AGROTEKNOLOGI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 27
1. Muhammad Ayyub Nasrullah H0819082
2. Muhammad Dafa Ramadhan H0819083
3. Muhammad Fuad Al Hazmi H0819084
4. Muhammad Iqbal Rifa’i H0819085
5. Muhammad Irfan Murtadho H0819086
6. Nataya Nirmala Putri H0819087
7. Nimas Suci Kusuma Melati H0819088
8. Nisrina Nuraini H0819089
9. Nurita Miftakhul Janah H0819090
10. Puji Rahayu H0819092
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
KELOMPOK 27
1. Muhammad Ayyub Nasrullah H0819082
2. Muhammad Dafa Ramadhan H0819083
3. Muhammad Fuad Al Hazmi H0819084
4. Muhammad Iqbal Rifa’i H0819085
5. Muhammad Irfan Murtadho H0819086
6. Nataya Nirmala Putri H0819087
7. Nimas Suci Kusuma Melati H0819088
8. Nisrina Nuraini H0819089
9. Nurita Miftakhul Janah H0819090
10. Puji Rahayu H0819092
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, dan ijin-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan
Praktikum Agroteknologi ini. Laporan Praktikum Agroteknologi ini dibuat untuk
melengkapi tugas Mata Kuliah Agroteknologi.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret;
2. Tim dosen Mata Kuliah Agroteknologi;
3. Co-Assisten yang telah membimbing dan mengarahkan praktikan;
4. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari seandainya dalam penulisan laporan ini masih ada
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi hasil yang lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan memberi tambahan ilmu bagi pembaca. Amin.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
v
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
I. PEMILIHAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan ta
naman, atau dipertanyakan dengan perbanyakan tanaman. Batasan tentan
g pengertian benih dapat dibedakan secara biologis, secara agronomi, dan
secara fisiologis. Secara agronomis benih ditentukan sebagai biji tanaman
yang diperlukan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani, memilik
i fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomis. Di Indonsesia
benih selalu menjadi masalah yang sangat mendasar. Masalah klasik yan
g selalu muncul adalah terbatasnya ketersediaan benih baik dalam jumlah
maupun kualitasnya. Hal ini selalu berakibat pada ketidaksesuaian antara
target areal dengan tersedianya benih.
Untuk memperoleh benih yang bermutu diperlukan suatu perangkat
pengelolaan benih. Perangkat tersebut tercakup dalam teknologi benih,
yaitu teknologi untuk memproduksi benih, menganalisis mutu benih,
menyimpan, memasarkan, dan mengedarkan tanpa harus mengurangi
mutunya. Teknologi benih merupakan perpanjangan tangan ilmu benih
dan antara keduanya selalu terdapat hubungan dan pengaruh timbal balik.
Ilmu benih difokuskan pada viabilitas benih, sedang teknologi benih
difokuskan pada mutu benih yang baik dan benar. Baik ilmu benih
maupun teknologi benih tidak berorientasi pada macam komoditas tetapi
berorientasi pada subjeknya.
Benih bermutu tinggi yang berasal dari varietas merupakan salah satu
faktor penting yang akan menentukan tinggi rendahnya produksi
tanaman, maka sebelum menanam hendaknya memilih benih yang bagus
secara fisik maupun fisiologinya. Kebutuhan benih tiap lubang tanam
juga perlu dihitung untuk mendapatkan hasil pertumbuhan yang
maksimal dan mempengaruhi tinggi rendahnya produksi tanaman.
1
2
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
melakukan pemilihan benih jagung dan benih kacang tanah melalui uji
fisik, fisiologi dan menghitung kebutuhan benih per satuan luas.
B. Tinjauan Pustaka
Ciri-ciri Benih yang Baik
Benih yang baik dapat diperoleh dari tanaman induk yang sehat (tidak
terserang hama dan penyakit), mempunyai produktivitas yang tinggi dan
berumur sekitar 2,5 bulan. Ciri-ciri benih yang baik, antara lain bentuknya
utuh, warnanya mengilap, tidak berwarna cokelat terutama pada mata
bijinya, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, bersih dari kotoran,
bebas dari hama dan penyakit, serta memiliki daya tumbuh yang tinggi,
yaitu minimal 80% (Setyaningrum dan Saparinto, 2011).
Pemilihan benih yang baik dilakukan dengan cara mengamati satu
persatu biji. Kriteria atau ciri-ciri dari kondisi benih yang baik adalah tidak
adanya keriput, mengkilat, dan warnanya normal. Benih yang baik juga
bisa dicerminkan dari penampilan fisik (kadar air, kemurnian, dan berat
benih) dan juga fisiologis (daya berkecambah) yang dijadikan parameter
utama pengujian benih dalam rangka sertifikasi mutu benih di Indonesia.
Benih-benih yang bermutu baik secara fisik dan fisiologis akan mampu
tumbuh menjadi bibit yang bermutu (Sudrajat dan Nurhasybi, 2009),
Benih yang berukuran besar dan bobotnya lebih berat mengandung
jumlah cadangan makanan yang lebih banyak dan embrionya lebih besar
dibandingkan dengan benih yang berukuran kecil. Cadangan makanan
yang tersedia dalam jumlah sedikit, maka pertumbuhan tanaman
cenderung lebih lemah. Ukuran benih besar dan sedang memberikan
pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran benih
yang kecil. Perkecambahan benih dapat dilakukan dengan menggunakan
metode kertas dan pasir. Praktikum acara pemilihan dan perhitungan
kebutuhan benih kali ini menggunakan metode pada kertas. Benih yang
3
diuji dalam praktikum ini adalah biji jagung dan biji kacang tanah (Sutopo,
2010).
DK
Uji daya kecambah dilakukan untuk mengetahui potensi benih yang
dapat berkecambah dari suatu kelompok atau satuan berat benih. Informasi
atau hasil yang didapat sangat penting dan berguna untuk perhitungan
kebutuhan benih di lapangan, seperti yang kita ketahui banyak benih yang
ditanam pada lahan usahatani mengalami kegagalan dalam proses
perkecambahan, sehingga mengakibatkan banyaknya benih yang terbuang
akibat hal tersebut. Hal ini sangat penting mengingat agar tidak terjadi
pengeluaran yang tidak diperlukan dikemudian hari (Mulyana, 2012).
Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji dan
mencapai pertumbuhan maksimum jauh sebelum masa fisiologis atau berat
kering maksimum tercapai. Saat masa Fisiologis tercapai, pertumbuhan
maksimum ini konstan, tetapi sesudah itu akan menurun dengan kecepatan
yang sesuai dengan keadaan buruk lingkungan. Semakin buruk keadaan
lingkungan makin cepat turunnya daya kecambah (Wahab dkk., 2015).
Pengujian mutu benih merupakan hal yang rutin dilakukan dalam
rangka proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini memiliki beberapa tahap
pengujian agar mendapatkan benih yang berkualitas. Salah satu pengujian
rutin yang dilakukan adalah pengujian daya berkecambah. Hal ini
dilakukan guna mendapatkan atau sebagai bahan penelitian ciri dan jenis
benih yang baik untuk digunakan di lapangan (Rahayu, 2015).
KK
Kecepatan tumbuh benih merupakan tolak ukur yang mengindikasikan
vigor kekuatan tumbuh dan merupakan tolak ukur yang lebih peka
dibandingkan daya berkecembah (DB). Kecepatan tumbuh ini penting
dalam waktu yang diperlukan untuk melakukan usahatani. Dalam
usahatani hal ini sangat diperlukan untuk efisiensi usahatani itu sendiri, ap
abila kecepatan tumbuh benih lambat akan berdampak pada waktu usahata
ni yang semakin lama (Paramita et al., 2018).
4
benih jagung yang diperlukan berkisar antara 20-40 kg/hektar atau di rata-
rata yaitu 30 kg/herktar. Kebutuhan benih kacang tanah berbeda dengan
jagung yaitu rata-rata benih kacang tanah yang diperlukan dalam satu
hektar adalah 70 kg yang jauh lebih banyak dari benih jagung
(Syukur dan Aziz, 2013).
Hasil perhitungan daya kecambah dan kecepatan kecambah dapat
digunakan untuk menghitung jumlah benih per hektar maupun per lubang.
Kebutuhan benih untuk penanaman tergantung dari jarak tanam, jumlah
benih per lubang tanam, dan daya tumbuh benih. Kebutuhan benih jagung
per satuan luas lahan dipengaruhi oleh faktor jarak tanam, jumlah benih
per lubang tanam, keadaan lahan yang mangkus untuk ditanami, berat
benih, dan daya kecambah benih. Jumlah benih jagung yang diperlukan
bekisar antara 20 kg-40 kg per hektar atau rata-rat 30 kg/hektar (Rukmana,
2009).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroteknologi dilaksanakan pada hari Rabu, 1 April
2020. Praktikum Agroteknologi bertempat di Laboratorium Ekologi
Manajemen dan Produksi Tanaman (EMPT), Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan
2) Petridish
3) Sprayer
b. Bahan
1) Benih Jagung
2) Benih Kacang tanah
3) Kertas buram
4) Air
3. Cara kerja
7
a. Pemilihan Benih
1) Ambilah benih yang akan ditanam.
2) Pengamatan benih yang baik yaitu mengkilap, warna normal, tidak
cacat, dan tidak keriput.
b. Uji Perkecambahan
1) Pilih 10 biji, kemudian tata pada lembaran kertas buram/tissue di
petridish lalu basahi dengan air secukupnya.
2) Hitung biji yang berkecambah setiap hari, sampai hari ke-7 atau
10 hari.
c. Berat 1000 biji
1) Hitung 100 atau 1000 biji yang akan ditanam, kemudian timbang.
2) Ulangi poin (1) sebanyak 3 kali.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengamatan Biji yang Berkecambah Hari Ke-4 (KK)
Jumlah Benih yang
No Komoditas Benih
Berkecambah
1 Jagung 5
2 Kacang Tanah 4
Sumber: Data Sekunder
0
X 47.46 15.82
5
2 45.3 46.12 44.78 136.24 45.41
4
44.7 45.21 45.18 135.17 45.05
8
Kacang Tanah
45.2 45.50 42.87 133.57 44.52
(Arachis
0
hypogea)
44.8 45.58 43.75 134.13 44.71
0
X 134.7 44.92
7
Sumber : Data Sekunder
9
Analisis Data:
1) Jagung (Zea mays)
a) Kecepatan Berkecambah (KK)
KK =
= 5/10 x 100%
= 50%
DK =
= 8/10 x 100%
= 80%
= 4/0,2 x 2 x 15,82/100
= 6,328 gr/4m2
KK=
= 4/10 X 100%
= 40%
DK=
= 8/10 x 100%
= 80%
10
= 4/0.2 x 2 x 44,92/100
= 17,968 gr/4m2
2. Pembahasan
Menjelaskan tujuan perhitungan DK, KK, Berat 100 benih pada
budidaya tanaman.
Tujuan dilakukan perhitungan daya kecambah yaitu untuk
dijadikan tolak ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan
dilakukan pada hari ketujuh. Kecepatan kecambah diukur untuk
menentukan seberapa besar keseragaman benih untuk tumbuh yang
dapat dihitung pada hari keempat. Sedangkan pengukuran berat 100
benih bertujuan untuk memprediksi jumlah benih dalam 1 kg yang
sangat berguna dalam perencanaan penanaman, terutama dalam
penentuan jumlah benih yang diperlukan.
Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai
berkembangnya bagian-bagian penting dari suatu embrio benih yang
menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada
lingkungan yang sesuai. Menurut Mackay (2010), daya kecambah benih
memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih
tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam
keadaan biofisik lapangan yang serba optimal. Parameter yang
digunakan dapat berupa presentase kecambah normal berdasar penilaian
terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung.
Presentase perkecambahan adalah presentase kecambah normal yang
dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan
dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.
Kecepatan kecambah adalah banyaknya biji yang berkecambah
dari sejumlah biji murni yang dikecambahkan, dan dinyatakan dalam
persen, serta dalam waktu yang lebih pendek dari pada waktu untuk
11
dapat terpenuhi pada waktu tanam jika petani dapat menghasilkan benih
unggul dengan memiliki pengetahuan lebih mengenai pemuliaan.
Sehingga kegiatan produksi benih jagung mandiri melalui kegiatan
pemuliaan tanaman, diharapkan dapat membantu petani dalam
memenuhi kebutuhan benih sendiri.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum acara Pemilihan dan Perhitungan Ben
ih dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Benih jagung dan kacang tanah yang digunakan termasuk benih yang b
ermutu baik dengan kriteria mengkilat, tidak keriput, tidak cacat, dan
warna normal.
b. Daya kecambah (DK) jagung sebesar 80% dan kecepatan kecambah (K
K) jagung sebesar 50%. Daya kecambah (DK) kacang tanah sebesar 80
% dan kecepatan kecambah (KK) kacang tanah sebesar 40%. Benih jag
ung dan kacang tanah yang digunakan memiliki daya kecambah dan ke
cepatan kecambah yang baik. Harkat daya kecambah jagung 1 dan kac
ang tanah adalah 2.
c. Kebutuhan benih per Ha jagung sebesar 6,328gr/4m2 dan kacang tanah
sebesar 17,968gr/36m2.
2. Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah jam dalam pergantian shift
sebaiknya jangan terlalu mepet dengan shift lain sehingga jika shift
sebelumnya molor tidak mengganggu shift berikutnya dan jarak lahan
kelompok satu dengan yang lainnya sebaiknya jangan terlalu mepet,
sehingga membatasi pergerakan antar kelompok. Saran untuk coass
supaya lebih jelas dalam menjelaskan praktikum online dan sebaiknya
tidak mendadak dalam menginfokan sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Asrianti, Alvin, Husna, dan Faisal Danu Tuheteru. 2018. Penanganan dan
Pengujian Mutu Fisik Benih Kalapi (Kalappia celebica Kosterm).
Ecogreen, 4(1), 53-62.
Bewley J D, et al. 2013. Seed. Physiology of development, germination and
dormancy 3 rd edition. New York: Springer.
Fridayanti N, Nasrul. 2014. Pengaruh lama perendaman dan suhu air terhadap
pemecahan dormansi benih sengon. J Agrium 11(2): 131.
Kartasapoetra. 2007. Teknologi benih: pengolahan benih dan tuntunan praktikum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Mackay. 2010. Pengamatan uji daya berkecambah dan optimalisasi substrat
perkecambahan benih kecipir. Jurnal Agrohorti 3(1): 18-27.
Mangoendidjojo W. 2009. Dasar-dasar pemuliaan tanaman. Yogyakarta:
Kanisius.
Maryam. 2010. Perbenihan tanaman. Jakarta: PT. Grasindo.
Maryenti, Tety. 2011. Penetapan bobot 1000 atau 100 butir benih. Fakultas
Pertanian. Universitas Lampung.
Mulyana D, Ceng A. 2012. Untung besar dari bertanam sengon. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Nasir. 2012. Peranan benih dalam usaha pengembangan palawija. Jurnal
Agronomi 12(1): 12-15.
Ningsih. 2015. Uji mutu fisik dan fisiologi benih pohon penghasil gaharu (A
quilaria micocorpa Baill) berdasarkan fenotipe pohon induk di KHDTK
Samboja, Kabupaten Kutai, Kartanegara. J agrifor 14(2): 221-238.
Paramita KE, Tatiek KS, Memen S. 2018. Optimasi pengujian daya berkecambah
dan faktor yang mempengaruhi viabilitas dan vigor benih kelor. J
Agrohorti 6(2): 228.
Rahayu AD, Tatiek KS. 2015. Pengamatan Uji Daya Berkecambah dan
Optimalisasi Substrat Perkecambahan Benih Kecipir. J Agrohorti 3(1) :
18 -27.
Rukmana R. 2009. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Kanisius.
Ruliyansyah, A. 2011. Peningkatan performansi benih kacangan dengan perlakua
n invigorasi . J Perkebunan dan Lahan Tropika 1 (2): 13-18.
Setyaningrum HD, Saparinto C. 2011. Panen sayuran secara rutin di lahan
sempit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudrajat, D.J. dan Nurhasybi, 2009. Penentuan standar mutu fisik dan fisiologis
benih tanaman hutan. Info Benih. Bogor: Balai Penelitiaan Teknologi
Perbenihan Bogor.
Sumianti, Suharsi.T.K., Rahayu.A.D. 2016. Analisa kebutuhan benih pada
tanaman jagung. Jurnal Pertanian 2(1): 74-76.
14
15
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai
peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah
diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan
pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainy
a. Luas lahan di Indonesia yang saat ini bukan lagi berupa kawasan hutan,
tetapi telah menjadi lahan pertanian atau lahan yang pernah digunakan ad
alah 70,2 juta ha, yang terdiri atas sawah, tegalan, pekarangan, perkebuna
n, padang penggembalaan, kayu-kayuan, dan tambak/kolam. Komoditas
pangan terutama beras, jagung, dan kedelai diusahakan pada lahan sawah
dan lahan kering (tegalan). Jenis tanah yang dibudidayakan untuk
pertanian di Indonesia antara lain adalah tanah litosol, regosol, alfisol,
inseptisol, dan lain-lain. Tanah di Jumantono berjenis tanah alfisol.
Pengolahan lahan merupakan suatu proses mengubah sifat tanah deng
an mempergunakan alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperol
eh lahan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki manu
sia dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Olah lahan dibagi menjadi 3 j
enis, yaitu pengolahan lahan sempurna, pengolahan lahan minimum, dan
tanpa olah tanah (TOT). Jenis olah lahan ini diterapkan sesuai dengan
komoditi apa yang akan ditanam.
Pengolahan tanah memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah yang
pertama, memperbaiki sturktur tanah. Kedua, pengolahan tanah dapat juga
mendorong pertumbuhan mikro dan hara tanaman. Ketiga, mencengah ha
ma dalam tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sesuai de
ngan kondisi/keadaan tanah. Keempat, mencengah pertumbuhan gulma ya
ng dapat menggangu pertumbuhan tanaman.
16
17
2. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mendapatkan pemahaman dan mampu melaksanakan p
ersiapan lahan sebagai media tanam, sehingga tanaman tumbuh baik.
B. Tinjauan Pustaka
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan atau soil management adalah suatu cara meperbaiki
struktur tanah. Memperbaiki struktur tanah dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sepeti bajak, cangkul, atau garu yang ditarik dengan
banyak sekali sumber tenaga, sehingga tanah menjadi gembur, aerasi dan
drainase tanah pun menjadi lebih baik. Pengolahan lahan memiliki tujuan
untuk menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit, menciptakan daerah
perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas
gulma (Arsyad, 2010).
Pengolahan lahan memiliki manfaat yang besar dalam kegiatan
budidaya tanaman. Tekstur tanah menjadi gembur dan mempermudah
proses penetrasi akar. Dalam kegiatan ini juga harus memperhatikan
proses mekanisnya. Proses meknisnya perlu diperhatikan karena jika tanah
mendapatkan pengolahan yang terlalu berat maka akan berdampak pada
penurunan bahan organik pada tanah. Metode pengolahan lahan
berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman dan sependapat dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa pengolahan tanah dapat memberikan
jumlah daun yang terus bertambah pada semua umur pengamatan pada
tanaman (Intara et al., 2011).
Pengolahan lahan merupakan pengolahan kesuburan tanah yang
berguna untuk mengatur keseimbangan empat faktor yang terdapat dalam
tanah. Faktor-faktor tersebut yaitu oksigen, unsur hara, unsur toksik, dan
air. Apabila faktor-faktor tersebut berada di dalam tanah dengan keadaan
seimbang maka mutu kehidupan tanaman yang ada diatas tanah tersebut
pun akan baik. Pengolahan lahan sangat dibutuhkan, namun hal ini dapat
mengakibatkan penurunan kualitas sifat fisik tanah dalam jangka panjang
18
Olah tanah konvensional yaitu dengan bajak total dan garu telah bany
ak diterapkan di kehutanan terutama pada hutan tanaman skala luas dengan
tujuan memberikan kondisi lahan yang bersih dan tekstur tanah yang gemb
ur untuk jenis-jenis tanaman cepat tumbuh. Namun banyak ahli menyataka
n teknik ini akan mempercepat erosi tanah disamping memerlukan biaya m
ahal. Aplikasi OTK di kehutanan diharapkan akan berdampak positif terha
dap kelestarian tanah. Selain dapat meminimalkan erosi, penerapan OTK j
uga lebih murah karena tidak memerlukan alat berat, mudah diaplikasikan
pada banyak spesies tanaman hutan yang tidak memerlukan pengolahan ta
nah secara total (Wahyuningtyas, 2010).
Tanpa Olah Tanah (TOT) yaitu sistem di mana permukaan tanah hany
a dibersihkan dari gulma baik secara manual maupun dengan menggunaka
n herbisida. Sesudah pembersihan, tanaman langsung ditugal. Jika penugal
an sulit dilakukan, dapat digunakan cangkul untuk memudahkan penanama
n.
Pengolahan tanah minimum (minimum tillage) adalah pengolahan t
anah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pen
golahan tanah pada seluruh areal lahan. pengolahan tanah minimum yang
dapat diterapkan adalah:
1. Pengolahan tanah disekitar lobang tanaman
lahan yang akan ditanami dibersihkan dari rumput-rumput baik seca
ra mekanis maupun secara kimia dengan menggunakan herbisida Glyp
osate selanjutnya tanah ditutup dengan mulsa dan di sekitar lobang ta
nam dilakukan olah tanah seperlunya.
2. Pengolahan tanah di sekitar tanaman
Pembersihan lahan dari rumput-rumputan dan pemberian mulsa sama
dengan cara di atas sedang pengolahan tanah dilakukan dalam jalur te
mpat tumbuh tanaman.
3. Tanpa pengolahan tanah (zero tillage)
Pengolahan lahan tanpa olah tanah merupakan sistem pengolahan t
anah yang merupakan adopsi dari sistem perladangan dengan memasuk
20
aplikasi yang tepat menjadikan jumlah pupuk yang ditebar sesuai dengan
dosis yang diinginkan (akurat). Model peningkatan produksi dapat digenjot
tinggi jika hal-hal yang menghambag aplikasi pupuk dapat diperbaiki. Asumsi
bahwa dosis yanh digunakan berdasarkan status hara sedang, maka
pemupukan dilaksanakan sepenuhnya sesuai status hara tersebut,akan terjadi
lonjakan produktivitas (Firmansyah dan Harmini, 2012).
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman,
hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos
yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan
kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga diperlukan dalam
jumlah banyak. Keuntungan utama menggunakan pupuk organik adalah
dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain
sumber hara bagi tanaman (Simanungkalit et al., 2006).
Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik
yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat penting artinya sebagai
penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat
meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan. Penggunaan pupuk
organik padat atau cair secara umum dapat digunakan sebagai substitusi
pupuk kimia yang memberikan hasil yang baik (Supartha et al., 2012).
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian
baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk
organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
dapat mencegah degradasi lahan. Selain itu, dengan pemberian pupuk
organik dalam jangka panjang mampu meningkatkan kandungan humus di
dalam tanah. Dengan adanya humus tersebut air akan banyak terserap dan
masuk ke dalam tanah, sehingga kemungkinan untuk terjadinya pengikisan
22
tanah dan unsur hara yang ada di dalam tanah sangat kecil
(Prasetyo, 2014).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroteknologi dilaksanakan hari Minggu, 19 April 2020.
Praktikum ini dilaksanakan di Laboraturium Pertanian UNS, Jumantono,
Karanganyar.
2. Alat dan Bahan
a. Alat :
1) Cangkul
2) Cethok
3) Patok
4) Tali Rafia
5) Papan Nama
b. Bahan : Pupuk Organik
3. Cara kerja
a. Mengolah tanah dengan traktor dan cangkul, sehingga menjadi
gembur.
b. Membuat petakan/bedengan yang diberi papan nama perlakuan
tanaman.
c. Menabur pupuk.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan Persiapan Lahan
No Pengamatan Keterangan
1 Tanpa Olah Tanah Metode tanpa
menggemburkan tanah
sedikitpun
2 Olah Tanah Minimum Olah tanah minimum dapat
dilakukan di tanah yang
gembur dengan melakukan
pemberian pupuk organik
3 Olah Tanah Maksimum Metode pengolahan tanah
dengan seluruh areal diolah
atau membersihkan sampai
23
unsure hara dan air di dalamnya. Oleh karena itu struktur tanah yang
baik drainase dan aerasenya sangat menunjang pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, lahan di bersihkan
dari gulma yang sebelumnya ada pada lahan tersebut, kemudian lahan
di gemburkan dengan cangkul ataupun cethok tanah. Menurut Ariyanti
(2011), pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan
pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur
tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi
perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Sasaran bagi
lahan basah yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi
perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Alat untuk
pengolahan tanah mulai yang tradisional sampai modern.
Menjelaskan perbedaan pemberian pupuk kandang pada jagung dan
kacang panjang.
Pemupukan merupakan cara yang sangat penting untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dan mutu tanah. Menurut Habib
(2013), pupuk digunakan petani guna meningkatkan produksi pertanian.
Berdasarkan kandungan haranya, pupuk terbagi dua yaitu pupuk makro
dan pupuk mikro. Pupuk makro merupakan pupuk utama yang paling
dibutuhkan tanaman berupa N, P,dan K sedangkan pupuk mikro
merupakan pelengkap seperti Zn, Fe, Ca, dan lainnya. Pemakaian
pupuk haruslah sesuai dosis dan waktu yang tepat, jika diberikan secara
berlebihan (over dosis) pupuk malah berdampak buruk bagi tanaman.
Praktikum kali ini meggunakan pupuk organik berupa pupuk
kandang. Menurut Ariyanto (2011), pupuk kandang merupakan hasil
samping yang terdiri atas kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang
bercampur dengan sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam
tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya
unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat
fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain
25
27
28
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat
penyemaian ke lahan penanaman untuk di dapatkan hasil produk dari
tanaman yang di budidayakan. Penanaman dilakukan dengan menumbuh
kembangkan benih yang kemudian akan menjadi hasil produk yang
diinginkan. Proses pemindahan ini tidak boleh dilakukan dengan
sembarangan, perlu adanya metode agar tanaman dapat belangsung hidup
di media dan lingkungannya yang baru.
Pemeliharaan tanaman adalah semua kegiatan manusia yang
memberikan kondisi baik terhadap tanaman agar tidak terkena gangguan-
gangguan yang dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman agar
memperoleh hasil produksi yang maksmial. Pemeliharaan ini dapat
berupa pembersihan gulma tanaman, perlindungan dari hama dan
penyakit yang menghambat pertumbuhan tanaman, penyiangan,
pemupukan, dan irigasi. Pemeliharaan ini adalah sesuatu hal yang harus
dilakukan setelah melakukan penanaman agar tanaman terhindar dari
kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan seperti tanaman terkena
gulma, hama, dan penyakit tanaman, pemupukan yang kurang optimal,
dan pemenuhan kebutuhan air pada tanaman yang kurang.
Pemanenan adalah sebuah kegiatan yang meliputi pemetikan
hasil, pembersihan lahan, pengangkutan hasil, penyimpanan. Pemanenan
sangat penting dilakukan untuk memperoleh hasil dari kegiatan budidaya
yang telah dilakukan. Pembersihan lahan juga dilakukan agar lahan bersih
dan siap diolah untuk kegiatan penanaman selanjutnya.
29
30
2. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa memiliki pengalaman dalam budidaya tanaman sehingga
terampil mengelola tanaman disaat penanaman.
b. Mahasiswa mampu memelihara tanaman dalam mengatasi gulma dan
mengendalikan hama penyakit.
c. Mahasiswa mampu melakukan pemanenan bila tanaman telah
memasuki masa panen sesuai jenis tanaman.
B. Tinjauan Pustaka
Penanaman dan pemeliharaan jagung
Tanaman jagung adalah tanaman yang memiliki tingkat fotosintesis
tinggi, jadi sangat memerlukan cahaya matahari, maka lokasi tanaman
jagung adalah areal yang terbuka berupa sawah atau ladang yang tidak
terlindung dari cahaya matahari. Lokasi untuk tanaman jagung sebaiknya
tidak tergenang air, namun memiliki kadar air yang cukup. Selain itu,
dalam pemilihan lokasi untuk tanaman jagung, sebaiknya harus sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman jagung, atau yang dibutuhkan oleh
tanaman jagung (Rochani, 2007).
Faktor yang perlu diperhatikan dalam tahap penanaman adalah waktu
tanam, jarak tanam dan cara tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bibit disediakan oleh petani. Waktu tanam untuk tanaman jagung
dilakukan 2 kali musim tanam yaitu batar ahuklean (jagung musim
panjang) dan batar tinan (jagung umur pendek) yakni pada bulan
Desember-Maret dan April-Juni. Penanaman bibit jagung dilakukan pada
awal musim hujan, penanaman jagung dapat ditanam dengan
menggunakan jarak tanam 75 cm x 70 cm. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm
menggunakan tugal atau asuak setiap lubang diisi 2-3 biji jagung
kemudian lubang ditutup dengan tanah (Hoar dan Fallo, 2017).
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma atau tanaman
pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman jagung dengan tujuan untuk
menyuburkan tanaman jagung. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman
jagung berumur 3-4 minggu, dengan menggunakan tajak atau linggis kecil.
31
Pemupukan
Pemupukan merupakan cara yang sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas tanaman. Selain itu, pemupukan merupakan cara untuk
meningkatkan mutu tanah. Penggunaan pupuk organik dan pupuk
anorganik merupakan cara yang tepat tidak hanya untuk menghasilkan
produktivitas tanaman melainkan dapat mempertahankan stabilitas
produksi tanaman teh pada sistem usahatani yang intensif (Nath, 2013).
Pemupukan akan efektif jika ada pupuk yang disebarkan dapat
menambah atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah.
Oleh karena itu, sebelum digunakan harus diketahui gambaran mengenai
tanahnya terlebih dahulu, khusunya kemampuan awal untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Tanah dibagi menjadi 2 yaitu tanah organik dan
tanah mineral. Tanah organik berasal dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan
dengan kandungan bahan organik 80%, sedangkan tanah mineral berasal
dari pelapukan dan hancuran batu-batuan (Novizan, 2010).
Penggunaan pupuk secara setimbang akan meningkatkan produksi
tanaman. Peningkatan produksi juga meningkatkan jumlah sisa – sisa
tanaman (daun, batang, akar) yang tertinggal atau yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah. Kesetimbangan unsur hara tentang
pengembalian 80% sisa – sisa tanaman dapat memperkaya cadangan unsur
hara, sehingga mengurangi kebutuhan hara yang harus ditambahkan.
Perlakuan ini jika dilakukan secara terus menerus akan mengurangi
kebutuhan hara sehingga akan dicapai kondisi hara yang cukup untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman tinggi tanpa ada masukan pupuk dari
luar. Pengembalian sisa – sisa tanaman ini akan memperbaiki sifat–sifat
kimia dan fisika tanah, meningkatkan kemampuan menyimpan air,
meningkatkan kemudahan pengolahan dan kesuburan tanah. Alasan utama
sehingga tanah bisa sangat keras adalah penggunaan pupuk anorganik
tunggal dalam jangka waktu lama. Sebagai contoh, residu sulfat dan
karbonat yang terkandung dalam pupuk dan tanah bisa bereaksi dengan
35
Mutu hasil panen jagung akan baik bila jagung dipanen pada tingkat
kematangan yang tepat (matang optimal). Sebagai tanda jagung siap
panen/ matang optimal antara lain: bila kelobot telah berwarna kuning, biji
telah keras dan warna biji mengkilap, jika ditekan dengan ibu jari tidak
lagi ditemukan bekas tekanan pada biji tersebut, pada keadaan seperti ini
kadar air sudah mencapai sekitar 35%. Cara lain untuk menentukan tingkat
kematangan jagung adalah terbentuknya lapisan berwarna hitam pada
butiran (black layer tissue formation), terbentuk dalam waktu tiga hari
bersamaan dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran
(Aqil, 2010).
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-hari cerah, jangan pada
saat hujan agar supaya penanganan jagung setelah dipanen yaitu
pengeringan tidak mendapat hambatan. Pemanenan jagung yang sederhana
dan umum dilakukan dan hasilnya sangat baik adalah dipuntir dengan
tangan atau sabit dengan memotong tangkai buah. Sekaligus memotong
batang dan bagian tanaman lainnya dan ditinggal dilapangan dan
kemudian dibenamkan kedalam tanah sebagai bahan pupuk. Jagung
sebaiknya dipanen dalam bentuk tongkol lengkap dengan kelobotnya, bila
dipanen tanpa kelobot resiko kerusakan butir-butir jagung tambah besar.
Segera setelah dipanen pisahkan jagung yang tidak sehat/terinfeksi
penyakit dilapangan supaya penyebaran hama dan penyakit dapat dicegah
(Sinuseng et al., 2011).
Kriteria panen kacang tanah
Sebelum Panen dilakukan pencabutan beberapa tanaman contoh
sebagai pedoman menentukan saat panen yang paling tepat. Panen kacang
tanah pada stadium polong belum tua menyebabkan penurunan produksi
dan kualitas biji., yaitu berat polong turun drastic dan biji-bijinya menjadi
keriput setelah dikeringkan. Sebaliknya, panen polong yang terlalu tua
menyebabkan biji mulai tumbuh dan banyak polong tertinggal dalam tanah
pada waktu dicabut (Aslamiah dan Sularno, 2017).
39
9) Meteran
10) Pisau
11) Gunting
12) Pensil
13) Cetok
b. Bahan
1) Benih Jagung dan Kacang Tanah
2) Pupuk kandang
3) Pupuk daun
3. Cara kerja
a. Penanaman
1) Jagung (luas petakan tiap kelompok 2 x 2 m)
a. Membuat lubang tanam dengan tugal sedalam 5 cm. Jarak
tanam = 40 cm x 50 cm (20 tanaman/petak)
Pupuk daun :P0 = (kontrol)
P1 = 14 hari setelah tanam
P2 = 21 hari setelah tanam
P3 = 28 hari setelah tanam
b. Tanam benih jagung pada lubang tanam, kemudian tutup
dengan tanah.
2) Kacang Tanah (luas petakan tiap kelompok 2 x 1,8 m)
a. Buat lubang tanam sedalam 3 cm.
Jarak tanam :
J1 = 25 x 15 cm (96 tanaman/petak)
J2 = 25 x 20 cm (72 tanaman/petak)
J3 = 25 x 25 cm (56 tanaman/petak)
J4 = 25 x 30 cm (48 tanaman/petak)
b. Tanam benih kacang tanah pada lubang, kemudian tutup
dengan tanah.
b. Pemeliharaan
41
56
54
51.58 51.18
52
49.62 Tinggi tanaman
50
48
46
44
J1 J2 J3 J4
Perlakuan
0.7
0.6 0.5
0.5 Diameter
0.4
0.3
0.2
0.1
0
J1 J2 J3 J4
Perlakuan
80 69.99
60
Berat Segar
40
20
0
J1 J2 J3 J4
Perlakuam
50 46.55
40 36.6
31.17
30 26.59
Berat Total Polong
20
10
0
J1 J2 J3 J4
Perlakuan
15 12.75
11.67 11.67
10.25
10
Jumlah Polong Isi
5 Jumlah Polong Hampa
0
J1 J2 J3 J4
Perlakuan
Gambar 3.4.11 Pengamatan Jumlah Polong Isi dan Hampa Kacang Tanah
2. Pembahasan
A) Jagung
Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemanenan
Menurut Rosliani et al. (2010), penanaman jagung dilakukan
setelah pengolahan tanah secara konvensional. Hal ini bertujuan
membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung secara
optimal. Ada 20 lubang yang digunakan untuk menanam jagung,
dan setiap lubangnya berisi dua biji jagung. Jarak antar lubang
tanam yaitu 40 cm x 50 cm. Kedalaman lubang tanam yaitu kurang
lebih sedalam 5 cm. Peletakan biji jagung di lubang tanam tidak
boleh sembarangan. Jagung merupakan tumbuhan dengan tipe
perkecambahan epigeal, sehingga radikula diletakkan menghadap
ke atas, karena pada saat berkecambah kotiledon akan tetap berada
di dalam tanah.
Menurut Jamilah (2013), ada beberapa kegiatan dalam
pemeliharaan tanaman jagung, yaitu penyiangan, penyiraman,
penyulaman, penjarangan, penentuan sampel, pemberian pupuk
daun, dan pembumbunan. Kegiatan pemeliharaan tanaman
dilakukan setiap minggu dimulai pekan kedua setelah penanaman.
46
P1, P2, dan P3 cenderung sama dan naik secara signifikan. Ini
berarti perlakuan pupuk terhadap tanaman adalah berpengaruh
walaupun hanya sedikit.
Grafik kedua yaitu grafik diameter batang tanaman jagung.
Perlakuan P0 menunjukkan bahwa rata-rata diameter batang
tanaman jagung adalah sebesar 3,2 cm. Perlakuan P1
menunjukkan bahwa rata-rata diameter batang tanaman jagung
adalah 3,3 cm, sedangkan pada perlakuan P2 terlihat bahwa rata-
rata diameter batang tanaman jagung adalah 3,7. Perlakuan
terakhir yaitu P3 menunjukkan bahwa rata-rata diameter batang
tanaman jagung sebesar 3,8 cm.
Grafik ketiga yaitu grafik jumlah daun pada tanaman jagung.
Perlakuan P0 menunjukkan bahwa jumlah daun pada tanaman
jagung adalah 8,9 buah. Perlakuan P1 menunjukkan bahwa jumlah
daun pada tanaman jagung adalah 10,3 buah, sedangkan pada
perlakuan P2 terlihat bahwa jumlah daun pada tanaman jagung
adalah 10,7 buah. Perlakuan terakhir yaitu P3 menunjukkan bahwa
jumlah daun pada tanaman jagung sebesar 10,6 buah.
Grafik keempat yaitu grafik pengamatan berat segar tanaman
jagung. Perlakuan P0 menunjukkan bahwa berat segar tanaman
jagung adalah sebesar 309,7 gr. Perlakuan P1 menunjukkan bahwa
berat segar jagung adalah 363,1 gr, sedangkan pada perlakuan P2
terlihat bahwa berat segar jagung adalah 445,3 gr. Perlakuan
terakhir yaitu P3 menunjukkan bahwa berat segar jagung sebesar
389,5 gr. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan
berat segar jagung paling besar pada saat mendapat perlakuan P2
dan paling kecil adalah pada saat mendapat perlakuan P0.
Grafik kelima yaitu grafik pengamatan berat tongkol jagung.
Diperoleh data perlakuan P0 menunjukkan bahwa berat tongkol
jagung adalah sebesar 190,78 gr, sedangkan P1 menunjukkan
bahwa berat tongkol jagung sebesar 275,86 gr. Pengamatan P2
50
m. Polong terberat yaitu pada perlakuan J3, sedangkan jumlah polong isi
terbanyak pada perlakuan J4 dan polong hampa terbanyak pada
perlakuan J2.
2. Saran
Pelaksanaan praktikum sudah berjalan dengan baik dan lancar,
namun akan lebih baik apabila pelaksanaan praktikum secara online
diberikan tambahan materi berupa video cara kerja praktikum supaya
praktikan lebih paham. Saran untuk coass supaya tidak salah dalam
memberikan data pengamatan dan lebih jelas lagi dalam penyampaian
materi ketika praktikum online.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2011. Budidaya Jagung Hibrida. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Aisyah, Lubis. 2010. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang
Tanah yang Diinokulasi Fungsi Mikoriza. USU e-Repository.
Apriliyanto et al. 2016. Pengaruh Populasi Tanaman dan Kombinasi pupuk N, P,
K pada Produksi tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.). J
Produksi Tanaman 4(6): 439-441.
Aqil, M. 2010. Pengembangan Metodologi untuk Penekanan Susut Hasil pada
Proses Pemipilan Jagung. Jurnal litbang pertanian. 29 (3): 464 – 472.
Aslamiah, Indah D. dan Sularno. 2017. Respons Pertumbuhan dan Produksi
Kacang Tanah Terhadap Penambahan Konsentrasi Pupuk Organik Dan
Pengurangan Dosis Pupuk Anorganik. Jurnal SEMNASTAN. 5(3): 115-
126.
Astanto K. 2010. Pengembangan Kacang Tanah di Indonesia dalam Prosiding
Simposium Penelitian Tanaman Pangan V. Malang: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Buge, Veronica Ester, Anni E. Tarore, Adeleyda M. Lumingkewas. 2017. Masa
Tanam Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Neraca Air di
Kecamatan Kakas Barat. Jurnal COCOS 1(4): 1-9.
Bustomi, Mirini Ulfa. 2011. Penggunaan 2,4-D untuk Induksi Kalus Kacang
Tanah. J Media Litbang Sulteng 4(2): 137-141.
Cahyono, Bambang. 2007. Kacang Tanah: Teknik Budi Daya, Pengolahan, dan
Analisis Usaha Tani. Semarang: CV Aneka Ilmu.
Diah E. dan M Nasir. 2011. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) varietas
bisi-2 pada pasir reject dan pasir asli di Pantai Trisik Kulonprogo.
Jurnal Manusia dan Lingkungan 18 (3): 220 - 231.
Ekowati, D., dan Nasir, M. 2011. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Varietas Bisi-2 pada Pasir Reject dan Pasir Asli di Pantai Trisik
Kulonprogo. Jurnal Manusia dan Lingkungan 18(3): 220 – 231.
Erliyana E., Dad R.J. Sembodo, Setyo DU. 2015. Kompetisi Jenis Dan Kerapatan
Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.) Varietas Hypoma. J Agrotek Tropika 3(3): 321-326.
Hadriman Khair, M. Syufrin Pasaribu, dan Ebdi Suprapto. 2013. Respon
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea Mays) terhadap
pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk organik cair plus. J Agrium
18(1): 13 - 22.
Hafidha A. A., dan E. Suharyanto. 2017.Pengaruh perbedaan intensitas cahaya
dan penyiraman pada pertumbuhan jagung. Jurnal Sains
Dasar. 6(1) : 8-16.
57
58
Hartono, R. dan Purwono. 2010. Bertanam jagung unggul. Depok: Wisma Hijau.
Hoar, E., dan Fallo, Y. M. 2017. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani terhadap
Produksi Usahatani Jagung di Desa Badarai Kecamatan Wewiku
Kabupaten Malaka. J Agrimor 2(3): 36-38.
Istiqamah N, Mahdiannoor, Rahman F. 2016. Metode Pengolahan Tanah
Terhadap Pertumbuhan Ubi Alabio (Dioscore alata L.). J Zira’ah. Vol:
41(2): 233 – 236.
Jamilah. 2013. Pengaruh penyiangan gulma dan sistem tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah. Jurnal Agrista 17 (1): 28-
35.
Kehik, M. H. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani
Jagung di Desa Bannae Kecamatan Insana Barat. J Agrimor 3(3): 39-41.
Khodijah, NS., Kusmiadi, R., Sartika, S. 2014. Optimaisasi Produksi Kacang
Tanah dan Jagung pada Pola Tanam Tumpangsari dengan Perlakuan
Defoliasi Jagung. Enviagro, J Pertaian dan Lingkungan 7(2): 1-48.
Lubis AI, Jumini, dan Syafruddin. 2013.Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah (Arachis Hypogeal L.) akibat pengaruh dosis pupuk N dan P pada
kondisi media tanam tercemar hidrokarbon. Jurnal Agrista 17(3):119-
126.
Nababan et al. 2018. Pengujian Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Tanaman
Jagung dalam Ruangan. Jurnal E-produceeding of engineering 5(3):
5809-5816.
Nath, T.N. 2013. The Macronutrients Satus of Long Term Tea Cultivated Soils in
Dibugrah and Sivasgar Districts of Assam, India International
J. of Scientific Research 2(5): 273-275.
Newar T, Astina, Setia B. 2012. Pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung semi pada tanah podsolik merah kuning.
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian 1(1): 10 – 15.
Novizan, Ir. 2010. Petunjuk pemupukan yang efektif. Jakarta: PT Agro Media
Pustaka.
Nugroho, Sasmoyo Adi, Heni Purnamawati , dan Yudiwanti Wahyu. 2016.
Penetapan Umur Panen Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Berdasarkan Metode Akumulasi Satuan Panas dan Kematangan Polong.
Bul. Agrohorti 4(1): 20 – 28.
Paud, Husni. 2017. Keragaman Morfologi dan Kandungan Protein Kacang Tanah.
Buletin Plasma Nutfah 23(2): 91-100.
Pitojo, Setijo. 2015. Benih kacang tanah. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Purnamawati H., R Poerwanto, I Lubis. 2010. Akumulasi dan Distribusi bahan
Kering pada Beberapa Kultivar Kacang Tanah. J Agronomi Indonesia
3(8): 100-106.
59
Rahma, A., Munifatul I., dan Sarjana P. 2014. Pengaruh pupuk organik cair
berbahan dasar limbah sawi putih (Brassica Chinensis L.) terhadap
pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea Mays L. Var. Saccharata).
Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol XXII.
Rahmawati. 2017. Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kacang Tanah Varietas Kelinci (Arachis Hypogeae L).
Jurnal Pertanian Faperta UMSB 1(1): 9-16.
Rukmana, Rahmat. 2012. Penanaman dan Pemeliharaan Kacang Tanah.
Yogyakarta : Kanisius.
Rahmianna, AA dan Purnomo, J. 2018. Hasil, kualitas fisik polong dan biji
beberapa genotipe kacang tanah menurut ragam lengas tanah pada fase
generatif. J Agronomi Indonesia 46(1): 71-80.
Ratnawaty, S., dan Kaho, R. 2011. Efisiensi pemanfaatan pupuk di lahan pasca
penanaman leguminosa terhadap produktivitas jagung lamuru di desa
naibonat nusa tenggara timur. J Ternak Tropika 12 (1): 35-43.
Rochani, S. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Bekasi: Ganeca Exact..
Roidah, Ida Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan
Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung Bonoworo 1(1): 30-42.
Rosliani R, R. N Sumarni, I. Sulastrini. 2010. Pengaruh cara pengoahan tanah dan
tanaman kacang-kacangan sebagai tanaman penutup tanah terhadap
kesuburan tanah dan hasil kubis di dataran tinggi. Jurnal Horti 20 (1):
36-44.
Sembiring, M., R. Sipayung, dan F. E. Sitepu. 2014. Pertumbuhan dan Produksi
Kacang Tanah dengan Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa
Sawit Pada Frekuensi Pembumbunan yang Berbeda. J Online
Agroekoteknologi 2 (2): 598-607.
Sinuseng, Y.,Firmansyah, U.I., dan M. Aqil. 2011. Penanganan Pasca Panen
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Silalahi, E., Widaryanto, E. (2019). Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea
L.). Jurnal Produksi Tanaman 7(6): 978-985
Sobari, E., Ferdi F., Muhammad A.H. 2018. Karakter Pertumbuhan Kacang Tanah
(Arachis hypogae L.) dengan Pemanfaatan Kompos Limbah Baglog
Jamur dan Kotoran Domba. J Agrin 22(2): 116-122.
Syukur, M.dan A. Rifianto. 2014. Jagung Manis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wahyudin, et al. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Toleran Herbisida Akibat Pemberian Berbagai Dosis Herbisida Kalium
Glifosat. J Kultivasi 15(2): 86-91.