Anda di halaman 1dari 4

Tugas Asas Hukum Pidana

Contoh dari Teori Perubahan Undang-Undang

Dan Opini Tentang Pasal 3 RUU KUHP

Oleh Chairizka Annisa Hasymizar

FHUI 2019, Depok

1. Teori Formil

Teori ini dianut oleh Simons. Ia berpendapat bahwa perubahan dalam undang-undang
pidana hanya hanya terjadi apabila ada perubahan dalam redaksi undang-undang pidana itu
sendiri. Teori ini ditolak Hoge Road melalui sebuah kasus yang mana perubahan dalam
undang-undang perdata juga dapat mempengaruhi berlakunya suatu undang-undang pidana,
meskipun tanpa mengubah isi dari undang-undang pidana itu sendiri. Mengenai perubahan
redaksi undang-undang pidana dalam teori formil ini, saya mengartikan bahwa perubahan ini
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan rekodifikasi KUHPidana dan Amandemen
KUHPidana. Karena rekodifikasi KUHPidana belum pernah terjadi di Indonesia, maka saya
akan memberikan contoh berdasarkan RUU KUHP yang dapat mengubah perundang-
undangan pidana apabila itu disahkan

Pasal 2 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor berbunyi “Setiap


orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.”,
Sedangkan Pada Pasal 603 RUU KUHP dinyatakan “Setiap Orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu lorporasi yang
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda
paling sedikit Kategori II dan paling banyak Kategori VI.” Apabila RUU KUHP ini disahkan,
maka akan menimbulkan perubahan dalam undang-undang pidana mengenai tindak pidana
korupsi.
Perubahan yang dapat terjadi ialah, pertama, hukuman penjara berubah, dari yang
awalnya paling singkat adalah 4 tahun akan berubah menjadi paling singkat 2 tahun.
Selanjutnya, denda yang dapat dikenakan juga berubah, dari yang awalnya paling sedikit Rp
200 juta menjadi paling sedikit kategori II. Pada Buku I RUU KUHP, disebutkan kategori II
adalah denda maksimal sebanyak Rp 10 juta. Namun denda maksimal mengalami peningkatan
dari UU Tipikor, yaitu Kategori VI atau maksimal Rp 2 miliar. Menurut saya, perubahan seperti
inilah yang dimaksud oleh Simons, yaitu perubahan undang-undang pidana karena perubahan
redaksi undang-undang itu sendiri.

2. Teori Materiil Terbatas

Teori ini dianut oleh Van Geuns dalam disertasinya. Menurut teori ini, perubahan dalam
perundang-undangan dalam arti kata pasal 1 ayat 2 KUHPidana adalah tiap perubahan sesuai
dengan suatu perubahan perasaan (keyakinan) hukum pada pembuat undang-undang. Jadi,
tidak boleh diperhatikan sebuah perubahan keadaan karena waktu. Van Geuns menerima teori
ini juga dapat diadakan dalam hal perubahan diluar undang-undang pidana, tetapi
mempengaruhi undang-undang pidana yang bersangkutan.

Menurut saya dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1960 yang merubah masa hukuman
akibat tindak pidana di beberapa pasal termasuk dalam teori ini. Sebelum Tanggal 5 Januari
Tahun 1960, Pasal 359, tentang kealpaan yang menyebabkan kematian seseorang, memberikan
hukuman satu tahun penjara atau kurungan selama sembilan bulan. Pada tanggal 5 Januari
tahun 1960, UU No. 1 Tahun 1960 disahkan dan Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1960 menyatakan
tentang perubahan isi dari Pasal 359 KUHPidana, sehingga berbunyi “Barang siapa karena
kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun”. Hukuman pada pasal 359
diperberat, sehingga hukuman bagi pelanggar pasal 359 di masa yang akan datang akan
disesuaikan dengan perubahan yang dinyatakan pada Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1960. Pada UU
ini dinyatakan bahwa perubahan tersebut terjadi karena hukuman dirasa terlalu ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya perubahan perasaan atau keyakinan hukum dari si pembuat
undang-undang. Menurut saya, Perubahan semacam inilah yang dimaksud oleh Van Geur yaitu
perubahan undang-undang dikarenakan adanya perubahan keyakinan dari si pembuat UU.
3. Teori Materiil Tidak Terbatas

Berbeda dengan Teori Materiil Terbatas, Menurut Teori Materiil tidak terbatas, maka
tiap perubahan, baik dalam perasaan hukum pembuat UU maupun dalam keadaan karena
waktu, boleh diterima sebagai suatu perubahan dalam undang-undang menurut pasal 1 ayat 2
KUHPidana. Tetapi, menrut teori ini, peraturan darurat, yaiu peraturan yang bersifat sementara
dan dibuat karena keadaan bahaya, bukanlah akibat dari adanya perubahan perasaan hukum
dari pembuat UU. Oleh karena itu, peraturan darurat tidak dapat dipandang sebagai perubahan
yang dimaksudkan oleh Pasal 1 ayat 2 KUHPidana.

Salah satu contoh perubahan undang-undang pidana yang sesuai dengan teori ini adalah
PERPU No.18 Tahun 1960. Peraturan pemerintah tersebut menimbang bahwa denda dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, sebagaimana beberapa kali telah ditambah dan diubah
dan terakhir dengan Undang-undang No. 1 tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960 No. 1),
maupun dalam ketentuan-ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17
Agustus 1945 sekarang menjadi terlalu ringan jika dibandingkan dengan nilai uang pada waktu
ini, sehingga jumlah-jumlah itu perlu dipertinggi. Tiap jumlah hukuman denda yang
diancamkan harus dibaca dalam mata uang rupiah dan dilipatgandakan menjadi lima belas kali.
Pada PERPU ini dinyatakan “Sebagai ukuran diambil pertimbangan bahwa semua harga barang
sejak tanggal 17 Agustus 1945 rata-rata telah meningkat sampai lima belas kali harga pada
waktu itu. Oleh karena itu maksimum jumlah hukuman denda itu dilipatgandakan dengan lima
belas kali dalam mata uang rupiah”. Dari pernyataan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa
pelipatgandaan nilai denda disebabkan karena adanya perubahaan keadaan oleh waktu, yaitu
harga barang yang seiring perkembangan waktu semakin meningkat hingga lima belas kali
lipat. Oleh karena itu, perubahan undang-undang ini sesuai dengan teori materiil tidak terbatas.

4. Opini Mengenai Pasal 3 RUU KUHP serta Perbandingannya dengan Pasal 1 Ayat 2
KUHPidana

Apabila dibandingkan dengan Pasal 1 ayat 2 KUHPidana, Pasal 3 RKUHP jauh lebih
rinci dalam mengatur pengenaan undang-undang baru yang lebih ringan, baik bagi tersangka,
terdakwa, terpidana maupun tahanan sekalipun. Seperti yang kita ketahui, pada pasal 1 ayat 2
KUHPidana hanya diatur tentang pemakaian undang-undang baru yang lebih ringan hanya bagi
terdakwa saja. Pasal ini belum menjelaskan mengenai perbuatan yang tidak lagi dianggap
tindak pidana di perundang-undangan yang baru sehingga terpidana dan tahanan tidak dapat
merasakan keringanan apabila ada undang-undang baru tersebut. Pasal 1 ayat 2 KUHPidana
apabila dibandingkan dengan Pasal 3 RKUHP kelihatannya masih terlalu sempit cakupannya.

Selanjutnya kelebihan Pasal 3 RUU KUHP juga dapat kita lihat dari Pasal 6 yang
menyatakan bahwa pembebasan tahanan,tersangka atau terdakwa tidak dapat menimbulkan
hak bagi mereka untuk menuntut ganti rugi. Saya setuju dengan hal ini, dapat kita lihat pada
pasal ini pembuat undang-undang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul,
sehingga menghindarkan adanya cela yang timbul bagi mereka yang ingin mengambil
keuntungan. Pada Pasal 3 Ayat 5 RUU KUHP juga dijelaskan pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pembebasan. Hal ini tidak tercantum pada Pasal 1 Ayat 2 KUHPidana.

Namun, Sama seperti Pasal 1 Ayat 2 KUHPidana, pada Pasal 3 RUU KUHP belum
dijelaskan maksud perubahan undang-undang atau perubahan undang-undang yang diakui.
Meskipun teori-teori mengenai maksud dari perubahan perundangan-undang ini, dari teori
formil hingga teori materiil tidak terbatas, sudah mencakup perubahan redaksi, perasaan, serta
keadaan, pada teori formil tidak terbatas, peraturan darurat tidak diakui sebagai peraturan. Oleh
karena itu, saya masih mempertanyakan cakupan perubahan peraturan perundang-undangan
dalam Pasal 3 RUU KUHP ini.

Anda mungkin juga menyukai