Anda di halaman 1dari 17

DINAMIKA BUDAYA INDONESIA

DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 5

NAMA : 1. ALFINA RISKI (1902090054)


2. ALVI HUSNA (1902090082)
3. ANA SALWANI (1902090097)
4. NANI SALWANI (1902090066)
5. ISMA SOFIA (1902090072)
6. SIMAH BENGI
MK : KONSEP DASAR IPS SD II
SEMESTER : II/B
DOSEN : MULIA SHABRI, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Bireuen, 06 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

BAB 1I PEMBAHASAN................................................................................... 2
2.1 Pengertian Budaya............................................................................ 2
2.2 Dinamika Budaya Indonesia............................................................. 5

BAB III PENUTUP........................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan........................................................................................ 13
3.2 Saran.................................................................................................. 13
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat di
artikan sebagai kesatuan dari kebudayaan seluruh wilayah yang ada di Indonesia
Untuk Menumbuhkan rasa cinta Indonesia dalam rangka Mengembalikan Jati diri
Bangsa Indonesia perlu di galakkan kembali karena sekarang ini Indonesia sedang
mengalami nilai nilai pergeseran dari kebudayaan lokal yaitu kebudayaan asli
Indonesia kepada mulainya kecintaan terhadap budaya asing. Dengan majunya
teknologi di mana informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan masyarakat
kita turut pula mempengaruhi tergesernya nilai nilai budaya Indonesia ini. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kebudayaan maupun teknologi baik dari
dalam aupun dari luar. Sekilas kebudayaan dan teknologi dinilai sangatlah
bertolak belakang, kebudayaan lebih menitik beratkan kepada sejarah sedangkan
teknologi berhubungan dengan trend masa kini. Tidak sedikit orang yang menilai
kedua bahasan tersebut demikian. Namun, bila ditelaah lebih dalam lagi pada
dasarnya dan sebenarnya kebudayaan sangat berhubungan dengan teknologi.
Kebudayaan menghasilkan teknologi, sedangkan teknologi menciptakan
kebudayaan dalam masyarakat serta teknologi pertanda kemajuan kebudayaan,
dengan kata lain antara kebudayaan dan teknologi sangatlah mempengaruhi.

1.2.  Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Budaya?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan Dinamika Budaya Indonesia?

1.3.  Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Budaya
2. Untuk mengetahui Dinamika Budaya Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budaya


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran dari pada budi dan daya.
Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya
menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu bangsa atau umat.
Budaya tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan pemikiran yang tinggi
dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan berasaskan peradaban.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat.
Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat di artikan sebagai
kesatuan dari kebudayaan seluruh wilayah yang ada di Indonesia Untuk
Menumbuhkan rasa cinta Indonesia dalam rangka Mengembalikan Jati diri
Bangsa Indonesia perlu di galakkan kembali karena sekarang ini Indonesia sedang
mengalami nilai nilai pergeseran dari kebudayaan lokal yaitu kebudayaan asli
Indonesia kepada mulainya kecintaan terhadap budaya asing. Dengan majunya
teknologi di mana informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan masyarakat

2
kita turut pula mempengaruhi tergesernya nilai nilai budaya Indonesia ini. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kebudayaan maupun teknologi baik dari
dalam aupun dari luar. Sekilas kebudayaan dan teknologi dinilai sangatlah
bertolak belakang, kebudayaan lebih menitik beratkan kepada sejarah sedangkan
teknologi berhubungan dengan trend masa kini. Tidak sedikit orang yang menilai
kedua bahasan tersebut demikian. Namun, bila ditelaah lebih dalam lagi pada
dasarnya dan sebenarnya kebudayaan sangat berhubungan dengan teknologi.
Kebudayaan menghasilkan teknologi, sedangkan teknologi menciptakan
kebudayaan dalam masyarakat serta teknologi pertanda kemajuan kebudayaan,
dengan kata lain antara kebudayaan dan teknologi sangatlah mempengaruhi.

2.1.1 Unsur-Unsur Kebudayaan


Unsur-unsur pokok atau besar "kebudayaan", yang lazim disebut Cultural
Universals. Dari istilahnya saja ini dapat menunjukkan bahwa unsur-unsur
tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai pada setiap "kebudayaan" di
manapun di dunia ini. Tujuh unsur "kebudayaan" yang dianggap sebagai cultural
universals disini adalah:
1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan sebagainya).
2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, system produksi, sistem distribusi dan sebagainya).
3) Sistem ke"masyarakat"an (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan).
4) Bahasa (lisan maupun tertulis).
5) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
6) Sistem pengetahuan.
7) Religi (sistem kepercayaan).

2.1.2 Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat


Kebudayaan" mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan
"masyarakat". "Masyarakat" memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam menjalani kehidupannya. Kebutuhan-kebutuhan "masyarakat" tersebut
sebagian besar dipenuhi oleh "kebudayaan" yang bersumber pada "masyarakat"

3
itu sendiri. Karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan
"kebudayaan" yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi
segala kebutuhan.
Hasil karya "masyarakat" melahirkan teknologi atau "kebudayaan"
kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi "masyarakat"
terhadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit
tujuh unsur, yaitu: Alat-alat produktif, Senjata, Wadah, Makanan dan minuman.,
Pakaian dan perhiasan, Tempat berlindung dan perumahan. Dan Alat-alat
transport. "Masyarakat" yang sudah kompleks yang taraf "kebudayaan"nya lebih
tinggi, kondisinya sudah berlainan dengan taraf permulaan. Hasil karya manusia
yaitu teknologi, memberikan kemungkinan-kemungkinan yang sangat luas untuk
memanfaatkan hasil-hasil alam dan apabila memungkinkan  akan menguasai
alam. Perkembangan teknologi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat,
Jerman dan sebagainya, merupakan contoh di mana "masyarakat"nya tidak lagi
pasif menghadapi tantangan alam sekitarnya. Kebudayaan mengatur supaya
manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat menentukan
sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap orang
bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.
Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi yang berarti kebiasaan orang
seorang itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu
rumah. Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam
tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.

2.1.3 Sifat dan Hakikat Kebudayaan


Sifat  Kebudayaan
1) Terjadinya karena perubahan perilaku kebiasaan manusia
2) Cenderung berkembang disetiap zamamn
3) Tradisi tertentiu masih perlu melakukan ritual tertentu karena menganggap
bahwa ada kekeuatan lebih besar selain dari manusia,yakni tuhan.
4) Kebudayaan seperti music cenderung abadi, hal ini dibuktikan dengan
masih banyaknya langgam-langgam yang dirilis ulang.

4
5) dan budaya menghadapi persoalan yang serius, hal ini sering terjadi jika
penentuan tanah berdasarkan hokum adat dan udang-udang agrarian
Negara.

Hakikat kebudayaan
1) Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2) Kebudayaan telah ada lebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi
tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang
bersangkutan
3) Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah
lakunya.
4) Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban, tindakan-
tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan
tindakan-tindakan yang dizinkan.

2.2 Dinamika Budaya Indonesia


Dinamika Budaya Indonesia dapat disebabkan oleh faktor dari dalam
(internal) masyarakat itu sendiri dan dapat pula oleh faktor yang berasal dari luar
(eksternal) masyarakat itu sendiri.
Faktor yang berasal dari dalam, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
2. Adanya individu yang menyimpang dari sistem yang berlaku, apabila
penyimpangan ini dibiarkan maka akan diikuti oleh individu-individu
lainnya sehingga terjadi perubahan.
3. Adanya penemuan-penemuan barn (inovasi) yang diterima oleh anggota
masyarakat dan membawa perubahan kebudayaan.
4. Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.

Faktor yang berasal dari luar masyarakat misalnya:


1. Bencana alam: gunung meletus, banjir, gempa dan sebagainya
2. Peperangan
3. Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda budayanya.

5
Penjalaran, penyebaran unsur-unsur budaya dari satu kelompok ke
kelompok lain, atau dari satu tempat ke tempat lain disebut difusi. Bersamaan
dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut
pula tersebar unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang disebut
proses difusi (diffusion).
Difusi dapat terjadi kalau:
1. Adanya kontak atau hubungan yang intensif antara dua kelompok yang
berbeda kebudayaannya;
2. Tersedianya sarana komunikasi;
3. Adanya rangsangan kedua belah pihak akan kebutuhan unsur baru;
4. Adanya kesediaan mental kedua belah pihak untuk menerima unsur baru;
5. Adanya kesiapan keterampilan untuk menerima unsur baru.
Ada 3 bentuk difusi yaitu:
1. Difusi ekspansi: suatu proses di mans informasi atau material menjalar
dari satu daerah ke daerah lain semakin lama semakin meluas; Contoh:
urbanisasi, penyebaran sistem uang, berita dari koran atau TV.
2. Difusi relokasi: informasi atau mated pindah meninggalkan daerah asal ke
suatu daerah baru, Contoh; transmigrasi
3. Difusi cascade atau bertingkat: penjalaran melalui tingkatan, dari atas ke
bawah disebut top down contoh: KB atau dapat pula dari bawah ke atas
(Bottom up) contoh: kebutuhan sarana jalan dari masyarakat, diteruskan ke
kepala desa, ke camat, bupati dan seterusnya.
Syarat utama untuk terjadinya akulturasi adalah adanya kontak sosial dan
komunikasi antara dua kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaannya.
Kebudayaan asing akan relatif mudah diterima apabila:
1. Tidak adanya hambatan geografis, seperti daerah yang bergunung relatif
sukar dijangkau sehingga kontak dengan masyarakat luar menjadi sukar.
2. Kebudayaan yang datang memberikan manfaat lebih besar apabila
dibandingkan dengan unsur kebudayaan yang baru.
3. Adanya persamaan dengan unsur kebudayaan lama.
4. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan.
5. Kebudayaan yang datang bersifat kebendaan.

6
Sementara Clifford Geertz (1993), mencoba menyederhanakan aneka
ragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia ke dalam dua tipe yang berbeda
berdasarkan ekosistemnya, yaitu kebudayaan yang berkembang di "Indonesia
dalam" (Jawa, Bali) dan kebudayaan yang berkembang di "Indonesia luar", yaitu
di luar Pulau Jawa dan Bali. Kebudayaan yang berkembang di "Indonesia dalam"
itu ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur dan telah
menggunakan sistem pengairan dan menghasilkan pangan padi yang ditanam di
sawah. Adapun yang dimaksud dengan kebudayaan masyarakat petani
berpengairan seperti yang berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Sama halnya
dengan apa yang dikemukakan oleh Clifford Geertz. Kategori kebudayaan di
pantai ditandai dengan pengaruh Islam yang kuat serta kegiatan dagang yang
menonjol. Kebudayaan tersebut tersebar sepanjang pantai Sumatera dan
Kalimantan yang didukung oleh orang-orang Melayu, dan orang-orang Makassar
dari Sulawesi Selatan.
Kategori ke tiga itu meliputi kebudayaan orang Toraja di Sulawesi
Selatan, orang Dayak di pedalaman Kalimantan, orang Halmahera, suku-suku di
pedalaman Seram, di kepulauan Nusa Tenggara, orang Gayo di Aceh, orang
Rejang di Bengkulu dan Lampung di Sumatra Selatan. Pada umumnya
kebudayaan mereka itu berkembang di atas sistem pencaharian perladangan
ataupun penanam padi ladang, sagu, jagung maupun akar-akaran. Namun
demikian, dikatakan oleh Hildred Geertz, bahwa intensifikasi sistem administratif
pemerintah mulai mengendorkan kesatuan sosial yang berlandaskan ikatan
kekerabatan. Pada hakikatnya, menurut Josselin de Jong, kebudayaan yang
tersebar di Indonesia itu mempunyai landasan, antara lain berikut ini.
1. Bahwa pada masa lampau masyarakat Indonesia itu terdiri dari
beberapa persekutuan yang berlandaskan ikatan kekerabatan yang
menganut garis keturunan secara unilineal, baik melalui keibuan maupun
kebapakan.
2. Di antara persekutuan kekerabatan itu terjalin hubungan kawin
secara tetap sehingga terjelma tata hubungan yang mendudukkan
kelompok kerabat pemberi pengantin wanita lebih tinggi daripada
kedudukan kelompok kerabat yang menerima pengantin wanita.

7
3. Seluruh kelompok kekerabatan yang ada biasanya terbagi dalam
dua puluh masyarakat yang dikenal dengan istilah antropologis "Moiety"
yang satu sama lain ada dalam hubungan saling bermusuhan maupun
dalam berkawan sehingga nampaknya persaingan yang diatur oleh adat.
4. Keanggotaan setiap individu karenanya bersifat ganda dalam arti
bahwa setiap prang bukan hanya menjadi anggota kelompok kerabat yang
unilineal, melainkan juga anggota kesatuan paruh masyarakat atau Moiety.
5. Pembagian masyarakat dalam dua paruh masyarakat itu
mempengaruhi pengertian masyarakat terhadap isi semesta ke dalam dua
kelompok yang seolah-olah saling mengisi dalam arti serba dua yang
dipertentangkan dan sebaliknya juga saling diperlukan adanya.
6. Akibatnya juga tercermin dalam sistem penilaian dalam
masyarakat yang bersangkutan. Ada pihak yang baik dan sebaliknya ada
pula pihak yang jahat atau busuk.
7. Seluruh susunan kemasyarakatan itu erat dihubungkan dengan
sistem kepercayaan masyarakat yang bersangkutan, terutama yang
berkaitan dengan kompleks totemisme yang didominasi dengan upacara-
upacara keagamaan dalam bentuk rangkaian upacara inisiasi dan diperkuat
dengan dongeng- dongeng suci baik yang berupa kesusastraan ataupun
tradisi lisan.
8. Sifat serba dua juga tercermin dalam tata susunan dewa-dewa yang
menjadi pujaan masyarakat yang bersangkutan. Walaupun dikenal lebih
dari dua dewa, mereka menggolongkan ke dalam dua golongan dewa yang
baik dan dewa yang buruk. Dewa yang tergolong buruk atau buruk
biasanya mempunyai sifat ganda, sebab di satu pihak is digambarkan
sebagai anggota masyarakat Dewa yang mewakili golongan atas dan yang
dipuja.
9. Tata susunan masyarakat Dewa itu ternyata mempengaruhi tata
susunan kepemimpinan masyarakat dalam kehidupan politik yang wring
kali merupakan pencerminan tentang kepercayaan yang berpangkal pada
kehidupan dewata.

8
Walaupun pada lahirnya di Indonesia ini berkembang lebih dari dua ratus
lima puluh bahasa yang berbeda, namun mereka itu masih serumpun, yaitu
rumpun bahasa Malayo Polinesia, di samping rumpun bahasa Halmahera Utara
dan rumpun bahasa Papua Melanesian yang tersebar di Irian Jaya maupun pulau-
pulau di sekitarnya. Sementara itu B.Z.N. Ter Haar dalam bukunya yang berjudul
Beginselen en Stelsel Van Het Adatrecht (1946) menyederhanakan lingkungan
kebudayaan di Indonesia ke dalam 19 rechtsringen yang sesungguhnya dapat
diperinci lebih lanjut.
Perkembangan yang terjadi dalam perkembangan budaya di Indonesia itu
oleh C. Geertz disebut sebagai revolusi integratif itu mengandung arti bahwa
ikatan kelompok primordial yang dilandasi oleh hubungan kerabat, keagamaan,
dan kebahasaan meluas ke arah kelompok: yang lebih besar dalam masyarakat
bangsa. Dengan demikian, keberhasilan pembangunan bangsa atau integrasi
nasional dalam masyarakat majemuk sering kali diartikan sebagai pergeseran
ikatan primordial yang tradisional dan bersifat lokal ke arah identitas nasional
yang baru (Deutch, 1961).
Kesadaran itu dituangkan dalam UUD 1945, Pasal 32 yang berbunyi:
"Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia". Selanjutnya dipertegas
UUD 1945 hasil amandemen, Pasal 32 ayat 1 berbunyi: "Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya". Ayat 2 berbunyi "Negara menghormati dan memelihara bahasa
daerah sebagai kekayaan budaya nasional"
Oleh karena itu, cepat atau lambatnya perkembangan suatu kebudayaan
lebih banyak dipacu oleh kontak-kontak kebudayaan. Melalui kontak-kontak
kebudayaan itulah akan terbawa serta pemikiran, pola-pola tingkah laku, serta
teknologi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan serta minat masyarakat yang
bersangkutan. Keberagaman kebudayaan daerah secara vertikal maupun
horizontal sedemikian itulah yang nampaknya melandasi tersusunnya Pasal 32
UUD 1945 yang mengamanatkan perkembangan kebudayaan nasional Indonesia,
di samping kebutuhan akan perangkat pemikiran yang dapat memperkokoh
persatuan dan kesatuan Bangsa. Apa yang dimiliki bangsa Indonesia di awal

9
kemerdekaan ialah kebudayaan-kebudayaan Indonesia yang tersebar di kepulauan
nusantara.
Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa
yang semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung
kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan
yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional. Oleh karena itu, kebudayaan
nasional yang hendak dikembangkan itu telah ditetapkan landasan dan arah tujuan
yang dituangkan dalam penjelasan Pasal 32 UUD 45 yang berbunyi.
"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai bush usaha
budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan- kebudayaan lama, dan
asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di
seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan
harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak
menolak bahan-bahan barn dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia".
Penjelasan Pasal 32 memberikan empat ketentuan arah dan tujuan
pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Pertama, kebudayaan nasional
yang hendak dikembangkan itu harus benar-benar merupakan perwujudan hasil
upaya dan tanggapan aktif masyarakat Indonesia dalam proses adaptasi terhadap
lingkungannya dalam arti luas. Kedua, kebudayaan nasional itu merupakan
perpaduan puncak-puncak kebudayaan daerah sehingga mewujudkan konfigurasi
budaya bangsa. Ketiga, pengembangan kebudayaan nasional itu harus menuju ke
arah kemajuan adab yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Keempat, tidak menutup kemungkinan untuk menyerap unsur-unsur kebudayaan
asing yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional, serta
mempertinggi kemanusiaan bangsa Indonesia.
Konfigurasi budaya itu amat penting artinya sebagai inti penggerak yang
akan menjiwai, memberi makna serta mengarahkan kehidupan berbangsa dan
bernegara di kalangan masyarakat Indonesia yang majemuk. Dalam masyarakat
sedemikian itu diperlukan suatu kerangka acuan, yaitu kebudayaan yang dapat
menjembatani pergaulan antarsuku dan golongan secara nasional. Kerangka acuan

10
yang dapat bertahan dan dapat memperoleh dukungan aktif dari masyarakat secara
nasional ialah kebudayaan yang tidak, hanya berfungsi dalam situasi dan lokasi
serta keterbatasan jangkauan sosial, melainkan kerangka acuan yang dapat
memberikan makna dan arah kehidupan berbangsa serta memberi kebanggaan
bagi para pendukungnya.
Apa yang perlu diperhatikan dalam upaya pembaruan itu ialah kepentingan
nasional, yang dalam kaitan itu perlu dipegang teguh wawasan Nusantara untuk
menghindarkan kesenjangan sosial yang dapat memperlemah persatuan dan
kesatuan bangsa yang mungkin timbul sebagai akibat kesenjangan pemahaman
dan penghayatan kebudayaan nasional di daerah-daerah. Hal itu berarti bahwa
dalam upaya memperkembangkan kebudayaan nasional yang sesuai dengan
perkembangan Daman perlu pula diperhatikan kenyataan adanya kesenjangan
perkembangan daerah yang masih berfungsi sebagai acuan lokal.
Apa yang perlu diperhatikan adalah kemampuan masyarakat untuk
menyerap kebudayaan Asing yang diperlukan dan tidak bertentangan dengan nilai
inti Pancasila. Dalam menyerap unsur-unsur kebudayaan asing, perlu diperhatikan
patokan-patokan untuk memilah-milah unsur-unsur mana yang patutnya diambil
alih, yaitu unsur-unsur yang dapat mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa.
Berbagai peraturan yang menata kehidupan sosial politik di Indonesia
yang diterbitkan oleh pemerintah sejak maklumat No. X Tahun 1945. Tanpa
mengabaikan tradisi yang ada, masyarakat Indonesia telah mengembangkan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang memang diperlukan untuk meningkatkan
derajat kemanusiaan bangsa sesuai dengan amanat UUD 1945. Sesungguhnya
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengembangan
kebudayaan nasional tidak dapat mengabaikan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bersifat universal. Akibat sampingan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam industrialisasi ialah perkembangan masyarakat industri
dengan perangkat nilai budayanya. Di samping itu, pengembangan sistem
pendidikan nasional dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional sangat
penting artinya sebagai sarana integrasi.
Sistem pendidikan nasional tidak terbatas menata kegiatan pendidikan di
sekolah, melainkan lebih meluas mencakup pendidikan dalam lingkungan

11
keluarga, lingkungan kerja dan di lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu,
pengembangan sistem pendidikan nasional boleh dikatakan sebagai keberhasilan
masyarakat dan pemerintah mengembangkan sistem reproduksi sosial dalam
sistem organisasi sosial sebagai unsur kebudayaan nasional. Akhirnya salah satu
unsur kebudayaan nasional yang amat penting akan tetapi sering kali dilupakan
orang ialah bahasa Indonesia. Sejak Sumpah Pemuda 1928, kehadiran akan
bahasa nasional sebagai sarana pemersatu secara tegas telah diungkapkan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat di artikan sebagai
kesatuan dari kebudayaan seluruh wilayah yang ada di Indonesia Untuk
Menumbuhkan rasa cinta Indonesia dalam rangka Mengembalikan Jati diri
Bangsa Indonesia perlu di galakkan kembali karena sekarang ini Indonesia sedang
mengalami nilai nilai pergeseran dari kebudayaan lokal yaitu kebudayaan asli
Indonesia kepada mulainya kecintaan terhadap budaya asing. Dinamika Budaya
Indonesia dapat disebabkan oleh faktor dari dalam (internal) masyarakat itu
sendiri dan dapat pula oleh faktor yang berasal dari luar (eksternal) masyarakat itu
sendiri.
Perkembangan yang terjadi dalam perkembangan budaya di Indonesia itu
oleh C. Geertz disebut sebagai revolusi integratif itu mengandung arti bahwa
ikatan kelompok primordial yang dilandasi oleh hubungan kerabat, keagamaan,
dan kebahasaan meluas ke arah kelompok: yang lebih besar dalam masyarakat
bangsa. Dengan demikian, keberhasilan pembangunan bangsa atau integrasi
nasional dalam masyarakat majemuk sering kali diartikan sebagai pergeseran
ikatan primordial yang tradisional dan bersifat lokal ke arah identitas nasional
yang baru (Deutch, 1961). Akhirnya salah satu unsur kebudayaan nasional yang
amat penting akan tetapi sering kali dilupakan orang ialah bahasa Indonesia. Sejak
Sumpah Pemuda 1928, kehadiran akan bahasa nasional sebagai sarana pemersatu
secara tegas telah diungkapkan.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat
menjadi lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, Jajat. 2007. Sosiologi Antropologi Pendidikan.Bandung: UPI PRESS


Effendi,Ridwan. 2006. Pendiidkan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi.
Bandung: UPI PRESS.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Hermana, Ruswendi. 2006. Perspektif Sosial Budaya. Bandung: UPI PRESS
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT Rineka Cipta
Soekanto,Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai