Anda di halaman 1dari 9

Perseroan Terbatas

Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tahun 2021
Pengertian Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang
memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham
yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan,
perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang membahas mengenai
Perseroan Terbatas (PT), dikatakan bahwa perusahaan berjenis Perseroan Terbatas adalah suatu
badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau disebut juga
dengan persekutuan modal.
Dalam menjalankan perusahaan berjenis Perseroan Terbatas, modal saham yang dimiliki
bisa dijual kepada pihak lain. Artinya, sangat memungkinkan terjadi perubahan organisasi atau
kepemilikan perusahaan tanpa harus membubarkan dan mendirikan perusahaan kembali.Selain
itu, oleh karena dibentuk berdasarkan kesepakatan, maka bisa dipastikan bahwa PT didirikan
oleh minimal 2 (dua) orang. Pembuatan perjanjian ini harus diketahui oleh notaris dan dibuatkan
aktanya untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM sebelum resmi menjadi
perusahaan berjenis PT.

UU NO 40 TAHUN 2007
Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
didalamnya terdapat pengaturan komprehensif yang melingkupi berbagai aspek Perseroan. Maka
Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas diharapkan memenuhi kebutuhan hukum
masyarakat serta lebih memberikan kepastian hukum, khususnya kepada dunia usaha.

UU 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur tata cara untuk:

1. pengajuan permohonan dan pemberian pengesahan status badan hukum;


2. pengajuan permohonan dan pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar;
3. penyampaian pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar
dan/atau pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan data lainnya,
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mencabut peraturan lama
yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3587).

UU 40 tahun 2007 tentang PT telah mengakomodasi berbagai ketentuan mengenai Perseroan,


baik berupa penambahan ketentuan baru, perbaikan penyempurnaan, maupun mempertahankan
ketentuan lama yang dinilai masih relevan. Untuk lebih memperjelas hakikat Perseroan, di dalam
Undang-Undang ini ditegaskan bahwa Perseroan adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.

Syarat-Syarat Pendirian Perseroan Terbatas (PT)


1. Syarat Umum
1) Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik saham dan pengurus dengan
masing-masing minimal sebanyak 2 orang
2) Foto copy Kartu Keluarga (KK) direktur atau penanggung jawab perusahaan
3) Foto berwarna milik penanggung jawab perusahaan ukuran 3×4 cm sebanyak 2
lembar
4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) penanggung jawab perusahaan (Baca Juga: Jenis
Pajak Penghasilan)
5) Foto copy surat-surat kepemilikan perusahaan (surat tanah dan sebagainya) atau surat
perjanjian sewa perusahaan
6) Foto copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir sesuai dengan domisili
perusahaan. (Baca juga : Fungsi Budgeter Pajak)
7) Surat keterangan dari RT/RW untuk perusahaan yang berdomisili di area perumahan
atau perkampungan
8) Surat keterangan domisili dari pengelola gedung jika perusahaan berdomisili di
sebuah gedung perkantoran
9) Foto kantor perusahaan tampak depan dan dalam ruangan yang berisi meja, kursi, unit
komputer beserta 1-2 orang karyawan
10) Stempel perusahaan. Jika belum memiliki yang resmi, harus sudah memiliki stempel
sementara guna mengurus perijinan
11) Kantor perusahaan berada di area perkantoran, plaza, atau ruko dan tidak berada di
area pemukiman penduduk
12) Siap dilakukan survey

2. Syarat Formal
1) Pendiri perusahaan minimal 2 orang atau lebih (sesuai pasal 7 ayat 1)
2) Masing-masing pendiri perusahaan harus mengambil bagian atas modal saham,
kecuali dalam rangka peleburan (sesuai pasal 7 ayat 2 dan 3)
3) Akta notaris berbahasa Indonesia (Baca Juga: Jenis Jenis Pajak Pusat)
4) Akta pendirian perusahaan harus disahkan Menteri Kehakiman, yang kemudian
diumumkan dalam Berita Acar Negara Republik Indonesia (sesuai pasal 7 ayat 4)
5) Perusahaan memiliki minimal 1 orang direktur dan 1 orang komisaris sebagai
penanggung jawab perusahaan (sesuai pasal 92 ayat 3 dan pasal 108 ayat 3)
6) Pemilik saham harus Warga Negara Indonesia (WNI) atau badan usaha yang
didirikan menurut hukum dan perundangan Indonesia, kecuali perusahaan swasta
asing
7) Modal dasar perusahaan minimal Rp 50.000.000 dengan modal disetor minimal 25%
dari modal dasar tersebut (sesuai pasal 32 dan 33).

Struktur Pendirian Perseroan Terbatas (PT)


Struktur Permodalan Perseroan Terbatas Modal atau kapital sering diartikan sebagai
kekayaan total seseorang atau suatu badan atau nilai total dari usaha ekonomi, kekayaan
usaha yang segera dapat diubah ke dalam bentuk kontan, bagian pokok dari pinjaman sebagai
yang dibedakan dari bunga, bahkan sering diartikan sejumlah uang saja. Dalam perseroan ada
dikenal beberapa modal, antara lain:
1. Modal dasar
Pasal 32 ayat (1) UU PT 2007 mengatur bahwa modal dasar perseroan paling
sedikit Rp.50.000.000,00. Ini adalah syarat modal minimum pendirian perseroan.
Pemenuhan syarat modal minimum bertujuan agar pada waktu perseroan didirikan
setidak-tidaknya sudah mempunyai modal, yaitu sebesar modal dasar, modal ditempatkan
dan modal disetor yang akan menjadi jaminan bagi pihak ketiga terhadap perseroan.
Tetapi mengenai jumlah modal minimum ini ternyata bukan ketentuan yang pasti, karena
Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah
minimum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana
dimaksud pada pasal 32 ayat (1). Kegiatan usaha tertentu yang dimaksud antara lain
usaha perbankan, asuransi, atau freight forwarding. Modal dasar perseroan pada
prinsipnya merupakan total saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran dasar
sendiri yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal dasar.
Jumlah yang ditentukan dalam anggaran dasar merupakan nilai nominal yang murni,
dengan demikian setiap lembar saham mempunyai nilai nominal yang akan menjadi
jumlah nilai nominal modal dasar perseroan, yang nilainya sama dengan nilai nominal
seluruh saham. Perubahan atas besar kecilnya modal dasar dapat dilakukan. Sesuai
dengan ketentuan Pasal 21 ayat (2) d UU PT, perubahan anggaran dasar mengenai
besarnya modal dasar, termasuk perubahan anggaran dasar tertentu yang memerlukan
persetujuan Menteri. Dari penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa boleh
memperbesar atau memperkecil jumlah modal yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
Perubahan tersebut harus sesuai dengan tata cara yang ditentukan Pasal 21 dan Pasal 22
serta harus diminta persetujuan Menteri.

2. Modal ditempatkan
Modal ditempatkan adalah hasil perkalian antara jumlah saham yang diterbitkan
dikalikan dengan nilai nominalnya. Paling sedikit 25% dari modal dasar harus
ditempatkan dan disetor penuh. Modal ditempatkan dan disetor penuh dibuktikan dengan
bukti penyetoran yang sah. Bukti penyetoran yang sah antara lain: bukti setoran
pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan atau neraca perseroan yang ditandatangani oleh
direksi dan dewan komisaris. Pengeluaran saham lebih lanjut untuk menambah modal
ditempatkan harus disetor penuh.

3. Modal disetor
Struktur atau bentuk modal perseroan yang ketiga, disebut modal disetor (gestort
kapital, paid-up capital) yakni saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau
pemiliknya, jadi modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham
sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan
dari modal dasar perseroan. Struktur modal ditempatkan dan modal disetor yang diatur
dalam Pasal 33 UU PT 2007 berbeda dengan Pasal 25 UU PT 1995. Pada UU PT 1995,
memang ditentukan paling sedikit 25% dari modal dasar harus telah ditempatkan, akan
tetapi yang harus disetor tidak penuh 25%. Boleh paling sedikit 50% dari modal
ditempatkan, jadi 50% dari 25%. Sedangkan dalam Pasal 33 ayat (1) UU PT 2007
menyatakan paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32
harus ditempatkan dan disetor penuh.

Pemegang Saham
Pemegang Saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disingkat RUPS)
adalah alat perlengkapan perseroan, yang merupakan kekuasaan yang tertinggi dalam
perseroan, yang melaksanakan pimpinan tertinggi atas perusahaan. Pasal 1 butir 4 UU PT
No.40 Tahun 2007 menjelaskan bahwa “Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya
disebut RUPS) adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini dan/ atau Anggaran Dasar”. Namun wewenang yang diberikan Undang-
Undang kepada RUPS tidak berarti RUPS dapat melakukan tugas dan wewenang yang
diberikan Undang-Undang kepada Direksi dan Komisaris. Dari pengertian Pasal 1 butir 4
UU PT No. 40 Tahun 2007, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Organ ini berupa rapat. hal yang harus dicermati adalah forum rapat berbeda
dengan individu pemegang saham. Jadi, sekalipun seseorang misalnya menjadi
pemegang saham mayoritas, secara individu tidak memegang kekuasaan
(tertinggi) dalam perseroan. Kekuasaan tertinggi baru muncul apabila
diselenggarakan rapat dan rapat tersebut harus memenuhi persyaratan
formalitas tertentu yang telah diatur dalam UU PT.
b. Kewenangan atau otoritas yang dimiliki oleh forum rapat ini adalah
kewenangan yang tersisa berdasarkan teori residual. kewenangan ini pada
dasarnya lahir dari status kepemilikan perseroan yang ada di tangan pemegang
saham. pemegang saham adalah (bagian) pemilik perseroan. Secara teoritis,
sebagai pemilik ia memegang hak untuk melakukan tindakan apa saja terhadap
benda yang dimilikinya.
c. Kewenangan yang ada pada forum rapat ini (sebagaian) dapat didelegasikan
kepada organ yang lain, yaitu Direksi dan Dewan Komisaris. Keleluasaan
kewenangan yang didelegasikan dapat diatur dalam UU PT dan/atau Anggaran
Dasar PT atau melalui keputusan RUPS. Kewenangan yang didelegasikan
sejatinya apa yang bersifat sementara dan ada yang bersifat tetap. Kewenangan
pendelegasian yang bersifat tetap misalnya kepengurusan perusahaan (secara
umum) dan fungsi refresentasi (mewakili perusahaan di dalam maupun di luar
pengadilan). Sedangkan pendelegasian yang bersifat sementara sewaktu-waktu
dapat dicabut.

Kasus
Status perusahaan pengadaan kapal feri cepat (KFC) transportasi Kaltim, PT Bintang
Kaltim Transport, dinilai memiliki cacat prosedur. Pasalnya, pendirian perusahaan tersebut
tidak dilengkapi dengan badan hukum yang jelas. Fakta ini terkuak setelah Pansus LHP BPK
DPRD Balikpapan menelusuri riwayat PT BKT di Kementerian Dalam Negeri pada 3
Desember lalu. Dari penelusuran tersebut ditemukan banyak kejanggalan, karena perusahaan
ini ternyata tidak pernah memiliki badan hukum yang dicatatkan di Kemendagri.
Pihak kementerian, mengusulkan agar MoU (memorandum of understanding) yang
ditandatangani konsorsium KFC dikaji ulang. Sedangkan mengenai adanya indikasi
kerugian Negara, dinilai perlu untuk melakukan audit keuangan terhadap PT BKT. Melalui
audit tersebut akan diketahui proses pengadaan kapal yang tidak wajar, mengingat tidak ada
dokumen-dokumen yang kuat. Di sisi lain, audit juga akan meminta pertanggungjawaban
Direktur PT BKT mengenai kondisi keuangan perusahaan tersebut.
Seperti diketahui, penyertaan modal KFC pada PT BKT dimulai sejak tahun 2001
melalui perjanjian kerjasama nomor 021/ABDN-Dir/SPK/X/01 tertanggal 4 Oktober 2001.
Pemkot Balikpapan merupakan salah satu anggota konsorsium dari empat Pemerintah
Kabupaten/Kota di Kaltim. Adapun modal yang diserahkan sebesar Rp 8 miliar lebih atau 20
persen dari total investasi. Selain itu, Pemkot Balikpapan juga menyertakan modal Rp 400
juta untuk pendirian PT BKT.
Pengadaan kapal saat itu adalah untuk memberikan jasa angkutan cepat kepada
masyarakat. Namun belakangan pengadaan kapal ternyata bermasalah. Kapal yang dibeli
adalah kapal bekas dengan kondisi yang tidak layak. Alhasil, kapal tersebut hanya sempat
sekali beroperasi. Masalah ini selalu menjadi catatan BPK dalam laporan hasil pemeriksaan
keuangan daerah, sehingga 4 daerah konsorsium tidak bisa mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian.

Penyelesaian
Pertama seperti yang diungkapkan diatas PT Bintang Kaltim Transport yang
merupakan konsorsium 4 daerah saat pengadaan kapal feri tersebut, tidak bisa dibubarkan
karena teranyata belum berbadan hukum.
Sedangkan untuk mekanisme pembubarannya, kata Aziz, konsorsium dapat langsung
mendatangi ke notaris untuk membubarkan perusahaan itu. Walaupun dari sisi UU No 40
tahun 2007 sesungguhnya status PT BKT itu sudah bubar dengan sendirinya, karena 60
hari tidak diurus syarat kelengkapan lainnya, maka perusahan itu dinyatakan bubar. PT
BKT ini hanya mempunyai sebatas akte pendirian perseroan, tidak ada SIUP, NPWP,
termasuk tidak terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM.
Dan dalam hal kerugian yang dialami negara melalui APBD yang disalurkan kepada
PT Bintang Kaltim Trasport maka semua pihak menyetujui langkah untuk mempailitkan
perusahaan tersebut.
Daftar Pustaka
Perseroan Terbatas. Ariyomukti blogspot.
http://ariyomurti.blogspot.com/2017/07/makalah-perseroan-terbatas.html. (Diakses 28
Februari 2021)
Dr. Abdul R. Saliman, S.H., M.M. 2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan
Contoh Kasus. Jakarta. Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai