Anda di halaman 1dari 17

Gangguan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan pada Lansia

Makalah Ini Digunakan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :

Syafarina Nur W 22020112130090


Nur Khasanah 22020112130112
Veronica Lita W 22020112140022
Ulfah Habibah I 22020112140033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
A. NUTRISI
Kebutuhan nutrisi lansia tidak sama dengan kebutuhan orang dewasa atau yang
lebih muda. Pemahaman tentang kebutuhan nutrisi lansia sangat penting untuk
memberikan asuhan keperawatan yang baik. Untuk menilai kecukupan nutrisi dan
memilih intervensi yang baik, perawat harus memiliki pengetahuan tentang nutrisi dasar
dan terapi diet. (1)
Penelitian telah menunjukkan mayoritas lansia di Amerika percaya bahwa nutrisi
penting untuk kesehatan. Tapi mereka tidak selalu mengkonsumsi nutrisi yang baik.
Informasi dari The National Council Aging mengungkapkan bahwa lansia memiliki
resiko tinggi mengalami gizi buruk yang memberikan efek negatif pada kesehatan
mereka. Perkiraan lansia yang menderita gizi buruk berkisar dari 15% menjadi 50%
dengan resiko kekurangan gizi yang lebih tinggi. Data yang dikumpulkan dari the Elderly
Nutrition Programs of the Older Americans mengungkapkan bahwa sekitar 75% dari
lansia memiliki resiko sedang sampai tinggi untuk terkena gizi buruk. (1)
Kebutuhan gizi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk
kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh,mengatasi proses menua, dan
memperlambatusia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut usia berkurang karena
berkurangnya kalori dasar akibat kegiatan fisik. Kebutuhan kalori klien lanjut usia tidak
melebihi 1700 kalori.

1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok famili dari zat gula dan pati. Karbohidrat
terbagi menjadi dua jenis yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana. Karbohidrat
sederhana lebih mudah digunakan karena mereka memiliki ikatan yang lemah sehingga
mudah untuk dipecah dan digunakan oleh tubuh. Karbohidrat tersebut misalnya gula,
madu, sirup dan permen. Karbohidrat kompleks harus dipecah menjadi karbohidrat
sederhana sebelum digunakan oleh tubuh. Pemecahan tersebut membutuhkan waktu dan
energi. Contoh makanan yang mengandung karbohidrat komplek adalah sayuran, padi-
padian dan buah. Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks biasanya juga
mengandung nutrisi yang lain seperti mineral dan vitamin yang lebih banyak
dibandingkan pada makanan yang mengandung karbohidrat sederhana. Karbohidarat
kompleks biasanya mengandung lebih banyak erat yang larut dalam air. Menurut The
American Health Association merekomendasikan sekitar 55-60 % kalori dalam tubuh
berasal dari karbohidrat kompleks. Rekomendasi lebih ditujukan untuk lansia. (1)
Diet tinggi karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mengontrol terjadinya
proses penyakit. Serat yang larut dalam karbohidrat dapat menyerap kolesterol jahat
dalam darah yang membantu individu yang memiliki resiko penyakit arteri korener.
Karbohidrat kompleks juga memiki peranan penting mengontrol diabetes karena
efektivitasnya dalam menghasilkan energi tanpa menyebabkan peningkatan glukosa
dalam darah. (1)

2. Protein
Protein terdiri dari asam amino yang penting untuk perbaikan jaringan. RDA
protein untuk wanita diatas 50 tahun adalah 50 gram per hari, sedangkan untuk pria diatas
50 tahun, RDA proteinnya adalah 65 gram per hari. Data dari The National Health and
Nutrition Examination Survey mengungkapkan bahwa 10 % - 25 % wanita diatas 55
tahun mengonsumsi kurang dari setengah jumlah harian protein yang disarankan.
Konsumsi protein pada lansia dapat dipengaruhi oleh banyak factor termasuk
kemampuan untuk mendapatkan dan menyiapkan makanan, bahkan kemampuan untuk
mengunyah makanan yang mengandung protein tinggi. (1)
Beberapa makanan yang tinggi protein seperti steak, ham, jeroan, kuning telur,
dan susu juga mengandung banyak lemak. Konsumsi protein dengan kandungan lemak
tinggi yang berlebihan dapat meningkatkan kolesterol dalam darah dan trigliserida, yang
pada gilirannya berkontribusi terhadap pembentukan plak aterosklerotik dan perubahan
dalam pembuluh darah. Oleh karena itu, banyak dokter dan ahli gizi merekomendasikan
bahwa makanan protein dengan lemak tinggi perlu dibatasi. Orang yang melakukan diet
lemak harus mengonsumsi protein rendah lemak seperti ikan dan unggas tanpa lemak
serta protein dari sumber tanaman seperti kacang polong dan kacang-kacangan. (1)
3. Lemak
Lansia disarankan mengkonsumsi lemak sekitar 25 % sampai 30 % dari total
asupan kalori harian. Saran ini berlaku untuk semua umur. Lemak diperlukan dalam
diet untuk membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan
memberikan jumlah yang cukup. Lemak dibutuhkan karena dapat memberikan rasa
kenyang setelah makan. (1)
Ketika mempertimbangkan asupan lemak dalam makanan , penting untuk
memilih jenis lemak yang ingin dikonsumsi. Tubuh menggabungkan lemak menjadi zat
yang disebut lipoprotein, yang mengandung kolesterol dan protein . Ada tiga jenis
penting dari lipoprotein : high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein
(LDL) , dan very low density lipoprotein (VLDL). (1)
LDL terdiri dari kolesterol dan diyakini berkontribusi terhadap penyakit
pembuluh darah. VLDL terdiri dari trigliserida dan dapat berkontribusi untuk penyakit
pembuluh tetapi tidak signifikan seperti halnya LDL. HDL, yang disebut lemak sehat,
terdiri dari protein yang muncul untuk melindungi diri terhadap penyakit pembuluh
darah . Beberapa orang yang telah makan makanan kolesterol tinggi selama hidupnya
akan susah untuk mengubah kebiasaan makan mereka dengan bertambahnya usia
mereka. Mereka mungkin merasa sulit atau tidak suka untuk berbelanja dan
menyiapkan makanan dengan cara baru. Namun ada beberapa orang yang berhasil
dapat mengubah diet mereka. (1)

4. Vitamin
a. Vitamin yang larut dalam lemak (1) :
Vitamin A : Ditemukan pada susu, mentega, keju, hati, sayur-sayuran hijau dan
kuning, dan buah.
Banyak orang tua mungkin kekurangan vitamin A karena kondisi
kronis yang mengganggu penyerapan lemak seperti penyakit kandung
empedu dan radang usus
Vitamin D : Ditemukan pada susu dan margarin, minyak ikan kod, lemak ikan, dan
telur
Vitamin D mendorong penyerapan kalsium.
Vitamin E : Ditemukan pada jagung dan minyak safflower, margarin, biji-bijian,
kacang- kacangan, sayuran berdaun hijau.
Vitamin E mendorong integritas sel darah merah
Vitamin K : Dapat ditemukan pada sayuran berdaun hijau dan hati, sintesis bakteri
di usus.
Vitamin K penting untuk pembentukan protrombin, yang diperlukan
untuk pembekuan darah.

b. Vitamin yang larut dalam air (1) :


Vitamin B1 : Ditemukan pada jeroan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Vitamin B1 penting untuk metabolisme karbohidrat
Vitamin B2 : Ditenukan pada susu, keju, telur, jeroan, kacang-kacangan, sayuran
berdaun hijau.
Vitamin B2 penting untuk pemeliharaan jaringan dan produksi air
mata
Niacin : Ditemukan pada daging tanpa lemak, hati, biji-bijian, kacang-
kacangan
Niacin penting untuk melepaskan energi dari lemak, karbohidrat, dan
protein
Vitamin B6 : Ditemukan pada biji-bijian, sayur-sayuran, kacang-kacangan, daging
dan pisang .
Vitamin B6 bertindak dalam proses sintesis protein dan metabolisme
asam amino, dapat berinteraksi dengan levodopa oleh pasien dengan
penyakit Parkinson
Asam folat : Ditemukan pada gandum, kacang-kacangan, dan sayuran hijau
Asam folat penting dalam sintesis hemoglobin dan metabolisme asam
amino
Vitamin B12 : Ditemukan dalam otot dan daging, telur, kerang, dan susu
Vitamin B12 dibutuhkan untuk pematangan sel darah merah.
Kekurangan umumnya terlihat dengan defisiensi asam folat.
Vitamin C : Ditemukan pada buah jeruk, tomat, kubis, melon, stramberry, paprika
hijau sayuran berdaun hijau
Vitamin C penting penting dalam pembentukan dan pemeliharaan
struktur kolagen jaringan ikat, mendorong penyembuhan dan
elastisitas dinding kapiler

5. Air
Sekitar 60% dari rata-rata tubuh orang dewasa terdiri dari air. Laki-laki dewasa
memiliki cairan tubuh yang sedikit lebih banyak dari perempuan. Lansia biasanya
memiliki cairan tubuh yang kurang dibandingkan orang dewasa muda. Jumlah total
cairan tubuh berkurang sekitar 8% pada lansia. Jumlah air dalam aliran darah tetap relatif
konstan, tetapi orang dewasa yang lebih tua cenderung memiliki cairan kurang dalam
ruang intraseluler dan interstitial daripada orang yang lebih muda. hasil penurunan cairan
hilangnya turgor kulit dan menyebabkan penampilan keriput yang umum dengan penuaan.
cairan menurun meningkatkan risiko ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi.
kebanyakan orang dewasa membutuhkan 2.000-3.000 ml cairan setiap hari. Lebih banyak
konsumsen yang mengonsumsi air dalam bentuk teh, kopi, dan jus. (1)
Air biasanya dikeluarkan melalui, keringat, pernapasan, dan defekasi. Kehilangan
cairan yang abnormal biasanya terjadi pada diare, muntah, diaphoresis, penyedotan
lambung, dan drainase luka, mineral penting sering hilang bersama dengan air. Jumlah
cairan yang masuk kedalam tubuh harus seimbang dengan jumlah dieliminasi dari tubuh,
ini mengacu pada keseimbangan sebagai cairan. (1)

Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lanjut Usia

1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan ( akibat kerusakan gigi/ ompong)


2. Berkurangnya cita rasa
3. Berkurangnya koordinasi otot
4. Keadaan fisik yang kurang baik
5. Faktor ekonomi dan social
6. Faktor penyerapan makanan ( daya absorpsosi )
7. Berat badan (lemak tubuh) cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, sedangkan
sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga komposisi air dalam tubuh lansia kurang
dari manusia dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan bayi
8. Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan kemampuan untuk
memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih tinggi.
9. Terdapat penurunan asam lambung, yang dapat mempengaruhi individu untuk
mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap konstipasi
karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas, pantangan diit, dan
penurunan aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan konstipasi. Penggunaan
laksatif yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah pada masalah diare.
10. Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensitif dan mungkin mempunyai masalah
dalam mendapatkan cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau mengungkapkan
keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke).

Proses Penuaan Normal Pada Saluran Gastrointestinal


Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam saluran
gastrointestinal dalam beberapa derajat. Namun karena luasnya persoalan fisiologis pada
system gastrointestinal hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan usia yang
dilihat dalam kesehatan lansia. Banyak masalah-masalah gastrointestinal yang dihadapi
oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan gaya hidup mereka.
1. Rongga mulut
Penampilan fisik, kemampuan berkomunikasi dan asupan nutrisi ditingkatkan oleh
bersiham mukosa mulut dan keutuhan gigi. Walaupun tanggalnya gigi bukan suatu
konsekuensi dasar dari proses penuaan, banyak lansia mengalami penanggalan gigi
sebagai akibat dari hilangnya tulang penyokong pada permukaan periosteal dan
periodontal. Mukosa mulut tampak merah dan mengkilat pada lansia karena adanya atrofi.
Bibir dan gusi tampak tipis karena epithelium telah meyusut dan menjadi lebih
mengandung keratin. Aliran air liur tetap normal pada lansia yang sehat dan tidak
mendapatkan pengobatan yang akan dapat menyebabkan mulut menjadi kering.
2. Esofagus, lambung dan usus
Motilitas esophagus tetap normal meskipun esophagus mengalami sedikit dilatasi seiring
penuaan. Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan tonus. Reflex muntah
pada lansia akan melemah. Kesulitan dalam mencerna makanan adalah akibat dari atrofi
mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung. Atrofi mukosa lambung merupakan
akibat dari penurunan sekresi asam hidroklorit (hipoklohidria), dengan pengurangan
absorbs zat besi, kalsium, dan vitamin B12. Motilitas gaster biasanya menurun dan
melambatnya gerakan dari sebagian makanan yang dicerna keluar dari lambung terus
melalui usus halus dan usu besar.
3. Saluran empedu, hati, kandung empedu dan pancreas
Kapasitas fungsional hati dan pancreas dalam rentang normal karena adanya cadangan
fisiologis dari hati dan pancreas. Setelah usia 70 tahun ukuran hati dan pancreas akan
mengecil, terjadi penurunan kapasitas menyimpan dan kemampuan mensintesis protein
dan enzim-enzim pencernaan. Proses penuaan telah mengubah proporsi lemak empedu
tanpa perubahan metabolism asam empedu yang signifikan. Factor ini mempengaruhi
peningkatan sekresi kolesterol

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengkajian Nutrisi Pada Lansia

1. Memastikan asupan kalsium yang adekuat


a. Kalsium terdapat di produk susu, tahu, sayuran hijau, tiram, salmon dan sarden sangat
penting untuk mepertahankan densital tulang dan mencegah osteoporosis.
b. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang mangandung kalsium setiap harinya.
c. Serat tyang adekuat penting dalammeningkatkan defekasi teratur dan dapat mencegah
kanker colon. Sumber seratyang baik bagi tubuh pada sereal gandum utuh dan roti,
buah dengan kulit, sayuran, kacang-kacangan. Makana inangat bauik dikonsumsi
setipa harinya
2. Mencegah interaksi obat dengan makanan
Obat dapat mempengaruhui status nitrisi pasiendengan cara merubah absorbs
nutrisi,metabolism, pemakaina atau sekresi. Demekian juga berbagai makanan, minuman
dan suplemen mineral atau vitamin dapat mempengaruhi absorbs dan keefektifan obat-
obatan. Interaksi ini harus diperhatikan ketika melakukan evaluasi regimen pengobatan
pada pasien.

Masalah Gizi Pada Lansia


1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan
makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan
merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing
manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan
protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya
rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena
infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

Pemantauan Status Nutrisi


1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih
dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan
berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :

Berat badan ideal = TB dalam cm – 100


Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup
sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi
palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-
obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang
ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein
bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang
atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak
terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.

B. CAIRAN
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah
melakukan aktivitas. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit disaluran kemih
seperti kencing batu, batu ginjal, dll. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan
sendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk
mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup
kerja usus tidak dapat maksimal dan timbullah sembelit. Air mineral atau air putih lebih
baik daripada kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup dan dianjurkan
minimal kita minum air putih 1.5 sampai dengan 2 liter/hari. Minuman seperti kopi, teh
kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup bahkan tidak baik untuk kesehatan dan harus
dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti
kencing manis, darah tinggi, obesitas, dan jantung.

Hal yang harus diperhatikan :


Mencegah dehidrasi
a. Nasehati pasien untuk mengurngi munuman yang mengandung alcohol dan kafein
b. Pantau asupan dan keluaran, pastikan asupan cairan minimal 1500 ml/oral dan
haluaran urine sampai 1500 ml/24 jam.
c. Mengkaji turgor kulit dan membrane mukosa
d. Mengkaji TTV dan hasil laboratorium
e. Menimbang berat bdan pasien pada waktu yang sama setiapa harinya
f. Jika pasien tidak dapat menerima cairan secara per oral maka programkan pasien
untukmendapatkancairan melalui IV

Pemantauan Status Cairan Pada Lansia


1. Tanda-tanda kekurangan cairan
a. Tanda – tanda vital
 Terjadi peningkatan suhu tubuh
 Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan (normal :
14 – 20 x/mnt)
 Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
 Tekanan darah menurun
b. Pemeriksaan Fisik :
 Kulit kering dan agak kemerahan
 Lidah kering dan kasar
 Mata cekung
 Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastic
 Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)
c. Perilaku :
o Penurunan kesadaran
o Gelisah
o Lemah
o Pusing
o Tidak nafsu makan
o Mual dan muntah
o Kehausan (pada lansia kurang signifikan)
d. Terjadi penurunan jumlah urin
2. Tanda-tanda kelebihan cairan
a. Tanda –tanda vital
o Terjadi penurunan suhu tubuh
o Dapat terjadi sesak nafas
o Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat
o Tekanan darah meningkat
b. Pemeriksaan fisik :
o Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat)
o Edema
o Peningkatan BB secara tiba-tiba
o Kulit lembab
c. Perilaku :
o Pusing
o Anoreksia / tidak nafsu makan
o mual muntah
d. Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)

C. GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA LANSIA


1. Dispagia
Dispagia adalah kesulitan menelan akibat beberapa penyebab yaitu gangguan
neuromuscular (misalnya stroke, multiple sclerosis dan penyakit parkinson), gangguan
struktur kerongkongan ( misalnya tumor, divertikula, dan striktur), gangguan pembuluh
darah (misalnya aneurismia aorta), radang tenggorokan (infeksi sekunder dan obat )
tumor leher dan tiroid.(2)
Dispagia di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu dispagia orofaringeal dan
esophagus. Dispagia orofaringeal memiliki tanda seperti kesulitan menelan dan transfer
makan cepat pada spinter esophagus bagian atas. Dispagia esophagus merupakan hasil
aktivitas peristaltic esophagus yang teratur dan obstruksi spinter esophagus bagian
bawah. Dispagia terjadi setelah menelan, di ikuti batuk dan tersedak. Kelaparan,
dehidrasi, dan aspirasi pneumonia merupakan akibat dari dispagia. (2)
Tanda dan gejala dispagia biasanya di tandai dengan adanya keluhan menelan,
sering tersedak, perubahan suara, pneumonia berulang, nyeri ulu hati, air liur, kelemahan
otot atau massa di tenggorokan, napas tidak normal terdengar suara sekunder
pneumonia/ pneumonitis, abnormal sualar vascular (bising) dapat dikaitkan adanya
dispagia. (2)
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perawat (2) :
1. Anjurkan klien untuk sering mengkonsumsi makanan untuk mengurangi perut kembung
2. Meningkatkan asupan cairan saat makan ( memfasilitasi transfer bolus dari mulut ke
kerongkongan )
3. Anjurkan klien untuk menghidari berbaring setelah makan ( agar tidak terjadi refluks
karena dapat mengiritasi esophagus bawah)
4. Pantau efek samping obat yang dikonsumsi klien ( obat obat anti inflamasi nonsteroid
dan antibiotik tertentu dapat mengiritasi kerongkongan )
5. Perhatikan keadaan organ hati klien untuk menentukan respon klien terhadap dispagia
6. Amati klien pada saat makan
7. Perhatikan bagaiman klien mengelola cairan dan makanan dari konsistensi yang berbeda
8. Kaji kemampuan produksi air liur klien
9. Amati penurunan berat badan dan tanda-tanda dehidrasi
10. Perhatikan pola bicara dan kelainan nada hypernasal

Cara menilai kemampuan reflex menelan klien adalah sebagai berikut (2) :
1. Minta pasien untuk menempatkan nya lidah terhadap langit-langit mulut.
Gerakan ini diperlukan untuk mendorong makanan ke dalam tenggorokan.
2. Lengkungan tonsil pasien dan langit-langit di letakkan kapas lembab dan tanyakan
apakah bisa dirasakan. Beberapa dorongan diperlukan untuk menelan .
3. Uji kontrasi faring dengan merangsang lengkungan tonsi dengan kapas basah. Kapas
basah harus dapat melembab dengan air lemon dingin untuk diperoleh kontrasi otot faring.
Setelah teridentifikasi memilki disfagia sekunder terhadap gangguan
neuromuscular maka perawat lebih berfokus pada strategi untuk mengurangi resiko
aspirasi.

Diagnosa Tujuan/ criteria hasil Intervensi


perubahan dalam klien atau pengasuh 1. Kaji kemampuan klien untuk menelan
pola makan menunjukkan 2. Posisi klien dengan nyaman dalam
(disfagia) ukuran untuk posisi tegak
mengurangi aspirasi 3. anjurkan klien kepala fleksibel ke
depan
4. Memberikan dan menyiapkan peralatan
hisap
5. Periksa mulut klien adanya lendir dan
suction jika diperlukan.
6. Mendorong klien makanan sedikit demi
sedikit g pada suatu waktu.
Menggunakan sendok teh atau jarum
suntik jika diperlukan..
7. Letakkan makanan di dekat molar
belakang pasien.
8. Periksa sisa makanan dalam mulut di
akhir makan.
9. Jika tersedak , tempatkan dagu klien
dada dan Fleksikan tubuhnya di bagian
pinggang. Suction makanan dari mulut
10. Biarkan clien duduk tegak selama 30
menit setelah makan.
2. Gangguan usus kecil
Ganggaun paling umum dari usus kecil pada lansia adalah penyerapan makanan
yang buruk ( malabsorpsi ). Malabsorpsi di sebabkan kurangnya sekresi asam lambung,
penggunaan antasida jangka panjang, dan obat –obatan antikolinergik dan narkotik
dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri. (2)
Malabsorpsi pada lansia mungkin akan mengakibatkan inskemia , Ketika aliran
darah ke usus terganggu, efisiensi usus yang berkurang, sehingga menyebabkan
malabsorpsi. Kontaminasi usus halus oleh bakteri perut (sindrom blind loop) juga dapat
menyebabkan malabsorpsi. Bakteri menyerang empedu, merusak fungsi penyerapan
lemak. malabsorpsi paling sering dihubungkan dengan usus kecil dan stasis setelah
gastrektomi parsial. (2)
Tanda dan gejala malabsorpsi :
1. Peradangan usus
2. Diare
3. Sakit perut
4. Perdarahan anus
5. Kurus, membrane mukosa pucat dan turgor kulit kering
6. DemamTekanan darah rendah
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu :
1. Kaji penggunaan antasida yang berlebihan
2. Anjarkan klien untuk memilih makan yang harus dihindari seperti susu dan produk
susu
3. Diskusikan dengan anggota keluarga untuk memberikan dorongan makan makanan
sehat bagi klien
4. Anjurkan keluarga klien untuk memberikan makanan yang mudah dicerna
5. Kaji pola eliminasi dan asupan makanan
6. Kaji tanda-tanda dan gejala dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
7. Kaji diet yang pernah dilakukan sebelumnya
3. Gangguan Usus Besar
Penyakit yang terdapat pada usus besar adalah penyakit divertikular, kanker,
sembelit, dan diare. (2)
a. Penyakit diverticular
Penyakit diverticular merupakan kekuatan mukosa kolon dalam menanggapi
peningkatan tekanan intrluminal. Penyakit divertikular di sebabkan oleh makanan
yang diproses, obesitas dan diet rendah serat.
Tanda dan gejala penyakit divertikular tidak menunjukan gelaja tetapi beberapa
orang akan mengalami sembelit, kembung, ketidaknyamanan dan distensi perut.
Komplikasi dari diverculosis muncul ketika ada imflammations akut (diverticulitis,
pecahnya satu atau lebih divertikula), perdarahan, atau obstruksi. Divertikulitis
terjadi ketika ada microforporation dan kebocoran isi usus ke dalam jaringan
sekitarnya yang menyebabkan peradangan. pasien akan mengalami rasa sakit, nyeri
perut, demam, dan massa teraba. (2)
Ketika divertikulum pecah merupakan sebuah ancaman maka dilakukan
kolostomi. Pada lansia penyakit divertikulum/ obstruksi usus adalah penyebab
kematian terbanyak pada lansia. (2)
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut ;
1. Berikan pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda kanker usus besar dan factor
resiko
2. Kaji kebiasaan buang air besar, pola makan dan rasa sakit
3. Kaji cairan dan elektrolit yang hilang
b. Sembelit
Masalah umum yang disebabkan kurang aktivitas dan diet rendah serat.
Lansia mengalami sembelit karena penurunan sensasi saraf, pengosongan usus, dan
gagal menerima sinyal defekasi. Penurunan frekuensi BAB berkepanjangan. (2)
Pencegahan yang dapat dilakukan :
1. Berikan penkes mengenai eliminasi dan cara mengurangi sembelit
2. Berikan asupan cairan yang cukup
3. Anjurkan untuk rajin olahraga
4. Tentukan jenis sembelit melalui usus
5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menakibatkan pasien pada risiko tinggi untuk
sembelit
6. Isolasi dan memodifikasi elemen yang berpengaruh pada masalah sembelit
Daftar Pustaka

1. Wold, Gloria.1999.Basic Geriatric Nursing ed.2. St.Louis : Mosby


2. Stanley,Mickey dkk.2005.Gerontoligal Nursing. America

Anda mungkin juga menyukai