Anda di halaman 1dari 3

Nama:Achmad Tharmizi Hartawan

Nim:502022021
Dosen Pengajar:Hj.Susiana kifli SH.MH

BAB 3
HUKUM PIDANA

1.1 PENGERTIAN
Hukum pidana adalah bagian dari keseleluruhan hukum yang berlaku di suatu
negara pada waktu tertentu,yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan
untuk:
 Menetukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan,dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana
tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut(perbuatan pidana).
 Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
atau hukuman sebagai mana yang telah diancamkan.
 Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana yaitu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tersebut.
Dalam menentukan definisi atau pengertian hukum pidana menurut ilmu
pengetahuan,dapat dibedakan menjadi beberapa golongan pendapat:
 Hukum pidana adalah hukum sanksi.
Hukum pidana sebenarnya tidak mengadakan norma sendiri(sesuatu
yang seyogyanya ditaati)melainkan sudah ada lapangan hukum yang
lain.
 Pengertian hukum pidana,dalam arti objektif,berisi:
a) perintah dan larangan yang pelanggarannya diancam dengan
sanksi pidana oleh badan yang berhak;
b) ketentuan-ketentuan yang mengatur upaya yang dapat
dipergunakan,apabila norma itu dilanggar;
c) Aturan-aturan yang menentukan kapan dan dimana berlakunya
norma-norma tersebut.
 Pengertian hukum dalam arti subjektif berisi:
a) Hak negara untuk menjatuhkan sanksi pada pelanggarnya dan
sekaligus melaksanakan hukumannya;
b) Pemberian sanksi tergantung oleh negara melalui hakim,proses
penegakkan hukum pidana dimulai dari
penyelidikan,penyelidikan oleh pejabatpenyelidik dan pejabat
penyidik POLRI dan atau penjabat penyidik penggawai negri
sipil;penentuan oleh jaksa menuntut umum dikejaksaan;dan
pemeriksaan di pengadilan pleh hakim.sehingga,pemberian
sanksi terhadap pelanggaran hukum pidana tidak tergantung hak
orang yang dirugikan.

1.2 Sumber Hukum Pidana


 Kiteb undang-undang hukum pidana(KUHP)
 Peraturan hukum pidana khusus(contoh:tindak pidana korupsi di
undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi,tindak pidana
narkotika diundnag-undang tentang narkotika)
 Praktik hukum yang hidup dalam masyarakat(pasal 5 ayat (1)UU
Darurat Nomor 1 Tahun 1951).
1.3 Tujuan Hukum Pidana
 Menurut pandangan klasik,untuk melindungi anggota masyarakat dari
tindakan negara yang sewenang-wenang.
 Menurut pandangan modern,untuk melindungi anggota masyarakat
terhadap kejahatan.
1.4 Jenis Pidana
Menurut pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP),jenis pidana
terdiri dari 2(dua)bagian yaitu pidana pokok dan pidana tambahan.

PIDANA POKOK:
 Pidana penjara
 Pidana kurungan
 Pidana genda
 Pidana mati
PIDANA TAMBAHAN:
 Pencabutan hak-hak tertentu
 Perampasan barang-barang tertentu
 Pengumuman putusan hakim
1.5 Sistem Penjatuhan Pidana
Penjatuhan pidana di indonesia mengikuti dua sistem pokok yaitu absorpsi
dan sistem kumulasi dan dua sistem sisipan yaitu absorpsi yang dipertajam dan
kumulasi terbatas.Penerapan sistem absorpsi adalah hanya dijatuhkan satu
pidana yang ancamannya terbarat dari beberapa perbuatan pidana yang telah
dilakukan dan diputus dalam satu putusa.sistem ini diterapkan terhadap
perbuatan perbarengan peraturan dan perbuatan berlanjut.penerapan sistem
kumulasi artinya dijatuhkan pidana sendiri-sendiri tanpa dikurangi,baik
terhadap perbuatan pidana pelanggaran dengan pelanggaran maupun
pelanggaran dengan kejahatan untuk berbarengan perbuatan pasal 70 KUHP.
1.6 Elemen Perbuatan Pidana
 Pelaku.Di KUHP pelaku manusia diberi istilah sebagai barang siapa
Sementara di hukum pidana diluar KUHP,pelaku diberi istilah setiap
orang,bisa berupa orang perorangan maupun korporasi atau badan yang
merupan subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban dianggap
mampu oleh hukum melakukan suatu perbuatan hukum tertentu.
 Memenuhi rumusan delik
Perbuatannya yang dilakukan terdakwa memenuhi unsur-unsur
pasal yang didakwa dilanggar.Misal:sibadu membunuh,maka ia didakwa
penuntut umum melanggar pasal 338 KUHP,maka untuk membuktikan
sibadu membunuh harus dibuktikan dipersidangan apakah perbuatan
badu memenuhi unsur pasal 338 KUHP,yaitu:
I. Barang siapa
II. Dengan sengaja
III. Menghilangka jiwa orang lain
 Bersifat melawan hukum
Perbuatan sibadu haruslah bersifat melawan hukum
formil(melanggar hukum tertulis)atau bersifat melawan hukum
mareril(melanggar parasaan keadilan masyarakat atau aturan hukum
tidak tertulis).
 Bersifat tercela atau mampu mempertanggungjawabkan perbuatan
Perbuatan sibadu akan dinilai apakah ada alasan pembenar atau
alasan pemaaf atau alasan penghapus penuntutan pidana,apabila tidak
ada alasan pembenar atau alasan pemaaf maka sibadu akan dipidana
namun apabila ada alasan pembenar atau alasan pemaaf maka sibadu
tidak dipidana.
1.7 Susunan Bab KUHP Dan RUU KUHP
Berikut ini penulis menyertakan tabel perbandingan susunan bab KUHP
yang berlaku dan susunan bab rancangan KUHP berdasarkan rancangan
undnag-undang tentang kitab undang-undang hukum pidana versi september
2019.

Anda mungkin juga menyukai