Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SISTEM TATANIAGA BUAH NAGA

DI DESA JAMBEWANGI KECAMATAN SEMPU


KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh :
Wahdatul Khoiriyah (361741311136)
Firda Ilminada (361741311144)
Aldi Afandi (361741311150)
Mohammad Fatkur Rohim (361741311160)
Ayu Puasanti Fatimah (361741311164)
Cindy Dhamayanti (361741311167)
2E

Dosen Pengampu:
Riza Rahimi Bachtiar, S.P., M.P., MBA

Teknisi:
Christine Yulia Iswani, S.ST

PROGRAM STUDI D-IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2019
1.1 Sistem Tataniaga Buah Naga

Buah naga merupakan merupakan salah satu buah unggulan yang ada di wilayah
Banyuwangi. Sehingga Banyuwangi menjadi daerah penghasil buah naga. Buah naga yang
memiliki keunggulan dalam ras yang lebih manis, bentuk lebih besar serta masa produksi
yang tidak bergantung musim. Dalam penelitian ini kami membahas mengenai siste
tataniaga yalam pemasaran buah naga di wilayah Banyuwangi. Tataniaga merupakan
perpindahan produk dari sektor produsen sampai ke tangan konsumen serta berbagai
kejadian penyaluran barang untuk mencapai efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan menganalisis sistem dan model tataniaga buah naga yang paling
efektif. Sehingga usahatani ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani buah naga
terutama dari pihak produsen. Penelitisn ini mendapatkan data dan informasi dengan
wawancara dan memberikan kuisioner kepada petani buah naga dan lembaga-lembaga
yang bersangkutan.

Saluran tataniaga buah naga di Kabupaten Banyuwangi melibatkan berbagai


lembaga dari mulai petani buah naga sebagai produsen awal, pengumpul, pengecer hingga
konsumen. Lembaga tataniaga merupakan badan usaha maupun individu yang terlibat
dalam proses penyaluran buah naga baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut
merupakan lembaga –lembaga yang ikut terlibat dalam proses tataniaga buah naga :

1. Produsen/petani
Merupakan lembaga yang berperan sebagai produsen yang memproduksi buah
naga.
2. Pedagang Pengumpul
Merupakan lembaga yang mengumpulkan hasil produksi buah naga dari
langsung dari petani dengan jangkauan area perdagangannya mencakup ke luar desa
dan memiliki hasil panen cukup besar.
3. Pedagang pengecer
Merupakan lembaga yang melakukan pembelian buah naga dari pedagang
pengumpul dan merupakan pedagang buah naga yang berada diluar kecamatan dan
dibawah produksi pedagang pengumpul seperti pasar tradisional.
4. Konsumen.
Merupakan individu yang melakukan konsumsi buah naga.
Berikut ini merupakan skema saluran tataniaga buah naga dari petani hingga
konsumen akhir di Kabupaten Banyuwangi :

Petani

Rp. 18.000/kg

Pedagang Pengumpul

Rp. 18.500/kg

Pedagang Pengecer

Rp. 19.000/kg

Konsumen Akhir

Petani responden di Kabupaten Banyuwangi menjual seluruh hasil panen buah naga
langsung kepada pedagang pengumpul sebanyak 700 Kg dengan harga Rp. 18.000/kg
sehingga petani tidak perlu susah mencari pasar dan dapat menghemat waktu dan biaya.
Pedagang pengumpul membeli hasil produksi dari petani secara langsung ketika musim
panen dengan harga Rp. 18.000/kg dan selanjutnya dari pedagang pengumpul disalurkan
ke pedagang pengecer dengan selisih harga Rp. 500/kg. Setelah sampai ke pedagang
pengecer lalu buah naga dipasarkan ke konsumen akhir dengan harga Rp. 19.000/kg.

1.2 Analisis Margin Tataniaga


Analisis ini digunakan unruk mengetahui perbedaan harga atau selisih harga yang
dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani produsen atas komoditas
tertentu.
Secara matematis margin tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut :
M = Pr – Pf
Keterangan :
M = Margin Tataniaga
Pr = Harga tingkat konsumen
Pf = harga tingkat produsen atau petani
Hasil dari penelitian analisis tataniaga komoditas buah naga di Kabupaten Banyuwangi,
maka menghasilkan analisis margin tataniaga sebagai berikut :
Diketahui :
Pr = Rp. 19.000,00
Pf = Rp. 18.000,00
Ditanya :
Berapakah margin tataniaga (M) ?
Jawab :
M = Pr – Pf
M = 19.000 – 18.000
= 1.000
Jadi, margin tataniaga komoditas buah naga di desa Jambewangi Kabupaten
Banyuwangi diperoleh selisih antara konsumen dengan produsen sebesar 1.000

1.3 Analisis Farmer’s Share


Analisis farmer’s share digunakan untuk menghitung efisiensi suatu saluran tataniaga
dengan membandingkan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan oleh
konsumen. Nilai farmer’s share ditentukan berdasarkan harga ditingkat petani (Pf) dengan
harga ditingkat konsuemn akhir (Pr) dan dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Pola
tataniaga dikatakan efisien jika farmer’s share lebih dari 40% (>40%), begitupun
sebaliknya jika farmer’s share kurang dari 40% (<40%) maka dinyatakan kurang efisien.
Farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut :
Sp = Pf × 100%
Pr
Keterangan :
Sp = Farmer’s share
Pf = Harga ditingkat produsen atau petani
Pr = Harga ditingkat konsumen akhir
Berikut ini merupakan perhitungan farmer’s share komoditas buah naga di desa
Jambewangi dengan harga ditingkat petani dan harga ditingkat konsumen akhir.
Diketahui :
Pf = Rp. 18.000
Pr = Rp. 19.000
Ditanya :
Berapakah Farmer’s share (Sp) ?
Jawab :
Sp = Pf × 100%
Pr
Sp = 18.000 × 100%
19.000
= 95 % (efisiensi)
Berdasarkan hasil analisis farmer’s share, saluran tataniaga memiliki nilai yang besar
yaitu 95% maka saluran tataniaga komoditas buah naga di desa Jambewangi Kecamatan
Sempu ini dinyatakan efisien karena nilainya lebih dari 40%.

1.4 B/C Ratio


1.5 R/C Ratio

Anda mungkin juga menyukai