Anda di halaman 1dari 11

PERSYARATAN PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

Nama :Erik Atma Satria

Stambuk: 6161101190044

Kelas: B

Mata Kuliah :Hukum Bisnis

Dosen Pengampu: Lethe Lebang, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Di lihat dari UUD No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Sehari sebelum rakyat Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke-62, yaitu pada

tanggal 16 Agustus 2007, diundang-undangkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroaan Terbatas (diumumkan dalam berita Negara Nomor 106 Tahun 2007 dengan

penjelasanya diumumkan dalam tambahan lembaran negara Nomor 4756).

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 bukanlah hal yang baru, Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 ini merupakan revisi dari UU No.1 tahun 1995 (diumumkan dalam Lembaran

Negara Nomer 13 Tahun 1995 dengan penjelasan nya diumumkan dalam Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3587) tentang Perseroan Terbatas. Karena terlampau banyak yang dirasakan perlu

untuk ditambah dalam UU 1995, maka dinyatakan UU 1995 tersebut secara total dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku, dan secara total diberlakukan UU 2007.

Undang-Undang 1995 tersebut sebenarnya merupakan pengaturan kembali apa yang

sebelumnya telah diatur dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Wetboek vsn koophandel voor

Nerderlansnhe Indie atau disingkat WvK (yang setelah kita merdeka kita kenal dan kita sebuts

ebagai Kitab Undang-Undang Hukum Dagang/KUHD), yang di sana sini dilakukan penyesuaian

dengan apa yang diperlukan setelah kita merdeka. Naamloze vennootschap (yang singkat dengan

NV) demikian sebutan yang dipergunakan oleh WvK untuk institusi yang sekarang kita sebut

sebagai "Perseroan Terbatas".

2.RUMUSAN MASALAH
Didalam PT ini kita akan mengetahui apa saja syarat-syarat pendirian Perseroan Terbatas (PT) ,

Struktur Permodalan PT, Organ-Organ Perseroan Terbatas, dan mengapa atau apa permasalahan

PT dibubarkan.
BAB II PEMBAHASAN

A. SYARAT-SYARAT PENDIRIAAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

Sebelum kesyarat-syarat pendirian PT tersebut, perlu diketahui bahwa Perseroan

Terbatas secara hukum dianggap sebagai suatu badan hukum, terpisah dari individu-individu

yang memilikinya. Dalam pengertianya, Perseroan Terbatas (PT) merupakan badan hukum

yang didirikan bedasarkan Perjanjian, biasanya izin pendirian PT akan diberikan sepanjang

PT tersebut tidak bertentangan dengan Undang-undang ketertiban umum dan kesusilaan

yang ada. Syarat-syarat pendirian PT ini dapat langsung dilihat dari UU No.1 tahun 1995

Pasal 7 yaitu :

1. Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat

dalam bahasa Indonesia

2. Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan

didirikan

3. Dalam hal setelah perseroan disahkan pemegang saham menjadi kurang dari dua

orang, maka dalam waktu paling lama enam bulan terhitung sejak keadaan tersebut,

pemegang saham yangg besangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya

kepada orang lain

4. Ketentuan dua orang atau lebih ini, tidak berlaku bagi Perseroan BUMN

5. Perseroan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian sebagaimana

dimaksud dalam ayat 1 disahkan oleh Menteri Kehakiman.

Disebutkan bahwa sebuah PT itu harus ada persyaratan-persyaratan dalam pendirian PT

itu sendiri, karena persyaratan itulah yang disebut perjanjian awal supaya terbentuknya

Perseroan Terbatas (PT). Selain syarat di atas dalam pendirian sebuah PT juga terdapat
syarat materiil yang juga merupakan syarat yang harus dipenuhi ketika ingin menditikan

sebuah Perseroan Terbatas antara lain,

1. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal

2. Saham dapat dikeluarkan atas nama atau atas tunjuk

3. Modal perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,-

4. Pada saat pendirian perseroan, paling sedikit 25% dari modal dasar harus telah

ditempatkan Modal terbagi dalam nominal saham.

5. Setiap penempatan modal harus telah disetorkan paling sedikit 50% dari nilai

nominal setiap saham yang dikeluarkan (Pasal 26 ayat 2)

Sebuah PT didirikan dengan akte notaris. Akte harus mendapatkan pengesahan dari mentri

kehakiman, Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

 terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan

 Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang

 Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar.

 Dari sumber-sumber resmi yangdapat dipercaya, diperoleh cukup alasanuntuk menduga

bahwa para pendiri tidak bertindak sebagai kedok belaka untuk orang asing.

 PT yang bersangkutan berkediaman di Indonesia. (untuk pengurusan di Indonesia).

kemudian didaftarkan pada pengadilan Negeri dan diumumkan dalam berita Negara

B. STRUKTUR PERMODALAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

Perseroan Terbatas merupakan bentuk yang banyak dipilih pada saat ini terutama untuk

bisnis-bisnis yang besar. Bentuk ini memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk
menyertakan modalnya kedalam bisnis tersebut dengan cara membeli saham yang dikeluarkan

oleh perusahan itu, dengan membeli saham suatu perusahaan masyarakat akan menjadi ikut serta

memiliki perusahaan itu atau dengan kata lain mereka menjadi pemilik perusahaan tersebut. Atas

pemilikan saham itu maka mereka oara pemegang saham itu lalu berhak memperoleh pembaian

laba atau deviden dari perusahaan tersebut.

Yang menarik, dalam PT modal dibagi dalam tiga pengertian, yaitu :

1) Modal Dasar (Statutaire Capitaal/Statute Capitaal) perseroaan adalah keseluruhan

nilai nimonal saham sesuatu PT yang maksimal dapat diterbitkan PT. Jelasnya yang

dimaksud dengan modal dasar tersebut tidak lain daripada hasil perkalian antara

jumlah saham PT yang ditentuka oelh pendiri dengan nilai nominalnya.

2) Modal Ditempatkan (Geplaats Capitaal/Authorised capitaal) adalah modal dasar

yang terdiri dari komponen jumlah saham dan nilai nominalnya itu, tidak berarti

jumlah saham tersebut harus sekaligus diterbitkan oleh perseroan. Dimungkinkan

untuk hanya diterbitkan sebagian, dan sebagian lagi disimpan dahulu untuk

kepentingan jikalau perseroan memerlukan modal tambahan diterbitkannya saham

yang masih tersimpan ini.

3) Modal Disetor (Gestort Capitaal/Paid Capitaal) yakni modal yang benar-benar

telah disetor oleh para pemegang saham pada kas perseroan. Diatur pada pasal 34 UU

No.40 tahun 2007. Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang

dan/atau dalam bentuk lainnya (Pasal 34 ayat 1). Penyetoran atas modal saham

selanjutnya diatur pada pasal 34 ayat 2 dan 3.


Dalam pasal 34 Undang-Undang PT disebutkan modal tidak harus dalam bentuk uang

tunai,

1. Boleh dalam lain,penilaian penilaian penyetoran modal saham ditentukan

berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh para

ahli yang tidak terafilisi dengan perseroan.

2. Penyetoran dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam satu surat

kabar atau lebih dalam jangka waktu 14 hari setelah akta pendirian ditandatangani.

4. ORGAN-ORGAN PERSEROAN TERBATAS

Sebagai badan hukum maka dalam melaksanakan kepengurusan Perseroan Terbatas

mempunyai organ, yang terdiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Direksi (Pengurus),

dan Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat (2) UUPT. Dalam UU PT

menjelaskan perbedaan dari ketiga organ tersebut, yaitu, yaitu :

a) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ Perseroan yang mempunyai

wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang

ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. (pasal 1 ayat (4) UU PT)

b) Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas

pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar. (pasal 1 ayat (5) UU PT)

c) Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan

secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada

Direksi. (pasal 1 ayat (6) UU PT)


4. BUBARNYA PERSEROAN TERBATAS (PT)

Kriteria sanksi yang mengacu pada bubarnya suatu PT (akta pendiriannya gugur) atau dapat

digugat untuk dibubarkannya suatu PT dapat terjadi apabila:

1. Jika akta pendirian dari suatu perseroan terbatas tidak/belum diajukan permohonan

pengesahannya ke Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam jangka waktu 60 hari sejak

didirikan. (ps. 10 ayat 1 juncto ayat 9)

Maka PT tersebut bubar demi hukum.

Untuk akta pendirian perseroan terbatas yang didirikan sebelum tanggal 16 Agustus 2007,

diberikan kesempatan untuk disesuaikan dengan UU No. 40/2007 sebelum diajukan

pengesahannya. Namun demikian, apabila lewat dari tanggal 23 Desember 2007 belum diajukan

juga permohonan pengesahannya, maka Perseroan terbatas tersebut datanya akan dihapus dari

SISMINBAKUM (system administrasi badan hukum di Departemen Kehakiman).

2. Setelah PT memperoleh status badan hukum, kemudian pemegang sahamnya berkurang

menjadi tinggal 1 orang saja, dan setelah lewat jangka waktu 6 bulan sejak terjadinya peristiwa

tersebut tidak memasukkan Pemegang saham baru, maka atas permintaan dari yang

berkepentingan, PT tersebut dapat digugat untuk dibubarkan melalui Pengadilan Negeri (ps. 7

ayat 5 juncto ayat 6)

3. Jika anggaran dasar PT yang sudah disahkan tidak disesuaikan dengan ketentuan yang diatur

dalam UUPT No 40/2007, dalam jangka waktu 1 th sejak UUPT diundangkan (max tanggal 16

Agustus 2008) maka PT tersebut dapat digugat untuk dibubarkan melalui Pengadilan Negeri

(pasal 157 ayat 3)


4. Jika PT tersebut melakukan cross holding (yang mana hal tersebut dilarang berdasarkan pasal

36) dan tidak disesuaikan/dirubah dalam waktu 1 th sejak UU No. 40/2007 diundangkan, maka

PT tersebut dapat digugat untuk dibubarkan (ps. 158)

Disamping sanksi bubar atau dapat dibubarkannya suatu PT berdasarkan hal2 tersebut, dalam

Pasal 142 UU No. 40/2007 ditetapkan mengenai pembubaran PT.

Sebagaimana diketahui dalam UU No. 1/1995 yang kurang memberikan sanksi yang tegas dalam

penerapannya, maka tampak bahwa UU No. 40/2007 lebih tegas dalam memberikan sanksi-

sanksi. Hal merupakan merupakan salah satu “unsur pemaksa” agar ketentuan-ketentuan yang

diatur dalam UU No. 40/2007 dapat dipatuhi dan segera dilaksanakan.

Salah satu sanksi , adalah: bubar atau dapat di gugat untuk dibubarkannya suatu Perseroan

terbatas. Sanksi bubar atau dapat dibubarkannya suatu PT ini selain harus diwaspadai oleh PT

yang bersangkutan, juga harus diwaspadai oleh para kreditur PT tersebut. Sebab, apabila debitur

atau nasabah dari kreditur tersebut ternyata tiba2 bubar atau digugat untuk bubar, maka tentu saja

kreditur yang akan terkena dampaknya atas keamanan kredit yang telah diberikannya.

Menurut ketentuan pasal 142 Undang-Undang PT, pembubaran Perseroan Terbatas dapat

terjadi karena:

a. Keputusan RUPS

b. Jangka waktu berdirinya PT yang ditetapkan dalam anggaran dasar sudah berakhir

c. Penepatan pengadilan

d. Terjadi kepailitan

e. Dicabut izin usahanya

f. Karena modal perseroan berkurang 75%atau lebih


BAB III

KESIMPULAN

Nomor 40 Tahun 2007 ini merupakan revisi dari UU No.1 tahun 1995 (diumumkan dalam

Lembaran Negara Nomer 13 Tahun 1995 dengan penjelasan nya diumumkan dalam Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3587) tentang Perseroan Terbatas. Karena terlampau banyak yang

dirasakan perlu untuk ditambah dalam UU 1995, maka dinyatakan UU 1995 tersebut secara total

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, dan secara total diberlakukan UU 2007.

Syarat-syarat pendirian PT dapat dilihat dari UU No. 1/1995 Pasal 7 Tentang Pendirian PT,

struktur permodalan PT terdiri dari, 1) Modal Dasar (Statutaire Capitaal/Statute Capitaal), 2)

Modal Ditempatkan (Geplaats Capitaal/Authorised capitaal), 3) Modal Disetor (Gestort

Capitaal/Paid Capitaal).

Organ-organ diperseroan terbatas terdiri daari, rapat umum Pemegang saham (RUPS),

Direksi, dan Dewan komisaris.

Bubarnya suatu Perseroan Terbatas itu berpengaruh pada sanksi-sanksi yang akan diterima

oleh PT itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Alma,Buchari. Pengantar Bisnis. Bandung : ALFABETA. 2008.


Gitosudarmo,Indriyo. Pengantar Bisnis. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. 1992.

Hasim, Farida. Hukum Dagang. Jakarta : Sinar Grafika. 2009

Syarifin, Pipin. Dkk. Hukum Dagang Di Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia. 2012

Irawan. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta: BPEF-YOGYAKARTA. 1997

Anda mungkin juga menyukai