I. PENDAHULUAN
Atas uraian tersebut, maka nilai tambah dapat juga dirumuskan untuk
menggambarkan seberapa jauh proses diversifikasi produk dari suatu bahan baku
sehingga nilai tambahnya semakin meningkat, dengan rumusan sebagai berikut :
dimana,
Teknologi Pembibitan
Dari berbagai aktivitas penelitian yang dilakukan untuk menemukan bibit yang
berkualitas, saat ini terdapat 12 varietas bibit unggul kelapa sawit yang telah
digunakan secara komersial, sedangkan bibit hasil kultur jaringan telah digunakan
secara terbatas. Keunggulan teknologi bibit dinilai dari 5 (lima) kriteria, yaitu :
umur tanaman menghasilkan, produksi TBS, potensi minyak yang dapat
diekstraksi (Oil Extraction Rate, OER), produksi CPO, dan produksi inti sawit
(Tabel 3). Dari Tabel tersebut terlihat bahwa masing-masing jenis bibit memiliki
keunggulan yang berbeda-beda. Harga bibit bukan merupakan faktor pembatas
dalam pengembangan agrosawit karena dari sigi biaya investasi nilainya hanya
sekitar 0,4 – 0,7 persen dari total investasi perkebunan.
Teknologi Budidaya
Terdapat berbagai penelitian yang terkait dengan teknologi budidaya dan telah
siap diterpakan. Pengembangan tanaman tumpang sari, seperti jagung dan jati
super serta tanaman lainnya. Selain itu juga telah ada berbagai penelitian tumpang
sari dengan ternak kambing. Penggunaan biofertilizer di Indonesia dengan merk
Emas mampu menghemat biaya pupuk sebesar 35 - 59 %. (Goenadi, D.H, 1998).
Dalam teknik peremajaan tanaman kelapa sawit dengan teknik "underplanting"
akan mempercepat tanaman menghasilkan menjadi kurang dari 3 tahun.
Peremajaan tanaman dengan sistem interplanting menghemat biaya investasi
peremajaan tanaman sebesar 18,7 % dan meningkatkan efektivitas penggunaan
lahan sebesar 14 %.
Teknologi Pengolahan
Pengolahan TBS menjadi CPO dan PK melalui berbagi tahapan. Dimulai dari
proses sterilisasi TBS yang bertujuan untuk memudahkan pelepasa buah dari
tandan. Dilanjutkan dengan proses treshing untuk memisahkan buah dengan
tandan. Buah yang terpisah selanjutnya dilakukan digestion dan pressing untuk
menisahkan minyak kasar kotor dengan serat dan biji. Untuk memisahkan minyak
kasar kotor dengan sludge dilakukan proses clarification. Hasil proses clarification
selanjutnya dilakukan purifying dan drying untuk menghasilkan minyak kelapa
sawit (Sludge Palm Oil, CPO). Untuk memisahkan minyak yang terikut pada
sludge dilakukan proses centrifuge.
Pengolahan inti sawit (palm kernel, PK) dilakukan proses depericarping untuk
menisahkan PK dan serat buah. Pengurangan kadar air PK dilakukan dua tahap,
yaitu proses drying/cracking dan winnowing. Proses akhir PK dilakukan dengan
dua tahap yaitu proses hydrocyclon untuk membersihkan biji, dan proses drying
untuk proses pengeringan akhir. Limbah cair kelapa sawit yang sebagian besar
berasal dari proses centrifuge selanjutnya diolan di unit pengolahan limbah.
Terdapat 6 (enam) jenis limbah yang dihasilkan dari agroindustri kelapa sawit,
yaitu : limbah cair, tandan kosong sawit, serat buah, cangkang, pelepah, dan
batang sawit. Potensi masing-masing limbah tersebut menurut Pamin dkk (1998)
potensi limbah pabrik kelapa sawit seperti terlihat pada Tabel 4.
Potensi limbah cair sebagai sumber pupuk cukup besar. Setiap 1 (satu) ton CPO
menghasilkan limbah cair sebanyak 5 ton dengan BOD 20.000 - 60.000 mg/l.
Setiap 100 ton LPKS mengandung/setara dengan 156 kg Urea, 25 kg TSP, 250 kg
MOP, dan 100 kg kiserit. Dengan mengaplikasikan teknik aplikasi Limbah Pabrik
Kelapa sawit (LPKS) adalah mengalirkan limbah dari kolam limbah melalui pipa
ke bak distribusi dengan kadar BOD 3.500 - 5.000 mg/l. Produktivitas TBS pada
dosis LPKS 12,33 mm ECH (equivalen curah hujan) yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk 50 % dari anjuran meningkat sebesar 27 persen.
Pemanfaatan TKS sebagai bahan baku pulp dan kertas menunjukkan bahwa kertas
yang dihasilkan dari 78,22 % dari pulp TKS dan pulp pinus merkusi sebesar 21,78
% pada skala pilot menghasilkan kertas kategori A berdasarkan Standar Nasional
Indonesia. Dengan campuran antara 30 % pulp TKS dan 70 % pulp pinus merkusi
menghasilkan kertas yang kualitasnya sama dengan kertas dari pulp merkusi 100
% (Guritno, dkk, 1995). Sedangkan sebagai sumber energi, kandungan kalori TKS
sebesar 4.888 kcal/kg (solar 10.500 kcal/ltr) sedangkan serta sebesar 4586
kcal/kg. Pembuatan kompos dari TKS sebagai pupuk mampu menghasilkan
keuntungan sebesar US $ 11,38 - US $14,95 (D.H. Goenadi, dkk, 1998).
Alternatif pemanfaatan pelepan sebagai pupuk dan bahan baku pulp. Sedangkan
batang dapat dimanfaatkan sebagai bahan meubelir dan papan partikel. Cangkang
dapat diolah menjadi sumber energi atau arang aktif.
VI. PENUTUP
Kemajuan suatu industri, termasuk agroindustri sangat ditentukan oleh daya saing
usaha dan daya saing usaha sangat ditentukan oleh nilai tambah dan daya saing
produk yang dihasilkan. Baik nilai tambah maupun daya saing produk sangat
ditentukan oleh jenis dan tingkat teknologi yang digunakan oleh industri tersebut.
Dengan demikian, maka pengembangan agroindustri berbasis teknologi menjadi
sangat strategis di tengah persaingan global yang sedang berlangsung.
PUSTAKA
Goenadi, D.H., Y. Away, Y. Sukin, H.H. Yusuf. 1998. Pilot Sacle Composting of
Empty Fruit Bunches of Oil Palm Using Lignocellosic – Decomposing
Bioreactor. Di dalam Proceedings 1998 International Oil Palm Conference,
Commodity of the past, today, ang the future. Indonesian Oil Palm Research
Institut. Medan, Indonesia.
Goeritno, P., Darnoko, P.M. Naibaho, and W. Pratiwi. 1995. Produksi Pulp dan
Kertas dari Tandan Kosong Kelapa Sawit pada Skala Pilot. Journal Penelitian
Kelapa Sawit, 1 (1), 89:100.
Jalani, B.S. 1998. Research and Development of Oil Palm toward The Millenium.
Di dalam Proceedings 1998 International Oil Palm Conference, Commodity of the
past, today, ang the future. Indonesian Oil Palm Research Institut. Medan,
Indonesia.
Miyawaki, Y. 1998. Major Contribution of Crude Palm Oil and Palm Kernel Oil
in The Oleochemical Industry. Di dalam Proceedings 1998 International Oil Palm
Conference, Commodity of the past, today, ang the future. Indonesian Oil Palm
Research Institut. Medan, Indonesia.
Pamin, K dan L. Buana. 1999. Development and the oil palm industry in
Indonesia. Proceedings PORIM International Palm Oil Congress. 1-6 February
1999. Kuala Lumpur. Malaysia.
Said Didu, 1999. Peran Teknologi dalam Memajukan Agroindustri. Makalahn
pada Seminar Perencanaan Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian
FATETA-IPB, tanggal 13 Desember 1999. Balairung AMN FATETA IPB,
Kampus IPB Darmaga Bogor,
Tan Sauw Liang. 1998. Oil Pam Cost in Indonesia. Di dalam Proceedings 1998
International Oil Palm Conference, Commodity of the past, today, ang the future.
Indonesian Oil Palm Research Institut. Medan, Indonesia.
Tobing. 1996. Prospek Pemanfaatan Limbah Cair PKS untuk Tanaman Kelapa
Sawit Menghasilkan. Warta PPKS Vol. 4 (1) : 23 - 28.
Tondok, A. R. 1998. Production and Marketing of The Indonesian Palm Oil : Past,
Present, and The Future. Di dalam Proceedings 1998 International Oil Palm
Conference, Commodity of the past, today, ang the future. Indonesian Oil Palm
Research Institut. Medan, Indonesia.
Yusoff, M. 1988. Production and Trade Medel for Industry Minyak Sawit
Malaysia. ASEAN Economic Bulletin (5)2 : 167-177.