Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

BAHASA

DISUSUN
OLEH

NAMA : INTAN
NPM : 1902040005
DOSEN : Dr. SILVI DEWI, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya

miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah

ini.

Bireuen, 20 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

BAB 1I LANDASAN TEORI..................................................................................... 2


2.1 Konsep Pendidikan dan Pengajaran Bahasa............................................... 2
2.2 Variasi Pengajaran Bahasa......................................................................... 2
2.3 Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Bahasa................................................ 3
2.4 Pengajaran Bahasa Indoneisa sebagai Bahasa Kedua................................. 4
2.5.Pendekatan Pragmatik dan Komunikatif.................................................... 5

BAB III KESIMPULAN............................................................................................ 6


3.1 Kesimpulan................................................................................................ 6
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Sejak dulu pendidikan sudah dilakukan orang yang digunakan untuk mewariskan
nilai-nilai budaya dari segi generasi tua kepada generasi berikutnya. Karena bahasa
adalah juga bagian dari kebudayaan, meskipun juga untuk menyampaikan segi-segi
kebudayaan lainnya, maka pewarisan kemampuan berbahasa dan sikap positif terhadap
bahasa dapat pula dilakukan melalui jalur pendidikan itu.
Dalam pembelajaran bahasa melalui pendidikan ada variabel yang ada di
dalamnya yiatu murid, guru, bahan  pelajaran, dan tujuan pengajaran. Keempat variabel
tersebut mempunyai hubungan fungsional dalam kegiatan belajar mengajar dan turut
menentukan keberhasilan belajar. Di samping keempat variabel tersebut masih ada
variabel lain yang turut menentukan keberhasilan belajar, yaitu lingkungan keluarga dan
masyarakat tempat siswa tinggal dan lingkungan sekolah tampat murid belajar. Dalam
masyarakat yang multilingual, multirasial, dan multikultural, maka faktor kebahasaan,
kebudayaan, sosial, dan etnis juga merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pengajaran bahasa. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar bahasa
ada sejumlah variabel, baik yang bersifat linguistik maupun yang bersifat nonlinguistik,
yang dapat menentukan keberhasilan belajar mengajar.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Pendidikan dan Pengajaran Bahasa


Secara garis besar konsep pendidikan bahasa atau pembelajaran bahasa
(language learning) itu adalah proses dikuasainya bahasa sendiri atau bahasa lain oleh
seorang manusia (Kridalaksana, 2014: 159). Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Menurut Ihsan (2015: 1) menjelaskan bahwa dalam pengertian yang
sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan”. Pengajaran bahasa
(language teaching) adalah bidang linguistik terapan yang meliputi teori dan praktik
pendidikan yang bersangkutan dengan pengajaran bahasa sendiri dan pengajaran bahasa
asing, dan yang mencakup metode dan bahan pelajaran bahasa (Kridalksana, 2014: 163)

2.2. Variasi Pengajaran Bahasa


Suatu kegiatan belajar mengajar akan terjadi jika melibatkan tiga komponen
utama yang terdiri dari siswa, guru, dan bahan pelajaran. Selain itu ada komponen
pendukung yang turut menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar, yakni tujuan,
metode, media, alat dan pendekatan, serta evaluasi, yang semuanya tercakup dalam
kurikulum dan bersifat fungsional. Dalam konteks pengajaran bahasa, siswa dipandang
sebagai subjek ajar yang harus diperlakukan sebagai individu dengan segala kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Perbedaan individu dapat menjadi pertimbangan
guru agar dalam proses belajar dapat berjalan lebih efektif. Dalam konsep pendidikan
modern, peran guru tidak lagi terbatas pada tugas-tugas training, instructing,
conditioning, dan indoctrinating semata (Hodayat, et. Al., 2012: 6). Oleh karena itu,
dalam pandangan humanistik, dewasa ini peran seorang pendidik lebih diarahkan pada
tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator, dan konselor. Dalam konteks pengajaran
bahasa, setiap guru dituntut agar selau berinisiatif dalam rangka lebih memperluas
wawasan keilmuannya.

2
Dalam kurikulum yang lebih mutakhir, komponen-komponen pengajaran seperti
bahan dan sumber belajar, media dan alat peraga, metode dan pendekatan, teknik
evaluasi, serta pengalokasian waktu tidak lagi dicantumkan secara jelas. Hanya tujuan
pengajaran yang telah dicantumkan secara ekspluisit. Pemilihan bahan dan sumber
belajar bahasa bersifat fleksibel. Sumber belajar siswa bisa didapatkan dari buku-buku,
majalah, koran, radio, televisi, internet, lingkungan alam, dan lain-lain, juga masalah
media dan alat peraga, cukup banyak fasilitas yang dapat dimanfaatkan. Guru juga dapat
menciptakan metode baru berdasarkan hasil telaah dan pengalamannya sendiri.
Keberhasilan proses belajar-mengajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan belajar maupun lingkungan tenpat tinggal sisiwa. Seorang guru juga
harus memahami prinsip-prinsip dasar pengajaran, baik yang brekaitan dengan aspek
psikologis maupun aspek metodologisnya. Aspek psikologis berhubungan dengan faktor
motivasi, pengalaman, keingintahuan, pemecahan masalah, dan berpikir analisis-sinteseis,
dan perbedaan individual. Sedangkan aspek metodologis terutama berkaitan dengan
masalah strategi belajar-mengajar harus dipraktikkan secara hierarkis. Aspek ini meliputi
prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang
dekat ke yang jauh, dari pola ke unsur, dari penggunaan ke pengetahuan menurut masalah
dan bukan kebiasaan, serta berdasarkan kenyataan bukan rekayasa. (Chaer dan Agustina,
2014: 271-277)

2.3. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Bahasa


Tujuan pengajaran erat kaitannya dengan tujuan belajar bahasa dan fungsi-fungsi
bahasa.  Terkait dengan fungsi bahasa, tujuan belajar bahasa seseorang bisa jadi untuk
pengembangan intelektual, emosional, kultural, interpersonal, instrumental, atau untuk
tujuan artistik (Chaer dan Agustina, 2014: 64-66). Namun secara umum tujuan belajar-
mengajar pada dasarnya selalu mengacu pada fungsi bahasa sebagai latar komunikasi dan
interaksi sosial. Mengacu pada laporan komisi pembaharuan pendidikan nasional dan
rumusan Nostrand, tujuan pengajran bahasa dapat dibagi ke dalam empat golongan
utama, yaitu tujuan pengajaran, tujuan instrumental, tujuan integratif, dan tujuan
kebudayaan (Nababan, 2011: 64-66).
Ditinjau dari sudut penutur bahasa Indonesia, tujuan umum pengajaran bahasa
Indonesia adalah sebgaia berikut.
1) Tercapainya pengguanaan bahasa baku yang cermat, tepat, dan efisien dalam
komunikasi yaitu pemkaaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

3
2) Tercapainya pemilihan keterampilan yang baik dalam menggunakan bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi dan pengetahuan yang sahih
3) Tercapainya sikap positif terhadap bahasa Indonesia, yairtu sikap yang erat
kaitannya dengan rasa tanggung jawab, yang tampak dari perilaku sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa tujuan pengajaran bahasa berbeda-beda.
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional, di
samping juga harus mempertimbangkan tujuan instutisional lembaga pendidikan masing-
masing.

2.4.      Pengajaran Bahasa Indoneisa sebagai Bahasa Kedua


Sebagian besar rakyat Indonesia tidaK lahir dari bahasa Indonesia, tetapi justru
dari bahasa ibunya masing-masing yang sangat beragam itu. Oleh karena itu, kedudukan
bahasa Indonesia pada umumnya dipandang sebagai bahasa kedua dalam konteks
pendidikan dan pengajaran bahasa di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar
hingga ke perguruan tinggi (Pateda, 2013). Persoalan interferensi bahasa daerah terhadap
pengajaran bahasa Indonesia terjadi pada tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Pada tataran fonologi, kesalahan baik dalam konsep error dan mistake sering kali terjadi
dalam kaitannya dengan pelafalafan fonem-fonem tertentu dalam kata-kata bahasa
Indonesia sebagai pengaruh kebiasaan berbahasa daerah. Contohnya pada anak Banjar
Hulu, mereka menyebut botol, sekolah, dan kecap dengan lafal huruf butul, sakulah,
kicap. Sebab, dalam fonologi bahasa Banjar Hulu hanya dikenal tiga vokal, yaitu /a/,
/i/, /u/.
Pada tataran morfologi, kesalah sering terjadi dalam kata-kata bentukan.
Contohnya, ketika mengarang, misalnya anak-anak Banjar menuliskan
kata sekolah dengan sekolahan.
Pada tataran sintaksis, kesalahan sering terjadi dalam bentuk struktur kalimat
menyimpang dari kaidah atau pola kalimat bahasa Indonesia. Contohnya anak Jawa
sering mengucapkan kaimat seperti Rumah Joko yang besar sendiri, menurut struktur
bahasa Indonesia kalimat tersebut seharusnya, Rumah Joko yang peling besar. Kesalahan
ini sebagai hasil interferensi kalimat bahsa Jawa, yaitu Omah Joko seng gede dewek.
Dalam konteks pengajaran bahasa kedua, kesalahan-kesalahan di atas merupakan
bentuk transfer negatif bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Kesalahan-kesalahan
akibat interferensi bahasa daerah dapat diatasi melalui pendekatan linguistik konstrantif
yang bertujuan umntuk mengidentifikasikan perbedaan bahasa dan bentuk-bentuk
kesalahan yang sering dilakukan siswa dan analisis kesalahan berbahasa yang bersifat
aplikatif, yakni memperbaiki dan mengurangi kesalahan berbahasa pada siswa (Tarigan,

4
2013). Dalam mencapai tujuan pendidikan bahasa Indonesia, kurikulum bahasa, buku
pelajaran bahasa, metode belajar-mengajar bahasa, guru, lingkungan keluarga, dan
masyarakat serta perpustakaan sekolah memegang peranan penting.  Guru bahasa dan non
bahasa diberbagai jenjang dan jenis pendidikan serta lingkungan keluarga dan masyarakat
harus dapat memberikan teladan berbahsa dengan baik dan benar.

2.5.      Pendekatan Pragmatik dan Komunikatif              


Konsep pragmatik menurut pemahaman saat ini dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan, dan pragmatik sebagai sesuatu
yang mewarnai kegiatan mengajar yang dibagi lagi menjadi pragmatik sebagai bidang
kajian ilmu linguistik dan pragmatik sebagai salah satu aspek bahasa yang lazim disebut
fungsi komunikasi. Konsep pragmatik sebenarnya mencakup kegiatan berbicara dan
menulis. Sebab, secara konseptual, pragmatik sesungguhnya lebih dimaksudakn sebagai
suatu pendekatan dalam pengajaran bahasa, bukan sebagai materi yang diajarkan. Jadi,
pendekatan pragmatik pada dasarnya menghendaki agar pengajaran bahasa lebih
diarahkan pada kegiatan penggunaan bahasa secara kontekstual, sesuai dengan fungsinya
sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial (Tarigan, 2013).
Konsep pragmatik dan pendekatan komunikatif pada hakikatnya masih sangat
erat. Kedua pendekatan ini sama-sama bertolak pada pentingnya aspek pengguaan bahasa
(language use) di dalam pengajaran bahasa, bukan pada aspek pengetahuan atau kaidah-
kaidah bahasa (language rule) sebagaimana dalam pandangan struktural. Sasaran
pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif (communicative language teaching)
adalah tercapainya kompetensi komunikatif (communicative competence), yaitu
kemampuan seseoarang dalam menggunakan suatu bahasa yang secara sosial dapat
diterima dan memadai. Dalam pandangan komunikatif bukan kebenaran kaidah bahasa
yang dipentingkan, melainkan berterimanya ragam bahasa yang digunakan dalam suatu
peristiwa komunikasi.

5
BAB III
KESIMPULAN

Masalah pendidikan dan pengajaran bahasa bukan hanya menjadi kajian


linguistik terapan, tetapi juga menjadi bidang kajian sosiolinguistik. Dalam kaitannya
dengan sosiolingustik, pendidikan dan pengajaran bahasa itu mencakup konsep
pendidikan dan  bahasa pengajaran bahasa, variasi pengajaran bahasa, tujuan pendidikan
dan pengajaran bahasa, pengajaran bahasa kedua, pendekatan pragmatik dan komunikatif.
Pendidikan dan pengajaran bahasa menekankan penguasaan keterampilan
berbahasa. Kurikulum  bahasa yang berlaku di sekolah dasar dan sekolah menengah harus
terus disempurnakan dengan memperhatikan aspek psikologis dan sosiolinguistik bahasa
serta keluwesan dan kesinambungan isinya. Untuk meningkatkan serta memperluas
wawasan guru bahasa di sekolah dasar dan sekolah menengah harus disusun dan
dikembangkan sebagai buku acuan seperti buku panduan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, tata bahasa pedagosis, dan panduan pengajaran bahasa komunikatif.

6
DAFTAR PUSTAKA

Chaer Abdul & Agustina Leonie. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Hodayat. 2012. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif di dalam
Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Ihsan, Fuad.2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Kridalaksana. 2014. Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia.
Nababan, PWJ. 2011. Sosiolinguistik : Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Gramedia
Pateda, Mansoer. 2013. Linguistik Terapan. Flores: Nusa Indah.
Tarigan, H. G.(2013). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai