Anda di halaman 1dari 12

NAMA : INTAN MUTIA

NPM : 1701030020

PEMASARAN HASIL PERTANIAN

1. Saluran Pemasaran Hasil Pertanian

Pemasaran hasil pertanian merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan dan mengembangkan kegiatan pemasaran suatu produk, kita harus

mempertimbangkan saluran pemasaran yang dapat dipakai untuk menyalurkan produk dari

produsen ke konsumen. Menurut Philip Khotler (1996) mengemukakan bahwa saluran

pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses

menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.

Sedangkan menurut Basu Swastha (1999) saluran pemasaran adalah saluran yang

digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke

konsumen atau pemakai industri. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa saluran

pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dalam rangka proses

penyaluran barang dari produsen kepada konsumen. Suatu barang dapat berpindah melalui

beberapa tangan sejak dari produsen sampai kepada konsumen. Ada beberapa saluran

distribusi yang dapat digunakan untuk menyalurkan barang-barang yang ada. Jenis saluran

distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Saluran distribusi langsung, saluran ini merupakan saluran distribusi yang paling

sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke konsumen

tanpa amenggunakan perantara. Di sini produsen dapat menjual barangnya melalui

pos atau mendatangi langsung rumah konsumen, saluran ini bisa juga diberi istilah

saluran nol tingkat (Zero Stage Channel).


b) Saluran disrtibusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan produsen dan

pengecer. Di sini pengecer besar langsung membeli barang kepada produsen,

kemudian menjualnya langsung kepada konsumen. Saluran ini biasa disebut dengan

saluran satu tingkat (One Stage Channel).

c) Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan pengecer,

saluran distrinusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh produsen. Di sini

produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja,

tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar

dan pembelian oleh konsumen hanya dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi

semacam ini disebut juga saluran distribusi dua tingkat (Two Stage Channel).

d) Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini

produsen memilih pedagang pengumpul sebagai perantara untuk menyalurkan

barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada took-toko

kecil. Saluran distribusi seperti ini dikenal juga dengan istilah saluran distribusi tiga

tingkat (Three Stage Channel), Philip Kotler (1996).

2. Lembaga Pemasaran Hasil Pertanian

Menurut Kotler (1997) lembaga pemasaran timbal karena adanya keinginan

konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai waktu, tempat, dan bentuk yang

diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi

pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin konsumen

memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa marjin pemasaran. Lembaga

pemasaran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan

dan bentuk usahanya. Sedangkan Sudiyono (2001) menjelaskan lembaga pemasaran sebagai

badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan
komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan

usaha atau individu lain. Jenis-Jenis Lembaga Pemasaran yaitu:

Swastha berpendapat bahwa secara luas terdapat dua golongan besar lembaga

pemasaran yang terlibat dalam saluran distribusi yaitu perantara pedagang dan perantara

pedagang pengumpul.

1. Perantara Pedagang

Perantara ini mempunyai hubungan yang erat dalam kepemilikan barang. Mereka

berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun memilikinya tidak secara fisik.

Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

a) Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar.

b) Pedagang besar, yang menyalurkan barang ke pengusaha lain.

c) Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir.

2. Perantara Pedagang pengumpul (Agen)


Pedagang pengumpul disini didefinisikan sebagai lembaga yang membeli atau

menjual barang-barang kepada pihak lain. Dalam kenyataannya, pedagang pengumpul dapat

beroperasi pada semua tingkat dalam statu saluran pemasaran. Secara garis besar pedagang

pengumpul dibagai kedalam dua kelompok, yaitu pedagang pengumpul penunjang dan

pedagang pengumpul pelengkap.

a) Pedagang pengumpul Penunjang (Facilitating Agent)

Pedagang pengumpul penunjang merupakan pedagang pengumpul yang

mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa aspek pemindahan barang dan jasa. Kegiatan

pedagang pengumpul penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-barang

sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan pembeli dan penjual.

Pedagang pengumpul penunjang dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: Pedagang


pengumpul pengangkutan borongan, pedagang pengumpul penyimpanan, pedagang

pengumpul pengangkutan khusus, serta pedagang pengumpul pembelian dan penjualan.

b) Pedagang Pengumpul Pelengkap (Supplemental Agent)

Pedagang pengumpul pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam

penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila

pedagang atau lembaga lain tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan

dengan penyaluran barang, maka pedagang pengumpul pelengkap ini dapat

menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukannya antara lain berupa: jasa konsultasi, jasa

finansial, jasa informasi dan jasa khusus lainnya.

Sementara Sudiyono (2001) mengungkapkan bahwa menurut penguasaannya terhadap

komoditi yang diperjual-belikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

 Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai komoditi, seperti pedagang pengumpul

perantara, makelar (broker, selling broker dan buying broker)

 Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi pertanian yanng diperjual-belikan,

seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importer

 Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai komoditi pertanian

yang diperjual-belikan, seperti perusahaan-perusahaan penyedia fasilitas transportasi,

asuransi, surveyor dan lain sebagainya.

Lebih lanjut Sudiyono (2001) menyatakan bahwa pada kenyataannya suatu lembaga

pemasaran dapat menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Oleh sebab itu, perlu

diketahui mengenai bentuk usaha dari lembaga pemasaran tersebut. Lembaga-lembaga

pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran komoditi pertanian sangat beragam. Ada

komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada pula yang hanya melibatkan

sedikit lembaga pemasaran.


Anindita (2004) menjelaskan bahwa kelembagaan dalam tataniaga meliputi berbagai

organisasi usaha yang dibangun untuk menjalankan pemasaran. Perdagan perantara adalah

individu-individu atau pengusaha yang melaksanakan berbagai fungsi pemasaran yang

terlibat dalam pembelian dan penjualan barang karena mereka ikut memindahkan barang dari

produsen ke konsumen. Mereka melaksanakan kegiatan sebagai propietor (pemilik),

partnership (mitra) atau perusahaan koperasi/nonkoperasi.

3. Fungsi Pemasaran Hasil Pertanian

1. Fungsi Pertukaran

Produk harus dijual dan dibeli sekurangnya sekali dalam proses pemasaran. Fungsi

pertukaran yaitu melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan hak kepemilikan dari satu

pihak ke pihak lainnya dalam sistem pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini

ialah pedagang, distributor dan pedagang pengumpul yang memperoleh komisi karena

mempertemukan pembeli dan penjual. Fungsi Pertukaran dalam fungsi pemasaran terdiri atas

2 bagian, yaitu:

a. Fungsi penjualan

Tugas pokok pemasaran adalah mempertemukan permintaan dan penawaran

(pembeli atau penjual). Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung (melalui perantara).

Fungsi penjualan yaitu meliputi sejumlah fungsi tambahan sebagai berikut.

 Fungsi perencanaan dan pengembangan produk. Sebuah produk yang

memuaskan konsumen merupakan tujuan mendasar dari semua usaha

pemasaran. Perencanaan dan pengembangan produk dianggap sebagai

fungsi produksi, tetapi hal itu penting pula bagi pemasaran.

 Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi tindakan-tindakan mencari dan

membuat kontak dengan para pembeli.


 Fungsi menciptakan permintaan. Fungsi ini meliputi semua usaha yang

dilakukan oleh para penjual untuk mendorong para pembeli membeli

produk-produk mereka. Termasuk pada tindakan yang menjual secara

individu, dengan undian dan juga mengadakan reklame.

 Fungsi melakukan negosiasi. Syarat serta kondisi penjualan harus

dirundingkan oleh para pembeli dan penjual. Termasuk merundingkan

kualitas, kuantitas, waktu, harga, pengiriman, cara pembayaran dan

sebagainya.

 Fungsi melakukan kontak. Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk

melakukan penjualan dan transfer hak milik.

b. Fungsi pembelian

Fungsi pembelian yaitu meliputi segala kegiatan dalam rangka memperoleh

produk dengan kualitas dan jumlah yang diinginkan pembeli serta

mengusahakan agar produk tersebut siap dipergunakan pada waktu dan tempat

tertentu dengan harga yang layak. Fungsi Pembelian, sebagai berikut:

 Fungsi perencanaan. Pembeli harus mempelajari pasar mereka sendiri untuk

mengetahui kualitas, jenis dan kuantitas dari produk yang mereka perlukan.

Konsumen akhir juga harus dapat membuat keputusan mengenai produk

yang ingin mereka miliki.

 Fungsi Mencari Kontak. Fungsi ini meliputi usaha-usaha mencari sumber

produk yang mereka inginkan. Penting bagi seorang pembeli agar mencari

para penjual yang dapat menawarkan produk atau jasa tertentu.

 Fungsi assembling. Persediaan bahan harus dikumpulkan untuk digunakan

dalam proses produksi oleh para produsen dan pedagang eceran atau untuk

dikonsumsi sendiri oleh para konsumen akhir.


 Fungsi mengadakan perundingan. Dalam hal ini syarat serta kondisi

pembelian harus dirundingkan terlebih dahulu dengan pihak penjual agar

tidak ada perselisihan di kemudian hari.

 Fungsi kontrak. Setelah syarat dan kondisi tertentu yang telah disepakati,

selanjutnya dibuat perjanjian akhir dalam bentuk kontrak jual beli dan

perpindahan hak milik terjadi.

c. Fungsi Fisis

Kegunaan waktu, tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika produk

diangkut, diproses dan disimpan untuk memenuhi keinginan konsumen. Oleh

karena itu, fungsi fisis meliputi hal-hal berikut.

 Pengangkutan. Pengangkutan merupakan gerakan perpindahan barang-

barang dari asal mereka menuju ke tempat lain yang diinginkan

(konsumen).

 Penyimpanan atau penggudangan. Penyimpanan berarti menyimpan barang

dari saat produksi mereka selesai dilakukan sampai dengan waktu mereka

akan dikonsumsi.

 Pemprosesan. Bahan hasil pertanian sebagian besar adalah bahan mentah

bagi industri sehingga pengolahan sangat diperlukan untuk memperoleh

nilai tambah (Value Added).

d. Fungsi Penyedia Sarana

Fungsi penyediaan sarana adalah kegiatan-kegiatan yang dapat membantu

sistem pemasaran agar mampu beroperasi lebih lancar. Fungsi ini meliputi hal-

hal berikut.

 Informasi pasar. Pembeli memerlukan informasi mengenai harga dan

sumber-sumber penawaran. Informasi pasar ini dapat diperoleh dari


berbagai sumber, baik itu media massa, pemerintahan, perusahaan swasta,

maupun lembaga pendidikan.

 Penanggungan risiko. Pemilik produk menghadapi risiko sepanjang saluran

pemasaran.

 Standardisasi dan grading. Standardisasi memudahkan produk untuk dijual

dan dibeli, sedangkan grading adalah klasifikasi hasil pertanian ke dalam

beberapa golongan mutu yang berbeda-beda, masing-masing dengan label

dan nama tertentu.

 Pembiayaan. Pemasaran modern memerlukan modal (uang) dalam jumlah

besar untuk membeli mesin-mesin dan bahan-bahan mentah, serta untuk

menggaji tenaga kerja. Proses pemasaran pun menghendaki pemberian

kredit kepada pembeli.

4. Margin dan Biaya Pemasaran Hasil Pertanian

Dalam teori harga dianggap produsen bertemu langsung dengan konsuen, sehingga

harga pasar yang terbentuk merupakan perpotongan antara kurva penawaran dengan kurva

permintaan. Realititas pemasaran pertanian sangat jauh dari anggapan ini, sebab komoditi

pertanian yang produksikan di daerah sentra produksi akan dikonsumsi oleh konsumen akhir

setelah menempuh jarak yag sangat jauh, antarkabupaten, antarpropinsi, antarnegara bahkan

antarbenua, baik komoditi olahan maupun olahan. Dengan demikian sebenarnya jarang sekali

produsen melalukan transaksi secara langsung dengan kosumen akhir. Untuk itu digunakan

konsep margin pemasaran. Margin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut

pandang harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran yang sering menggunakan

konsep marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga ini. Marjin pemasaran merupakan

selisih harga yang yang dibayar konsumen akhir dan harga yang terima petani produsen.

Margin pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu:


a. Margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayar konsumen

akhir dengan harga yang diterima petani (produsen).

b. Margin pemasaran merupakan biaya dari balas jasa-jasa pemasaran.

Harga yang dibayar konsumen akhir merupakan harga di tingkat pedagang pengecer.

Bila digambarkan dalam suatu kurva, maka keseimbangan harga ditingkat pengecer

merupakan perpotongan antara kurva penawaran turunan (Derived Supply Curve), dengan

kurva permintaan primer (Primary Demand Curve). Sedangkan keseimbangan harga di

tingkat petani perpotongan antara kurva penawaran primer (Primary Supply Curve).

Komponen margin terdiri dari dua bahagian, yaitu:

a. Biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan

fungsi-fungsi pemasaran, yang disebut dengan biaya pemasaran atau biaya

fungsional (Functional Cost).

b. Keuntungan (Profit) lembaga pemasaran.

Margin pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem

pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang diterima

produsen atas produk pertanian yang diperjualbelikan. Selain secara verbal, marjin pemasaran

dapat dinyatakan secara matematis dan secara grafis. Produk referensi merupakan titik awal

yang menunjukkan 1 kilogram dari produk yang dijual kepada konsumen, misalnya petani

perlu menyediakan 1,11 kilogram tomat untuk menyediakan 1 kilogram dari produk referensi

karena 10 persen dari produk yang dijual telah hilang/rusak dalam proses pemasaran.

Ada tiga metode untuk menghitung margin pemasaran yaitu dengan memilih dan

mengikuti saluran pemasaran dari komoditi spesifik, membandingkan harga pada berbagai

level pemasaran yang berbeda, dan mengumpulkan data penjualan dan pembelian kotor tiap

jenis pedagang. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Margin

pemasaran menurut jenisnya dibedakan menjadi margin absolut, persen margin dan
kombinasi antara margin absolut dan persen margin. Persentase bagian margin merupakan

suatu pengelompokan yang digunakan secara populer pada serangkaian angka yang

menunjukkan margin absolut dari berbagai tipe pedagang atau berbagai fungsi pemasaran

yang berbeda, dibagi dengan harga eceran.

Komponen biaya pemasaran berdasarkan berbagai kegiatan pemasaran yang

umumnya dilakukan meliputi biaya persiapan dan pengepakan, biaya handling, biaya

processing, biaya modal, pungutan-pungutan, komisi dan pembayaran tidak resmi.

Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat

rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah perubahan antara harga petani dan harga eceran

(retail) margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan

konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah kuantitas

produk yang dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga

dan margin keuntungan.

Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistem pemasaran

dikalikan dengan kuantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan

konsep nilai tambah (Value Added). Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah

harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara

permintaan dan penawaran produk–produk tersebut. Oleh karena itu nilai margin pemasaran

dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges (Dahl, 1977).

Biaya pemasaran terkait dengan tingkat pengembalian dari faktor produksi, sementara

marketing charges berkaitan dengan berapa yang diterima oleh pengolah, pengumpul dan

lembaga tataniaga. Margin tataniaga terdiri dari tiga jenis yaitu absolut, persentase dan

kombinasi. Margin pemasaran absolut dan persentase dapat menurun, konstan dan meningkat

dengan bertambahnya kuantitas yang dipasarkan. Hubungan antara elastisitas permintaan di


tingkat rantai tataniaga yang berbeda memberikan beberapa kegunaan analisis. Hubungan

bergantung pada perilaku dari margin pemasaran.

Margin pemasaran dalam teori harga diasumsikan bahwa penjualan pembeli bertemu

langsung, sehingga harga hanya ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan secara

agregat. Dengan demikian disimpulkan tidak ada perbedaan antara harga di tingkat petani

dengan harga di tingkat pengecer atau konsumen akhir. Berdasarkan penelitian-penelitian

dari ilmu ekonomi pertanian, ternyata terdapat perbedaan harga di tingkat pengecer

(konsumen akhir) dengan harga di tingkat petani. Perbedaan ini disebut margin pemasaran.

Margin dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu: Pertama, margin pemasaran merupakan

perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani.

Definisi pertama dikemukakan oleh Daly (1958) dan diterangkan lebih lanjut oleh Friedman

(196). Kedua, margin pemasaran merupakan biaya dari jasa 0 jasa pemasaran yang

dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Definisi

kedua ini dikemukakan oleh Aite dan Trelogan (1951).

Dengan menggunakan definisi pertama yang menyebutkan bahwa margin pemasaran

merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima

petani, maka lebih lanjut dapat dianalisa sebagai berikut: Harga yang dibayarkan konsumen

merupakan harga ditingkat pengecer, yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan

primer (Primary Demand Curve) dengan kura penawaran turunan (Derived Supply Curve).

Sedangkan harga ditingkat petani petani merupakan potongan antara kurva permintaan

turunan (Derived Demand Curve) dengan kurva penawaran primer (Primary Supply Curve).

Seperti halnya pada permintaan, maka pada penawaran pun terdapat tiga hubungan

antara besar margin pemasaran dengan jumlah penawaran yaitu:

a. Pertama, apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan margin pemasaran

bertambah maka, disebut margin pemasaran bertambah. (M1 > Mo).


b. Kedua, apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan margin pemasaran konstan.

(M1 = Mo).

c. Ketiga, apabila jumlah yang ditawarkan bertambah dan margin pemasaran berkurang

(M1<Mo), maka disebut margin pemasaran berkurang.

Berdasarkan definisi kedua, margin pemasaran yaitu margin pemasaran merupakan

biaya dari jasa-jasa pemasaran, maka membawa konsekuensi yang berbeda dengan analisis

sebelumnya. Nilai margin pemasaran (VM) yang dinikmati oleh lembaga-lembaga pemasaran

yang terlibat dalam pemasaran komoditi pertanian ini nilai margin pemasaran merupakan

hasil kali antara perbedaan harga ditingkat pengecer dengan harga ditingkat petani dengan

jumlah yang ditransaksikan. Bedasarkan dimensi waktunya, margin pemasaran dapat dilihat

dalam waktu yang singkat sekali, yaitu berdasarkan data crhss sectihn atau dalam waktu yang

relatif lama.

Anda mungkin juga menyukai