NIM : C1B020003
TUGAS PHB
JAWABAN :
Pasal 1 ayat 5 UUPT menjelaskan bahwa Direksi adalah, “Organ Perseroan yang
bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan
Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan.” Dalam jabatannya, Direksi memiliki
kewenangan untuk mengurus segala hal guna kepentingan Perseroan dan memiliki
kewenangan untuk bertindak sebagai wakil perseroan. Kewenangan sebagaimana tersebut
harus dijalankan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Selain itu, dalam
menjalankan kewenangannya, Direksi harus melandaskan pada kebijakan yang
dipandang tepat dan dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang dan atau
Anggaran Dasar.
Selain kewenangan, Pasal 100 UUPT menyebutkan bahwa direksi juga memiliki
kewajiban untuk menjalankan dan melaksanakan beberapa tugas “administrastif” selama
jabatannya diantaranya adalah:
Membuat daftar (daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah
rapat direksi);
Membuat Risalah RUPS dan Risalah Rapat Direksi;
Membuat laporan tahunan ;
Memelihara dan menyimpan dokumen PT;
Direksi untuk memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dokumen;
Melaporkan saham yang dimiliki anggota direksi; dan
Kewajiban yuridis meminta persetujuan RUPS atas pengalihan/pengagunan kekayaan
perseroan.
b. KOMISARIS
Pasal 1 Ayat 6 UUPT menyebutkan bahwa, “Komisaris adalah organ Perseroan yang
bertugas untuk melakukan pengawasan secara umum dan khusus dalam Perusahaan
sesuai dengan Anggaran Dasar.”
Pasal 108 PT menyatakan bahwa Komisaris memiliki tugas untuk mengawasi kebijakan
pengurusan Perseroan pada umumnya, atau usaha Perseroan kepada Direksi. Komisaris
memiliki wewenang dalam Perseroan, antara lain:
Selain kewenangan tersebut, Komisaris juga memiliki kewajiban dan tugas sebagaimana
termuat dalam Pasal 116 UUPT yaitu;
Pasal 1 ayat 4 UUPT menerangkan bahwa RUPS adalah, “Organ Perseroan yang
memiliki kewenangan yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.”
3. Akta Pendirian PT merupakan akta yang dibuat dihadapan Notaris, yang berisi
keterangan mengenai identitas dan kesepakatan para pihak untuk mendirikan Perseroan
Terbatas beserta Anggaran Dasarnya. Untuk memperoleh status Badan Hukum, sebuah
Perseroan Terbatas wajib memperoleh pengesahan dari Menteri – Menteri Hukum dan
HAM RI. Dalam Akta Pendirian, setiap pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat
pendiriannya. Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas (UU PT), Akta Pendirian
memuat “Anggaran Dasar” dan “keterangan lain” yang berkaitan dengan pendirian
Perseroan. Anggaran Dasar merupakan deskripsi tentang Perseroan, yang sekurang-
kurangnya memuat tentang:
a) Nama dan tempat kedudukan Perseroan.
b) Maksud, tujuan, dan kegiatan usaha Perseroan.
c) Jangka waktu berdirinya Perseroan.
d) Besarnya modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor.
e) Jumlah saham, klasifikasi saham dan jumlah tiap klasifikasinya (jika ada), hak-hak
yang melekat pada saham, serta nilai nominal setiap saham.
f) Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris.
g) Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS.
h) Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan
Komisaris.
i) Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
Adapun ketentuan anggaran dasar yang sering dilakukan perubahan adalah terkait
Setiap perubahan anggaran dasar harus dilakukan dengan mekanisme Rapat Umum
Pemegang Saham atau RUPS. Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ
tertinggi dalam suatu PT. Dimana di dalam RUPS pemegang saham mengambil keputusan
terkait jalannya perusahaan. RUPS harus dihadiri oleh pemegang saham sesuai dengan
kuorum kehadiran yang dipersyaratkan di dalam anggaran dasar. Setelah kuorum kehadiran
terpenuhi, berikutnya harus dipenuhi pula kuorum keputusan dalam pengambilan keputusan
dari para pemegang saham. Berikutnya RUPS tersebut wajib dinyatakan dalam Akta Notaris
dan kemudian disubmit oleh Notaris ke Sistem Administrasi Badan Hukum Umum
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk mendapatkan persetujuan dan/atau
pemberitahuan.