman wajib dilakukan
paling lambat tiga puluh hari terhitung sejak tanggal:

31
HUKUM PERSEROAN

(1) persetujuan Menteri Hukum dan HAM atas perubahan Anggaran


Dasar dalam hal terjadi penggabungan;
(2) laporan diterima oleh Menteri Hukum dan HAM RI dan apabila
terjadi perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1) UUPT, yaitu perubahan Anggaran Dasar yang
cukup dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM RI dalam
waktu paling lambat empat belas hari sejak keputusan RUPS dan
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.
(3) pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI atas Akta Pendirian
Perseroan dalam hal terjadi peleburan.

C. PEMERIKSAAN DAN PEMBUBARAN PERSEROAN

1. Pemeriksaan Perseroan

Menurut Pasal 110 ayat (1) UUPT, pemeriksaan terhadap Perseroan


dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan
apabila terdapat dugaan bahwa:
a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga; atau
b. anggota Direksi atau Dewan Dewan Komisaris melakukan perbuatan
melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham atau
pihak ketiga. MODUL

Pemeriksaan dilakukan dengan mengajukan permohonan secara


tertulis beserta alasannya ke Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan Perseroan. Sebelum melakukan tindakan
mengajukan permohonan tertulis mi, pemohon telah terlebih dulu meminta
langsung kepada Perseroan tentang data atau keterangan yang
diperlukannya. Jika Perseroan menolak atau tidak memperhatikan
permintaan tersebut, undang-undang memberikan upaya tersebut sebagai
jalan keluar. Permohonan tersebut hanya dapat diajukan oleh:
a) pemegang saham atas nama diri sendiri atau atas nama Perseroan
apabila mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah.
b) pihak lain yang dalam Anggaran Dasar Perseroan atau perjanjian dalam
Perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan
pemeriksaan; atau
c) kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan umum.

Ketua Pengadilan Negeri berhak menolak permohonan tertulis yang


ditujukan kepadanya apabila permohonan tersebut tidak berdasarkan
alasan yang wajar, atau mengabulkan permohonan tersebut dengan
mengeluarkan penetapan bagi pemeriksaan dan pengangkatan paling
banyak tiga orang ahli untuk melakukan pemeriksaan.

32
HUKUM PERSEROAN

Jika permohonan untuk melakukan pemeriksaan dikabulkan, Ketua


Pengadilan Negeri menentukan jumlah maksimum biaya pemeriksaan yang
dibayar oleh Perseroan. Dalam menetapkan biaya pemeriksaan bagi
pemeriksa, Ketua Pengadilan Negeri mendasarkan atas keahlian pemeriksa
dan dalam batas kemampuan Perseroan.

Atas permohonan Perseroan, Ketua Pengadilan Negeri dapat


menetapkan penggantian seluruh atau sebagian biaya pemeriksaan tersebut
kepada pemohon, anggota Direksi, dan atau Dewan Komisaris.

Pemeriksa berhak memeriksa semua dokumen (buku, catatan, dan


surat yang berkaitan dengan kegiatan Perseroan) dan kekayaan Perseroan
yang dianggap perlu untuk diketahui. Direksi/Dewan Komisaris dan semua
karyawan Perseroan wajib memberikan segala keterangan yang diperlukan
untuk pelaksanaan pemeriksaan. Pemeriksa dilarang mengumumkan hasil
pemeriksaan kepada pihak lain. Laporan hasil pemeriksaan disampaikan
oleh pemeriksa kepada Ketua Pengadilan Negeri, dan Ketua Pengadilan
Negeri memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan hanya kepada
pemohon dan Perseroan yang bersangkutan.

2. Pembubaran Perseroan

Dalam Pasal 6 UUPT ditentukan bahwa Perseroan didirikan untuk


jangka waktu yang ditentukan dalam Anggaran Dasar. Berdasarkan Pasal
tersebut dapat ditafsirkan bahwa Perseroan pada dasarnya didirikan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas, dan apabila para pendiri PT ingin
membatasi jangka waktu berdirinya PT maka hal itu harus diuraikan secara
jelas di dalam Akta Pendirian atau Anggaran Dasar. Meskipun di dalam
Anggaran Dasar PT sudah ditetapkan jangka waktu pendiriannya, akan
tetapi dimungkinkan bahwa PT dapat dibubarkan sebelum jangka waktu
tersebut berakhir. Hal ini sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 114 UUPT
bahwa Perseroan bubar karena: keputusan RUPS; jangka waktu berdirinya
yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir; dan penetapan
pengadilan.

a. Pembubaran Perseroan karena keputusan RUPS

Direksi dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS.


Keputusan RUPS tentang pembubaran Perseroan sah apabila diambil
berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan dalam hal penggabungan,
peleburan, pengambilalihan kepailitan, dan pembubaran Perseroan,
keputusan RUPS sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili
paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga
perempat) bagian dari jumlah suara tersebut. Perseroan bubar pada saat
ditetapkan dalam keputusan RUPS, diikuti dengan likuidasi oleh
likuidator.

33
HUKUM PERSEROAN

b. Pembubaran Perseroan karena jangka waktu berdirinya yang


ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir

Dalam hal Perseroan bubar karena jangka waktu berdirinya berakhir


sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar, maka Menteri Hukum dan
HAM atas permohonan Direksi dapat memperpanjang jangka waktu
tersebut. Permohonan untuk memperpanjang jangka waktu tersebut hanya
dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh
pemegang saham yang memiliki paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui paling
sedikit oleh 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut.

Permohonan memperpanjang jangka waktu tersebut dan permohonan


persetujuan perubahan Anggaran Dasar diajukan kepada Menteri Hukum MODUL
dan HAM paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum jangka waktu
berdirinya Perseroan berakhir. Keputusan Menteri Hukum dan HAM atas
permohonan tersebut di atas diberikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak permohonan diterima. Dalam hal jangka waktu berdirinya
Perseroan berakhir dan RUPS memutuskan tidak memperpanjang jangka
waktu tersebut, maka proses likuidasinya dilakukan sesuai dengan
ketentuan bab ini.

c. Pembubaran Perseroan karena penetapan pengadilan

Menurut Pasal 146 UUPT, maka Pengadilan Negeri dapat


membubarkan Perseroan atas:
a. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat Perseroan melanggar
kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan melanggar
peraturan perundang-undangan;
b. permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya
cacat hukum dalam akta pendirian;
c. permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris
berdasarkan alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan;

Sebagai catatan bahwa di dalam penetapan pengadilan tersebut


ditetapkan pula penunjukan likuidator.

Selanjutnya di dalam Pasal 147 ayat (1) UUPT ditentukan bahwa


dalam hal perseroan bubar, maka likuidator dalam waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari wajib melakukan :
a. kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara
mengumumkan pembubaran Perseroan dalam surat kabar dan Berita
Negara RI, dan
b. pembubaran Perseroan kepada Menteri Hukum dan HAM RI untuk
dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.

Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut dihitung sebagai berikut:

34
HUKUM PERSEROAN

a) apabila Perseroan dibubarkan oleh RUPS, jangka waktu dihitung sejak


tanggal pembubaran oleh RUPS; atau
b) apabila Perseroan dibubarkan berdasarkan penetapan pengadilan,
jangka waktu dihitung sejak tanggal penetapan pengadilan memperoleh
kekuatan hukum tetap.

Selama pendaftaran dan pengumuman tersebut belum dilakukan,


bubarnya Perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga. Apabila likuidator
lalai mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan (UU No. 3 Tahun 1982),
likuidator secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita pihak ketiga. Dalam pendaftaran dan pengumuman sebagaimana
dimaksud di atas, wajib disebutkan nama dan alamat likuidator.

Dalam hal Perseroan bubar, maka Perseroan tidak dapat melakukan


perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya
dalam proses likuidasi. Selama dalam proses likuidasi, Anggaran Dasar
Perseroan dengan segala perubahannya yang berlaku pada saat Perseroan
berakhir tetap berlaku sampai pada hari likuidator dibebaskan dari
tanggung jawabnya oleh RUPS. Tindakan pemberesan tersebut meliputi:
a) pencatatan dan pengumpulan kekayaan Perseroan;
b) penentuan tata cara pembagian kekayaan;
c) pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan
d) tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
pemberesan kekayaan.

Dalam hal Perseroan sedang dalam proses likuidasi, maka pada surat
keluar dicantumkan kata-kata “dalam likuidasi” di belakang nama
Perseroan.

Likuidator dari Perseroan yang telah bubar wajib memberitahukan


kepada semua kreditornya dengan surat tercatat mengenai bubarnya
Perseroan. Pemberitahuan tersebut memuat:
a) nama dan alamat likuidator;
b) tata cara pengajuan tagihan; dan
c) jangka waktu pengajuan tagihan yang tidak boleh lebih dan 120 hari
terhitung sejak surat pemberitahuan diterima.

Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan c di atas dan kemudian ditolak,
dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri paling lambat sembilan
puluh hari terhitung sejak penolakan.

Kreditor yang tidak mengajukan tagihan sesuai dengan ketentuan


huruf c di atas, dapat mengajukan tagihannya melalui Pengadilan Negeri
dalam waktu dua tahun sejak bubarnya Perseroan didaftarkan dan
diumumkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 147 UUPT, yaitu:
a) didaftarkan dalam Daftar Perusahaan;

35
HUKUM PERSEROAN

b) diumumkan dalam Berita Negara RI;


c) diumumkan dalam dua surat kabar harian; dan
d) diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM

Ketentuan ini hanya berlaku bagi kreditor yang tidak diketahui


identitas maupun alamatnya pada saat proses likuidasi berlangsung. MODUL
Tagihan yang diajukan kreditor tersebut di atas hanya dapat dilakukan
terhadap sisa kekayaan Perseroan yang belum dibagikan kepada pemegang
saham.

Ketentuan mengenai pengangkatan, pemberhentian sementara,


pemberhentian, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan pengawasan
terhadap Direksi berlaku pula bagi likuidator.

Apabila tidak ditunjuk likuidator, maka Direksi bertindak selaku


likuidator. Atas permohonan satu orang atau lebih yang berkepentingan
atau atas permohonan Kejaksaan, Ketua Pengadilan Negeri dapat
mengangkat likuidator baru dan memberhentikan likuidator lama karena
yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya atau
dalam hal utang Perseroan melebihi kekayaan Perseroan.

Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau likuidasi yang


dilakukan. Sisa kekayaan hasil likuidator diperuntukkan bagi para
pemegang saham. Likuidator wajib mendaftarkan dan mengumumkan hasil
akhir proses likuidasi serta mengumumkan dalam dua surat kabar harian.

 LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini !

1) Dalam melaksanakan Perseroan, apa saja kewajiban dan Direksi ?


2) Apa yang dimaksud dengan penggabungan, peleburan dan
pengambilalihan Perseroan ?
3) Kapan terhadap Perseroan itu dapat dilakukan pemeriksaan dan siapa
yang dapat mengajukan permohonan agar suatu Perseroan itu
diperiksa?
4) Sebutkan dan jelaskan hal-hal apa saja yang dapat mengakibatkan
bubarnya Perseroan !

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Dalam melaksanakan tugasnya Direksi mempunyai kewajiban-


kewajiban sebagai berikut:

36
HUKUM PERSEROAN

a) Membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS


dan risalah rapat Direksi; dan menyelenggarakan pembukuan
Perseroan yang semuanya disimpan di tempat kedudukan Perseroan
atas permohonan tertulis dan pemegang saham. Direksi memberi
izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan
salinan Daftar Pemegang Saham, risalah dan pembukuannya.
b) Meminta persetujuan dan RUPS untuk mengalihkan atau
menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan
Perseroan dan tidak boleh merugikan besar kekayaan Perseroan dan
tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad baik serta
mengumumkan dalam dua surat kabar paling lambat tiga puluh hari
sejak perbuatan hukum tersebut dilakukan.
c) Direksi wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan.
d) Melaporkan kepemilikan sahamnya, dan atau keluarganya
(isteri/suami dan anak-anaknya) kepada Perseroan tersebut dan
Perseroan lain.
e) Mencatat pemindahan hak atas saham atas nama, tanggal dan hari
pemindahan hak tersebut dalam Daftar Pemegang Saham atau
Daftar Khusus.
f) Memberitahukan secara tertulis keputusan RUPS tentang
pengurangan modal Perseroan kepada semua Kreditor dan
mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia serta dua
surat kabar harian paling lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal
keputusan.
g) Menyerahkan perhitungan tahunan Perseroan kepada akuntan publik
untuk diperiksa apabila:
(1) bidang usaha Perseroan berkaitan dengan pengerahan dana
masyarakat (bank, asuransi, dan Reksa Dana);
(2) Perseroan mengeluarkan surat pengakuan utang (obligasi); atau
(3) Perseroan merupakan Perseroan Terbuka.
h) Menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk kepentingan Perseroan
berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya.

2) Penggabungan adalah penyatuan dua PT atau lebih dengan cara tetap


mempertahankan berdirinya salah satu PT sebagai PT yang menerima
penggabungan dan membubarkan PT-PT yang lainnya.
Peleburan adalah penggabungan dari dua PT atau lebih dengan cara
mendirikan suatu PT baru dan selanjutnya membubarkan PT-PT yang
bergabung tadi.
Pengambilalihan adalah pengambilalihan suatu PT oleh PT yang lain,
baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian saja.

37
HUKUM PERSEROAN

3) Menurut Pasal 138 ayat (1) UUPT, pemeriksaan terhadap Perseroan


dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau MODUL
keterangan apabila terdapat dugaan bahwa:
a) Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga; atau
b) anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan
melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham
atau pihak ketiga.
Permohonan pemeriksaan pada suatu Perseroan hanya dapat diajukan
oleh:
a) pemegang saham atas nama diri sendiri atau atas nama Perseroan
apabila mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah.
b) pihak lain yang dalam Anggaran Dasar Perseroan atau perjanjian
dalam Perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan
pemeriksaan; atau
c) kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan umum.

4) Pasal 142 UUPT bahwa Perseroan bubar karena: keputusan RUPS;


jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah
berakhir; penetapan pengadilan, dan dicabutnya kepailitan berdasarkan
keputusan pengadilan, niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya
kepailitan.

 RANGKUMAN

Direksi adalah organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas


pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta
mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan Anggaran Dasar. Selanjutnya berdasarkan Pasal 79
UUPT ditentukan bahwa kepengurusan Perseroan dilakukan oleh Direksi.
Suatu Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat,
seperti Bank, Asuransi; menerbitkan surat pengakuan utang seperti
obligasi atau merupakan Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling
sedikit dua orang anggota Direksi.

Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan


pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan Perseroan. Perseroan memiliki Dewan
Komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran
Dasar. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat,
Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang atau Perseroan terbuka
wajib mempunyai paling sedikit dua orang Dewan Komisaris.

38
HUKUM PERSEROAN

Apabila suatu Perseroan tidak dapat memperoleh keuntungan yang


memadai, maka akan menjadi tidak relevan lagi untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Salah satu alternatif untuk mempertahankan
kehidupan Perseroan yang bersangkutan, adalah dengan jalan
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. Penggabungan adalah
dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu Perseroan sebagai
Perseroan yang menerima penggabungan dan membubarkan Perseroan
yang lainnya. Peleburan adalah penggabungan dari dua PT atau lebih
dengan cara mendirikan suatu PT baru dan selanjutnya membubarkan PT-
PT yang bergabung tadi. Pengambilalihan adalah pengambilalihan suatu
PT oleh PT yang lain, baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian
saja.

Perseroan bubar karena keputusan RUPS, karena jangka waktu


berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir dan
karena Penetapan Pengadilan.

 TES FORMATIF 2

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif
jawaban yang disediakan !

1) Organ Perseroan yang mewakili Perseroan baik di dalam maupun di


luar pengadilan adalah:
A. RUPS.
B. Direksi.
C. Dewan Komisaris.
D. Direktur Utama.

2) Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan terhadap


jalannya Perseroan adalah:
A. RUPS.
B. Direksi.
C. Dewan Komisaris.
D. Direktur Utama.

39
MODUL
HUKUM PERSEROAN

3) Ada Perseroan yang wajib memiliki paling sedikit dua orang anggota
Direksi apabila:
A. Bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat.
B. Menerbitkan surat pengakuan utang.
C. Merupakan Perseroan terbuka.
D. Semua benar.

4) Seseorang yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi harus


memenuhi syarat:
A. Mampu melaksanakan perbuatan hukum.
B. Sudah berusia 21 tahun atau lebih.
C. Tidak ditaruh di bawah pengampunan.
D. Tidak berada di dalam penjara.

5) Dalam melaksanakan tugasnya Direksi mempunyai kewajiban antara


lain untuk:
A. Membuat daftar pemegang saham.
B. Memelihara daftar pemegang saham.
C. Membuat risalah RUPS.
D. Semua benar.

6) Kewajiban Dewan Komisaris dalam suatu Perseroan adalah:


A. Mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan Perseroan.
B. Memberi nasihat kepada Direksi dalam menjalankan Perseroan.
C. Melaporkan kepemilikan sahamnya kepada Perseroan.
D. Semua benar.

7) Akibat dari penggabungan dua Perseroan adalah:


A. Ada Perseroan yang tetap eksis dan ada Perseroan yang bubar.
B. Kedua Perseroan bubar dan mendirikan Perseroan baru.
C. Kedua Perseroan tetap eksis, tetapi yang satu menguasai saham atas
yang lainnya.
D. Kedua Perseroan tetap eksis, dan mereka mendirikan Perseroan
baru.

8) Akibat dan peleburan dari dua Perseroan adalah:


A. Ada Perseroan yang tetap eksis dan ada Perseroan yang bubar.
B. Kedua Perseroan bubar dan mendirikan Perseroan baru.
C. Kedua Perseroan tetap eksis, tetapi yang satu menguasai saham atas
yang lainnya.
D. Kedua Perseroan tetap eksis, dan mereka mendirikan Perseroan
baru.

9) Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan apabila terdapat


dugaan bahwa:

40
HUKUM PERSEROAN

A. Anggota Direksi melakukan perbuatan melawan hukum.


B. Anggota Direksi melakukan tindak kejahatan.
C. Anggota Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum.
D. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham.

10) Perseroan dapat bubar karena:


A. Direksi tidak mampu menjalankan Perseroan.
B. Dewan Komisaris tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
C. Penetapan Pengadilan.
D. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2


yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang
benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Rumus:

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Tetapi bila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan
Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

41
MODUL
HUKUM PERSEROAN

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1) D.
2) C.
3) A.
4) D.
5) D.
6) D.
7) B.
8) B.
9) A.
10) B.

Tes Formatif 2

1) B.
2) C.
3) D.
4) A.
5) D.
6) D.
7) A.
8) B.
9) D.
10) C.

42
HUKUM PERSEROAN

Daftar Pustaka

Pramono, Nindya, Hukum Perseroan dan Organisasi Perusahaan,


Magister Hukum Bisnis UGM, Yogyakarta, 2007.

Sembiring, Sentosa, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas,


CV. Nuansa Aulia, Bandung, 2007.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang


Perseroan Terbatas, Jakarta, CV. Eko Jaya, Jakarta, 2007.

Rai Widjaya, I.G., Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Edisi Revisi,


PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.

Fuady, Munir, Perseroan Terbatas, Edisi Revisi, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2007.

43

Anda mungkin juga menyukai