Anda di halaman 1dari 18

PEMBERANTASAN GULMA SECARA MEKANIS

LAPORAN PRAKTIKUM
M.K. ALAT DAN MESIN PERTANIAN (TPT 1212)

Oleh:
Kelompok C01
Mega Ayu Widya Putri NIM. 191710201029
Gilang Cahya Aji Pratama NIM. 191710201035
Berlianto Luthfiansyah NIM. 191710201079

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, pertanian merupakan salah satu sektor yang harus diperhatikan
dalam pengembangannya. Mengenai alat-alat dan mesin yang digunakan dalam
proses pertanian. Mulai dari proses pengolahan lahan hingga pasca panen. Pada
pengolahan tanah ada salah satu proses yaitu membunuh gulma. Beberapa petani di
Indonesia ada yang masih menggunakan alat tradisional berupa sabit dan cangkul
untuk membersihkan gulma. Namun, pemberantasan gulma menggunakan cangkul
dan sabit kini sudah mulai tidak diminati. Banyak orang yang mulai beralih
menggunakan herbisida, alat bakar, pemotong otomatis.
Sebenarnya memberantas gulma menggunakan sabit dan cangkul juga bisa
efektif apabila menggunakan cara dan metode yang tepat. Maka perlu dilakukan
pengkajian dengan praktik pemberantasan gulma serta melakukan analisis terhadap
data yang telah diperoleh. Sehingga dapat diketahui seberapa besar efisiensi
penggunaan cangkul dan sabit dalam pengolahan pemberantasan gulma secara
mekanis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penulisan laporan
praktikum ini yaitu sebagai berikut.
a. Bagaimana prinsip pemberantasan gulma secara mekanis?
b. Bagaimana jumlah gulma di lokasi kajian?
c. Bagaimana lebar dan kedalaman kerja alat pemberantas gulma mekanis?
d. Bagaimana kecepatan kerja pemberantasan?

1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan praktikum dan penulisan laporan praktikum ini yaitu sebagai
berikut.
a. Mengetahui prinsip pemberantasan gulma secara mekanis.
b. Mengetahui jumlah gulma di lokasi kajian.
c. Mengetahui lebar dan kedalaman kerja alat pemberantas gulma mekanis.
d. Mengetahui kecepatan kerja pemberantasan.

1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan praktikum dan penulisan laporan ini yaitu sebagai
berikut.
a. Menambah wawasan penulis serta pembaca, utamanya bagi mahasiswa sebagai
agent of change terhadap pemberantasan gulma menggunakan cangkul dan sabit.
b. Berkemampuan dalam menggunakan cangkul dan sabit. Walaupun Kita tidak
mengharapkan untuk menjadi seorang pencangkul dan penyabit. Keterampilan
seperti ini juga diperlukan karena pekerjaan kecil dan penting bisa saja memerlukan
cangkul dan sabit.
c. Menumbuhkan rasa empati pada para petani bahwa mencangkul dan menyabit
tidak semudah yang kita lihat.
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Gulma


Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki
yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak
langsung merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya
karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari,dan air.
Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologi,
habitat, dan bentuk pertumbuhanya (Gupta, 1984).
Menurut Sutidjo (1981) ditinjau dari segi ekologi gulma merupakan
tumbuhan yang mudah beradaptasi dan memiliki daya saing yang kuat dengan
tanaman budidaya. Karena gulma mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan
tempat lingkungan tumbuhnya maka gulma memiliki beberapa sifat sebagai
berikut.
1. Mampu berkecambah dan tumbuh pada kondisi zat hara dan air yang sedikit,
biji tidak mati dan mengalami dorman apabila lingkungan kurang baik untuk
pertumbuhannya.
2. Tumbuh dengan cepat dan mempunyai pelipat.gandaan yang relatif singkat
apabila kondisi menguntungkan.
3. Dapat mengurangi hasil tanaman budidaya dalam populasi sedikit.
4. Mampu berbunga dan berbiji banyak.
5. Mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat, terutama yang berkembang
biak secara vegetatif (Mercado, 1979).
Tanaman pokok yang lebih dominan dari pada gulma dan tingkat kepadatan
gulma yang rendah, tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Jika
gulma mempunyai tingkat kerapatan yang tinggi, akan menyebabkan terjadinya
kompetisi antara tanaman pokok dan gulma, sehingga dapat menurunkan kuantitas
hasil pertanian. Penurunan tersebut akibat dari persaingan antara gulma dan
tanaman pokok untuk mendapatkan sinar matahari, air tanah, unsur hara, ruang
tumbuh, dan udara (Sukman, 2003).
2.2 Pengendalian Gulma
Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu
tercapainya tingkat hasil tanaman. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai
aturan dan karantina. Secara biologi, dengan menggunakan organisme hidup. Secara
fisik, dengan membakar dan menggenangi, melalui budidaya dengan pergiliran
tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa. Secara mekanis, dengan
mencabut, membabat, menginjak, meniangi dengan tangan, dan mengolah tanah
dengan alat mekanis bermesin dan non mesin. Secara kimiawi, menggunakan
herbisida. Gulma pada pertanaman kedelai umumnya dikendalikan dengan cara
mekanis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak
lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemanduan dengan cara pengendalian
lainnya (Barus 2003).
2.2.1 Pemberantasan Gulma secara Mekanis
Menurut Sukman (2002) pengendalian gulma secara mekanis merupakan
usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian tanaman
sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Dalam praktiknya
dilakukan secara tradisional dengan tangan, alat sederhana sampai penggunaan alat
berat yang lebih modern, sehingga pengendalian secara mekanis dapat dilakukan
dengan cara: pengolahan tanah, pencabutan, pembabatan, pembakaran dan
penggenangan. Setyamidjaja (1992) menyatakan pengendalian secara mekanis
secara tidak langsung ditujukan untuk menekan populasi gulma dengan cara
mengolah tanahnya pada persiapan penanaman. Dengan pengolahan tanah yang
baik dimana tanah dihaluskan dan digemburkan serta pada kadar air tanah yang
tepat, populasi gulma dan macam spesies gulma berubah dan dengan demikian
dapat mengurangi persaingan terhadap tanaman.
2.2.2 Pemberantasan Gulma secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendaliaan gulma dengan
menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia
yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik
secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak
maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau
pasca tumbuh. Keuntungan pengendaliaan gulma secara kimiawi adalah cepat dan
efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya
keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya.
Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendaliaan gulma secara kimiawi ini harus
merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak
berhasil (Wudianto 2006).
2.2.3 Pemberantasan Gulma secara Biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma
dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan, dan
sebagainya. Pengendalain biologis yang insektif dengan insekta atau fungi biasanya
hanya ditujukan terhadap suatu spesies gulma asing yang telah menyebar secara luas
dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitiaan
yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila spesies gulma
yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang
tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis (Rukman et all 1999).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum pemberantasan gulma menggunakan alat mekanis
dilakukan di lahan percobaan Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember pada tanggal 27 November 2019. Sedangkan
pengolahan data dilakukan di Laboratorium Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian FTP
Universitas Jember pada tanggal 28 November 2019.

3.2 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas 2 cangkul dan 1 sabit,
4 grid, 1 unit stopwatch, 1 buah rollmeter, 1 buah mistar, 1 buah busur derajat, 12
buah patok, tali rafia sepanjang 100 m, manual praktikum dan alat tulis, dan 1 unit
kamera dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara
lain lahan tanaman percobaan pemberantasan gulma seluas 5 × 5 m2.

3.3 Tahap Pelaksanaan


Tahapan pelaksanaan praktikum disajikan pada Gambar 3.1.
3.3.1 Studi literatur
Tahap ini memiliki tujuan dalam meninjau korelasi teori yang memiliki
relevansi terhadap penjabaran ide yang diangkat pada kegiatan praktikum. Pustaka
yang dirujuk berasal dari buku, jurnal ilmiah, internet, manual standar, dan media
lain yang memiliki relevansi.
3.3.2 Persiapan peralatan dan bahan
Persiapan peralatan dan bahan penunjang dilakukan dengan membuat daftar
kebutuhan bahan habis pakai, peralatan dan fasilitas pendukung yang digunakan
selama kegiatan praktikum kemudian mengupayakan pengadaan/pembelian dan
peminjamannya.
Gambar 3.1 Tahap pelaksanaan praktikum
3.3.3 Persiapan lokasi
Persiapan lokasi dilakukan dengan mengukur lahan percobaan yang akan
dilakukan pemberantasan yaitu 5 x 5 m. Kemudian diberi patok dan tali raffia
sebagai pembatas area pemberantasan gulma. Lahan dibagi menjadi 4 petakan 10 x
1 m. 3.3.4 Pengambilan data dan pengolahan data Alur pemberantasan gulma
menggunakan alat mekanis mengacu pada Gambar 3.2. Pengambilan data
pemberantasan gulma sprayer terdiri atas:
Gambar 3.2 Alur pemberantasan gulma
a. Jumlah gulma
Pengukuran jumlah gulma dilakukan dengan grid yang terdiri atas 5 x 5 grid.
Perhitungan jumlah gulma dilakukan secara manual. Struktur utuh gulma terdiri
atas daun batang dan akar. Perhitungan jumlah gulma dilakukan sebelum (B0)
dan sesudah (Bi) pemberantasan. Perhitungan persentase kehilangan gulma
menggunakan persamaan berikut.

Dimana % hilang = % jumlah gulma hilang setelah pemberantasan


B0 = Jumlah gulma mula-mula/sebelum pemberantasan
Bi = Jumlah gulma akhir/setelah pemberantasan
b. Lebar dan kedalaman kerja Lebar dan kedalaman kerja diukur menggunakan
mistar. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pengulangan dan kemudian
dirata-rata.
c. Kecepatan kerja Perhitungan kecepatan kerja dilakukan dengan mencatat
jarak/ panjang dan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan kerja
sejauh dari Tepi A ke Tepi B (Gambar 3.4). Panjang lintasan dan waktu tempuh
diukur di tiap track. Kecepata kerja dihitung menggunakan persamaan 3.2
Keterangan: v = Kecepatan kerja (m/det)
s = Jarak lintasan kerja antar tepi A dan tepi B (meter)
t = Waktu tempuh (detik)

Gambar 3.4 Lintasan kecepatan kerja pemberantasan gulma

3.3.5 Analisis Data


Dari hasil pengolahan data dan perhitungan menggunakan persamaan
empiris, data kemudian disajikan dalam tabulasi. Lalu dianalisis secara
deskriptif dengan melihat kecenderungan data dan didukung dengan teori dan
keadaan lapangan.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Pemberantasan Gulma secara Mekanis


Pratikum yang telah dilakukan yaitu pemberantasan gulma secara mekanis
menggunakan alat pertanian sederhana yaitu cangkul dan sabit. Pemberantasan
gulma secara mekanik bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma dengan cara
merusak bagian-bagian tanaman sehingga gulma tersebut mati atau
pertumbuhannya berhenti (Sukman, 2002). Pengendalian secara mekanik dapat
dilakukan dengan cara pembabatan menggunakan sabit dan cangkul seperti yang
dilakukan pada saat pratikum
Lahan yang digunakan sebagai tempat pratikum sangat bagus karena pada
lahan tersebut terdapat banyak gulma. Gulma yang terdapat pada lahan pratikum
tergolong gulma rumput-rumputan dan tidak ada tanaman yang dilindungi sehingga
keberadaan gulma tidak mengganggu pertumbuhan tanaman apapun. Tempat yang
digunakan memiliki kondisi tanah yang tidak keras sehingga memudahkan
pembersihan gulma yang ada..
Pemberantasan gulma saat pratikum menggunakan 3 buah cangkul dan 1
buah sabit. Cangkul dan sabit digunakan untuk memberantas gulma yang ada
dengan cara melakukan pembabatan. Hal tersebut mengakibatkan keberadaan
gulma yang semulanya banyak menjadi berkurang namun tidak bersih sepenuhnya
karena kurang ratanya proses pemberantasan gulma yang dilakukan operator.

Gambar 4.1 Cangkul dan sabit


4.2 Jumlah Gulma
Jumlah gulma pada saat pratikum pemberantasan gulma secara mekanis
perlu diketahui sebagai bahan perbandingan sebelum dan sesudah pemberantasan
hama agar didapatkan nilai efisiensi kerja. Perhitungan gulma saat pratikum
menggunakan grid yang berjumlah 25 grid, grid di lempar secara acak pada lahan
yang terdapat banyak gulma sebelum melakukan pemberantasan dan sesudah
pemberantasan. Berikut jumlah data yang diperoleh saat perhitungan gulma
sebelum(BO) dan sesudah (Bi).

Gambar 4.2 Jumlah gulma sebelum (B0) dan sesudah (Bi) pemberantasan dengan
alat cangkul dan sabit
Berdasarkan tabel pada gambar 4.2 tersebut menggunakan perhitungan pada
metode penelitian menghasilkan pengurangan gulma yang sangat banyak yang
terjadi pada penggunaan cangkul 3 sebesar 93%, pengurangan terbesar kedua di
dapatkan cangkul 2 sebesar 92%,dan pengurangan terendah di dapatkan pada sabit
sebesar 88%. Pengurangan gulma juga di pengaruhi oleh alat yang digunakan,
semakin luasan daerah alat besar semakin besar juga efisiensi. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh operator yang melakukan pemberantasan gulma.
4.3 Lebar dan Kedalaman Kerja
Setelah melakukan pemberantasan gulma menggunakan cangkul dan
sabit,hal selanjutnya menghitung lebar dan kedalaman kerja alat yang digunakan.
Semakin besar lebar dan kedalamannya semakin tinggi juga efisiensinya. Berikut
hasil lebar dan kedalaman kerja cangkul dan sabit.
Tabel 4.2 Kedalaman kerja

Jenis Alat Pemberantasan Lebar Kerja.L Kedalaman


Gulma Pengulangan (mm) Kerja.h (mm)
Cangkul 1 1 210 30000
2 220 2200
3 200 2000
Rata-rata 210.00 11400.00
Cangkul 2 1 200 3000
2 200 3500
3 200 5000
Rata-rata 200.00 3833.33
Cangkul 3 1 200 4000
2 190 3000
3 200 3100
Rata-rata 196.67 3366.67
Sabit 1 1 150 500
2 160 2000
3 140 1500
Rata-rata 150.00 1333.33

Berdasarkan hasil perhitungan dan percobaan selama 3 kali di tempat yang


berbeda,rata-rata lebar kerja paling tinggi di dapatkan pada cangkul 1 sebesar 210
mm dan lebar kerja paling rendah didapatkan pada sabit sebesar 150 mm. kemudian
kedalaman kerja terbesar diperoleh cangkul 1 sebesar 11400,00 mm dan kedalaman
kerja paling rendah diperoleh sabit sebesar 1333,33 mm. Lebar dan kedalaman kerja
dipengaruhi oleh luasan daerah alat dan gaya yang diberikan oleh operator saat
melakukan percobaan,semakin luas daerah alat dan semakin besar gaya yang
diberikan maka lebar dan kedalaman kerja semakin besar.
4.4 Kecepatan Kerja Pemberantasan Gulma
Kecepatan kerja adalah waktu yang dibutuhkan untuk alat menyelesaikan
pekerjaaan. Pada saat pratikum pemberantasan gulma menggunakan alat cangkul
dan sabit. Kecepatan kerja didapatkan dengan pembagian panjang lintasan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.berikut adalah hasil
perhitungan kecepatan kerja.
Tabel 4.3 Kecepatan kerja pemberantasan gulma

Jenis Alat Panjang Waktu Tempuh. Kecepatan Kerja.


Pemberantasan Gulma Lintasan. s (m) t (det) v (m/det)
Cangkul 1 5.000 175 0.029
Cangkul 2 5.000 226 0.022
Cangkul 3 5.000 191 0.026
Sabit 5.000 331 0.015

0.030 0.029
0.026
0.025
Kecepatan Kerja.v (m/det)

0.022

0.020
0.015
0.015

0.010

0.005

0.000
Cangkul 1 Cangkul 2 Cangkul 3 Sabit
Alat Pemberantasan Gulma

Gambar 4.3 Kecepatan kerja pemberantasan


Berdasarkan tabel 4.3 bahwa kecepatan tertinggi diperoleh pada cangkul
pertama dengan hasil 0,029 m/det, kecepatan kedua pada cangkul ketiga dengan
hasil 0,026 m/det, kecepatan ketiga pada cangkul kedua dengan hasil 0,022 m/det,
dan kecepatan yang terakhir sabit dengan hasil 0,015 m/det. Hal ini dikarenakan
berdasarkan data lebar dan kedalaman kerja diketahui bahwa lebar dan kedalaman
kerja didominasi oleh cangkul pertama yang memiliki berat yang lebih besar serta
luasan daerah pada besi yang lebih luas. Selain itu, perlu diingat bahwa penggunaan
cangkul petama, cangkul kedua maupun sabit dilakukan oleh orang yang berbeda-
beda yang tentunya memiliki kondisi tubuh serta tenaga yang berbeda pula.
Sehingga, semakin baik kondisi tubuh dan semakin besar tenaga yang dimiliki maka
kecepatan yang dihasilkan juga semakin besar.
BAB 5.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
a. Pemberantasan gulma secara mekanis dilakukan dengan menggunakan
cangkul dan sabit. Prinsip kerja cangkul dan sabit memotong atau merusak
bagian gulma sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya berhenti.
b. Jumlah gulma diketahui dengan menghitung jumlah gulma sebelum dan
sesudah pemberantasan dengan menggunakan grid yang berjumlah 25 grid.
sehingga diperoleh hasil efisiensi alat terhadap gulma.
c. Lebar dan kedalaman kerja dipengaruhi oleh luasan daerah alat dan gaya
yang diberikan oleh operator pada saat pratikum, semakian luas daerah alat
yang digunakan dan semakin besar gaya yang diberikan semakin efisien
lebar dan kedalaman kerja.
d. Kecepatan kerja dipengaruhi oleh kecepatan praktikan Salam
mengoperasikan alat yang dipengaruhi oleh kondisi alat dan tenaga yang
diberikan oleh praktikan. Sehingga semakin besar tenaga yang diberikan
praktikan dan semakin bagus alat yang digunakan dengan melihat aspek
berat dan luasan daerah besi pada alat. Maka akan semakin cepat pula
pekerjaan yang dilakukan.

5.2 Saran
a. Untuk hasil pemberantasan gulma yang lebih efisien, seharusnya pada saat
pratikum menggunakan alat dengan luasan daerah besi yang lebih besar dan
tenaga yang diberikan operator lebih besar lagi,sehingga dapat diperoleh
hasil yang bagus.
b. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, seharusnya praktikan lebih
bersungguh-sungguh dalam melakukan praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Aksara A. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Penerbit Kasinius.


Barus E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Yogyakarta: Kanisius.
Buhman R, et al. 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliaannya. Yogyakarta:
Kanisius.
Hanafiah, K. A. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Rukman, Rahmat, dan Saputra S. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian.
Yogyakarta: Kanisius.
Smith, P.H. dan Wikes, H. L. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Jakarta: Gajah
Mada University Press.
Wudianto, Rini. 2006. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai