Anda di halaman 1dari 30

PERSEROAN TERBATAS (PT)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 MATA KULIAH HUKUM BISNIS - J


Anggota Kelompok
1. Diki Januardi - 11000121120003
2. Natalia Tarigan - 11000121120014
3. Putri Restianingsih - 11000121120025
4. Ach. Alfi Hibatul Wafa - 11000121120048
5. Laurensia Marni Manihuruk - 11000121120100
6. Najla Azena Zhaafira - 11000121130228
7. Yusron Ariq Mahendra - 11000121130310
8. Putri Yolanda Veren - 11000121130341
9. Shella Amelia Putri - 11000121130361
10. Aliv Izzul Haq - 11000121130407
DASAR HUKUM PERSEROAN TERBATAS

UU No. 40 Tahun 2007

PP No. 43 Tahun 2011

PP No. 8 Tahun 2021

Permenkumham No. 21

Tahun 2021
DEFINISI
"Perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya".
(Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007)
Pendirian PT (Ps 7-14 UU No. 40 Tahun 2007)
Pasal 7 ayat (1) : Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris.
Pasal 7 ayat (4): Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal
diterbitkannyaKeputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.
Pasal 9 ayat (1): Untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum perseroan pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa teknologi
informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan
mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Nama dan tempat kedudukan perseroan;
b. Jangka waktu berdirinya perseroan;
c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. Alamat lengkap perseroan.
Pendirian PT (Ps 7-14 UU No. 40 Tahun 2007)
Pasal 7 ayat (7): Ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang
atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta
ayat (6) tidak berlaku bagi:
a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau
b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tentang Pasar modal.
Pasal 8 ayat (1): Akta pendorian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain
berkaitan dengan pendirian perseroan.
Pendirian PT (Ps. 7-14 UU
Karakteristik PT
No.40 Tahun 2007)
Pasal 14 ayat (1): Perbuatan hukum atas nama 1. Berbadan hukum
perseroan yang belum memperoleh status badan 2. Didirikan berdasarkan perjanjian
hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua anggota 3. Modal dasar berupa saham
Direksi bersama-sama senua pendiri serta semua 4. Profit oriented
anggota Dewan Komisaris Perseroan dan mereka 5. Setiap pemegang saham memiliki tanggung

jawab atas perusahaan sebanyak modal saham

semua bertanggung jawab secara tanggung renteng


yang ditanamkan
atas perbuatan hukum tersebut.
6. Terdapat sistem dividen
Pasal 29: Pendaftaran perseroan
7. Direksi sebagai pimpinan utama PT
Pasal 30: Pengumuman 8. RUPS sebagai organ tertinggi PT
JENIS-JENIS PT
PT Terbuka

PT Tertutup

PT Kosong

PT Domestik

PT Perseorangan

PT Asing
1. Perseroan Terbatas Terbuka
PT Terbuka merupakan perseroan yang memperjual belikan sahamnya kepada masyarakat

umum memlalui pasar saham.


PT Terbuka sering disebut PT go-public atau Initial Public Offering (IPO).

2. Perseroan Terbatas Tertutup


PT tertutup adalah jenis PT yang tidak melakukan aktivitas jual-beli sahamnya untuk

masyarakat luas. Modal yang didapat dari jenis PT ini bisa dari kalangan tertentu saja,

seperti dari sahabat, keluarga, kerabat, dll.

3. Perseroan Terbatas Perseorangan


PT perseorangan adalah jenis PT yang seluruh sahamnya hanya dipegang dan dimiliki oleh

satu orang saja. Orang tersebut juga akan berperan langsung sebagai direktur perusahaan.

Jadi, orang tersebut memiliki kekuasaan tunggal, dimana dia akan menguasai seluruh

wewenang direktur dan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)


4. Perseroan Terbatas Domestik
PT domestik adalah jenis PT yang sudah berdiri dan menjalankan operasional

perusahaannya di dalam negeri dan harus mengikuti seluruh aturan yang berlaku

di dalam negeri.

5. Perseroan Terbatas Asing


PT asing adalah jenis PT yang telah didirikan di luar negeri atau negara lain

dengan mengikuti dan menjalankan peraturan yang berlaku dalam negara


tersebut.

6. Perseroan Terbatas Kosong


PT kosong adalah jenis PT yang telah mengantongi izin usaha dan izin lainnya,

tapi belum memiliki kegiatan yang dilakukan untuk kelangsungan perusahaan.


Organ PT
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Menurut Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 4 dijelaskan bahwa pengertian dari RUPS adalah
organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
Undang – Undang ini dan/atau anggaran dasar.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ perseroan yang paling tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan
perseroan. RUPS memiliki segala kewenangan yang tidak diberikan kepada direksi dan komisaris perseroan. RUPS mempunyai hak untuk
memperoleh segala macam keterangan yang diperlukan yang berkaitan dengan kepentingan dan jalannya perseroan. Kewenangan tersebut
merupakan kewenangan eksklusif (exclusive authority) yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain yang telah ditetapkan dalam UUPT
dan Anggaran Dasar.
2. Direksi
Direksi merupakan organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan (fiduciary duty), mewakili perseroan baik di
dalam, maupun di luar pengadilan berdasarkan anggaran dasar. Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan perseroan
sesuai dengan tujuan dan maksud di dirikannya perseroan.
3. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Komisaris mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengursan, jalannya
pengurusan pada umumnya kepada perseroan ataupun usaha perseroan kepada Direksi. Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 108 UU PT.
Komisaris yang melakukan pengawasan mempunyai beban tanggung jawab yang sama dengan Direksi.
Anggaran Dasar

Anggaran dasar adalah berisi ketentuan mengenai pendirian


dan aturan lain yang disepakati oleh para pendiri. Sedangkan,
Yahya Harahap berpendapat bahwa anggaran dasar adalah
ketentuan tertulis mengenai kekuasaan dan hak-hak yang
dapat dilakukan oleh pengurus PT, dokumen yang berisi aturan
internal dan pengurusan PT, serta memuat aturan mengenai
modal, penerbitan saham, hak suara, direksi, perolehan saham,
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan sebagainya.
Anggaran Dasar berdasarkan Pasal 15 ayat
Berdasarkan Pasal 15 ayat 3 Undang-Undang

1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007


Nomor 40 Tahun 2007 bahwa Anggaran dasar

dasar
sekurang-kurangnya memuat: tidak boleh memuat :

1. nama dan tempat kedudukan Perseroan


2. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan 1. Ketentuan tentang penerimaan
3. jangka waktu berdirinya Perseroan bunga tetap atas saham
4. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal
disetor
2. Ketentuan tentang pemberian
5. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham manfaat pribadi kepada pendiri atau
untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, pihak lain.
dan nilai nominal setiap saham
6. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris
7. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS
8. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota
Direksi dan Dewan Komisaris
9. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
Perubahan Anggaran Dasar
Berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 bahwa Perubahan anggaran dasar
ditetapkan dalam RUPS dan acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas
dalam panggilan RUPS.
Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri. Perubahan anggaran
dasar tertentu meliputi:
nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan
maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan
jangka waktu berdirinya Perseroan
besarnya modal dasar
pengurangan modal ditempatkan dan disetor
status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.
Selain perubahan anggaran tertentu cukup diberitahukan kepada Menteri. Perubahan anggaran dasar
baik tertentu maupun selain itu dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.
MODAL PERSEROAN TERBATAS
UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mensyaratkan
untuk membuat PT, minimal Modal Dasar adalah Rp 50juta, dan
minimal 25% dari Modal Dasar harus ditempatkan dan disetor. Dan
sesuai dengan ketentuan terbaru UU Cipta Kerja bahwa sudah tidak
ada lagi minimal Modal Disetor dalam proses pendirian PT. Saat ini
untuk pendirian PT, minimal Modal Dasar adalah Rp 50 juta dan
minimal Modal Disetor adalah sesuai kesepakatan pendiri.
PERSEKUTUAN MODAL ( Pasal 31 – 62 )
KEKAYAAN PT TERDIRI DARI KUMPULAN SAHAM
MODAL DASAR PERSEROAN adalah besaran modal yang dicantumkan dalam AD PT terdiri atas seluruh nilai nominal saham: paling
sedikit 50 juta ( Pasal 32 UU PT). MODAL DASAR, menunjukkan nilai saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh suatu
Perseroan. Modal dasar merupakan keseluruhan nilai nominal saham yang ada dalam Perseroan. Modal dasar ini harus terbagi
menjadi saham-saham dalam jumlah yang tetap (nilai nominal).-
MODAL DITEMPATKAN, bagian dari modal yang wajib diambil oleh para pendiri PT paling sedikit 25% dari modal dasar : 12.5 juta
(Pasal 33:1 UU PT ). MODAL YANG DITEMPATKAN : menyatakan komitmen atau kewajiban penyertaan modal yang disanggupi untuk
diambil bagian oleh para pendiri maupun pemegang saham Perseroan. Modal yang ditempatkan merupakan modal yang disanggupi
para pendiri untuk disetor ke dalam kas Perseroan pada saat Perseroan didirikan. Modal ini menentukan jumlah nominal saham
yang benar-benar diterbitkan oleh Perseroan. Modal yang ditempatkan sebagaimana pada Ps 33:2 UU PT , harus ditempatkan dan
disetor penuh, dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.
MODAL DISETOR (harus disetor penuh: 12,5 juta dan dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. (Pasal 33 ayat 2 UU PT ).
MODAL DISETOR, memperlihatkan besarnya penyertaan modal sesungguhnya yang telah dilakukan oleh para pendiri maupun
pemegang saham dalam Perseroan. Modal disetor ini dapat dilihat pada neraca tahunan. Modal disetor dapat dipahami sebagai
modal yang disetorkan oleh pemegang saham pada saat Perseroan didirikan. Penyetoran atas modal saham menurut Pasal 34
ayat (1) UU PT dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya.
Tata cara penambahan modal PT diatur

dalam Pasal 41 UU No. 40/2007 yang

Pembagian Kewenangan
menyebutkan :
Pemegang Saham :
1. Penambahan modal Perseroan dilakukan Melalui komisarisnya, pemegang saham melimpahkan
berdasarkan persetujuan RUPS wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan
2. RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang
Komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS usaha perusahaan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jangka Komisaris :
waktu paling lama 1 tahun Sebagai pengawas kinerja jajaran direksi perusahaan.
Direksi :
3. Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud
Berwenang untuk mewakili perusahaan, mengadakan
pada ayat (2) sewaktu-waktu dapat ditarik kembali
perjanjian dan kontrak, dan sebagainya.
oleh RUPS.

SAHAM PT
SAHAM adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu
Perseroan Terbatas. (Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
1548/KMK.013/1990). SAHAM merupakan benda bergerak
dan memberikan kepemilikan kepada pemegangnya. SAHAM
merupakan wujud konkret dari modal Perseroan
sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat 1 UU PT, bahwa
modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal
saham.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai

saham, yaitu :
1. Nilai Nominal Saham harus dicantumkan dalam mata

uang rupiah Republik indonesia.(Pasal 49: 1)


2. Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan
3. Saham atas tunjuk hanya dapat dikeluarkan, apabila

nilai nominal saham atau nilai yang diperjanjikan

disetor penuh

DITINJAU DARI CARA PENGELUARANNYA, maka menurut Pasal 24 ayat 2 UU PT No1/1995


terdapat 2 jenis saham :
1. Saham atas nama, adalah saham yang nama pemiliknya sudah tertera didalamnya. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari agar tidak jatuh ke tangan orang lain yang tidak berhak,
karena pengalihannya memerlukan prosedur balik nama.
2. Saham atas unjuk, adalah saham yang tidak menyebutkan nama pemiliknya dan biasa
disebut saham blanko yang peralihannya cukup dari tangan ke tangan ( Levering ).
Macam-macam saham :
1. Saham biasa ialah saham yang tidak mempunyai keistimewaan dan biasanya dijual untuk umum. (Pasal 53: 3)UUPT
2. Saham preferent ( saham prioritas) yaitu saham yang memberikan kepada pemiliknya hak melebihi daripada
saham biasa yang terdiri dari hak prioritas, umpamanya dalam hal pembagian deviden.
a. Saham preferent kumulatif ialah saham yang jika pada suatu tahun tidak dibayarkan deviden, karena perseroan
menderita kerugian, maka deviden untuk tahun itu dibayarkan tahun yang akan datang.
b. Saham preferent ialah saham preferent kumulatif ditambah sisa keuntungan yang besarnya ditentukan dalam
Anggaran Dasar perseroan.
3. Saham bonus ialah saham yang diberikan kepada pemegang saham lama.
4. Saham pendiri ialah saham yang diberikan kepada mereka yang termasuk orang-orang yang mendirikan
perseroan
Di Indonesia berdasarkan penjelasan Pasal 48 ayat 1 UU PT No.40/2007 menyebutkan bahwa saham Perseron
yang dapat diterbitkan adalah saham atas nama. Perseroan hanya diperkenankan mengeluarkan saham atas
nama pemiliknya dan Perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk. Persyaratan kepemilikan saham
dapat ditetapkan dalam Anggaran Dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Klasifikasi saham sebagaimana dimaksud pada pasal 53 ayat (3), antara lain:
a. saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
b. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris;
c. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi
saham lain;
d. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu
dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau
nonkumulatif;
e. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari
pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam
likuidasi
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PT

Kelebihan
Sistem kepemilikan jelas
Pemisahan harta pribadi dan harta perusahaan
Kemudahan pendanaan
Ekspansi bisnis lebih mudah
Sumber modal PT dikelola secara efektif dan efisien
Kemampuan mendapatkan kredit lebih baik
Modal yang dikumpulkan lebih besar
Tanggung jawab pemegang saham terbatas
Saham dapat diperjualbelikan secara bebas
Manajemen perusahaan dapat dilakukan dengan lebih baik
Kepemilikan saham mudah dialihkan
Kelangsungan hidup PT terjamin
Meningkatkan citra perusahaan
Kelemahan
Proses pendirian yang rumit
Biaya pendirian yang relatif besar Kelemahan
Jual beli saham secara bebas dapat Pajak perusahaan besar
menimbulkan spekulasi Pembagian wewenang dan pengawasan lebih

Rahasia perusahaan kurang terjamin kompleks


Para pemegang saham kurang peduli terhadap Keputusan tidak dapat diambil dengan cepat
kondisi perusahaan
Peraturan yang mengikat
Pembubaran PT yang rumit
Status Badan Hukum Suatu

Pembubaran PT Perseroan Berakhir


Untuk membubarkan PT diperlukan kesepakatan Pembuatan akta oleh Notaris tidak langsung menghapuskan PT.
Notaris hanya membuat akta pembubaran, membuat
bersama antara para pemegang saham serta
pengumuman di media masa seperti koran, mengirimkan bukti
menunjuk salah seorang sebagai Likuidator untuk pengumuman dan salinan akta ke KEMENKUMHAM yang mana
menyelesaikan segala sesuatu yang berhubungan nantinya akan didaftarkan ke Sistem Administrasi Badan
dengan PT. Dalam proses pembubaran, maka PT Hukum (SABH). Proses tersebut akan menghapuskan PT dan
tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali membuat PT menjadi tidak berbadan hukum. Dengan demikian
tugas notaris selesai. Setelah ada informasi pendaftaran
diperlukan dalam proses penyelesaian likuidasi.
pembubaran dihapus, pengusaha harus mencabut Surat Izin
Selama proses pembubaran, PT berstatus perseroan Usaha, Tanda Daftar Perusahaan, NPWP, serta izin usaha lain
"dalam likuidasi" dan kalimat tersebut harus yang berhubungan dengan PT. Setelah semua persyaratan
dicantumkan di belakang nama perseroan pada terpenuhi, Menteri Hukum dan HAM akan mengeluarkan SK
pembubaran PT. Maka pembubaran PT dinyatakan sah secara
setiap surat keluar perseroan.
hukum.
Pembubaran PT Ditinjau dari UU No. 40 Tahun 2007

Proses pembubaran PT dan Likuidasi di dalam Undang –


e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana
diatur dalam BAB X Pasal 142 sampai pasal 151. Tahap
pembubaran PT menurut Pasal 142 ayat (1) :
diatur dalam Undang – Undang tentang Kepailitan dan
a. Berdasarkan keputusan RUPS Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau
b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga
dalam anggaran dasar telah berakhir mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai
c. Berdasarkan penetapan pengadilan dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
d.Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan
pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk
membayar biaya kepailitan
Pembubaran PT dengan Cara
Sistem Administrasi Badan Hukum
Tahap kedua yaitu pembubaran dengan cara Sistem Administrasi Badan
Hukum (SABH) antara lain:
a. Pengumuman dalam surat kabar harian dengan format (DD-MM-YY)
b. Berita acara RUPS atau keputusan pemegang saham di luar RUPS
c. Surat ketetapan pengadilan
d. Surat keterangan dari likuidator
e. Surat keterangan dari curator
f. Surat keterangan instansi yang mencabut izin usaha
g. Pemberitahuan likuidator mengenai pertanggung jawaban hasil
akhir proses likuidasi
Setelah melewati proses pembubaran secara UU dan SABH, pembubaran PT
sah secara hukum.
Kendala yang Dihadapi dalam
Proses Pembubaran PT
Segi Biaya
PT yang akan dibubarkan tidak lagi mempunyai penghasilan, tetapi untuk
melakukan pembubaran diperlukan biaya yang mahal serta waktu
pelaksanaan yang membuat pengusaha banyak yang tidak meneruskan
pembubaran secara total.
Segi Waktu
Pelaksanaan pembubaran PT memakan waktu yang sangat panjang karena
banyak proses yang harus dilalui. Misalnya RUPS yang membahas
pembubaran, pembuatan akta pembubaran oleh notaris, proses likuidasi,
pengumuman di media massa, pendaftaran pembubaran, pencabutan izin
usaha, dan sampai keluarnya SK Menteri Hukum dan HAM yang memerlukan
waktu 4 – 5 bulan.
Contoh Kasus
Kasus PT. ASABRI
Kasus ini bermula ketika Direktur Utama, Direktur Investasi, dan Direktur Keuangan serta Kadiv Investasi Asabri bersepakat dengan
pihak luar yang bukan merupakan konsultan investasi ataupun manajer investasi untuk membeli atau menukar saham dalam portofolio
PT Asabri (Persero) pada rentang tahun 2012-2019. Mereka menukar saham dalam portofolio PT Asabri (Persero) dengan saham-saham
milik Heru Hidayat, Benny Tjokrosaputro dan Lukman dengan harga yang telah dimanipulasi menjadi tinggi.
Manipulasi harga tersebut bertujuan agar kinerja portofolio PT Asabri (Persero) terlihat seolah-olah baik. Setelah saham-saham
tersebut menjadi milik PT Asabri (Persero) kemudian saham tersebut ditransaksikan atau dikendalikan oleh Heru, Benny, dan Lukman
berdasarkan kesepakatan bersama dengan direksi PT Asabri (Persero), sehingga saham tersebut seolah-olah bernilai tinggi dan likuid.
Padahal transaksi tersebut hanya transaksi semu untuk menguntungkan Heru, Benny, dan Lukman serta merugikan investasi PT Asabri
(Persero)
Hal tersebut dikarenakan PT Asabri (Persero) menjual saham-saham dalam portofolionya dengan harga di bawah harga perolehan
saham tersebut. Untuk menghindari kerugian PT Asabri (Persero) menjual kembali saham tersebut dengan Nomine Heru, Benny, dan
Lukman, serta dibeli lagi oleh PT Asabri (Persero) oleh manajer investasi yang dikendalikan Heru dan Benny. Atas perbuatannya para
terdakwa diancam dengan pidana Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.
TERIMA KASIH
MATA KULIAH HUKUM BISNIS - J

Anda mungkin juga menyukai