Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat, petunjuk, dan
pertolongan-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah
ini yaitu “Hukum Pidana Di Indonesia”.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat dijadikan bahan untuk belajar dan
menambah ilmu pengetahuan dalam memahami. Penulis menyadari makalah ini jauh
dari kesempurnaan,penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang...................................................................................................3
Rumusan masalah.............................................................................................4
Tujuan penulisan................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................................15
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik, hukum pidana di
Indonesia diatur secara umum dalam Kitab Undang-Undang Hukum (KUHP). Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional mengamanatkan asas setiap warga
negara sama kedudukannya dalam hukum dua pemerintahan. Hal ini tidak terbukti
dengan adanya ketidakseimbangan antara perlindungan hukum antara perlindungan
korban kejahatan dengan pelaku kejahatan karena masih sedikitnya hak-hak korban
kejahatan diatur pada perundang-undangan nasional.
Dan seperti yang bisa kita lihat jika hukum pidana di Indonesia masih
tidak beraturan dan tidak mengekspresikan seperti yang sebagaimana ada di Undang-
Undang Dasar bahwa hukum harus adil. Masalah seperti ini akan terus kita rasakan jika
tidak ada kesadaran dari para petinggi hukum sendiri yang mengubahnya.
3
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari hukum pidana?
b. Apa tujuan dari hukum pidana?
c. Bagaimana keadaan hukum pidana di Indonesia?
d. Bagaimana penetapan hukuman pidana yang berlaku di Indonesia?
C. Tujuan Penulis
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang
bersifat khusus. Menurut Sudarto bahwa hukum pidana adalah aturan hukum yang
mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu akibat yang
berupa pidana. W.F.C. van Hattum, hukum pidana adalah suatu keseluruhan dari
asas-asas dan peraturan-peraturan yang diikuti oleh negara atau suatu masyarakat
hukum umum lainnya.
Menurut Pompe hukum pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang
menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa seharusnya dijatuhi pidana dan apakah
macamnya pidana itu. Menurut Adami Chazawi, hukum pidana itu adalah bagian dari
hukum publik yang memuat/berisi ketentuan-ketentuan tentang :
3. Tindakan dan upaya-upaya yang boleh atau harus dilakukan negara melalui alat-
alat perlengkapannya (misalnya Polisi, Jaksa, Hakim), terhadap yang disangka dan
didakwa sebagai pelanggar hukum pidana dalam rangka usaha negara menentukan,
menjatuhkan dan melaksanakan sanksi pidana terhadap dirinya, serta tindakan dan
upaya-upaya yang boleh dan harus dilakukan oleh tersangka/terdakwa pelanggar
hukum tersebut dalam usaha melindungi dan mempertahankan hak-haknya dari
tindakan negara dalam upaya negara menegakkan hukum pidana tersebut.
Dari beberapa pendapat yang telah dikutip tersebut dapat diambil gambaran
tentang hukum pidana, bahwa hukum pidana setidaknya merupakan hukum yang
mengatur tentang:
Hukum pidana dapat dibagi/dibedakan dari berbagai segi, antara lain sebagai berikut:
1. Hukum pidana dalam arti objektif (jus poenale) dan hukum pidana dalam arti
subjektif (jus puniendi). Menurut Vos, hukum pidana objektif maksudnya adalah
aturan-aturan objektif yakni aturan hukum pidana. Sedangkan hukum pidana
subjektif adalah hak subjektif penguasa terhadap pemidanaan, terdiri dari hak
untuk menuntut pidana, menjatuhkan pidana dan melaksanakan pidana.
2. Hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Menurut van Hattum:
a. Hukum pidana materiil yaitu semua ketentuan dan peraturan yang
menunjukkan tentang tindakan-tindakan yang mana adalah merupakan
tindakan-tindakan yang dapat dihukum, siapakah orangnya yang dapat
dipertanggungjawabkan terhadap tindakan-tindakan tersebut dan hukuman
yang bagaimana yang dapat dijatuhkan terhadap orang tersebut, disebut juga
dengan hukum pidana yang abstrak.
b. Hukum pidana formil memuat peraturan- peraturan yang mengatur
tentang bagaimana caranya hukum pidana yang bersifat abstrak itu harus
diberlakukan secara konkrit. Biasanya orang menyebut jenis hukum pidana ini
sebagai hukum acara pidana.
4. Hukum pidana bagian umum (algemene deel) dan hukum pidana bagian khusus
(bijzonder deel).
7
a. Hukum pidana bagian umum ini memuat asas-asas umum sebagaimana
yang diatur di dalam Buku I KUHP yang mengatur tentang Ketentuan Umum;
5. Hukum pidana tertulis dan hukum pidana tidak tertulis. Hukum adat yang
beraneka ragam di Indonesia masih diakui berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Pancasila. Hukum adat pada umumnya tidak tertulis. Sistem hukum
pidana di Indonesia mengenal adanya hukum pidana tertulis sebagai
diamanatkan di dalam Pasal 1 KUHP, akan tetapi dengan tidak
mengesampingkan asas legalitas dikenal juga hukum pidana tidak tertulis
sebagai akibat dari masih diakuinya hukum yang hidup di dalam
masyarakat yaitu yang berupa hukum adat.
8
Mengenai perkembangan hukum adat yang ada di Indonesia Supomo
mengatakan : “Tiap-tiap peraturan hukum adat timbul, berkembang dan selanjutnya
lenyap dengan lahirnya peraturan baru sedangkan peraturan baru itu berkembang juga,
akan tetapi kemudian akan lenyap dengan adanya perubahan perasaaan keadilan yang
menimbulkan perubahan peraturan”.
Sesudah Indonesia merdeka sudah selayaknya dan seharusnya hukum pidana
Indonesia (bukan hukum pidana di Indonesia) disusun dan merumuskan sedemikian
rupa, agar semua kepentingan negara, maysrakat dan individu diayomi dalam
keseimbangan dan keserasian berdasarkan Pancasila. Demikian juga tujuan hukum
pidana Indonesia adalah pengayoman semua kepentingan secara seimbang dan serasi.
Pada masa pendudukan Jepang selama 3,5 tahun, pada hakekatnya hukum
pidana yang berlaku di wilayah Indonesia tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Untuk melengkapi hukum pidana yang telah ada sebelumnya,
pemerintahan militer Jepang di Indonesia mengeluarkan Gun Seirei nomor
istimewa 1942, Osamu Seirei Nomor 25 Tahun 1944 dan Gun Seirei Nomor 14
Tahun 1942. Gun Seirei Nomor istimewa Tahun 1942 dan Osamu Seirei Nomor 25
Tahun 1944 berisi tentang hukum pidana umum dan hukum pidana khusus.
Sedangkan Gun Seirei Nomor 14 Tahun 1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia
Belanda.
Pada masa ini, Indonesia telah mengenal dualisme hukum pidana karena
wilayah Hindia Belanda dibagi menjadi dua bagian wilayah dengan penguasa militer
yang tidak saling membawahi.
10
d. Zaman kemerdekaan.
Indonesia sekarang ini belum mempunyai hukum pidana nasional yang dibuat
sendiri. hukum pidana yang berlaku sekarang ini merupakan produk hukum pidana
peninggalan pemerintahan zaman kolonial Hindia Belanda. Berlakunya Kitab Undang-
Undang Hukum Pidaa Belanda tersebut dimaksudkan untuk tempo sementara. Oleh
karena itu Indonesia sejak Indonesia sejak 1962 telah berusaha melakukan pembaharuan
hukum pidana nasional yang sampai sekarang ini belum selesai disahkan oleh lembaga
negara yang berwenang. Pembaharuan hukum pidana, sebagai upaya pembangunan
system hukum nasional. Upaya pembaharuan hukum pidana merupakan tuntutan dan
amanat proklamasi, sekaligus juga merupakan tuntutan nasionalisme dan paling penting
adalah tuntutan kemandirian dari bangsa yang merdeka.
11
2. Kasus seorang nenek yang mencuri tiga buah kakao dihukum satu bulan.
3. Kasus pelajar yang membunuh pelaku begal untuk menyelematkan diri terancam
hukuman seumur hidup.
“Hukum tumpul ke atas runcing ke bawah”, istilah ini mungkin sudah sering kita
dengar di Indonesia ini. Maksud dari istilah ini adalah bahwa keadilan di Indonesia
lebih tajam dalam menghukum masyarakat yang ada di kelas bawah dan akan kalah
dengan para pejabat tinggi dan penguasa. Ada diskriminasi perlakuan hukum antara
mereka yang memiliki uang dan mereka yang tidak memiliki uang, antara mereka yang
berkuasa dan mereka yang tidak punya kuasa. Karena hal-hal semacam ini yang
membuat banyak masyarakat Indonesia tidak mempercayai hukum yang ada, dan juga
ditambah dengan pemahaman hukum yang kurang.
Oleh karena itu, hukum di Indonesia termasuk hukum pidana harus diperbaiki
dan dilakukan sesuai dengan sumber dan dasar hukum di Indonesia, jika terus dibiarkan
seperti ini maka hukum di Indonesia akan hancur dan berantakan, hukum pidana dengan
seadil-adilnya dengan sesuai hukum yang berlaku.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa hukum pidana
adalah hukum yang membahas mengenai pidana. Di Indonesia hukum pidana sudah
sangat lumrah, hukum pidana tercantum di dalam dan luar KUHP. Hukum pidana
bersifat selektif yang berorientasi pada perlindungan atau kepentingan individu
(pelaku tindak pidana). Hukum pidana saat ini masih kurang dalam hal keadilan,
masih banyak kasus yang mendapat jatuhan hukuman tidak relalistis bila kita
pikirkan. Hukum pidana di Indonesia juga belum bisa maksimal dalam memberikan
efek jera maupun pencegahan untuk para pelaku tindak pidana.
14
B. Saran
1. Hukum pidana di Indonesia harus lebih diperbaiki dan berkembang, karena semua
itu bisa dikatakan baik untuk masyarakat Indonesia sendiri.
2. Masyarakat juga harus lebih menaati adanya hukum pidana, maka akan lebih baik
negeri ini jika masyarakat melaksanakan larangan-larangan yang ada pada hukum.
3. Para petinggi hukum lebih memberikan edukasi ataupun pembinaan kepada wrga
negara.
4. Penegakan hukum pidana di Indonesia harus memberikan rasa keadilan kepada
seluruh masyarakat dan pelaku tindak pidana mengenai penjatuhan hukuman
tanpa memandang derajat seseorang dan lainnya.
Daftar Pustaka
15
3. Batubara, Leonardo Andreas. 2020. “Apakah Penegakan Hukum di Indonesia
Sudah Berjalan dengan Baik?”,
https://www.kompasiana.com/leonardo09024/600803978ede4812665e4742/ap
akah-penegakan-hukum-di-indonesia-sudah-berjalan-dengan-baik, diakses
pada 28 September 2021.
16