6/Juli/2016
1Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Michael Barama, SH, 3 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana di
MH; Max K. Sondakh, SH, MH Indonesia, Sinar Baru Bandung 1984, hal. 146
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 4 Ibid.
090711263 5 Ibid.
147
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
6 Ibid.
7 Ibid, hal. 56. 8 P. A. F. Lamintang, op_cit, hal. 144
148
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
dalam salah satu pasal dari undang-undang Mengenai perkataan undang-undang atau
yang bersangkutan. wet itu sendiri, kita harus membuat perbedaan
Beberapa contoh dari pasal-pasal semacam antara yang disebut undang-undang dalam arti
itu yang telah menentukan suatu saat yang formal ataupun yang dalam bahasa Belanda
tepat mengenai mulai berlakunya suatu sering disebut sebagai wet in formele zin
undang-undang seperti di bawah ini: dengan yang disebut undang-undang dalam
a. “Pasal 17 dari Undang-undang nomor 1 arti material ataupun yang dalam bahasa
tahun 1946 berbunyi; "Undang-undang Belanda sering disebut sebagai wet in materials
ini mulai berlaku buat Pulau Jawa dan zin.
Madura pada hari diumumkannya dan Undang-undang dalam arti formal adalah
buat daerah lain pada hari yang akan undang-undang yang dibentuk sesuai dengan
ditetapkan oleh Presiden"; ketentuan dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
b. Pasal IV dari Undang-undang nomor 73 Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
tahun 1958 berbunyi: "Undang-undang undang-undang yang kewenangan untuk
ini mulai berlaku pada hari membentuknya berada di tangan presiden
diundangkan"; dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
c. Pasal 37 dari Undang-undang nomor 3 Undang-undang dalam arti material adalah
tahun 1971 berbunyi: "Undang-undang semua peraturan perundangundangan yang
ini disebut Undang-undang telah dibentuk oleh penguasa atau oleh badan-
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi badan kekuasaan yang berwenang untuk itu,
Tahun 1971 dan mulai berlaku pada hari yang mempunyai kekuatan hukum untuk
diundangkan"; diberlakukan secara umum, seperti keputusan
d. Pasal 286 dari Undang-undang nomor 8 Presiden, peraturan pemerintah, keputusan
tahun 1981 berbunyi: "Undang-undang menteri, peraturan-peraturan daerah dan lain-
ini mulai berlaku pada tanggal lain.
diundangkan".9 Timbal kini pertanyaan, apakah perkataan
undang-undang dalam rumusan pasal 1 ayat 1
B. Makna Perubahan Undang-Undang Dalam KUHP itu harus diartikan sebagai undang-
Pasal 1 ayat (2) KUHP undang dalam arti formal ataukah sebagai
Apakah yang dimaksud dengan perkataan undang-undang dalam arti material. Van
perubahan dalam perundang-undangan dalam Bemmelen10 berpendapat bahwa perkataan
rumusan pasal 1 ayat 2 KUHP itu? Antara undang-undang atau wet dalam rumusan pasal
ketentuan pidana seperti yang telah diatur 1 ayat 1 KUHP itu haruslah diartikan sebagai
dalam pasal 1 ayat 2 KUHP dengan ketentuan undang-undang dalam arti formal.
pidana seperti yang telah diatur dalam pasal 1 Seperti yang telah dikatakan pada waktu
ayat 1 KUHP itu tidak dapat disangkal lagi kita membicarakan masalah pasal 1 ayat 1
terdapat suatu hubungan tertentu. KUHP, Para gurubesar seperti Profesor
Oleh karena dalam rumusan pasal 1 ayat 2 Pompe11, Profesor van Hattum12, van Hamel13
KUHP itu antara lain terdapat perkataan- dan lain-lainnya berpendapat, bahwa perkataan
perkataan apabila terjadi perubahan alam undang-undang dalam rumusan pasal 1 ayat 1
perundang-undangan, dan dalam rumusan KUHP itu harus diartikan sebagai undang-
pasal 1 ayat 1 KUHP itu terdapat perkataan- undang dalam arti material dan bukan sebagai
perkataan ketentuan pidana menurut undang- undang-undang dalam arti formal.
undang, maka sebelum kita menjawab Mengenai arti perkataan "perubahan di
pertanyaan di atas, perlu kiranya kita dalam perundang-undangan" dalam rumusan
mengetahui lebih dahulu apa yang sebenarnya pasal 1 ayat 2 KUHP itu, tidak terdapat suatu
telah dimaksud oleh pembentuk undang- kesamaan pendapat di antara. para sarjana.
undang dengan perkataan undang-undang Perbedaan-perbedaan pendapat di antara Para
dalam rumusan pasal 1 ayat 1 KUHP tersebut.
10 P. A. F. Lamintang, op_cit. 430
11 Ibid
12 Ibid
9 Ibid 13 Ibid
149
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
sarjana itu justru telah timbal, oleh karena hukum yang baru lebih menguntungkan bagi
undang-undang sendiri telah tidak memberikan tersangka dari pada hukum yang lama, yaitu
penjelasannya tentang apa yang sebenarnya apabila seorang pelanggar hukum pidana
dimaksud dengan perkataan perundang- belum diputus perkaranya oleh hakim dalam
undangan. putusan terakhir.
Mengenai perkataan "perubahan di dalam Kalau larangan berlaku surut dipandang
perundang-undangan" seperti yang terdapat sebagai penegak kepastian hukum bagi si
dalam rumusan pasal 1 ayat 2 KUHP itu, pada pelanggar hukum pidana, maka ini berarti
dasarnyaterdapat dua paham, yakni paham bahwa harus dijaga benar-benar, jangan sampai
formal dan paham material, yang disebutkan seorang oknum berpendapat pukulan beberapa
terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi dua hukuman pidana berdasar suatu perbuatan
paham, masing-masing paham material yang pada wakt itu tidak disertai sanksi pidana.
terbatas dan paham material tidak terbatas. Dengan demikan kepentingan si oknum
Menurut paham formal, yang dimaksud itulah yang menjadi titik tolak dari larangan
dengan perubahan dalam perundang-undangan berlaku surut. Kalau demikianlah halnya, maka
dalam rumusan pasal 1 ayat 2 KUHP itu sudah selayaknya apabila dalam ayat 2 dari
hanyalah perubahan dalam perundang- Pasal 1 KUHP berlaku surut bahkan diharuskan
undangan pidana atau perubahan di dalam dalam hal hukum baru terang lebih
strafwetgeving saja.14 Paham formal ini dianut menguntungkan si tersangka pada waktu belum
oleh van Hamel, Simons dan Zevenbfrgen. ketelanjur diambil keputusan hakim terakhir,
Menurut paham material, yang dimaksud yang memuat pukulan bagi si oknum itu.15
dengan perubahan dalam perundang-undangan Tetapi, kalau ini terjadi bagi oknum A, yang
dalam rumusan pasal 1 ayat 2 KUHP itu bukan dengan demikian tidak mendapat hukuman
hanya perubahan dalam perundang-undangan seberat atau barangkali sama sekali tidak
pidana saja, melainkan juga perubahan- dihukum, maka ini mudah dirasakan tidak adil
perubahan yang telah terjadi dalam lain-lain oleh seorang oknum B, yang sudah dihukum
perundang-undangan, yang telah menyebabkan sebelum perubahan undang-undang yang
suatu ketentuan pidana yang pada hakekatnya bersangkutan.
secaratextueel telah tidak berubah itu, Lebih-lebih ketidakadilan akan dirasakan,
kemudian menjadi mempunyai pengertian yang apabila oknum A dan oknum B ini bersama-
lain. sama melakukan tindak pidana dan B telah
Menurut paham material terbatas, yang dihukum sendangkan A oleh karena sakit atau
dimaksud dengan perubahan dalam lain sebab pemeriksaan perkaranya diundur
perundang-undangan dalam rumusan pasal 1 sehingga, sebelum jatuh putusannya, terjadi
ayat 2 KUHP itu bukanlahsetiap perubahan perubahan undang-undang yang meringankan
perundang-undangan, melainkan hanya hukumannya atau yang sama sekali
perubahan-perubahan yang telah terjadi karena meniadakan ancaman hukuman.
adanya keyakinan hukum atau karenaadanya Kalau yang diubah itu adalah suatu pasal
rechtsovertuiging yang berubah, dan bukan dari KUHP sedemikan rupa, bahwa pasal itu
karena adanya keadaan-keadaan yang berubah. sama sekali dicabut, atau hukuman pidana yang
Menurut paham material tidak terbatas, diancamkan, dikurangi atau hukuman penjara
yang dimaksud dengan perubahan dalam diganti dengan hukuman kurungan atau denda,
perundang-undangan dalam rumusan pasal 1 maka tidak ada perselisihan pendapat, bahwa
ayat 2 KUHP itu adalah perubahan yang terjadi kini ada terjadi perubahan perundang-
dalam semua undang-undang dalam anti undangan, yang dimaksudkan oleh pasal 1 ayat
material, yang mempunyai pengaruh terhadap 2 KUHP.
suatu ketentuan pidana. Lain halnya apabila seandaina pada suatu
Ayat 2 dari pasal 1 KUHP, merupakan waktu pasal dari kitab undang-undang hukum
penyimpangan dari larangan berlaku surut dari pidnaa tentang batas kedewasaan seorang
Hukum Pidana, sepanjang mengenai hal, bahwa diubah sedemikian rupa, sehingga batas itu
150
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
diturunkan dari 21 tahun menjadi 20 tahun, diperlakukan larangan berlaku surut. Sedang di
sehingga menimbulkan persoalan mengenai Negara lain, seperti negeri Swedia, bahwa
pasal 293 KUHP yang mengancamkan hukuman apabila setelah perbuatan dilakukan tetapi
pidana kepada seseorang yang melakukan sebelum perkaranya diputuskan oleh hakim,
kejahatan-kejahatan terhadap seorang yang ada perubahan dalam perundan-undangan,
belum dewasa (minderjarig). Pada waktu orang maka oleh hakim selalu dilakukan hukum baru,
ini melakukan tindakan pidana, korbannya jadi juga apabila hukum baru ini tidak
berusia 20 tahun 6 bulan kemudian batas menguntungkan si terdakwa. Maka sistem dari
kedewasaan diturunkan menjadi 20 tahun. pasal 1 ayat 2 KUHP adalah merupakan sistem
Tentang hal ini ternyata ada berlainan tengah-tengah antara sistim Inggris dan sistim
pendapat, yang diceritakan oleh Van Hattum Swedia.
berhubung di negeri Belanda pada tahun 1901 Tidak selalu mudah untuk menentukan,
batas kedewasaan dari 23 tahun menjadi 21 maha yang lebih mengungtungkan si tersangka,
tahun. Ada pendapat yang menyatakan, bahwa undang-undang baru atu undang-undang lama.
kini pasal 1 dan 2 KUHP tidak berlaku, oleh Misalanya apabila dalam undang-undang baru
karena padal yang bersangkutan dari KHUP hukuman penjara yang diancamkan, dikurangi
tidak diubah, maka tersangka harus tetap beratnya tetapi dengan ditambah dengan suatu
dihukum. hukuman tambahan seperti misalnya
Pendapat lain menurut Van Hattum dianut pencabutan hak untuk melakukan suatu
oleh Pengadilan Tertinggi di Negeri Belanda, pekerjaan tertentu. Juga mungkin sulit, apabila
menggangap kini ada perubahan perundang- hukuman penjara diganti dengan suatu
undnagan yang dimaksudnya oleh padal 1 ayat tindakan pemerintah berupa mengawasi
2 KUHP maka si terdakwa harus tidak dihukum. tindak-tanduk si terhukum secara ketat.
Lain halnya lagi ialah, apabila suatu larangan Digantungkannya hak menurut dari jaksa
memperbuat sesuatu yang hanya diadakan dari suatu pengaduan (klacht) dari pihak yang
pada suat periode tertentu. Kalau ada orang dirugikan, adalah hal yang lebih
melanggar larangan itu dan baru diadili setelah menguntungkan si terdakwa, tetapi, apabila
periode itu lampau maka kini benar-benar disamping ini hukumannya diganti, maka
dapat dikatakan tidak ada perubahan perbandingan baru mungkin diadakan jika ada
perundang-undangan. Maka seorang itu harus pengaduan.17
tetap dihukum (temporaire strafbepalingen). Dalam rumusan ketentuan pidana dalam
Noyon dalam bukunya “Het Wetboek van pasal 1 ayat 2 KUHP itu terdapat suatu
Strafrecht Verklaard” jilid I halaman 49, ketentuan yang mengatakan: "Apabila terjadi
memberi beberapa contoh dari temporaire perubahan dalam perundang-undangan setelah
strafbepalingen ini, yaitu : saat tindakanitu dilakukan, maka diberlakukan
a. Ketentuan-ketentuan hukum pidana yang ketentuan-ketentuan yang paling meng-
khsusu diadakan selama perang dan yang untungkan bagi terdakwa".
dengan sendirinya berbhenti berlaku Ini berarti bahwa apabila telah terjadi suatu
pada akhir perang perubahan dalam perundangan-undangan
b. Larangan memburu dalam suatu periode setelah seseorang melakukan suatu tindakan
tertentu, berhenti berlaku dengan yang terlarang menurut undang-undang yang
sendirinya pada akhir periode itu. berlaku pada saat tindakan tersebut dilakukan,
c. Sering diadakan pengawasan dalam dinas maka orang harus membuat suatu
peternakan yang memuat larangan- perbandingan antara undang-undang yang
larangan yang hanya berlaku selama lama dengan undang-undang yang baru, yaitu
suatu tenggang waktu tertentu.16 untuk menentukan ketentuan-ketentuan dalam
Perlu diketahui apa yang dicerikan oleh undang-undang yang mana yang paling
Hazewinkel-Suringa, bahwa di Negara Inggris menguntungkan bagi terdakwa.
ketentuan seperti ayat 2 dari pasal 1 KUHP ini, Akan tetapi dapat pula terjadi, bahwa antara
sama sekali tidak ada, sehingga konsekwen saat seorang terdakwa itu melakukan suatu
151
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
tindakan yang terlarang dengan saat terdakwa menguntungkan bagi terdakwa, seandainya
tersebut diajukan ke pengadilan, pada waktu undang-undang yang baru itu di camping telah
itu telah mulai diberlakukan suatu undang- menentukan suatu ancaman hukuman yang
undang yang baru, oleh pembentuk undang- lebih berat, juga telah mensyaratkan adanya
undang telah diberlakukan suatu undang- suatu pengaduan.
undang yang lain, yakni apa yang dalam doktrin Permasalahan tersebut tidak akan pernah
Bering disebut sebagai suatu tussenwet.18 dapat diselesaikan in abstracto. Menurut
Untuk menilai ketentuan-ketentuan yang pendapat mereka memang sulit untuk dapat
mana yang bersifat paling menguntungkan bagi menentukan ketentuan dalam undang-undang
terdakwa, tussenwet seperti itu harus juga yang mana yang paling menguntungkan bagi
dimasukkan sebagai undang-undang yang harus terdakwa. Apabila adanya suatu pengaduan
ikut diperbandingkan dengan undang-undang seperti yang telah disyaratkan dalam undang-
yang lama dan dengan undang-undang yang undang yang baru itu dapat dianggap lebih
baru. menguntungkan, nyatanya adanya suatu an-
Hal-hal seperti yang dimaksudkan di atas itu caman hukuman yang lebih ringan dalam
berada di luar ruang-lingkup permasalahan undang-undang yang lama itu, mau tidak mau
yang diatur dalam ketentuan pidana menurut harus juga diakui sebagai suatu ketentuan yang
pasal 1 ayat 2 KUHP, oleh karma ketentuan lebih menguntungkan bagi terdakwa. Dan
pidana dalam pasal 1 ayat 2 KUHP itu apabila orang ingin mengatakan bahwa
sebenarnya mengatur masalah "hal dapat undang-undang yang lama itu lebih
dihukumnya seseorang, sedang hal-hal yang menguntungkan bagi terdakwa, nyatanya
telah dibicarakan di atas itu sebenarnya adanya suatu pengaduan seperti yang telah
berkenaan dengan hal dapat dituntutnya disyaratkan dalam undang-undang yang baru
seseorang. itu merupakan suatu ketentuan yang lebih
Ketentuan pidana dalam pasal 1 ayat 2 menguntungkan bagi terdakwa.
KUHP itu tidak membuat perbedaan antara hal Dalam hal semacam itu pilihan hakim
dapat dihukumnya seseorang dengan hal dapat tentang ketentuan yang harus dipandang
dituntutnya seseorang. Dalam ketentuan sebagai ketentuan yang paling menguntungkan
pidana seperti yang telah diatur dalam pasal 1 bagi terdakwa, sepenuhnya digantungkan pada
ayat 2 KUHP itu pembentuk undang-undang sikap orang yang berwenang mengajukan
berbicara secara umum yaitu tentang pengaduan, yang pada hakekatnya hanya dapat
"ketentuan-ketentuan yang paling terjadi in concreto. Hal tersebut sesuai dengan
menguntungkan bagi terdakwa". Ketentuan- pendapat Hoge Raad dalam arrestnya tanggal 1
ketentuan seperti dimaksud di atas itu dapat Maret 1926, N.J. 1926 halaman 301, W. 11,499.
dipandang sebagai ketentuan-ketentuan yang Berkenaan dengan kesulitan-kesulitan dalam
lebih menguntungkan bagi terdakwa, justru menentukan ketentuan yang harus dipandang
karena disyaratkannya suatu pengaduan dan sebagai ketentuan yang paling menguntungkan
diperpanjangnya jangka waktu kedaluarsa itu bagi terdakwa seperti yang dimaksudkan di atas
telah memperkecil kemungkinan bagi orang itu, Profesor van Hattum berpendapat bahwa
untuk berurusan dengan pengadilan, dan ketentuan yang harus dipandang sebagai
sebaliknya telah memperbesar kemungkinan ketentuan yang paling menguntungkan bagi
bagi orang untuk tidak dapat dihukum.19 terdakwa itu, pada dasarnya tidak ditentukan
Bagaimana kini seandainya undang-undang oleh anggapan seolah-olah ketentuan-
yang lama itu tidak mensyaratkan adanya suatu ketentuan yang terdapat dalam undang-undang
pengaduan, akan tetapi menentukan adanya yang baru itu pada umumnya lebih
suatu ancaman hukuman yang lebih ringan menguntungkan atau tidak, melainkan oleh
daripada yang telah ditentukan dalam undang- kenyataan yakni peraturan-peraturan yang
undang yang baru. Atau dengan perkataan lain, mana, yang in concreto telah dipergunakan
ketentuan dalam undang-undang yang untuk mengadili terdakwa itu, merupakan
manakah merupakan ketentuan yang paling
152
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
153
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
154