(Resume)
Oleh
Asas Legalitas dapat dilihat sebagai asas tentang sumber hukum dan asas
tentang ruang berlakunya hukum pidana menurut waktu. Kalau asas legalitas dilihat
sebagai masalah ”sumber/ dasar hukum (dasaar legalisasi dan kriminalisasi)”
biasanya masalah yang muncul adalah:
Kalau asas legalitas dilihat sebagai masalah ruang berlakunya hukum pidana menurut
waktu, umumnya masalah yang muncul adalah:
1. hukum pidana mana yang berlaku pada waktu delik dilakukan ? masalah ini
terkait masalah asal LTD ( lex temporis delicti)- Asas Non-Retroactif.
2. Hukum pidana mana yang berlaku apabila ada perubahan undang-undang?
Apakah UU pidana dapat berlaku surut (masalah retroaktif)
Uraian berikut akan meninjau masalah-masalah di atas dari berbagai KUHP Negara
lain.
1. KUHP Korea
Asas legalitas dalam KUHP Korea dirumuskan dalam Pasal 1 dengan sub
judul Criminality and Punishment yang terdiri dari tiga ayat sebagai berikut:
1) Apa yang merupakan kejahatan dan pidana apa yang diancamkan untuk itu, akan
ditentukan menurut UU yang berlaku pada saat kejahatan itu dilakukan.
2) Apabila suatu UU berubah setelah suatu kejahatan dilakukan dengan akibat
perbuatan itu tidak lagi merupakan suatu kejahatan atau pidana yang diancamkan
menjadi lebih ringan daripada yang ditetapkan UU lama, maka UU baru akan
ditetapkan.
3) Apabila suatu UU berubah setelah pidana yang dijatuhkan (berdasarkan UU itu)
terhadap suatu perbuatan jahat berkekuatan tetap, dengan akibat bahwa perbuatan
itu tidak lagi merupakan suatu kejahatan, maka pelaksanaan pidana itu akan
dibatalkan atau dihapuskan.
Menurut KUHP Korea, UU baru dapat diterapkan berlaku surut (retroaktif) apabila :
2. KUHP Thailand
Ketentuan mengenai asas legalitas diatur dalam Pasal 2 Aturan Umum Buku I
yang berbunyi sebagai berikut:
Dari perumusan pasal 2 ayat (1) di atas, terlihat jelas bahwa KUHP Thailand
pun menganut prinsip lex temporis delicti. Ketentuan ayat 2 mengatur adanya
perubahan UU, khususnya dalam hal UU baru yang menyatakan bahwa perbuatan
yang diatur oleh UU lama tidak lagi merupakan tindak pidana menurut UU baru.
Dalam hal demikian ada dua kemungkinan:
a. Dalam hal belum ada putusan berdasarkan UU lama, maka terdakwa akan
dibebaskan sebagai pelanggar (karena menurut UU baru perbuatannya tidak
lagi tindak pidana)
b. Dalam hal sudah ada putusan pemidanaan yang final (berkekuatan hukum
tetap) berdasarkan UU lama, maka:
- Apabila pidana belum dijalani atau dilaksanakan, terdakwa dianggap
sebagai belum pernah dipidana
- Apabila terdakwa sedang menjalani pidana itu (sebagian) pidananya (yang
selebihnya itu) akan segera dihentikan atau diakhiri.
3. KUHP ESTONIA
Perumusan asas legalitas dalam KUHP Estonia diatur dalam ketentuan 5 yang
mengatur tentang “waktu berlakunya hukum pidana” (Temporal applicability of
penal law) yang berbunyi:
1) Pidana dijatuhkan sesuai dengan UU yang berlaku pada waktu delik dilakukan
2) UU yang menghapuskan dapat dipidananya suatu perbuatan, mengurangi
pidana atau lainnya yang meringankan seseorang, mempunyai pengaruh
retroaktif (dapat berlaku surut)
3) UU yang menyatakan suatu perbuatan dapat dipidana, memperberat pidana
atau yang lainnya yang membuat kondisi seseorang lebih buruk atau
menderita, tidak mempunyai pengaruh retroaktif (tidak dapat berlaku surut)
4) Tindak pidana terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang dapat dipidana
terlepas dari waktu atau kapan tindak pidana itu dilakukan.
4. KUHP SUDAN
Perumusan asas legalitas terlihat dalam section yang mengatur tentang “Pidana Untuk
Tindak Pidana yang Dilakukan dalam Wilayah Sudan Baru” \
B. MASALAH KESALAHAN
1. Asas Kesalahan
a. Dalam KUHP Uni Soviet (1958) ada pasal khusus yang merumuskan secara
tegas The Basis of Criminal Responsibility (Dasar Pertanggungjawaban
Pidana), dalam pasal 3 yang berbunyi: “hanya orang yang bersalah melakukan
kejahatan, yaitu orang yang dengan sengaja atu dengan kealpaan melakukan
suatu perbuatan yang berbahaya bagi masyarakat yang ditetapkan oleh
undang-undang pidana, dapat dipertimbangkan untuk pertanggung jawaban
pidana dan dipidana”
b. KUHP Republik Demokrasi Jerman 1968 menyatakan di dalam Pasal II
aturan Umum antara lain: “ penerapan hukum pidana yang tepat menuntut,
bahwa setiap tindak pidana diusut dan orang yang bersalah
dipertanggungjawabkan”
c. KUHP Greenland 1954 mengaturnya dalam aturan umum mengenai
penerapan sanksi yang dinyatakan dalam pasal 86 yaitu: “ berdasarkan
penemuan kesalahan, pengadilan akan menunjuk atau menyatakan mana
diantara satu atau beberapa sanksi di atas (pasal 85) yang akan dikenakan
kepada si pelaku tindak pidana”
d. Dalam salah satu pasal mengenai Criminal Liability Criminal Liability,
KUHP Thailand 1956 merumuskan dalam pasal 59 antara lain sebagai
berikut: “ seseorang hanya akan dipertanggungjawabkan apabila ia melakukan
suatu perbuatan dengan sengaja, kecuali dalam hal:
- Undang-undang menetapkan bahwa ia harus dipertanggungjawabkan
apabila ia melakukan suatu perbuatan dengan kealpaan.
- Undang-undang secara jelas menetapkan bahwa ia harus
bertanggungjawab walaupun ia melakukan perbuatan tidak dengan
sengaja.
-
2. Pengertian Kesengajaan dan Kealpaan