PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan
untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. seni secara
sederhana dapat diartkan merupakan pengungkapan estetis dari pada kebudayaan
sebagai manifestasi kreativitas kehidupan manusia yang berkaitan dengan keindahan
lahit maupun keindahan batin1. Kurdiana mencoba mengungkapkan bahwa seni
adalah produk seniman aktif sebagai hasil empiric, ekspresif maupun intuitif,
tujuannya menyampaikan gagasan-gagasan atau amanat-amanat kepada masyarakat
yang kurang peka terhadap fenomena alam sekelilingnya. karya seni bisa berupa
dalam segela wujud seperti keindahan, hiburan yang terkandung makna sebagai
kelengkapan pendidikan karakter. Kesenian dapat menyatukan perbedaan yang ada
pada masyarakat, karena dalam kesenian memerlukan masyarakat sebagai pelengkap
kesenian itu sendiri.
Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat, sebgai salah satu
bagian penting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreatifitas dari
kebudayaan itu sendiri, masyarakat yang menyangga kebudayaan dan dengan
demikian juga kesenian mencipta, memberikan peluang untuk kemudahan
menciptakan kebudayaan baru2.
Purwakarta dikenal sebgai kabupaten dengan motto Wibawa Karta Raharja,
yang secara sederhana memiliki arti kota berwibawa yang ramai dan sejahtera.
Dikabupaten ini terdapat beranekaragam kesenian, seperti kesenian Buncis, Domyak,
Wayang Goleh, Seni Ulun Kobongan, Jaipong dan kesenian yang baru sebenarnya
namun bisa mencuri perhatian pemimpin daerah dan masyarakat setempat yaitu
kesenian Genye.
Kesenian ini dihadirkan oleh para seniman Purwakarta didasari oleh
pemikiran bentuk seni yang akan diciptakan untuk Purwakarta, yang menganggap
pentingnya keberadaan suatu kesenian yang menggambarkan masyarakat daerah
1 Kurdiana, Rachmat. Ilmu Budaya Sunda. Bandung Universitas Pasundan, 1996, hlm 93
2 Tarmizi, Pebrian, Fungsi Seni Dendang Dalam Upacara Perkawinan Di Kota Manna
Bengkulu Selatan. Bandung, 2012, hlm 10
purwakarta. Keuninkan dari kesenian genye dapat dilihat dari seni pertunjunkan dan
artistiknya, kesenian genye adalah kesenian helaran dalam bentuk arak-arakan.
I.2Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh kelompok memiliki beberapa tujuan yang
akan dicapat diantaranya:
1. Tujuan umum:
Menjelaskan tentang kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni
Kabupaten Purwakarta
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh data mengenai kesenian Genye di acara Kemilau
Nusantara, serta observasi lapangan langsung di Sanggat Leuweung
Seni Kabupaten Purwakarta.
b. Menjelaskan mengenai perlengkapan, aksesoris, serta bentuk
pertunjukan kesenian Genye.
I.3
Struktur Penulisan
Bab I adalah latar belakang yang mendeskrisikan singkat mengenai Kesenian
genye, dilengkapi dengan tujuan penelitian yang memuat mengenai tujuan penelitian
yang dilakukan oleh kelompok yang langsung melakukan observasi lapangan
Bab II merupakan penjelasan mengenai pakaian, aksesoris dan bentuk
pertunjukan yang akan memuat materi lengkap mengenai studi kasuh yang telah
disampaikan pada tujuan penelitian
Bab III berisi tentnag kesimpulan dan saran dari hasil penelitian dan sarah
sebgai tindak lanjut dari hasil penelitian.
Daftar pustaka merupakan bagian akhir dari laporan penelitian ini yang
teridiri dari daftar pustaka dari bubuk yang digunakan untuk memperkuat lapotan ini.
BAB II
ISI
II.1
Kesenian Genye
Keseian Genye ini berdiri sejak 7 tahun kebelakang sekitar 2008. Ide
Kesenian Genye oleh Pak Deden Guntari dan ini berawal dari melihat sapu lidi
sebagai alat kebersihan. Orang tua zaman dahulu menggunakan sapu nyere untuk
anak yang tidak mau belajar, mengaji bahkan untuk mengusir roh jahat karena ada
yang beranggapan bahwa roh halus itu takut dengan sapu lidi. Pak Deden Guntari
berfikir bagaimana sapu lidi itu dapat menarik untuk dijadikan sebuah kesenian
sehingga masyarakat dapat merespon dan mengapresiasi kesenian tersebut.
Kesenian Genye ini pertama dipertunjukan pada Tahun 2008 di Gedung
Singkrong pada acar Apresiasi Seni dan Budaya tingkat Provinsi. Kesenian ini
tentunya tidak secapat itu untuk menuju kesuksesan. Namun dengan seiring
berkembangnya Kesenian Genye, masyarakat berfikir dengan media ini atau dengan
sapu nyere , orang merasa tertarik karena dibuat dari bahan-bahan yang ada dan beda
dari yang lain.
Kesenian ini sudah terdaftar sebagai Kesenian khas Purwakarta dan sudah di
akui baik dari segi kualitasnya maupun prestasinya. Prestasi yang di raih pada
Kesenian Genye ini selalu menjadi juara pertama atau kedua baik di tingkat Kota
maupun Provinsi. Salah satu nya di acara Kemilau Nusantara 2015 meraih juara ke
dua.
II.2
Pakaian
Pakaian atau costum yang digunakan dalam kesenian genye ini memiliki ciri
khas tersendiri. Dari pakaian penari wanita dan pria itu berbeda dan pakaian
pengering musiknya pun berbebeda. Pakaian-pakaian yang mereka gunakan
diantaranya, yaitu:
Untuk pakaian wanita yang mereka gunakan yaitu berupa baju hitam polos
atau manset hitam. Baju itu dilengkapi dengan sinjang asli dari purwakarta atau
sinjang kebat dan sampur merah. Sinjang itu dibentuk dengan sedemikian rupa
begitupun dengan sampur.
Aksesoris merupakan pelengkap dari bagian atas hingga bawah agar yang
berpenampilan menarik. Adapun aksesoris yang digunakan dalam penari tersebut
diantaranya:
Sanggul
Bunga berwarna merah dan putih
Daun bungbuay
Nyere
Anting
Sapu nyere
Sandal
Untuk pakaian penari laki-laki yang digunakan yaitu berupa pakaian seperti
macan/maung
memakai ikat kepala,
ikat pinggang
syal.
II.3
Artefak
Artefak yang digunakan adalam pertunjukan kesenian ini sangat sederhana
seperti:
1. Ayakan
Sapu songket atau sapu lidi digunakan oleh penari perempuan, sebagai
lambag bebersih.
II.4
Aksesoris
1. Bebegig
Bebegig pada Kesenian Genye sama seperti bebegig lainnya seperti
orang-orangan sawah. Bentuknya sengaja tidak diberi mata hidung biar
masyarakat sendiri yang menafsirkan nya seperti apa. Berat pada bebegig
ini sekitar kurang lebih 30-40kg.
Selain daun bungbuai ada juga Alang-alang, dan Awi wulung yang
digunakan sebgai pelengkap aksesoris kesenian genye ini
2. Kereta karnaval
Kereta Karnaval itu sendiri terdiri dari dua, digunkan untuk mengangkut
pemain, penyanyi dan peralatan musik. Pembuatan kereta karnaval ini
bisanya selama satu bulan dengan berat 80kg. Kereta ini dibaluti dengan
kain kotak kotak hitama putih. Kain kotak kotak hitam putih biasanya
sering kita dapati di Bali, namun sekarang Purwakarta pun menggunakan
kain kotak-kota hitam putih. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan bali
dan sunda itu tidak jauh beda.
3. Peralatan musik
Kesenian Genye ini di iringi oleh lagu Sate Maranggi dimana lagu
tersebut menggambarkan kenikmatan pada makanan khas Purwakarata
yang terkenal dengan kelezatannya.
a. Kendang
b. Drum
c. Goong
d. Terompey
e. Kecrek
f. Bedug
II.4
Bentuk Pertunjukan
Genye merupakan singkatan dari Gerakan Nyere, Nyere (lidi) symbol untuk
pria dengan cara menggotongnya. Di sisi lain para penabuh alat music sunda,
semacam dog-dog, tam-tam dan lainnya, mengiringi para penari genye.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Genye merupakan kesenian kreasi batu yang diciptakan oleh seniman
Saran
Dalam perkembangan kesenian tidak pernah bisa berdiri sendiri, tetapi harus
ada kerja sama dari berbagai pihak yaitu pencipta seni, penikmat seni serta
masyarakat. Jika semua itu dapat terjalin dengan baik maka berdampak pada
keberhasilah dan kemajian kesenian daerah, sehingga akan mendapatkan arah yang
nanrinya dapat diterima para penikmat.
Laporan penelitian yang sederhana ini diarapkan dapar dijadikan sebagai
bahan
pembelajaran
bagi
kawan-kawan
yang
ingin
melestariakn
serta
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurdiana, Rachmat. Ilmu Budaya Sunda. Bandung Universitas Pasundan, 1996,
hlm 93
2. Tarmizi, Pebrian, Fungsi Seni Dendang Dalam Upacara Perkawinan Di Kota
Manna Bengkulu Selatan. Bandung, 2012, hlm 10
3. http://www.wisatajabar.com/2015/06/kesenian-genye-dan-manusia-tanahkhas.html
4. http://purwakartakab.go.id/web2/ikonik-genye-dan-manusia-tanah-sebagaitradisi-penyambutan-di-purwakarta/