Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

Penerapan Good Handling Practices (GHP) Pascapanen Sayuran


Kangkung di Forever Green Hydroponic Farm

Oleh :

Annisa Larasati

11180920000026

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i


I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4
2.1 Hortikultura ............................................................................................................ 4
2.2 Sayuran ................................................................................................................... 4
2.3 Kangkung ............................................................................................................... 5
2.4 Hidroponik .............................................................................................................. 6
2.5 Good Handling Practices (GHP)............................................................................. 7
III. RENCANA PELAKSANAAN ...................................................................................... 9
3.1 Mekanisme Praktik Kerja Lapangan ........................................................................ 9
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................................. 9
3.3 Kerangka Acuan Pelaksanaan ................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan produk hortikultura berkualitas meningkat seiring dengan perkembangan
ekonomi dan taraf pendidikan, terkait dengan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
dengan mengonsumsi buah dan sayur yang cukup. Kondisi ini dipengaruhi oleh semakin
tingginya kesadaran konsumen akan arti penting komoditas hortikultura yang tidak hanya
sebagai bahan pangan, tetapi juga mempunyai kontribusi kepada aspek kesehatan.
Meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan dan bertambahnya jumlah penduduk, tentu
akan meningkatkan permintaan produk hortikultura yang berkualitas. Ketersediaan produk
hortikultura dengan kualitas yang baik merupakan tantangan yang harus dihadapi, baik di
pasar domestik maupun pasar global jika tidak ingin kalah bersaing. Selain sebagai
tantangan, tuntutan ketersediaan produk hortikultura dengan kualitas yang baik merupakan
peluang apabila preferensi konsumen domestik maupun internasional dapat dipenuhi
(Purwanto, 2018).
Produk hortikultura memiliki sifat perishable atau mudah rusak akibat pengaruh
fisik, kimiawi, mikrobiologi, dan fisiologis setelah dilakukan pemanenan. Sifat yang
demikian ini menjadikan produk hortikultura setelah dipanen haruslah dilakukan
penanganan pascapanen untuk menjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan harga dan
kualitas produk tersebut. Upaya untuk dapat mempertahankan kualitas hasil pertanian agar
tetap segar sampai ke tangan konsumen perlu memperhatikan dan menerapkan
penanganan pascapanen yang baik dan benar atau berbasis Good Handling Practices
(GHP). Proses produksi hortikultura dari kebun sampai ke tangan konsumen masih
dihadapkan pada susut pascapanen yang tinggi sekitar 20–50% karena penanganan
pascapanen yang belum sesuai dengan GHP (Subagyono, 2018).
Sayuran menjadi kebutuhan yang penting bagi masyarakat Indonesia karena
memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan bagi tubuh seperti vitamin, mineral, dan
serat. Kangkung menjadi salah satu sayuran yang sering dikonsumsi dan sering dijumpai
oleh masyarakat. Kangkung merupakan sayuran berumur pendek yang memiliki
kandungan gizi seperti vitamin A, B, dan C serta berbagai mineral terutama zat besi yang
berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan (Haryono, 2015).
Forever Green Hydroponic Farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pertanian dengan sistem urban farming yakni hidroponik, yang memproduksi dan

1
menjual produk hortikultura antara lain kangkung, bayam, pakcoy, selada, sawi, tomat
ceri, dan sebagainya. Mengingat pentingnya penanganan pascapanen yang sesuai dengan
GHP pada produk hortikultura terkhusus sayuran kangkung di Forever Green Hydroponic
Farm, serta guna memenuhi kebutuhan penulis sebagai mahasiswa dalam mempraktikkan
teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan, maka dari itu penulis merasa akan
mendapatkan banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan baru jika penulis melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Forever Green Hydroponic Farm untuk mempelajari
Penerapan Good Handling Practices (GHP) Pascapanen Sayuran Kangkung di
Forever Green Hydroponic Farm.
1.2 Tujuan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu kegiatan akademis yang harus
dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terdapat beberapa tujuan yang akan
dicapai dalam pelaksanaan PKL ini, antara lain :
1. Tujuan Umum
a) Memenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan perkuliahan semester 7 pada
Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
b) Memperoleh pengalaman kerja lapangan, membina relasi dengan perusahaan tempat
PKL, serta memperoleh surat keterangan kerja (referensi) dari perusahaan terkait.
c) Memiliki wawasan lebih mendalam sehingga memudahkan bagi mahasiswa yang
bersangkutan untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi.
d) Memahami konsep-konsep non-akademis dan non-teknis di dalam dunia kerja.
e) Menerapkan pengetahuan akademis yang telah didapatkan di dalam kelas pada
perusahaan tempat PKL.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui dan mempelajari secara langsung kondisi dan kegiatan usaha secara
umum mulai dari budidaya hingga pemasaran di Forever Green Hydroponic Farm.
b) Mengetahui dan mengamati penerapan Good Handling Practices (GHP) pascapanen
sayuran kangkung di Forever Green Hydroponic Farm.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) antara lain :
1. Bagi Mahasiswa Peserta PKL :
a) Memperluas pengetahuan dan pola pikir mahasiswa.

2
b) Mengetahui gambaran umum dan lingkungan kerja secara langsung dan nyata.
c) Menumbuhkan dan memantapkan sikap profesionalisme yang diperlukan
mahasiswa untuk memasuki lapang kerja sesuai dengan bidangnya.
2. Bagi perusahaan dapat bermanfaat untuk menjalin kerjasama dengan pihak perguruan
tinggi, dalam hal ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta sebagai
sarana publikasi perusahaan kepada civitas akademika.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hortikultura
Kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin, yakni hortus yang berarti
kebun dan colera yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada
suatu medium buatan. Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari
pembudidayaan tanaman kebun. Akan tetapi, pada umunya para pakar mendefinisikan
hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman sayur-sayuran, buah-
buahan, bunga-bungaan, atau tanaman hias. Orang yang ahli mengenal hortikultura (pakar
hortikultura) dikenal sebagai seorang horticulturist (Zulkarnain, 2010). Sifat produk
hortikultura adalah mudah rusak (perishable), risiko besar, musiman, kandungan air tinggi
(bulky), dan spesialisasi geografi.
Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan, hortikultura mencakup bidang ilmu
pomologi (pomology) yang mempelajari buah-buahan; olerikultur (olericulture) yang
mempelajari sayur-sayuran; florikultur (floriculture) yang mempelajari tanaman hias; dan
biofarmaka yang mempelajari tanaman obat. Istilah tersebut tidak terbatas
penggunaannya, bisa fleksibel, dapat berlaku sesuai dengan fungsinya. Misalnya terdapat
buah-buahan seperti nangka muda, pepaya muda, keluwih, digunakan sebagai sayuran.
Demikian juga jenis buah-buahan yang digunakan sebagai buah (contoh : semangka,
melon) yang teknik budidayanya seperti tanaman sayuran, maka untuk kemudahan
penanganannya digolongkan ke dalam sayuran. Tanaman cabai yang berwarna ungu atau
yang bentuknya unik, dapat digunakan sebagai tanaman hias. Tanaman hias juga
berkhasiat sebagai obat misalnya poppy, pirethrum.
2.2 Sayuran
Sayuran didefinisikan sebagai bagian dari tanaman yang umum dimakan untuk
memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Tanaman sayuran adalah tanaman budidaya yang
terdiri dari tanaman sayuran buah, tanaman sayuran daun, dan tanaman sayuran umbi
(Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2006). Sayur-sayuran dapat
dibedakan atas sayuran daun (kangkung, katuk, sawi, bayam, selada air, dll); sayuran
bunga (kembang turi, brokoli, kembang kol, dll); sayuran buah (terong, cabai, paprika,
labu, timun, tomat, dll); sayuran biji muda (kapri muda, jagung muda, kacang panjang,
buncis, semi/baby corn, dll); sayuran batang muda (asparagus, rebung, jamur, dll); sayuran
akar (bit, lobak, wortel, radish, dll); serta sayuran umbi (kentang, bawang bombay,

4
bawang merah, dll). Berdasarkan warnanya, sayur-sayuran dapat dibedakan atas sayuran
hijau tua (bayam, kangkung, katuk, kelor, daun singkong, daun pepaya, dll); sayuran hijau
muda (selada, seledri, lettuce, dll); dan yang hampir tidak berwarna (kol, sawi putih, dll).
Warna hijau pada sayuran disebabkan oleh pigmen hijau yang disebut klorofil.
Klorofil yang terdiri dari klorofil a dan klorofil b ini tersimpan di dalam kloroplas. Sayuran
daun yang berwarna hijau tua, lebih banyak mengandung klorofil a, sebaliknya yang
berwarna hijau muda lebih banyak mengandung klorofil b. Di dalam kloroplas juga
terdapat pigmen lain, yaitu karoten. Semakin hijau warna daun, maka kandungan
karotennya akan semakin tinggi. Karoten dan vitamin C yang terdapat dalam sayur
berperan penting sebagai antioksidan untuk mengatasi serangan radikal bebas yang dapat
menyebabkan terjadinya kanker. Sayuran juga mengandung serat pangan yang tinggi
untuk mencegah sembelit, diabetes mellitus, kanker kolon, tekanan darah tinggi, dll
(Astawan, 2008). Sayuran mempunyai kadar air, vitamin, mineral, dan serat yang tinggi,
tetapi rendah dalam hal energi, lemak, dan karbohidrat. Komposisi gizi tersebut
menyebabkan sayur sangat baik digunakan sebagai makanan penurun berat badan.
2.3 Kangkung
Klasifikasi kangkung darat menurut Anggara (2009) adalah :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea reptans L. Poir.
Kangkung adalah salah satu jenis tanaman sayuran daun yang mampu hidup di darat
maupun di air. Menurut Rukmana (2005), botani kangkung adalah :
1. Akar kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang akarnya akan
menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 6–100 cm, dan
melebar secara mendarat pada radius 100–150 cm atau lebih.

5
2. Batang kangkung berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air
(herbaceous), dan berlubang. Batang kangkung tumbuh merambat atau menjalar dan
perkecambahannya banyak.
3. Daun kangkung darat berdaun panjang dapat mencapai 14 cm, bentuk ujung bagian
daun runcing, dan berwarna hijau keputih-putihan.
4. Bunga kangkung darat berwarna putih polos berbentuk terompet.
5. Buah kangkung berbentuk bulat telur yang di dalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk
buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan
hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah
kangkung tidak lama.
6. Biji kangkung berbentuk bersegi-segi atau tegak bulat, berwarna cokelat atau kehitam-
hitaman, dan termasuk biji berkeping dua.
Kandungan Zat Gizi Kangkung dalam 100 g Sayuran Segar
Kandungan Gizi Jumlah
Energi (kal) 729
Protein (g) 3,0
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 5,4
Kalsium (mg) 73
Fosfor (mg) 50
Zat besi (mg) 2,5
Vitamin A (SI) 6.300
Vitamin B1 (mg) 0,07
Vitamin C (mg) 32
Air (g) 89,7
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1979)
2.4 Hidroponik
Kata hidroponik berasal dari bahasa Latin, yakni hydro yang berarti air dan ponos
yang berarti kerja. Istilah hidroponik pertama kali dikemukakan oleh W.F. Gericke dari
University of California pada awal tahun 1930-an, yang melakukan percobaan hara
tanaman dalam skala komersial yang selanjutnya disebut nutrikultur atau hydroponics.
Selanjutnya hidroponik didefinisikan secara ilmiah sebagai suatu cara budidaya tanaman
tanpa menggunakan tanah, akan tetapi menggunakan media inert (tidak menyediakan
unsur hara seperti pasir, yang diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen
esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman) (Susila,
2013). Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman dengan menggunakan air yang telah
dilarutkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh tanaman untuk

6
menggantikan tanah. Konsentrasi larutan nutrisi harus dipertahankan pada tingkat tertentu
agar pertumbuhan dan produksi tanaman optimal (Istiqomah, 2007).
Hidroponik dapat menjadi salah satu alternatif terbatasnya lahan pertanian dan dapat
dilakukan pada lahan yang kesuburannya rendah maupun wilayah padat penduduk.
Komoditas yang dapat dipilih dalam budidaya secara hidroponik seperti endive, selada
keriting hijau, selada keriting merah, lollo rossa, butterhead, christine, pakcoy, dan selada
Romain yang jarang dibudidayakan petani konvensional (Herwibowo dan Budiana, 2014).
Teknik budidaya ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode
konvensional di tanah yaitu hasil tanaman lebih bersih, nutrisi yang digunakan lebih efisien
karena sesuai dengan kebutuhan tanaman, tanaman bebas dari gulma, tanaman relatif
jarang terserang hama dan penyakit karena terkontrol, kualitas dan kuantitas produksi lebih
tinggi sehingga memiliki nilai jual tinggi, dan dapat menggunakan lahan sempit (Said,
2006). Budidaya secara hidroponik lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan
pestisida, tidak meninggalkan residu dan kebutuhan air lebih hemat serta tanaman tumbuh
lebih cepat (Herwibowo dan Budiana, 2014).
2.5 Good Handling Practices (GHP)
Good Handling Practices (GHP) adalah cara penanganan pascapanen yang baik
yang berkaitan dengan penerapan teknologi serta cara pemanfaatan sarana dan prasarana
yang digunakan. GHP berisi tentang tata cara, bangunan dan lingkungan, lokasi serta
persyaratan dalam penanganan pangan pada setiap tahapan kegiatan penanganan
pascapanen. GHP merupakan suatu pedoman yang menjelaskan pelaksanaan kegiatan
penanganan pascapanen produk pertanian secara baik dan benar, sehingga mutu produk
dapat dipertahankan, menekan kehilangan karna penyusutan atau kerusakan serta
memperpanjang daya simpan dengan tetap menjaga status produk yang ditangani.
Informasi tentang pascapanen dapat digunakan sebagai pegangan pedoman bagi para
petugas penyuluh/pendamping dan petani dalam menyusun Standar Operasional Prosedur
(SOP) sehingga dapat melaksanakan penanganan panen dan pascapanen hasil pertanian
dengan baik dan benar sehinga dapat memenuhi standar mutu yang berlaku seperti Standar
Nasional Indonesia (SNI) (Djamalu, 2019).
Tujuan dari pelaksanaan GHP antara lain untuk menekan kehilangan atau
penyusutan hasil akibat kerusakan, memperpanjang daya simpan, meningkatkan nilai
ekonomis, mempertahankan mutu produk, meningkatkan daya saing, mempertahankan
kesegaran, meningkatkan nilai tambah, memberikan keuntungan yang optimum.

7
mengembangkan usaha pascapanen hasil pertanian asal tanaman yang berkelanjutan
(Djamalu, 2019).
Pedoman GHP meliputi (1) persyaratan dan tata cara pelaksanaan proses panen; (2)
penanganan pascapanen; (3) standarisasi mutu; (4) lokasi, (5) bangunan; (6) peralatan dan
mesin; (7) bahan perlakuan, (8) wadah dan pembungkus; (9) tenaga kerja; (10) Keamanan
dan Keselamatan Kerja (K3); (11) pengelolaan lingkungan; (12) pencatatan, pengawasan
dan penelusuran balik; (13) sertifikasi; dan (14) pembinaan dan pengawasan (Kementerian
Pertanian, 2015).

8
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN

3.1 Mekanisme Praktik Kerja Lapangan


Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Forever Green Hydroponic Farm ini memiliki
fokus pada penerapan Good Handling Practices (GHP) pascapanen sayuran kangkung.
Mahasiswa yang melaksanakan PKL membutuhkan bimbingan dari pihak universitas
maupun perusahaan selama kegiatan PKL berlangsung. Data yang diperoleh selama
kegiatan PKL akan dilaporkan di akhir kegiatan PKL sebagai penyelesaian persyaratan
akademis semester 7.
Metode yang digunakan pada pelaksanaan PKL adalah :
1. Observasi, yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data yaitu dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan permasalahan yang diangkat. Observasi dilakukan di lokasi Forever Green
Hydroponic Farm.
2. Wawancara, yang merupakan pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan
tanya jawab secara langsung dengan karyawan, manajer, maupun pihak-pihak yang
sekiranya perlu diwawancarai guna memperoleh informasi yang dibutuhkan.
3. Melakukan studi pustaka, yang merupakan metode yang dilakukan untuk mencari
informasi pendukung yang diperlukan dari buku, jurnal, atau artikel untuk melengkapi
data.
4. Mencatat dan menganalisis data, yang digunakan untuk memperoleh berbagai informasi
dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan PKL direncanakan akan dilakukan selama ±1 bulan atau 4
minggu yang terhitung dari tanggal 1 September s.d. 1 Oktober 2021 dan berlokasi di
Forever Green Hydroponic Farm yang beralamat di Jl. Laut Samudra Blok E9 No. 15,
RT.5/RW 17, Duren Sawit, Kec. Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta 13440.
3.3 Kerangka Acuan Pelaksanaan
Pekan ke- Kegiatan
1 1) Pengarahan pembimbing lapangan mengenai kegiatan PKL.
2) Perkenalan dengan karyawan-karyawan di Forever Green
Hydroponic Farm.

9
3) Mengetahui sejarah, perkembangan, visi, misi, dan struktur
organisasi Forever Green Hydroponic Farm.
4) Mengetahui sarana dan prasarana yang terdapat di Forever Green
Hydroponic Farm.
2 1) Mempelajari aktivitas produksi (budidaya) sayuran kangkung.
2) Mengamati dan mempelajari penanganan pascapanen sayuran
kangkung.
3) Mengetahui standarisasi mutu sayuran kangkung.
4) Mengamati lokasi dan bangunan penanganan pascapanen.
5) Mengamati peralatan dan mesin penanganan pascapanen.
3 1) Mengetahui bahan perlakuan yang digunakan pada penanganan
pascapanen.
2) Mengamati wadah dan pembungkus yang digunakan pada
penanganan pascapanen.
3) Mengamati tenaga kerja dan K3 pada penanganan pascapanen.
4) Mengamati pengelolaan lingkungan pada penanganan pascapanen.
5) Mengamati pencatatan, pengawasan, dan penelusuran balik pada
penanganan pascapanen.
4 1) Mengetahui sertifikasi, pembinaan, dan pengawasan pada
penanganan pascapanen.
2) Mempelajari aktivitas pemasaran sayuran kangkung.
3) Melakukan konsultasi mengenai penyusunan laporan PKL dengan
pembimbing lapangan.
4) Melengkapi data yang belum didapatkan.
5) Penutupan PKL.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, R. 2009. Pengaruh Kangkung Darat (Ipomoea reptens L. Poir) terhadap efek Sedasi
pada Mencit BALB/C. Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Astawan, M. 2008. Sehat dengan Sayuran. Jakarta: Dian Rakyat.
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 2006. Budidaya Sayuran di Daerah
Periurban. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1979. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:
Bhatara Karya Aksara.
Djamalu, A. 2019. Good Handling Practices. Makalah. Sekolah Pascasarjana Jurusan Teknik
Agroindustri Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.
Istiqomah, S. 2007. Menanam Hidroponik. Jakarta: Azka Mulia Media.
Haryono. 2015. Menanam Kangkung di Perkarangan. Majalengka: Karsius.
Herwibowo, K. dan Budiana, N. S. 2014. Hidoponik Sayuran untuk Hobi dan Bisnis. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Kementerian Pertanian (Kementan). 2015. Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
22/Permentan/HK.140/4/2015. Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian
Asal Tanaman yang Baik. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Purwanto, Y. A. 2018. Rekayasa Pascapanen untuk Mengurangi Susut dan Meningkatkan
Daya Saing Produk Hortikultura. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB. Bogor: IPB.
Rukmana, R. 2005. Kangkung. Yogyakarta: Kanisus.
Said, A. 2006. Budidaya Mentimun dan Tanaman Musim Secara Hidroponik. Jakarta: Azka
Press.
Subagyono, K. 2018. Government Roles on Postharvest Reduction Policy. Regional Workshop
on Redusction of Postharvest Losses for Agricultural Produces and Products in ASEAN
Region. Bali.
Susila, A. D. 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas
Pertanian. Modul. Bogor: IPB.
Zulkarnain. 2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai