Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu Konsumen E-ISSN : 2460-8963

2017, Jil. 02, No. 01, 13-24

Preferensi Konsumen dan Analisis Segmentasi


Wisata Kuliner Bogor
Ira Agustina* Ujang Sumarwan Kirbrandoko
Magister Manajemen dan Magister Manajemen dan Magister Manajemen dan
Bisnis, Sekolah Bisnis Bisnis, Sekolah Bisnis Bisnis, Sekolah Bisnis
Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor
*Penulis yang sesuai: iragustina26@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis segmentasi & profiling Bogor
wisatawan, menganalisis preferensi konsumen terhadap kuliner khas Bogor dan faktor-faktor yang
mempengaruhi mereka, dan merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan
kuliner Bogor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif survei. Segmentasi dan
analisis profiling yang dilakukan pada kota wisata Bogor dilakukan dengan bantuan a
analisis klaster. Untuk tujuan kedua dari penelitian ini, digunakan analisis konjoin untuk
merumuskan peringkat preferensi Bogor terhadap wisata kuliner khas Bogor. Keduanya
analisis diolah menggunakan alat analisis SPSS 16.0. Hasilnya menunjukkan bahwa ada
terdapat tiga kelompok/cluster di kota wisata Bogor. Cluster yaitu satu orang dewasa lajang adalah
sebanyak 23 persen, dan kelompok dua keluarga dewasa sebanyak 71 persen, dan
klaster terakhir dewasa muda sebanyak 6 persen. Preferensi wisatawan yang dihasilkan dari
penelitian ini adalah kuliner khas daerah bogor yang memiliki fasilitas wisata yang lengkap, mudah
duduk, dan layanan yang ramah. Strategi yang dapat dirumuskan untuk pengembangan
kuliner khas Bogor ini merupakan terobosan dalam hal pemasaran, promosi promotion
kebijakan standardisasi oleh pemerintah terhadap pelaku usaha kuliner khas Bogor, serta
bangunan pusat kuliner khas Bogor.

Kata kunci: preferensi, segmentasi, conjoint, cluster, kuliner Bogor

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis segmentasi & profiling wisatawan
kota Bogor, analisis preferensi konsumen terhadap wisata kuliner khas Bogor dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya,serta merumuskan strategi yang tepat untuk
pengembangan wisata kuliner khas Bogor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan survei. Analisis segmentasi dan profiling yang dilakukan pada
wisata Kota Bogor dilakukan dengan bantuan analisis kluster. Untuk tujuan ke dua
penelitian ini digunakan analisis konjoin untuk merumuskan preferensi dari wisatawan
Kota Bogor terhadap wisata kuliner khas Bogor. Kedua analisis ini diolah menggunakan
alat analisis SPSS 16.0. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat tiga kelompok/kluster
pada wisatawan Kota Bogor. Kluster satu yaitu dewasa single sebanyak 23 persen, kluster
2 dewasa berkeluarga sebanyak 71 persen dan kluster terakhir dewasa muda sebanyak 6
persen dengan karakteristik yang berbeda-beda. Preferensi wisatawan yang dihasilkan
dari penelitian ini adalah tempat wisata kuliner khas Bogor yang memiliki fasilitas wisata
yang lengkap, kemudahan dalam pencarian lokasinya, serta pelayanan yang ramah dari
tempat wisata kuliner tersebut. Strategi yang dapat dirumuskan untuk pengembangan
wisata kuliner khas Bogor adalah melakukan terobosan dalam hal pemasaran, adanya atau
penggalakan kebijakan standarisasi oleh pemerintah terhadap pelaku usaha kuliner khas
Bogor, serta membangun sentral wisata kuliner khas Bogor.

Kata Kunci : preferensi, segmentasi, konjoin, kluster, wisata kuliner Bogor

13

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 14

pengantar
Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting di Indonesia. Di 2009,
pariwisata mendapat peringkat ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah minyak dan gas
komoditas dan minyak sawit. Berdasarkan data tahun 2014, jumlah WNA
wisman yang datang ke Indonesia sebesar 9,4 juta, meningkat 7,05 persen
selama tahun sebelumnya. Sumber daya alam dan budaya merupakan komponen penting
pariwisata di Indonesia. Apalagi tempat wisata ditunjang oleh kekayaan
warisan budaya yang akan menjadi cerminan sejarah dan keragaman suku bangsa
Indonesia yang dinamis dengan berbagai makanan khas daerahnya masing-masing. Ini adalah
konsisten dengan pergeseran tren pariwisata saat ini, yaitu perubahan
pariwisata masif menjadi pariwisata individu/kelompok kecil pariwisata. Kuantitas tidak
lagi yang utama dikejar, tapi kualitas perjalanan itu sendiri (Suherman,
2015).
Perorangan/kelompok kecil pariwisata yang cenderung mengejar kualitas menjadikan ini
Tren jenis pariwisata adalah pariwisata dengan minat khusus. Wisata minat khusus adalah
pariwisata berarti terfokus pada ide untuk mendapatkan pengalaman unik yang tidak dapat
ditemukan di tempat lain. Tujuh sektor pariwisata minat khusus yang dikembangkan di Indonesia
adalah wisata sejarah dan budaya, wisata alam dan ekowisata, kuliner dan
belanja, wisata pertemuan, insentif, konvensi, pameran (MICE), olahraga dan
wisata rekreasi, wisata kapal pesiar, dan wisata spa.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu tujuan masyarakat Indonesia untuk menikmati
kekayaan wisata minat khusus di Indonesia. Kota Bogor yang merupakan bagian dari Barat
Provinsi Jawa dapat memberikan kekayaan berbagai wisata. Posisi geografis yang strategis
tentunya menjadikan potensi wisata kota Bogor. Kemudahan akses ke
pencapaian ibu kota Jakarta dan Bandung, Ibukota Jawa Barat, menjadikan
Kota Bogor berpotensi menjadi counter magnet atau short escape bagi Jakarta
dan wisatawan Bandung. Hal ini juga terlihat dari perkembangan wisatawan domestik
yang terus meningkat setiap tahunnya hingga kota yang memiliki julukan “Kota Hujan”
(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, 2014).
Saat ini kita dapat melihat bahwa wisata kuliner modern telah mendominasi
keberadaan wisata kuliner khas Bogor. Meskipun terjadi peningkatan wisatawan ke
kota Bogor, berarti juga peningkatan permintaan produk pariwisata Bogor
wisata kuliner khas memerlukan bantuan pemerintah dalam upaya mengatasi
dominasi destinasi wisata kuliner modern.
Dilihat dari PDB Atas Harga Pasar Saat Ini Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran merupakan sektor dengan kontribusi sektoral tertinggi di Bogor, yaitu 36,65
persen. Gambaran kontribusi sektoral ini sangat cocok untuk
karakteristik kota Bogor sebagai kawasan perkotaan. Oleh karena itu, perlu perhatian yang lebih baik
dari kalangan investor hingga bidang kuliner khususnya kuliner khas Bogor
untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen agar dapat mendatangkan konsumen secara luas
kuantitas.
Perilaku konsumen dapat dilihat dari bagaimana konsumen mengambil keputusan. Di
proses pengambilan keputusan, ada empat tahap yang dialami oleh calon
pembeli, yaitu menyadari kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi alternatif dan
akhirnya pengambilan keputusan. Tahap evaluasi alternatif memainkan peran penting
dalam pengambilan keputusan, karena jika semua kebutuhan konsumen dapat dipenuhi oleh
produk tunggal, kecenderungan konsumen untuk membeli produk juga akan meningkat.

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 15

Dilihat dari penelitian Kivela (1997), ada empat faktor pendorong konsumen untuk
makan di restoran: hanya untuk makan, mengadakan pertemuan sosial, untuk bertemu bisnis
rekan dan untuk merayakan suatu acara. Keempat faktor pendorong ini juga berubah
perilaku konsumen dalam memilih wisata kuliner khas Bogor.
Beberapa penelitian di dalam dan luar negeri yang telah dilakukan pada a
wisata kuliner suatu daerah memiliki persepsi dan hasil yang berbeda-beda. Amuquandoh
(2013) dan Vanhonacker (2010) memiliki penelitian yang sama yang berkisar
makanan tradisional di suatu negara, tetapi memiliki objek penelitian yang berbeda. Penelitian di
Ghana yang fokus pada makanan tradisional yang dikonsumsi wisatawan menjadi
objek penelitian, sementara teman-teman Vanhonackerdan melihat makanan tradisional Eropa
konsumen sebagai objek penelitian. Dari preferensi makanan tradisional yang diperoleh
dari hasil penelitian di Ghana diketahui bahwa packaging, service quality
dan kondisi kebersihan tempat makan sendiri adalah hal yang harus
ditingkatkan dan dipertahankan. Sedangkan hasil riset konsumen tradisional
Makanan Eropa, diketahui bahwa profil konsumen paruh baya ke atas sadar
kesehatan, cinta tanah air dan masakan.
Penelitian Swantari (2013) dan Guler (2016) bertujuan untuk mengetahui
potensi kuliner daerah dan preferensi konsumen terhadap makanan lokal di
Turki. Potensi wisata kuliner dianalisis menggunakan analisis SWOT. Satu dari
hasilnya adalah potensi kekuatan wisata kuliner berupa strategi
lokasi, sedangkan preferensi makanan lokal Turki dianalisis dengan conjoint
analisis dengan data yang diperoleh dari 154 kuesioner yang diberikan oleh responden pada
sampling acak atau convenience. Kesimpulan dari penelitian ini juga mengungkapkan bahwa
konsumen bersedia membayar harga mahal untuk produk makanan, terutama
makanan utama jika produk tersebut dianggap layak atau baik.
Penelitian Adiyoga (2012), Syarir (2015), dan Mulyadi (2014) dilakukan
pada tiga komoditas yang berbeda memiliki tujuan yang sama berupa preferensi
konsumen. Namun, alat analisis yang digunakan berbeda. Dalam analisis bebek
peneliti daging menggunakan Uji ChochranQ dan analisis atribut multi Fish Bein
dengan atribut hasil yang menjadi pertimbangan para pedagang, seperti
seperti harga karkas, bobot karkas, keseragaman karkas, kebersihan
karkas, warna daging, aroma karkas, dan ketahanan karkas
dalam penelitian beras berlabel dan mie instan, peneliti menggunakan analisis konjoin untuk
menganalisis atribut masing-masing komoditas. Kedua studi telah menghasilkan
atribut yang digunakan yang pada dasarnya serupa, yaitu harga dan fisik komoditas
diri.
Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Objek penelitian ini adalah wisata kuliner khas kota Bogor dan subjeknya
adalah wisata kota Bogor. Berdasarkan uraian masalah yang disebutkan
diatas, tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menganalisis segmentasi dan
pembuatan profil wisatawan Bogor; (2) menganalisis preferensi konsumen terhadap makanan khas Bogor
wisata kuliner dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; dan (3) merumuskan sesuai
strategi pengembangan wisata kuliner khas Bogor.

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 16
 

metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survey dengan menyebarkan
kuesioner kepada orang-orang yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Sumarwan (2011), menyatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sesuatu –
biasanya merupakan karakteristik atau fungsi pasar. Respondennya adalah
konsumen berusia 15 tahun ke atas yang sudah dianggap considered
bertanggung jawab atas keputusan pembelian suatu produk atau jasa, yaitu Bogor
kuliner khas. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah 100 responden wisatawan. Itu
data diperoleh dengan metode purposive sampling (domisili di luar kota)
Bogor). Mereka mengunjungi kota Bogor dalam 6 bulan terakhir dengan batasan usia 15
tahun ke atas. Responden diminta untuk mengisi angket perbaikan dengan cara
menjawab beberapa pertanyaan tentang profil responden, perilaku pembelian
dan konsumsi kuliner khas Bogor serta preferensi responden terhadap
atribut kuliner khas Bogor dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan panduan kuesioner untuk memperoleh
informasi tentang preferensi dan segmentasi konsumen khas Bogor
wisata kuliner diisi langsung oleh responden. Observasi dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi untuk menganalisis preferensi konsumen dan
segmentasi wisata kuliner khas Bogor. Data dan informasi lainnya adalah
diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden.
Penelitian ini berlokasi di kota Bogor. Lokasi dipilih
sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian. Hal ini diambil berdasarkan pertimbangan peneliti, yaitu a
lokasi yang menyediakan satu atau lebih wisata kuliner khas Bogor dimana
lokasi berada di jalan-jalan utama kota Bogor.
Analisis digunakan untuk memitigasi atau mereduksi data dalam penelitian menjadi
kelompok tertentu. Kelompok akan menunjukkan perbedaan dan persamaan berdasarkan
data yang didapat. Data hasil survei dianalisis secara cluster, yaitu untuk
mengklasifikasikan responden berdasarkan kesamaan fitur dan jumlah atribut yang ada
seperti demografi, psikografis, kepuasan dan lain-lain. Analisis klaster
mengelompokkan responden menjadi dua atau lebih kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
responden dengan sikap yang relatif sama terhadap atribut tertentu.
Data yang diperoleh dianalisis secara cluster dengan bantuan Program SPSS.
Secara umum, langkah-langkah berikut dilakukan:
1. Tentukan dulu grup yang ada, misalnya grup X
2. Tentukan pusat X secara acak dan setiap objek dialokasikan ke grup
yang paling dekat dengan pusat.
3. Pusat kelompok kemudian ditentukan sebagai rata-rata anggotanya dan
proses re-alokasi objek dilakukan.
4. Sebuah benda dapat dipindahkan ke kelompok lain jika benda tersebut lebih dekat dengan
pusat kelompok lain.
5. Proses ini dilakukan secara iteratif sampai tidak ada perubahan lagi pada
pengelompokan.

Analisis konjoin
Deskripsi variabel yang diamati dan diukur dalam penelitian ini ditetapkan in
untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan memahami penelitian. Dalam penelitian ini,

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 17

favorit wisatawan kota bogor untuk wisata kuliner khas bogor pun jadi andalan
variabel dimana variabel ini nantinya akan dipengaruhi oleh independent
variabel yang terdiri dari atribut dependen itu sendiri dan indikator dengan a and
skala interval pengukuran 1-5. Pertanyaan yang diberikan kepada responden adalah
disajikan dalam bentuk delapan kombinasi atribut yang dilakukan terhadap 30
responden dari 140 responden utama wisatawan kota Bogor sesuai
dengan tujuan penelitian ini.
Berdasarkan hasil survei awal, ada tiga hal penting
atribut yang ditemukan pada setiap level mempengaruhi keputusan wisatawan dalam memilih Bogor
wisata kuliner khas. Atribut tersebut terdiri dari atribut produk, lokasi,
dan layanan disajikan secara lengkap pada Tabel 1.

Tabel 1. Atribut Wisata Kuliner Khas Bogor


  Atribut Dimensi  
  Produk Fasilitas wisata Popularitas  daerah wisata Orisinalitas wisata Biaya wisata

Lokasi Lokasi Jarak/waktu tur Timur pencarian lokasi tur

Pelayanan Kenyamanan di tempat wisata Pelayanan ramah

   

Hasil dan Diskusi


Profil Turis
Data profil penting untuk diketahui karena konsumen yang berbeda akan
mau tidak mau mengkonsumsi produk yang berbeda, dimana dalam penelitian ini wisatawan Bogor
kota sebagai konsumen dan wisata Kota Bogor adalah produknya (Sumarwan 2011).
Karakteristik yang diukur dalam penelitian ini antara lain adalah destinasi wisata untuk
kota Bogor, status perkawinan, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pengeluaran yang dikeluarkan expenditure
tentang pariwisata ke kota Bogor.
Tabel 2. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Destinasi Wisata ke Kota Bogor
  Komposisi Tujuan Wisata (%)
 
  Tur Bisnis 13  
Wisata Kuliner 55
Wisata Belanja 7
Wisata Alam 18
Dan sebagainya 7
   
Berdasarkan karakteristik daerah tujuan wisata yang datang ke Bogor
kota yang memiliki wisata kuliner, yang memiliki posisi tertinggi – 55 persen,
sedangkan wisata bisnis dan wisata alam 13 persen dan 18 persen, dan belanja
tur adalah 7 persen. 7 persen dan lebih banyak wisatawan mengunjungi kota Bogor, di mana dua dari
mereka mengunjungi keluarga mereka atau hanya untuk bernostalgia. Dalam praktiknya, sebagian besar turis
Destinasi dapat saling berhubungan sebagai tujuan wisata bisnis tetapi juga dapat menjadi
terkait dengan wisata kuliner atau alam untuk sejumlah perusahaan yang melakukan

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 18

meeting dan outing di kota bogor, tapi kebanyakan turis yang sengaja datang ke
Kota Bogor pun menikmati wisata kuliner yang disediakan oleh Kota Hujan ini.
Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan responden, dapat diketahui:
bahwa komposisi terbesar adalah karyawan yang bekerja di sektor swasta – 51
persen dari semua responden. Jenis pekerjaan ini merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi
status sosial seseorang, dimana status sosial ini secara tidak langsung menggambarkan
perbedaan gaya hidup, pendapatan, dan nilai-nilai yang dianut (Sumarwan, 1997).
Karakteristik jenis pekerjaan ini diperlukan untuk menggambarkan pilihan pengunjung untuk
jenis kegiatan ini serta fasilitas dan layanan yang dibutuhkan oleh wisata, sedangkan
wisatawan lain datang berbagai jenis, yaitu pegawai pemerintah sebanyak 24
persen, mahasiswa sebesar 17 persen responden, pengusaha dan kalangan lainnya other
masing-masing sebesar 4 persen.
Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, data yang diperoleh menunjukkan:
bahwa wisatawan didominasi oleh tingkat sarjana sebanyak 46 persen di
yang ini berkelanjutan dengan jumlah wisatawan kota Bogor – sebagian besar
di antara pekerja. Selain itu, tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki komposisi:
28 persen, pasca sarjana 18 persen dan SMA sebanyak 8 persen.
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat berkelanjutan dengan
karakteristik jenis pekerjaan wisatawan. Rata-rata pendidikan Bogor
wisatawan yang bekerja adalah program pascasarjana di atas. Hal ini sesuai dengan
pemahaman bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang lebih baik sangat responsif
informasi dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah (Sumarwan, 2004).

Tabel 3. Karakteristik wisatawan menurut jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan


  Komposisi Jenis
  Pekerjaan (%) Komposisi
  Tingkat Pendidikan
  (%)
  Siswa SMA 17 8      
Pegawai Swasta 51 Akademi 28
Pemerintah
24 Lulusan 46
Para karyawan
Wiraswasta 4 Pasca Sarjana 18
dan sebagainya 4
       
Pengeluaran diwakili oleh biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan ke kota Bogor
karena pengeluaran perjalanan per bulan diasumsikan sebagai biaya yang dikeluarkan konsumen
digunakan untuk bepergian, tidak hanya ke kota Bogor dalam satu bulan. Selain itu, ini akan
membantu menentukan strategi pemasaran dan manajemen pelayanan yang paling
sesuai dengan pengunjung. Dari 100 responden, ada kelompok yang pernah menghabiskan
Rp 300.000 - Rp 500.000 yang setara dengan 41 persen, Rp 100.000 - Rp
300.000 sebesar 30 persen dan pembelanjaan > Rp 500.000 sebesar 29 persen. Itu bisa dilihat
bahwa sebanyak 41 orang menghabiskan Rp 300.000 - Rp 500.000 setiap kali mereka bepergian
ke Kota Bogor.
Berdasarkan status perkawinan, 65 persen responden belum menikah
kelompok dan 35 persen adalah kelompok menikah. Dapat dikatakan bahwa Bogor telah
dinikmati oleh orang yang masih lajang, yang tentunya akan mempengaruhi keputusan
membuat proses untuk melakukan tur ke kota Bogor di mana biasanya untuk kelompok usia
di atas 15 tahun dan belum menikah cenderung mengambil keputusan karena faktor sosial
perlu melakukan kegiatan dengan teman sebaya

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 19

Segmentasi Demografi Wisatawan Kota Bogor


Segmentasi terhadap wisata kota Bogor dimaksudkan untuk membantu pariwisata
pengusaha di kota Bogor untuk menentukan prioritas dalam merancang pemasaran
strategi bisnis pariwisata mereka. Dalam penelitian ini, divisi pariwisata Kota Bogor
segmen melakukan analisis k-means cluster, yang pertama-tama mulai menentukan
banyaknya rombongan yang akan membagi wisatawan kota Bogor.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, pariwisata Kota Bogor dapat
dibagi menjadi tiga cluster/segmen secara demografis dengan variabel yang berbeda
terdiri dari pekerjaan, status perkawinan, intensitas kunjungan ke kota Bogor, pariwisata,
teman ke kota bogor, jumlah grup jika di grup, durasi
kunjungan, pengeluaran untuk satu kali kunjungan wisata ke kota Bogor, pengambilan keputusan, dan
pembelian oleh-oleh setelah bepergian (Tabel 4).

Tabel 4. Klaster wisatawan Kota Bogor menurut profil pengunjung


    Cluster/Grup (Segmen)
Variabel
  I II III    
  Tujuan Wisata   Wisata kuliner   Wisata kuliner   Wisata kuliner
Pendudukan Karyawan Swasta Pribadi Siswa
Para karyawan
Status Pernikahan Belum Menikah Menikah Belum Menikah
Intensitas Kunjungan 1 – 3 kali 1 - 3 kali > 6 kali
Tur Teman Sendiri/teman Teman Keluarga
Jumlah Rombongan > 10 orang 3-5 orang 3-5 orang
Durasi Kunjungan + 6 jam dan tidak > 6 jam dan tinggal lebih dari satu
 tinggal tidak tinggal malam
Pengeluaran untuk Pariwisata < 250.000 Rp 250.000 – Rp Rp 500.000 – Rp
500.000 1.000.000
Pengambilan Keputusan Tergantung pada situasi yang Direncanakan Tiba-tiba
Membeli Souvenir Tidak Membeli Ya Ya
       
Segmen I (Segmen Dewasa Lajang)
Berdasarkan tabel 4, 23 persen wisatawan kota Bogor termasuk dalam
segmen I/segmen dewasa lajang, yaitu pengunjung yang pekerjaannya biasanya swasta
pegawai berstatus belum menikah, dengan intensitas kunjungan 1-3 kali dalam sebulan. Ini
segmen sering bepergian sendiri dan jika mereka bepergian dalam kelompok, kelompok itu
biasanya kelompok besar (> 10). Biasanya tidak menginap dan hanya melakukan perjalanan + 6
 
jam sehingga mereka tidak melakukan pembelian oleh-oleh, dan menghabiskan rata-rata
Rp 250.000 (pengeluaran pribadi). Selain itu, faktor eksternal mempengaruhi ini
segmen dalam pengambilan keputusan pariwisata ke kota Bogor. Oleh karena itu, penulis
menamakan segmen ini sebagai segmen dewasa tunggal.
Penggunaan nama ini didasarkan pada karakteristik segmen
didominasi oleh wisatawan dari pegawai swasta yang belum menikah, di mana
mereka cenderung sibuk pada hari kerja dan melakukan kegiatan sosial, seperti hang out atau
kegiatan hedonis lainnya bersama teman di akhir pekan. Berdasarkan profil turis
dari grup pertama ini, segmen pertama turis kota Bogor yang dihasilkan dari ini
penelitian adalah segmen dewasa tunggal, yaitu:
Sebuah. pengunjung dewasa yang sudah bekerja (biasanya pegawai swasta) dan
tunggal;
b. umumnya tidak berkelompok atau melakukan wisata dengan pasangan (kekasih) atau teman saja;

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 20

c. hanya memiliki satu destinasi wisata, misalnya wisata kuliner, yang


tidak perlu menghabiskan banyak waktu;
d. tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar karena mereka melakukan perjalanan sendiri.

Sebagian besar segmen ini (43%) memiliki tujuan wisata yang sama yaitu kuliner
wisata. Wisata kuliner yang biasa dikunjungi segmen ini adalah wisata kuliner time
yang menjadi trending topic di antara teman atau media sosial mereka, seperti kopi
toko. Apalagi lokasi juga dianggap penting untuk segmen ini
karena kebiasaan menonton anak muda jaman sekarang selalu update tentang
acara atau liburan yang mereka miliki meskipun mereka hanya makan di restoran.

Segmen II (Segmen Keluarga Dewasa)


Sebanyak 71 persen wisatawan di kota Bogor termasuk ke dalam urutan kedua ini
segmen. Segmen kedua didominasi oleh wisatawan yang bekerja di sektor swasta
dan menikah atau menikah. Jenis wisata ini biasanya mengajak keluarga untuk melakukan
berwisata ke kota Bogor dengan jumlah rombongan tiga sampai lima orang. Mereka
menghabiskan waktu lebih dari enam jam, tetapi tidak bermalam di kota Bogor. Biaya dan
Keputusan untuk berwisata ke kota Bogor sudah direncanakan dengan cukup matang. Menghabiskan uang
kira-kira adalah Rp 250.000 - Rp 500.000 dan mereka membeli beberapa oleh-oleh untuk
baik keluarga maupun teman di kampung halamannya. Berdasarkan profil kelompok wisatawan,
penulis menamakan segmen ini segmen keluarga dewasa.
Penggunaan istilah keluarga dewasa tentunya didasarkan pada pendekatan terhadap
tipe karakter beserta wisatawan yang berwisata ke kota Bogor. Selain itu,
Banyaknya rombongan wisatawan menunjukkan bahwa jenis wisata ini dilakukan bersama si kecil
keluarga sehingga mereka tidak harus tinggal di kota Bogor.
Berdasarkan profil wisatawan kelompok kedua ini, segmen kedua dari
Wisatawan kota Bogor yang dihasilkan dari penelitian ini adalah segmen keluarga dewasa, yaitu:
Sebuah. pengunjung dewasa yang sudah bekerja (karyawan swasta) dan menikah;
b. melakukan wisata bersama keluarga kecil dengan jumlah orang tiga sampai lima orang;
c. pengeluaran dan rencana pariwisata biasanya direncanakan;
d. ada pembelian oleh-oleh.
Sekitar 63 persen dari kelompok ini memilih wisata kuliner sebagai tujuan
kunjungan mereka ke kota Bogor. Namun kuliner yang dipilih oleh kelompok ini cenderung
bercirikan orisinalitas atau hanya kuliner yang bisa mereka temukan di Bogor, seperti
produk talas atau acar Bogor yang terkenal. Selain itu, jarak lokasi atau
waktu pariwisata yang dibutuhkan juga menjadi pertimbangan penting bagi kelompok ini mengingat
mereka melakukan pariwisata bersama keluarga sehingga kami membutuhkan strategi untuk memastikan bahwa banyak dari
orang pada satu waktu.

Segmen III (Segmen Dewasa Muda)


Segmen ini merupakan segmen terkecil di jumlah kota Bogor
wisatawan. Sekitar 6 persen wisatawan kota Bogor diisi oleh rombongan dengan
wisatawan dari kelompok mahasiswa yang tentunya belum menikah. turis ini
kelompok cenderung melakukan wisata secara berkelompok dengan teman-temannya. Biaya yang dikeluarkan oleh pariwisata
kelompok lebih besar dari dua kelompok sebelumnya, kira-kira Rp 500.000 - Rp
1.000.000, karena rombongan ini hampir seluruhnya membuat kunjungan wisatawan lebih lama
dari satu malam, sehingga rombongan wisatawan juga dapat melakukan kunjungan lebih dari 6 kali

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 21

bulan. Namun, keputusan untuk berwisata biasanya dilakukan secara tiba-tiba atau tidak direncanakan. Berdasarkan
pada kelompok wisata profil ketiga, penulis menamakan segmen ini sebagai dewasa muda
segmen.
Berdasarkan profil wisatawan kelompok ketiga ini, segmen ketiga dari
Wisatawan kota Bogor yang dihasilkan dari penelitian ini adalah segmen dewasa muda,
yaitu:
Sebuah. pengunjung dewasa yang belum bekerja/mahasiswa (penghasilan orang tua);
b. bepergian dengan sekelompok teman;
c. menghabiskan cukup besar dan melakukan lebih dari satu malam pariwisata;
d. intensitas kunjungan tinggi.

Segmen yang diisi oleh kelompok siswa memiliki kesamaan dengan


kelompok sebelumnya berupa destinasi wisata – wisata kuliner. Bahkan,
Meski menghabiskan lebih dari satu malam untuk wisata, kelompok ini cenderung memilih
akomodasi, yang efisien. Oleh karena itu, kemudahan menemukan lokasi
sangat penting. Hal ini terkait dengan ada tidaknya angkutan umum untuk
tempat. Popularitas juga menjadi pertimbangan penting bagi kelompok wisata ini untuk
berwisata, untuk kelompok muda ini saat ini memiliki kebiasaan untuk selalu up to date.

Analisis Preferensi Wisatawan terhadap Wisata Kuliner Khas Bogor


Preferensi konsumen menunjukkan bahwa produk favorit konsumen berasal dari
berbagai pilihan produk yang ada. Tingkat kesukaan dilihat dari satu atribut
dengan satu sama lain. Jadi, itu akan langsung menjadi perbandingan lebih dari satu
atribut suatu produk yang akan dipilih oleh konsumen sesuai dengan
produk paling favorit. Dengan mengetahui preferensi konsumen dari atribut a
produk, akan sangat membantu dalam proses pengembangan bisnis berbasis
preferensi konsumen.
Dalam penelitian ini, analisis preferensi wisatawan kota Bogor terhadap kuliner
atribut dengan menggunakan analisis konjoin yang menggunakan skala likert sebagai penilaiannya. Sana
ada tiga atribut yang digunakan dari wisata kuliner khas Bogor yaitu kuliner lainnya
produk, lokasi wisata, dan layanan yang diberikan pada kuliner
wisata. Untuk atribut produk wisata kuliner dibagi menjadi beberapa sub faktor
atau biasa disebut tingkat, seperti fasilitas wisata, popularitas kawasan wisata, wisata
orisinalitas, dan biaya untuk pariwisata. Sedangkan sejauh mana atribut suatu lokasi wisata
adalah jarak/waktu pariwisata dan kemudahan pencarian pariwisata, serta tingkat
atribut pelayanan terhadap kenyamanan di lokasi wisata dan pelayanan yang ramah.
Hasil dari analisis konjoin adalah bentuk utilitas atau nilai utilitas dari
setiap atribut yang ditanyakan kepada wisatawan. Besarnya nilai utilitas akan menunjukkan bahwa
atribut ini lebih disukai daripada atribut lainnya. Selain itu, analisis konjoin
juga dapat menginformasikan pentingnya setiap atribut (% rentang utilitas). Nilai besar akan
juga menunjukkan pentingnya dalam pandangan wisatawan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan atribut-atribut yang disukai dan dianggap penting oleh wisatawan yang akan
merumuskan menjadi strategi yang tepat untuk pengembangan kuliner khas Bogor sebagai
dapat dilihat pada Tabel 5.

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 22

Tabel 5. Nilai Utilitas dan Nilai Kepentingan Produk, Lokasi dan Jasa
Kuliner Khas Bogor
  Nilai Utilitas
  Tingkat Atribut     Nilai Bunga
(% rentang utilitas)
    Fasilitas Wisata 0,156 67,14   
Popularitas daerah wisata -0,149
Produk
Orisinalitas tur -0,026
Biaya untuk tur 0,019
k ij k/ k
Lokasi jarak/waktu -0,003 1,43
Lokasi wisata
Timur pencarian lokasi wisata 0,003
Kenyamanan di area wisata -0,071 31,43
Layanan
Pelayanan ramah 0,071
       
Dari Tabel 5 terlihat bahwa wisatawan lebih memilih atribut produk product
sebagai faktor penting utama untuk menentukan pilihan kuliner khas Bogor
pariwisata dengan persentase 67,14 persen, sedangkan jasa menempati urutan kedua
tingkat minat dengan persentase 31,43 persen, tetapi dapat disimpulkan
bahwa untuk wisata kota bogor, lokasi wisata kuliner khas bogor ini sebenarnya bukan
faktor penting dalam membuat keputusan tentang pentingnya mereka adalah 1,43 persen. Itu
pendapat para responden akan mewakili suara wisatawan kota Bogor di
memilih wisata kuliner khas Bogor untuk dijadikan sampel nilai korelasi Pearson
cukup dari R nya yaitu 0,765, sedangkan nilai signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu
0,014 menunjukkan akurasi untuk memprediksi dan menunjukkan model regresi yang telah
sudah terbentuk dengan baik, atau dengan kata lain model regresi linier berganda adalah
cocok atau sesuai untuk data yang dianalisis.
Berdasarkan analisis lebih lanjut dari nilai utilitas setiap tingkat atribut, itu
dapat dilihat bahwa tingkat atribut produk fasilitas wisata paling besar
nilai utilitas (0,156) dibandingkan dengan tingkat atribut produk lainnya. Saat
atribut lokasi, kemudahan mencari lokasi wisata lebih besar dibandingkan
jarak/waktu pariwisata, yaitu 0,003. Selanjutnya, nilai utilitas dan ramah
tingkat pelayanan lebih besar dari tingkat kenyamanan di lokasi wisata pada
Atribut pelayanan wisata kuliner khas Bogor, yaitu sebesar 0,071. Berdasarkan
pada analisis ini, dapat disimpulkan bahwa, preferensi wisatawan kota Bogor terhadap
Kuliner khas Bogor memiliki ciri khas berupa kuliner khas daerah
Bogor yang memiliki fasilitas wisata yang lengkap, kemudahan mencari lokasi dan
pelayanan tempat wisata kuliner yang ramah. Hasil penelitian ini menyerupai
penelitian terdahulu dengan objek berupa makanan khas daerah dan mata pelajaran,
seperti wisatawan dengan preferensi berupa produk, jasa dan lokasi location
penjualan makanan khas daerah (Amuquandoh, 2013).

Implikasi manajerial
Berdasarkan hasil tersebut, konsumen terhadap objek penelitian diperlukan suatu
penawaran produk lengkap. Hal ini dapat dipenuhi oleh penjual yang menyajikan secara lengkap
produk di satu lokasi. Keduanya dilakukan oleh penjual atau lebih dari satu
penjual bekerja sama di satu lokasi untuk menyajikan pilihan khas Bogor
produk kuliner yang beragam dan lengkap.

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 23

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, harga atau biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan
memiliki tingkat kepentingan tertinggi kedua pada atribut produk. Pelajaran ini
menunjukkan harga tinggi dan rendah yang tidak mempengaruhi keputusan pembelian jika
harga sudah sesuai dengan produk yang ditawarkan dan jika konsumen dapat memiliki
berbagai produk yang diinginkan di satu tempat, kesediaan konsumen untuk membayar
akan meningkat.
Bentuk promosi aktif terlihat sangat tepat untuk perkembangannya
kuliner khas Bogor mengingat setiap konsumen memiliki tingkat kesukaan
yang berbeda dari yang lain (Ulfah 2015). Karena tren saat ini, salah satu
Bentuk terobosannya adalah penjualan online melalui media sosial, seperti Facebook,
Twitter, Instagram yang membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat umum.
Pemerintah atau pelaku usaha dapat menjelaskan produk, lokasi wisata,
fasilitas yang ditawarkan menarik agar wisatawan mendapatkan keramahan pelayanannya.

Kesimpulan dan saran


Kesimpulan
Segmentasi dan profiling pariwisata Kota Bogor dengan analisis klaster
menghasilkan tiga kelompok atau segmen wisatawan dengan profil sebagai berikut: (a) pertama
segmen (segmen dewasa tunggal); (B) segmen kedua (segmen dewasa menikah);
dan (c) segmen ketiga (segmen dewasa muda).
Preferensi wisatawan Kota Bogor memilih wisata kuliner khas Bogor dengan
ciri khas berupa lokasi kuliner bogor yang memiliki wisata lengkap
fasilitas, kemudahan mencari lokasi, dan pelayanan kuliner yang ramah
lokasi wisata. Faktor yang mempengaruhi preferensi ini adalah produk, lokasi,
dan pelayanan kuliner khas Bogor.
Strategi tersebut dirumuskan untuk mengembangkan wisata kuliner khas Bogor,
yaitu melakukan terobosan dalam hal pemasaran, pembuatan atau promosi
kebijakan standardisasi oleh pemerintah kepada pelaku usaha khas Bogor Bogor
kuliner dan memantapkan sentralisasi wisata kuliner khas Bogor.

Rekomendasi
Penelitian ini dilakukan pada wisata kuliner khas Bogor pada umumnya, sehingga
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperdalam analisis preferensi konsumen dan
segmentasi wisata kuliner khas Bogor. Hal ini dapat dilakukan melalui
penelitian yang lebih spesifik terhadap beberapa produk wisata kuliner khas Bogor dan,
lebih mendalam mengenai responden sebagai konsumen khas Bogor
wisata kuliner.

Referensi
Adiyoga, W., Nurmalinda. (2012). Analisis gabungan dari preferensi konsumen
terhadap atribut produk kentang, bawang merah dan cabai merah. J. Hort., 22, 292-
302.
Burhanuddin, Masithoh, S., Atmakusuma, J. 2002. Analisis preferensi dan
pola konsumsi daging kerbau pada rumah tangga di Kabupaten Pandeglang. Med.
Hewan peliharaan, 25, 1-6.

Agustina, Sumarwan, & Kirbrandoko / Jurnal Ilmu Konsumen, 2017, Vol. 02, No. 01 24

Amuquandoh, FE, Ramos, A. (2013). Preferensi makanan tradisional wisatawan di


Ghana. Jurnal Makanan Inggris, 115, 987 – 1002.
Guler, O et al. (2016). Apa Menu Makanan Lokal Favorit Anda? Aplikasi dari
Analisis Conjoint pada Masakan Mediterania Timur Turki.
Jurnal Studi Pariwisata dan Gastronomi, 4/3, 38 – 52.
Hanis, A. 2013. Preferensi konsumen untuk atribut telur di Malaysia : bukti
dari survei gabungan. Jurnal Penelitian Makanan Internasional, 5, 2865 - 2872.
Kembaren, SC, Bangun, P., Sitepu, R. (2014). Preferensi wisata untuk mengunjungi Samosir
Tur pulau dengan analisis conjoint. Saintia Matematika, 3, 267-275.
Kivela, JJ (1997). Pemasaran Restoran: Seleksi dan Segmentasi di
Hongkong. Jurnal Internasional Perhotelan Kontemporer, 9, 116-123.
Maraseta, G., Wilandari, Y., Sudarno. 2014. Konjoin perbandingan berpasangan
analisis untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut suatu pariwisata
biro. Jurnal Gaussian, 3, 391-400
Mulyadi, Andri, Fauziyah, E. 2014. Preferensi konsumen dalam pembelian
mie instan di Bangkalan. Agriekonomik, 3, 65-80.
Murphy, M., Cowan, C., Henchion, M., O' Reilly, S. 2000. Konsumen Irlandia
preferensi untuk madu: pendekatan gabungan. Jurnal Makanan Inggris, 8, 585 –
598.
Palupi, NS, Muhandri, T., Subarna. (2014). Preferensi konsumen dan pedagang
mie bakso terhadap teknologi ekstrusi mie basah jagung. MPI
Jurnal, 2, 204-212.
Suherlan, H., Hidayah, N. (2015). Sikap wisatawan terhadap wisata kuliner
produk di Palembang. Jurnal Pariwisata Ilmiaah STP Trisakti, 20, 1-13.
Sumarwan, U. (2011). Perilaku Konsumen: Teori dan Praktek dalam Pemasaran.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Swantari, A. (2013). Potensi wisata kuliner di Kemang Pratama, Bekasi.
Mittra, 3 (2), 1-22.
Syahrir, Taridala, Bahari. (2015). Preferensi konsumen berlabel beras.
Agriekonomika, 4, 10-21.
Tripathi, SN, Masood, HS 2010. Sebuah studi empiris preferensi wisatawan
menggunakan analisis konjoin. Int. Jurnal Ilmu Bisnis dan Terapan
Manajemen, 2, 01-16.
Vanhonacker, F., Lengard, V., Hersleth, M., Verbeke, W. (2010). membuat profil
konsumen makanan tradisional Eropa. Jurnal Makanan Inggris, 112, 871 – 886.

Anda mungkin juga menyukai