Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum, Vol. IV/No.

6/Juli/2016

MAKNA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG tersebut telah melakukan tindakannya yang


MENURUT PASAL 1 AYAT 2 KUH PIDANA1 terlarang dan diancam dengan hukuman.3
Oleh : Bryan C. W. Taju2 Bagaimana kini hukumnya seandainya
setelah seseorang melakukan suatu tindakan
ABSTRAK yang terlarang berdasarkan suatu undang-
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk undang pidana atau berdasarkan suatu
mengetahui apa maksud berlakunya undang- ketentuan pidana menurut undang-undang,
undang menurut waktu dalam hukum pidana kemudian telah terjadi perubahan-perubahan
dan apa makna perubahan Undang-Undang dalam undang-undang pidana atau ketentuan
dalam pasal 1 ayat (2) KUHP. Dengan pidana atau ketentuan pidana menurut
menggunakan metode penelitian yuridis undang-undang yang bersangkutan. Apakah
normative disimpulkan: 1. Asas dasar bahwa terhadap pelakunya itu tetap diberlakukan
hukum pidana tidak berlaku surut sebagaimana undang-undang pidana atau ketentuan pidana
tercantum dalam pasal 1 ayat 1 KUHP dibatasi menurut undang-undang yang lama ataukah
dengan kekecualian yang tercantum dalam ayat harus diberlakukan dengan undang-undang
2 pasal tersebut yang berbunyi “Apabila pidana atau ketentuan pidana menurut
perundang-undangan diubah setelah waktu undang-undang yang baru.
perbuatan dilakukan maka terhadap terdakwa Sesuai dengan ketentuan yang terdapat
digunakan ketentuan yang menguntungkan dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP, pada dasarnya
baginya. 2. Ketentuan pasal 1 ayat 1 pun terhadap pelaku tindakan yang terlarang itu
memuat asas undang-undang tidak berlaku harus diberlakukan undang-undang pidana atau
surut bermaksud untuk melindungi harus diberlakukan ketentuan pidana menurut
kepentingan orang-orang dari perbuatan undang-undang yang lama (lox temporis delicti)
sewenang-wenang penguasa dengan sendirinya dan bukan dengan undang-undang pidana atau
ketentuan seperti tersebut dalam pasal 1 ayat 2 ketentuan pidana menurut undang-undang
juga bermaksud seperti itu. Jangan sampai yang baru.4 Akan tetapi ternyata bahwa
peraturan yang kemudian keluar yang lebih ketentuan pidana seperti yang telah diatur
berat dapat dikenakkan kepada terdakwa. dalam pasal 1 ayat 2 KUHP itu, telah
Tetapi kalau menguntungkan justru meniadakan dasar diatas untuk kepentingan
diberlakukan. terdakwa.
Kata kunci: Makna, perubahan. Mengingat kenyataan bahwa ketentuan
pidana seperti yang telah diatur dalam pasal 1
PENDAHULUAN ayat 2 KUHP itu oleh pembentuk undang-
A. Latar Belakang Masalah undang, ditempatkan secara langsung di bawah
Pasal 1 ayat (1) KUHP menyebutkan bahwa ketentuan pidana seperti yang telah diatur
ketentuan pidana menurut undang-undang itu dalam pasal 1 ayat 1 KUHP, maka tidak
ada terlebih dahulu daripada perbuatannya, disangkal lagi bahwa antara ketentuan-
maka apabila perbuatan tersebut telah ketentuan pidana tersebut diatas itu pastilah
dilakukan orang setelah suatu ketentuan terdapat suatu hubungan, setidak-tidaknya
pidana menurut undang-undang itu benar- bahwa ketentuan pidana seperti yang telah
benar berlaku, pelakunya itu dapat dituntutdan diatur dalam pasal 1 ayat 1 KUHP itu dapat
dihukum berdasarkan ketentuan yang terdapat dipandang sebagai suatu pendahuluan dari
dalam ketentuan pidana tersebut. Ini berarti ketentuan pidana seperti yang diatur dalam
bahwa orang yang telah melakukan suatu Pasal 1 ayat (2) KUHP.5
tindakan yang terlarang dan diancam dengan Perubahan berarti perubahan
hukuman oleh undang-undan gitu hanya dapat rumusan delik dan/atau kualifikasi seperti
dituntut dan dihukum berdasarkan undang- perubahan ancaman pidana termasuk juga
undang yang berlaku, pada waktu orang perubahan-perubahan ketentuan umum dalam

1Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Michael Barama, SH, 3 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana di
MH; Max K. Sondakh, SH, MH Indonesia, Sinar Baru Bandung 1984, hal. 146
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 4 Ibid.

090711263 5 Ibid.

147
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

konkrito misalnya perubahan ketentuan masalah terjadinya tindak pidana menurut


pencobaan penyertaan dan gabungan delik. waktu. Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana
Semua ini untuk keuntungan terdakwa. biasanya dibicarakan pada waktu orang
Tentang perubahan perundang-undangan membahas masalah tindak pidana atau
mengenai dapatnya dituntut (pengaduan, lewat masalah strafbaar fait, sedang masalah yang
waktu,kekuasaan kehakiman ada dua putusan disebutkan terdahulu sebenarnya masih ada
yang sangat baru yaitu HR 16 Maret 1993 roln hubungannya dengan pembicaraan mengenai
93.619 dan HR 23 Maret 1993, NJ 1993,7226. pasal 1 ayat 1 KUHP, khususnya yang
Ajaran yang sangat berpengaruh ialah ajaran berkenaan dengan ketentuan yang terdapat di
materil terbatas yang menunjukkan bahwa isi dalamnya yang mengatakan bahwa ketentuan
perubahan materil untuk keuntungan terdakwa pidana menurut undang-undang harus ada
terdakwa dalam hal perubahan itu adalah terlebih dahulu daripada tindakan yang telah
perubahan penilaian perbuatan Undang- dinyatakan sebagai tindakan yang terlarang dan
Undang dalam hal patutnya di pidana diancam dengan hukuman.
perbuatan itu (HR 15 Januari 1952 NJ 1952, Ketentuan pidana seperti yang dirumuskan
242) mengenai perubahan peraturan lalulintas7. dalam pasal 1 ayat 1 KUHP antara lain
Ketentuan ini logis, karena Pasal 1 ayat (1) mengandung sebuah asas yang mengatakan
KUHP yang memuat asas undang-undang tidak bahwa undang-undang pidana yang berlaku di
berlaku surut itu bermaksud untuk melindungi negara kita tidak dapat diberlakukan secara
kepentingan orang-orang dari perbuatan surut.
sewenang-wenangnya penguasa. Jangan Asas tersebut ternyata adalah sesuai dengan
sampai peraturan yang kemudian keluar yang ketentuan dalam pasal 2 dari Algemene
lebih berat dapat dikenakan kepada terdakwa. Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia yang
Kemungkinan berlakunya undang-undang yang mengatakan "De wet verbindt alleen voor bet
baru (yang diundangkan kemudian dari toekomende en beeft geene terugwerkende
perbuatan/merupakan kekecualian juga dari kracbt" (Undang-undang itu hanya mengikat
asas yang berlaku umum bahwa undang- bagi hal-hal yang akan datang dan tidak
undang yang berlaku pada saat perbuatan mempunyai kekuatan untuk diberlakukan
dilakukan (Lex Feuporis delicti) yang surut)8
diterapkan. Undang-undang pidana yang berlaku di
negara kita hanya dapat diberlakukan bagi
B. Rumusan Masalah tindakan-tindakan yang telah dilakukan orang
1. Apa maksud berlakunya undang-undang setelah undang-undang pidana tersebut
menurut waktu dalam hukum pidana. mempunyai suatu kekuatan hukum untuk
2. Apa makna perubahan Undang-Undang diberlakukan sebagai undang-undang.
dalam pasal 1 ayat (2) KUHP Timbulah pertanyaan yaitu bilamana suatu
undang-undang pidana dapat dipandang telah
C. Metode Penulisan mempunyai suatu kekuatan hukum untuk
Metode penulisan yang digunakan dalam diberlakukan secara sah sebagai undang-
penuliusan ini adalah metode penelitian undang.
kepustakaan yang bersifat yuridis normative. Pada dasarnya semua rencana undang-
Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang undang itu baru mempunyai suatu kekuatan
menekankan pada penggunaan data sekunder hukum untuk diberlakukan secara sah sebagai
dimana pada waktu penelitian dimulai telah undang-undang, setelah diundangkan.
tersedia. Mengenai saatnya yang tepat tentang bilamana
suatu rencana undang-undang itu mulai
PEMBAHASAN mempunyai suatu kekuatan hukum untuk
A. Berlakunya Undang-Undang Menurut Waktu diberlakukan secara sah sebagai, suatu undang-
Masalah berlakunya undang-undang pidana undang, hal tersebut biasanya ditentukan
menurut waktu janganlah dikacaukan dengan

6 Ibid.
7 Ibid, hal. 56. 8 P. A. F. Lamintang, op_cit, hal. 144

148
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

dalam salah satu pasal dari undang-undang Mengenai perkataan undang-undang atau
yang bersangkutan. wet itu sendiri, kita harus membuat perbedaan
Beberapa contoh dari pasal-pasal semacam antara yang disebut undang-undang dalam arti
itu yang telah menentukan suatu saat yang formal ataupun yang dalam bahasa Belanda
tepat mengenai mulai berlakunya suatu sering disebut sebagai wet in formele zin
undang-undang seperti di bawah ini: dengan yang disebut undang-undang dalam
a. “Pasal 17 dari Undang-undang nomor 1 arti material ataupun yang dalam bahasa
tahun 1946 berbunyi; "Undang-undang Belanda sering disebut sebagai wet in materials
ini mulai berlaku buat Pulau Jawa dan zin.
Madura pada hari diumumkannya dan Undang-undang dalam arti formal adalah
buat daerah lain pada hari yang akan undang-undang yang dibentuk sesuai dengan
ditetapkan oleh Presiden"; ketentuan dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
b. Pasal IV dari Undang-undang nomor 73 Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
tahun 1958 berbunyi: "Undang-undang undang-undang yang kewenangan untuk
ini mulai berlaku pada hari membentuknya berada di tangan presiden
diundangkan"; dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
c. Pasal 37 dari Undang-undang nomor 3 Undang-undang dalam arti material adalah
tahun 1971 berbunyi: "Undang-undang semua peraturan perundangundangan yang
ini disebut Undang-undang telah dibentuk oleh penguasa atau oleh badan-
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi badan kekuasaan yang berwenang untuk itu,
Tahun 1971 dan mulai berlaku pada hari yang mempunyai kekuatan hukum untuk
diundangkan"; diberlakukan secara umum, seperti keputusan
d. Pasal 286 dari Undang-undang nomor 8 Presiden, peraturan pemerintah, keputusan
tahun 1981 berbunyi: "Undang-undang menteri, peraturan-peraturan daerah dan lain-
ini mulai berlaku pada tanggal lain.
diundangkan".9 Timbal kini pertanyaan, apakah perkataan
undang-undang dalam rumusan pasal 1 ayat 1
B. Makna Perubahan Undang-Undang Dalam KUHP itu harus diartikan sebagai undang-
Pasal 1 ayat (2) KUHP undang dalam arti formal ataukah sebagai
Apakah yang dimaksud dengan perkataan undang-undang dalam arti material. Van
perubahan dalam perundang-undangan dalam Bemmelen10 berpendapat bahwa perkataan
rumusan pasal 1 ayat 2 KUHP itu? Antara undang-undang atau wet dalam rumusan pasal
ketentuan pidana seperti yang telah diatur 1 ayat 1 KUHP itu haruslah diartikan sebagai
dalam pasal 1 ayat 2 KUHP dengan ketentuan undang-undang dalam arti formal.
pidana seperti yang telah diatur dalam pasal 1 Seperti yang telah dikatakan pada waktu
ayat 1 KUHP itu tidak dapat disangkal lagi kita membicarakan masalah pasal 1 ayat 1
terdapat suatu hubungan tertentu. KUHP, Para gurubesar seperti Profesor
Oleh karena dalam rumusan pasal 1 ayat 2 Pompe11, Profesor van Hattum12, van Hamel13
KUHP itu antara lain terdapat perkataan- dan lain-lainnya berpendapat, bahwa perkataan
perkataan apabila terjadi perubahan alam undang-undang dalam rumusan pasal 1 ayat 1
perundang-undangan, dan dalam rumusan KUHP itu harus diartikan sebagai undang-
pasal 1 ayat 1 KUHP itu terdapat perkataan- undang dalam arti material dan bukan sebagai
perkataan ketentuan pidana menurut undang- undang-undang dalam arti formal.
undang, maka sebelum kita menjawab Mengenai arti perkataan "perubahan di
pertanyaan di atas, perlu kiranya kita dalam perundang-undangan" dalam rumusan
mengetahui lebih dahulu apa yang sebenarnya pasal 1 ayat 2 KUHP itu, tidak terdapat suatu
telah dimaksud oleh pembentuk undang- kesamaan pendapat di antara. para sarjana.
undang dengan perkataan undang-undang Perbedaan-perbedaan pendapat di antara Para
dalam rumusan pasal 1 ayat 1 KUHP tersebut.
10 P. A. F. Lamintang, op_cit. 430
11 Ibid
12 Ibid
9 Ibid 13 Ibid

149
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

sarjana itu justru telah timbal, oleh karena hukum yang baru lebih menguntungkan bagi
undang-undang sendiri telah tidak memberikan tersangka dari pada hukum yang lama, yaitu
penjelasannya tentang apa yang sebenarnya apabila seorang pelanggar hukum pidana
dimaksud dengan perkataan perundang- belum diputus perkaranya oleh hakim dalam
undangan. putusan terakhir.
Mengenai perkataan "perubahan di dalam Kalau larangan berlaku surut dipandang
perundang-undangan" seperti yang terdapat sebagai penegak kepastian hukum bagi si
dalam rumusan pasal 1 ayat 2 KUHP itu, pada pelanggar hukum pidana, maka ini berarti
dasarnyaterdapat dua paham, yakni paham bahwa harus dijaga benar-benar, jangan sampai
formal dan paham material, yang disebutkan seorang oknum berpendapat pukulan beberapa
terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi dua hukuman pidana berdasar suatu perbuatan
paham, masing-masing paham material yang pada wakt itu tidak disertai sanksi pidana.
terbatas dan paham material tidak terbatas. Dengan demikan kepentingan si oknum
Menurut paham formal, yang dimaksud itulah yang menjadi titik tolak dari larangan
dengan perubahan dalam perundang-undangan berlaku surut. Kalau demikianlah halnya, maka
dalam rumusan pasal 1 ayat 2 KUHP itu sudah selayaknya apabila dalam ayat 2 dari
hanyalah perubahan dalam perundang- Pasal 1 KUHP berlaku surut bahkan diharuskan
undangan pidana atau perubahan di dalam dalam hal hukum baru terang lebih
strafwetgeving saja.14 Paham formal ini dianut menguntungkan si tersangka pada waktu belum
oleh van Hamel, Simons dan Zevenbfrgen. ketelanjur diambil keputusan hakim terakhir,
Menurut paham material, yang dimaksud yang memuat pukulan bagi si oknum itu.15
dengan perubahan dalam perundang-undangan Tetapi, kalau ini terjadi bagi oknum A, yang
dalam rumusan pasal 1 ayat 2 KUHP itu bukan dengan demikian tidak mendapat hukuman
hanya perubahan dalam perundang-undangan seberat atau barangkali sama sekali tidak
pidana saja, melainkan juga perubahan- dihukum, maka ini mudah dirasakan tidak adil
perubahan yang telah terjadi dalam lain-lain oleh seorang oknum B, yang sudah dihukum
perundang-undangan, yang telah menyebabkan sebelum perubahan undang-undang yang
suatu ketentuan pidana yang pada hakekatnya bersangkutan.
secaratextueel telah tidak berubah itu, Lebih-lebih ketidakadilan akan dirasakan,
kemudian menjadi mempunyai pengertian yang apabila oknum A dan oknum B ini bersama-
lain. sama melakukan tindak pidana dan B telah
Menurut paham material terbatas, yang dihukum sendangkan A oleh karena sakit atau
dimaksud dengan perubahan dalam lain sebab pemeriksaan perkaranya diundur
perundang-undangan dalam rumusan pasal 1 sehingga, sebelum jatuh putusannya, terjadi
ayat 2 KUHP itu bukanlahsetiap perubahan perubahan undang-undang yang meringankan
perundang-undangan, melainkan hanya hukumannya atau yang sama sekali
perubahan-perubahan yang telah terjadi karena meniadakan ancaman hukuman.
adanya keyakinan hukum atau karenaadanya Kalau yang diubah itu adalah suatu pasal
rechtsovertuiging yang berubah, dan bukan dari KUHP sedemikan rupa, bahwa pasal itu
karena adanya keadaan-keadaan yang berubah. sama sekali dicabut, atau hukuman pidana yang
Menurut paham material tidak terbatas, diancamkan, dikurangi atau hukuman penjara
yang dimaksud dengan perubahan dalam diganti dengan hukuman kurungan atau denda,
perundang-undangan dalam rumusan pasal 1 maka tidak ada perselisihan pendapat, bahwa
ayat 2 KUHP itu adalah perubahan yang terjadi kini ada terjadi perubahan perundang-
dalam semua undang-undang dalam anti undangan, yang dimaksudkan oleh pasal 1 ayat
material, yang mempunyai pengaruh terhadap 2 KUHP.
suatu ketentuan pidana. Lain halnya apabila seandaina pada suatu
Ayat 2 dari pasal 1 KUHP, merupakan waktu pasal dari kitab undang-undang hukum
penyimpangan dari larangan berlaku surut dari pidnaa tentang batas kedewasaan seorang
Hukum Pidana, sepanjang mengenai hal, bahwa diubah sedemikian rupa, sehingga batas itu

15 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di


14 Ibid Indonesia, PT. Eresco Jakarta Bandung, 1979 hal. 38

150
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

diturunkan dari 21 tahun menjadi 20 tahun, diperlakukan larangan berlaku surut. Sedang di
sehingga menimbulkan persoalan mengenai Negara lain, seperti negeri Swedia, bahwa
pasal 293 KUHP yang mengancamkan hukuman apabila setelah perbuatan dilakukan tetapi
pidana kepada seseorang yang melakukan sebelum perkaranya diputuskan oleh hakim,
kejahatan-kejahatan terhadap seorang yang ada perubahan dalam perundan-undangan,
belum dewasa (minderjarig). Pada waktu orang maka oleh hakim selalu dilakukan hukum baru,
ini melakukan tindakan pidana, korbannya jadi juga apabila hukum baru ini tidak
berusia 20 tahun 6 bulan kemudian batas menguntungkan si terdakwa. Maka sistem dari
kedewasaan diturunkan menjadi 20 tahun. pasal 1 ayat 2 KUHP adalah merupakan sistem
Tentang hal ini ternyata ada berlainan tengah-tengah antara sistim Inggris dan sistim
pendapat, yang diceritakan oleh Van Hattum Swedia.
berhubung di negeri Belanda pada tahun 1901 Tidak selalu mudah untuk menentukan,
batas kedewasaan dari 23 tahun menjadi 21 maha yang lebih mengungtungkan si tersangka,
tahun. Ada pendapat yang menyatakan, bahwa undang-undang baru atu undang-undang lama.
kini pasal 1 dan 2 KUHP tidak berlaku, oleh Misalanya apabila dalam undang-undang baru
karena padal yang bersangkutan dari KHUP hukuman penjara yang diancamkan, dikurangi
tidak diubah, maka tersangka harus tetap beratnya tetapi dengan ditambah dengan suatu
dihukum. hukuman tambahan seperti misalnya
Pendapat lain menurut Van Hattum dianut pencabutan hak untuk melakukan suatu
oleh Pengadilan Tertinggi di Negeri Belanda, pekerjaan tertentu. Juga mungkin sulit, apabila
menggangap kini ada perubahan perundang- hukuman penjara diganti dengan suatu
undnagan yang dimaksudnya oleh padal 1 ayat tindakan pemerintah berupa mengawasi
2 KUHP maka si terdakwa harus tidak dihukum. tindak-tanduk si terhukum secara ketat.
Lain halnya lagi ialah, apabila suatu larangan Digantungkannya hak menurut dari jaksa
memperbuat sesuatu yang hanya diadakan dari suatu pengaduan (klacht) dari pihak yang
pada suat periode tertentu. Kalau ada orang dirugikan, adalah hal yang lebih
melanggar larangan itu dan baru diadili setelah menguntungkan si terdakwa, tetapi, apabila
periode itu lampau maka kini benar-benar disamping ini hukumannya diganti, maka
dapat dikatakan tidak ada perubahan perbandingan baru mungkin diadakan jika ada
perundang-undangan. Maka seorang itu harus pengaduan.17
tetap dihukum (temporaire strafbepalingen). Dalam rumusan ketentuan pidana dalam
Noyon dalam bukunya “Het Wetboek van pasal 1 ayat 2 KUHP itu terdapat suatu
Strafrecht Verklaard” jilid I halaman 49, ketentuan yang mengatakan: "Apabila terjadi
memberi beberapa contoh dari temporaire perubahan dalam perundang-undangan setelah
strafbepalingen ini, yaitu : saat tindakanitu dilakukan, maka diberlakukan
a. Ketentuan-ketentuan hukum pidana yang ketentuan-ketentuan yang paling meng-
khsusu diadakan selama perang dan yang untungkan bagi terdakwa".
dengan sendirinya berbhenti berlaku Ini berarti bahwa apabila telah terjadi suatu
pada akhir perang perubahan dalam perundangan-undangan
b. Larangan memburu dalam suatu periode setelah seseorang melakukan suatu tindakan
tertentu, berhenti berlaku dengan yang terlarang menurut undang-undang yang
sendirinya pada akhir periode itu. berlaku pada saat tindakan tersebut dilakukan,
c. Sering diadakan pengawasan dalam dinas maka orang harus membuat suatu
peternakan yang memuat larangan- perbandingan antara undang-undang yang
larangan yang hanya berlaku selama lama dengan undang-undang yang baru, yaitu
suatu tenggang waktu tertentu.16 untuk menentukan ketentuan-ketentuan dalam
Perlu diketahui apa yang dicerikan oleh undang-undang yang mana yang paling
Hazewinkel-Suringa, bahwa di Negara Inggris menguntungkan bagi terdakwa.
ketentuan seperti ayat 2 dari pasal 1 KUHP ini, Akan tetapi dapat pula terjadi, bahwa antara
sama sekali tidak ada, sehingga konsekwen saat seorang terdakwa itu melakukan suatu

16 ibid 17 Ibid. hal. 40

151
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

tindakan yang terlarang dengan saat terdakwa menguntungkan bagi terdakwa, seandainya
tersebut diajukan ke pengadilan, pada waktu undang-undang yang baru itu di camping telah
itu telah mulai diberlakukan suatu undang- menentukan suatu ancaman hukuman yang
undang yang baru, oleh pembentuk undang- lebih berat, juga telah mensyaratkan adanya
undang telah diberlakukan suatu undang- suatu pengaduan.
undang yang lain, yakni apa yang dalam doktrin Permasalahan tersebut tidak akan pernah
Bering disebut sebagai suatu tussenwet.18 dapat diselesaikan in abstracto. Menurut
Untuk menilai ketentuan-ketentuan yang pendapat mereka memang sulit untuk dapat
mana yang bersifat paling menguntungkan bagi menentukan ketentuan dalam undang-undang
terdakwa, tussenwet seperti itu harus juga yang mana yang paling menguntungkan bagi
dimasukkan sebagai undang-undang yang harus terdakwa. Apabila adanya suatu pengaduan
ikut diperbandingkan dengan undang-undang seperti yang telah disyaratkan dalam undang-
yang lama dan dengan undang-undang yang undang yang baru itu dapat dianggap lebih
baru. menguntungkan, nyatanya adanya suatu an-
Hal-hal seperti yang dimaksudkan di atas itu caman hukuman yang lebih ringan dalam
berada di luar ruang-lingkup permasalahan undang-undang yang lama itu, mau tidak mau
yang diatur dalam ketentuan pidana menurut harus juga diakui sebagai suatu ketentuan yang
pasal 1 ayat 2 KUHP, oleh karma ketentuan lebih menguntungkan bagi terdakwa. Dan
pidana dalam pasal 1 ayat 2 KUHP itu apabila orang ingin mengatakan bahwa
sebenarnya mengatur masalah "hal dapat undang-undang yang lama itu lebih
dihukumnya seseorang, sedang hal-hal yang menguntungkan bagi terdakwa, nyatanya
telah dibicarakan di atas itu sebenarnya adanya suatu pengaduan seperti yang telah
berkenaan dengan hal dapat dituntutnya disyaratkan dalam undang-undang yang baru
seseorang. itu merupakan suatu ketentuan yang lebih
Ketentuan pidana dalam pasal 1 ayat 2 menguntungkan bagi terdakwa.
KUHP itu tidak membuat perbedaan antara hal Dalam hal semacam itu pilihan hakim
dapat dihukumnya seseorang dengan hal dapat tentang ketentuan yang harus dipandang
dituntutnya seseorang. Dalam ketentuan sebagai ketentuan yang paling menguntungkan
pidana seperti yang telah diatur dalam pasal 1 bagi terdakwa, sepenuhnya digantungkan pada
ayat 2 KUHP itu pembentuk undang-undang sikap orang yang berwenang mengajukan
berbicara secara umum yaitu tentang pengaduan, yang pada hakekatnya hanya dapat
"ketentuan-ketentuan yang paling terjadi in concreto. Hal tersebut sesuai dengan
menguntungkan bagi terdakwa". Ketentuan- pendapat Hoge Raad dalam arrestnya tanggal 1
ketentuan seperti dimaksud di atas itu dapat Maret 1926, N.J. 1926 halaman 301, W. 11,499.
dipandang sebagai ketentuan-ketentuan yang Berkenaan dengan kesulitan-kesulitan dalam
lebih menguntungkan bagi terdakwa, justru menentukan ketentuan yang harus dipandang
karena disyaratkannya suatu pengaduan dan sebagai ketentuan yang paling menguntungkan
diperpanjangnya jangka waktu kedaluarsa itu bagi terdakwa seperti yang dimaksudkan di atas
telah memperkecil kemungkinan bagi orang itu, Profesor van Hattum berpendapat bahwa
untuk berurusan dengan pengadilan, dan ketentuan yang harus dipandang sebagai
sebaliknya telah memperbesar kemungkinan ketentuan yang paling menguntungkan bagi
bagi orang untuk tidak dapat dihukum.19 terdakwa itu, pada dasarnya tidak ditentukan
Bagaimana kini seandainya undang-undang oleh anggapan seolah-olah ketentuan-
yang lama itu tidak mensyaratkan adanya suatu ketentuan yang terdapat dalam undang-undang
pengaduan, akan tetapi menentukan adanya yang baru itu pada umumnya lebih
suatu ancaman hukuman yang lebih ringan menguntungkan atau tidak, melainkan oleh
daripada yang telah ditentukan dalam undang- kenyataan yakni peraturan-peraturan yang
undang yang baru. Atau dengan perkataan lain, mana, yang in concreto telah dipergunakan
ketentuan dalam undang-undang yang untuk mengadili terdakwa itu, merupakan
manakah merupakan ketentuan yang paling

18 Andi Hamzah, op_cit hal. 57


19 Ibid.

152
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

peraturan yang paling menguntungkan bagi


terdakwa.20 PENUTUP
Oleh karena ketentuan pidana dalam pasal 1 A. Kesimpulan
ayat 2 KUHP itu telah dirumuskan sedemikian 1. Asas dasar bahwa hukum pidana tidak
lugs atau sedemikian umum, maka para penulis berlaku surut sebagaimana tercantum
pada umumnya berpendapat bahwa ketentuan dalam pasal 1 ayat 1 KUHP dibatasi
pidana seperti yang telah diatur dalam pasal 1 dengan kekecualian yang tercantum
ayat 2 KUHP itu bukan saja harus diperhatikan dalam ayat 2 pasal tersebut yang
oleh hakim yang mengadili terdakwa pada berbunyi “Apabila perundang-undangan
peradilan tingkat pertama, melainkan juga oleh diubah setelah waktu perbuatan
para hakim yang mengadili terdakwa pada dilakukan maka terhadap terdakwa
peradilan tingkat banding dan pada peradilan digunakan ketentuan yang
tingkat kasasi.21 menguntungkan baginya.
Suatu penafsiran menurut sejarah undang- 2. Ketentuan pasal 1 ayat 1 pun memuat
undang, yakni dengan melihat ke dalam asas undang-undang tidak berlaku surut
memori penjelasan mengenai pembentukan bermaksud untuk melindungi
pasal 1 ayat 2 KUHP, dan dari memori kepentingan orang-orang dari perbuatan
penjelasan dimana dapat mengetahui bahwa sewenang-wenang penguasa dengan
perubahan dalam perundang-undangan itu juga sendirinya ketentuan seperti tersebut
harus diperhatikan dalam peradilan-peradilan dalam pasal 1 ayat 2 juga bermaksud
yang lebih tinggi daripada peradilan tingkat seperti itu. Jangan sampai peraturan
pertama.22 yang kemudian keluar yang lebih berat
Dengan demikian dapat terjadi, bahwa dapat dikenakkan kepada terdakwa.
hakim pengadilan negeri pada peradilan tingkat Tetapi kalau menguntungkan justru
pertama itu masih memberlakukan ketentuan- diberlakukan.
ketentuan pidana menurut undang-undang
yang lama, sedang hakim pengadilan tinggi B. Saran
pada peradilan tingkat banding harus 1. Perlunya untuk tetap mempertahankan
memberlakukan ketentuan-ketentuan menurut dalam KUHP nasional yang akan datang
undang-undang yang baru.23 tentang materi yang terkandung dalam
Hal tersebut juga dapat terjadi, apabila ketentuan pasal 1 ayat 2 KUHP.
terdapat suatu verzet atau suatu perlawanan 2. Kemungkinan berlakunya undang-undang
ataupun apabila Mahkamah Agung pada yang baru, (yang diundangkan kemudian
peradilan tingkat kasasi telah memutuskan dari perbuatan) merupakan kekecualian
untuk memberikan putusannya sendiri juga dari asas yang berlaku umum bahwa
mengenai pokok perkara, atau yang biasa juga undang-undang yang berlaku pada saat
disebut recbtspraak ten principale.24 perbuatan dilakukan (lex temporis
Akan tetapi apabila pada peradilan tingkat delicti) yang diterapkan.
kasasi itu Mahkamah Agung tidak memberikan
putusannya ten principals, maka Mahkamah DAFTAR PUSTAKA
Agung tidak perlu memperhatikan ketentuan Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
pidana seperti yang telah diatur dalam pasal 1 Cipta, Jakarta 2010
ayat 2 KUHP, seandainya setelah Mahkamah Eddy O. S. Hiariej, Asas Legalitas dan Penemuan
Agung itu sampai pada putusan akhirnya, Hukum Dalam Hukum Pidana, Erlangga
kemudian telah terjadi perubahan dalam Jakarta, 2002
perundang-undangan.25 D. Sehattimester.H.Keijzer dan E.P. Sutorius,
hukum pidana, Liberty Jogjakarta 1995
E. Utrecht, Hukum Pidana I, Universitas
20 E. Utrecht, op_cit, hal 153
21 Ibid Bandung, 1960
22 P. A. F. Lamintang, op_cit 160 Komariah Emong Sapardjaja, 2002. Ajaran Sifat
23 Ibid
Melawan Hukum Materiel dalam Hukum
24 Ibid
25 Andi Hamzah, op_cit. hal. 112
Pidana Indonesia (Studi kasus tentang

153
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

penerapan dan perkembangannya dalam


Yurisprudensi), Penerbit Alumni Bandung
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Bina
Aksara, Jakarta, 1985
Moh. Mahfud MD, 2006, Beberapa Catalan
Tentang Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 003/PUU-IV/2006 Tentang
perbuatan Melawan Hukum Secant Materiil,
Yogyakarta, 24 Agustus 2006
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana di
Indonesia, Sinar Baru Bandung 1984
Roni Wiyanto, Asas-Asas Hukum Pidana
Indonesia, CV. Mandar Maju Bandung 2012
Suratman dan H Philyos Dillah, Metode
Penelitian Hukum, Alfabeta Bandung 2013
Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto
Fakultas Hukum Undip Semarang
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, PT.
Raja Grafinda Persada Jakarta 2004
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana
Di Indonesia, Rafika Aditama Bandung, 2003
___________, Asas-Asas Hukum Pidana Di
Indonesia, PT. Eresco Jakarta Bandung, 1979
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, 2005, Rancangan
Undang-undang Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, Direktorat Jenderal Hukum
dan Perundang-undangan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
2003, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003
Tentang Mahkamah Konstitusi, Sekretariat
Jenderal

154

Anda mungkin juga menyukai