Anda di halaman 1dari 12

Hubungan Sumber Daya

Alam terhadap Politik


Anthony Pranata Naku
211170003
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Pendahuluan
Pengertian Sumber Daya Alam (SDA) dalam prespektif ilmu kebumian
(geologi), menurut seorang ahli bernama Katili, ia memberikan definisi
“bahwa SDA adalah semua unsur tata lingkungan bio fisik yang dengan
nyata atau potensial dapat memenuhi kebutuhan manusia atau dengan
kata lain Sumber Daya Alam, adalah semua bahan yang ditemukan
manusia dalam alam, yang dapat dipakai untuk kepentingan
hidupnya. kemudian secara umum dibedakan kedalam dua kelompok
SDA, pertama: berbagai hasil SDA seperti batubara, minyak bumi, air,
ikan, hasil-hasil pertanian dan sebagainya dan kedua; tata lingkungan
fisik seperti air terjun, pegunungan, tanah yang subur, pantai berpasir,
gelombang elektromagnetik dan lainnya.”(Maria W Sumardjo
dkk,2011).
Pengelolaan SDA pada dasarnya dapat ditelaah dalam beberapa rezim
pengaturan. Berdasarkan rezim property yang melekat
padanya property rights terhadap SDA terdiri atas beberapa bentuk.
Pertama; State property di mana klaim sah oleh pemerintah, seperti;
pengusaan atas hutan dan lainnya. Kedua, Private property klaim sah
dimiliki oleh individu atau korporasi. Ketiga communal property,
sekelompok orang yang memiliki klaim sah terhadap SDA ( Maria S.W
dkk,2011).
Kekayaan sumber daya alam di Indonesia mempunyai peranan penting
dalam memenuhi kebutuhan hidup orang banyak, karena itu
pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai
tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.
Pengelolaan sumber daya alam dilakukan dan dikelola dengan
berasaskan keberpihakan pada kepentingan bangsa dan keseimbangan
(kesatuan ekonomi), selain dengan asas manfaat, efisiensi berkeadilan,
partisipatif, transparansi, akuntabilitas, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA)
Dalam konstitusi Indonesia sudah diatur mengenai asas penguasaan
negara atas sumber-sumber daya alam yang berada dalam batas
wilayah negara Republik Indonesia yaitu, dalam konstitusi Pasal 33 ayat
(3) UUD 1945 dalam ketentuannya dinyatakan: “ bahwa bumi, air,
ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan rakyat” ketentuan pasal tersebut kemudian telah
menjadi dasar bagi terbentuknya politik pengelolaan Sumber daya alam
secara nasional.
Agraria
Pengertian agrarian berdasarkan UUPA No 5 Tahun 1960 merupakan
kesatuan Bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya, yang penguasaannya diatur oleh negara. Konsep hak
menguasai negara sebagaimana diatur dalam UU ini, pada hakikatnya
juga merupakan pelaksanaan dari apa yang juga telah diatur dalam
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
Maksud hak menguasai negara atas SDA sebegaimana diatur
dalam konstitusi Pasa 33 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA pada
hakikatnya bukan pula berarti negara dimaknai sebagai pemilik mutlak
atas bumi, air dan kekayaan alam yang ada di dalamnya tapi negara
lebih pada posisi politis sebagai “badan penguasa” dalam suatu wilayah
yang berwenang sebagai organisasi kekuasaan tertinggi untuk
menguasai segala sumber-sumber kekayaan alam yang ada, dan
digunakan untuk tujuan sebesar-sebesarnya
kemakmuran/kesejahteraan rakyatnya.
Dalam penjelasan UUPA juga telah coba membatasi apa yang diartikan
dengan konsep Hak Menguasai dari Negara dalam tingkat tertinggi
:(A.P Parlindungan,1998) :
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaannya;
2. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas
(bagian dari) bumi, air,dan ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung didalam dan di luar permukaan bumi;
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air
dan ruang angkasa.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa negara
mempunyai fungsi mengatur, membuat peraturan dan, menentukan
hak-hak mana saja yang dapat diberikan dalam rangka hak menguasai
negara. Selain itu negara juga mempunyai kewajiban melakukan
pemeliharaan/pelestarian Sumber Daya Alam. Mencegah segala bentuk
perusakan Sumber Daya Alam, serta menyelenggarakan usaha-usaha
untuk melakukan pengadaan tanah,persediaanstock/flow.
Bentuk Politik Hukum Yang Tepat Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Alam di Masa Mendatang
Berbagai undang-undang, seperti Undang-Undang No. 5 Tahun
1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang
No. 4 Tahun 2009 tentang Minerba, dan Undang-undang No. 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan, mendasarkan konsep hak mengusai Negara
yang merupakan wujud kekuasaan Negara mengambil alih kedaulatan
masyarakat adat atas tanah dan kekayaan alamnya. Pemegang hak
menguasai Negara adalah pemerintah pusat, dalam praktiknya telah
mengeluarkan keputusan hak pengelolaan, seperti HPH, HTI, HGU serta
eksploitasi laut dan tambang pada swasta nasional atau asing ternyata
berimplikasi terjadinya pelanggaran hukum dan hak asasi manusia
secara serius.
Dalam konteks politik hukum pengelolaan sumber daya alam di
Indonesia, rekonstruksi politik hukum yang berbasis pada kearifan lokal
dan hukum adat di masa mendatang merupakan langkah strategis yang
harus ditempuh bagi terciptanya kebijakan dibidang hukum
pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. Hal tersebut dapat
diwujudkan dengan otonomi daerah yang responsif dan akomodatif
terhadap kearifan lokal dan pengakuan hak-hak masyarakat lokal di
Indonesia. Konkretnya dapat dilakukan melalui pembentukan dan
pelaksanaan Peraturan daerah (Perda) dan menghidupkan kembali
hukum adat, termasuk hak ulayat yang selama ini terabaikan dan tidak
mendapat pengakuan secara proporsional dalam sistem hukum
nasional.
Kesimpulan
1. Potret politik hukum pengelolaan sumber daya alam di Indonesia dibingkai
melalui kebijakan hukum represif, dimana pemerintah cenderung
memberlakukan peraturan perundang-undangan sebagai wujud hukum Negara
dan satu-satunya hukum yang mengatur pengelolaan sumber daya alam.
Dengan demikian hukum adat/hukum lokal menjadi terabaikan dalam proses
pembentukan perundang-undangan secara substansi dan implementasi.
Kondisi inilah yang membangkitkan resistensi masyarakat adat di berbagai
wilayah tanah air, khususnya di luar Jawa yang sering kali berujung pada konflik
sumber daya alam di Indonesia.
2. Salah satu aspek yang mempengaruhi sumber daya alam ialah politik. Karena
peraturan-peraturan yang dikeluarkan atau dibuat oleh para pejabat negara,
atau pembuat hukum itu menjadi faktor yang penting terhadap kondisi
lingkungan. Kelestaraian dan pengelolaan yang baik akan mengahsilkan sumber
daya alam yang baik, bahkan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai