Anda di halaman 1dari 18

PEMBERANTASAN GULMA SECARA MEKANIS

LAPORAN PRAKTIKUM
M.K. ALAT DAN MESIN PERTANIAN (TPT1212)

Oleh:
Kelompok A07
Dwina Septia Rizki NIM. 191710201002
Mohammad Riyansyah L NIM. 191710201040
Novendra F.A NIM. 191710201051

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang.

Gulma atau tumbuhan peggangu berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan


produksi tanaman perkebunan sehingga segala cara diupayakan untuk
mengendalikannya. Usaha pengendalian gulma di perkebunan memerlukan biaya dan
tenaga kerja yang cukup besar, serta harus dilakukan sepanjang umur tanaman. Banyak
cara dilakukan untuk mengatasi masalah gulma di perkebunan, antara lain dengan
menggunakan herbisida. Perkembangan teknologi gulma semakin baik, seiring dengan
bertambah pilihan jenis herbisida beserta peralatannya yang beredar di pasaran.
(Soekisman, T. dkk. 1984).
Pada pembahasan gulma ini, Salah satu alat pada pengolahan tanah tersebut
adalah cangkul dan sabit. Kedua alat ini masih sering kita jumpai dan digunakan oleh
para petani hingga sekarang meski kedua alat tersebut merupakan alat yang tradisional.
Namun, pemberantasan gulma dengan menggunakan alat cangkul dan sabit ini
dibilang merupakan tidak efisien dalam pekerjaan petani. Banyak orang telah beralih
pada herbisida, alat pemotong otomatis, dll. Padahal penggunaan cangkul dan sabit
ini tidak memerlukan biaya yang sangat besar, meski terlihat kuno. Maka dari itu perlu
dikaji ulang apakah benar bahwa pemberantasan hama menggunakan cangkul dan
sabit tidak efisien.
Pengkajian ini melakukan praktik langsung dalam pemberantasan gulma, dan
melakukan proses analisis data yang diperoleh. Kami berharap dapat mengetahui
seberapa efisien penggunaan alat cangkul dan sabit dalam pemberantasan gulma
secara mekanis.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penulisan
laporan praktikum ini adalah:
a. Bagaimana prinsip pemberantasan gulma secara mekanis?
b. Bagaimana jumlah gulma di lokasi kajian?
c. Bagaimana lebar dan kedalaman kerja alat pemberantas gulma mekanis?
d. Bagaimana kecepatan kerja pemberantasan?
Tujuan
Tujuan kegiatan praktikum dan penulisan laporan praktikum ini adalah
a. Mengetahui prinsip pemberantasan gulma secara mekanis.
b. Mengetahui jumlah gulma di lokasi kajian.
c. Mengetahui lebar dan kedalaman kerja alat pemberantas gulma mekanis.
d. Mengetahui kecepatan kerja pemberantasan.
Manfaat
Manfaat dari kegiatan praktikum dan penulisan laporan ini adalah
a. Dapat mengetahui prinsip pemberantasan gulma secara mekanis.
b. Dapat mengetahui jumlah gulma pada lokasi kajian.
c. Dapat mengetahui lebar dan kedalaman kerja alat pemberantas gulma
mekanis.
d. Dapat mengetahui kecepatan kerja pemberantasan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gulma

Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang nilai negatif apabila


tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung
dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya
guna manusia. Pengertian gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan
tempatnya dan tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negative .
Pengendalian Gulma
Pemberantasan Gulma secara Mekanis
Pengendalian gulma secara manual merupakan salah satu bagian dari pengendalian
gulma secara mekanis. Pengendalian gulma secara manual tidak menggunakan alat
berat, dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma, menggunakan alat sederhana
seperti parang maupun arit
Pengendalian gulma secara mekanis adalah tindakan pengendalian gulma
dengan menggunakan alat-alat sederhana hingga alat-alat mekanis berat untuk merusak
atau menekan pertumbuhan gulma secara fisik. Berdasarkan alat yang digunakan,
pengendalian secara mekanis dibedakan menjadi :
1. Manual (tenaga manusia) : tanpa alat / alat-alat sederhana seperti
parang, arit, kored, dll.
2. Semi mekanis : tenaga manusia memakai mesin ringan seperti mower
(pemotong rumput).
3. Mekanis penuh memakai alat-alat mesin berat seperti traktor besar, dll.

Pemberantasan Gulma secara Kimiawi

Pengendalian hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama dengan


menggunakan zat kimia. Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan
zat kimia pada bagian tumbuhan.

Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan mengenakan bahan-bahan


kimia baik berupa cairan maupun padatan kepada bagian-bagian tanaman, bahan-bahan
atau obat-obatan tersebut disemprotkan dengan merang sebagi alat tradisional atau
dengan alat penyemprot (sprayer) dan alat pedebu (duster) (Hermawan dkk. 1995).

Herbisida merupakan suatui bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan.herbisida bersifat racun bagi
gulma atau tumbuhan pengganggu juga terhadap tanaman., pemberantasan gulma
terjadi karena herbisida mengubah pengaruh bahan kimia di dalam jaringan gulma
(Riadi 2011).

Herbisida rundup merupakan herbisida yang memiliki bahan aktif glifosat yang
memiliki sifat flammabilitas tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak. Herbisida
ini biasanya digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit.
Rundup merupakan herbisida yang bersifat sistemik yang dapat diserap dan
ditranslokasikan ke jaringan gulma sehingga akan lebih lam membasmi gulma.
Sedangkan herbisida gramaxone merupakan herbisida yang memiliki bahan aktif
paraquant, setelah mengalami penetrasi ke dalam daun dan bagian lain yang hijau bila
terkena sinar matahari akan bereaksi membentuk H2O2 yang dapat merusak membran
sel dan seluruh organ tanaman sehingga tampak gejala seperti terbakar.

Herbisida rundup akan lebih lam memberikan reaksi kepada gulma


dibandingkan dengan herbisida gramaxone. Karena pada herbisida rundup bersifat
sistemik, dimana dalam pemngaplikasiannya harus tertranslikasikan ke seluruh bagian
gulma setelah itu baru gulma akan mati. Pada penggunaan herbisida ini maka seluruh
bagian tanaman akan mati sampaai keperakarannya. Sedangkan pada herbisida
gramaxone memberikan pengaruh yang sangat cepat karena herbisida ini bersifat
kontak dengan bantuan sinar matahari maka senyawa kimia pada herbisida akan mudah
bereaksi membentuk hydrogen peroksida yang nantinya akan terbentuk gejala terbakar.
Gejala ini hanya terbentuk pada bagian gulma yang terkena dengan herbisida saja
sedangkan bagian yang tidak terkena dengan herbisida akan tetap baik-baik saja.
Namun kelemahab dari herbisida ini tidak dapat memberantas jaringan gulma secara
keseluruhan sehingga kemungkinan dikemudian hari gulma dapat hidup kembali.

Penggunaan herbisida sejauh ini menimbulkan dampak positif berupa


pengendalian dan peningkatan produksi pertanian dan perkebunan. Namun tanpa
disadari penggunaan herbisida secara terus-menerus selam 30 tahun terakhir juga akn
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Terjadinya keracunan pada organisme
nontarget, polusi sumber-sumber air dan kerusakan tanah, juga keracunan akibat residu
herbisida pada produk pertanian dan akan berdampak buruk bahkan berbahaya bagi
setiap konsumen yang menginginkan (Riadi 2011).

Pemberantasan Gulma secara Biologis

Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan


menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan, dan sebagainya.
Pengendalain biologis yang insektif dengan insekta atau fungi biasanya hanya
ditujukan terhadap suatu spesies gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini
harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitiaan yang lama
serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila spesies gulma yang akan
dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau
tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis (Buhman et al 1999).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum pemberantasan gulma menggunakan alat mekanis dilakukan
di lahan percobaan Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember pada tanggal 25 November 2019. Sedangkan pengolahan data dilakukan di
Laboratorium Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian FTP Universitas Jember pada
tanggal 28 November 2019.

Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas 3 cangkul dan 1 sabit, 4
grid, 1 unit stopwatch, 1 buah rollmeter, 1 buah mistar, 1 buah busur derajat, 12 buah
patok, tali rafia sepanjang 100 m, manual praktikum dan alat tulis, dan 1 unit kamera
dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain lahan

tanaman percobaan pemberantasan gulma seluas 5 × 5 m2.

Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan praktikum disajikan pada Gambar 3.1.
Studi literatur
Tahap ini memiliki tujuan dalam meninjau korelasi teori yang memiliki relevansi
terhadap penjabaran ide yang diangkat pada kegiatan praktikum. Pustaka yang dirujuk
berasal dari buku, jurnal ilmiah, internet, manual standar, dan media lain yang memiliki
relevansi.
Persiapan peralatan dan bahan
Persiapan peralatan dan bahan penunjang dilakukan dengan membuat daftar
kebutuhan bahan habis pakai, peralatan dan fasilitas pendukung yang digunakan
selama kegiatan praktikum kemudian mengupayakan pengadaan/pembelian dan
peminjamannya.
Jumlah Kecepatan

Gambar 3.1 Tahap pelaksanaan praktikum

Persiapan lokasi
Persiapan lokasi dilakukan dengan mengukur lahan percobaan yang akan
dilakukan pemberantasan yaitu 5 x 5 m. Kemudian diberi patok dan tali raffia sebagai
pembatas area pemberantasan gulma. Lahan dibagi menjadi 4 petakan 10 x 1 m.
Pengambilan data dan pengolahan data
Alur pemberantasan gulma menggunakan alat mekanis mengacu pada Gambar
3.2. Pengambilan data pemberantasan gulma sprayer terdiri atas:
B

P2 P3

T1
T2
T5
T3

P1 P4
A

Gambar 3.2 Alur pemberantasan gulma

a. Jumlah gulma
Pengukuran jumlah gulma dilakukan dengan grid yang terdiri atas 5 x 5 grid.
Perhitungan jumlah gulma dilakukan secara manual. Struktur utuh gulma terdiri atas
daun batang dan akar. Perhitungan jumlah gulma dilakukan sebelum (B0) dan sesudah
(Bi) pemberantasan. Perhitungan persentase kehilangan gulma menggunakan
persamaan berikut.

Dimana % hilang = % jumlah gulma hilang setelah pemberantasan


B0 = Jumlah gulma mula-mula/sebelum pemberantasan
Bi = Jumlah gulma akhir/setelah pemberantasan
b. Lebar dan kedalaman kerja
Lebar dan kedalaman kerja diukur menggunakan mistar. Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 (tiga) kali pengulangan dan kemudian dirata-rata.

c. Kecepatan kerja

Perhitungan kecepatan kerja dilakukan dengan mencatat jarak/panjang dan waktu


yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan kerja sejauh dari Tepi A ke Tepi B (Gambar
3.4). Panjang lintasan dan waktu tempuh diukur di tiap track. Kecepata kerja dihitung
menggunakan persamaan 3.2.

Keterangan: v = Kecepatan kerja (m/det)


s = Jarak lintasan kerja antar tepi A dan tepi B (meter)
t = Waktu tempuh (detik)

Gambar 3.4 Lintasan kecepatan kerja pemberantasan gulma


Analisis Data
Dari hasil pengolahan data dan perhitungan menggunakan persamaan empiris,
data kemudian disajikan dalam tabulasi. Lalu dianalisis secara deskriptif dengan
melihat kecenderungan data dan didukung dengan teori dan keadaan lapangan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 `Prinsip Pemberantasan Gulma secara Mekanis


Jenis pemberantasan atau penyiangan selanjutnya adalah secara mekanis,
prinsip dari pemberantasan jenis ini adalah penggunaan alat. Contoh
penggunaannya antara lain untuk memberantas alang-alang yang berada di lahan
yang akan dibuka untuk perkebunan karet/sawit. Tapi pembakaran ini tidak
direkomendasikan karena dapat mencemari dan menimbulkan kebakaran hutan.
Contoh lain pemberantasan secara mekanis adalah menggunakan mesin gergaji
atau mesin pemotong rumput.

Prinsip dan teknik pemberantasan gulma secara mekanis di lapangan saat


praktikum ini menggunakan alat cangkul dan sabit. Pada praktikum ini
menggunakan cangkul sejumlah 2 dan sabit dengan perlakuan orang yang
berbeda.
Kondisi gulma pada lahan yang disediakan cukup banyak dan memadai
untuk proses pemberantasan gulma, dan tidak ada tanaman yang di lindungi
disekitar area pengolahan. Kondisi tanah juga mendukung dalam kegiatan
praktikum karena tanah pada area tersebut sangat keras dan mudah untuk
dicangkul dan disabit.
Peralatan yang digunakan pada saat praktikum adalah cangkul dan sabit dan
alat alat pendukung seperti grid yang digunakan untuk membatasi gulma yang
dihitung, mistar yang digunakan untuk menghitung kedalaman dan lebar
cangkul dan sabit. rollmeter yang digunakan untuk mengukur lahan petakan, tali
rafia yang digunakan untuk membatasi lahan yang telah diukur, stopwatch yang
digunakan untuk mengukur lamanya waktu pemberantasan gulma, patok yang
digunakan untuk mengaitkan tali rafia, alat tulis, serta kamera untuk melakukan
proses dokumentasi.
Setelah proses pemberantasan gulma, kondisi gulma yang berada di tanah
awalnya banyak menjadi sedikit
4.2 Jumlah Gulma
Jumlah gulma perlu diketahui sebagai bahan perbandingan dalam lahan
bergulma sebelum dan sesudah diolah menggunakan cangkul dan sabit..
Perhitungan jumlah gulma menggunakan grid yang dilempar pada lahan olahan
secara acak pada sebelum dan setelah pengolahan lahan menggunakan cangkul dan
sabit. Berikut data yang diperoleh :

Gambar 4.1 Jumlah gulma sebelum (B0) dan sesudah (Bi) pemberantasan
menggunakan 3 (tiga) alat pemberantas mekanis

Berdasarkan data tersebut Pada penghitungan presentase bersih gulma yang dilakukan
menggunakan rumus (3.1), dapat disajikan pada tabel yang menunjukkan bahwa
percobaan menggunakan cangkul 1 pada track 2 adalah percobaan yang paling
banyak membersihkan gulma yaitu dengan kebersihan 92%. Kemudian diikuti
cangkul 2 dengan kebersihan 91%, cangkul 1 pada track 1 dengan kebersihan 76%,
sabit pada track 1 sebesar 72% dan sabit pada track 2 dengan kebersihan 53%.
4.3 Lebar dan Kedalaman Kerja

Setelah proses penyangkulan dan penyabitan, dilakukan proses pengukuran lebar dan
kedalaman kerja. Lebar dan kedalaman kerja berkaitan dengan daerah yang terpotong oleh
cangkul dan sabit. Yang tentunya pemberantasan gulma tentu bukan hanya sekedar pemotong
daun namun juga sampai keakar-akarnya. Semakin besar kedalaman dan lebar kerja maka
semakin efisien pula penggunaan alat tersebut. Berikut hasil dari lebar dan kedalaman kerja
pada alat :

Tabel 4.2 Lebar dan kedalaman kerja

jenis alat pemberantas kedalaman kerja, H


Pengulangan lebar kerja, L (ml)
gulma (ml)
cangkul 1 1 145 55
2 150 52
3 155 48
rata-rata 150 52
cangkul 2 1 160 30
2 170 25
3 180 35
rata-rata 170 30
Sabit 1 80 25
2 60 20
3 100 65
rata-rata 80 37

Dari data berikut, dapat diperoleh jumlah rata rata dari masing-masing alat tersebut
Berdasarkan hasil lebar dan kedalaman kerja dapat diketahui bahwa lebar kerja terbesar
diperoleh cangkul 2 sebesar 170mm. yang kedua pada cangkul 1 sebesar 150mm. dan ketiga
diperoleh sabit sebesar 80. Kemudian untuk kedalaman kerja terbesar diperoleh cangkul 1
sebesar 52mm. Yang kedua pada sabit sebesar 37mm. Dan ketiga pada cangkul 2 sebesar
30mm. Besar dan lebar kerja disebabkan oleh adanya gaya yang diberikan oleh praktikan.
Semakin besar gaya yang diberikan praktikan maka kedalaman yang diperoleh akan semakin
besar. Kondisi alat juga memengaruhi besar lebar dan kedalaman kerja.
4.4 Kecepatan Kerja Pemberantasan Gulma
Selanjutnya yaitu kecepatan kerja, kecepatan kerja ini merupakan perhitungan waktu
dalam pelaksanaan praktikum, baik menggunakan cangkul maupun sabit untuk memberantas
gulma. Kecepatan kerja diperoleh dengan membagi Panjang lintasan dengan waktu tempuh
yang dihasilkan. Berikut hasil perhitungannya :

Tabel 4.3

jenis alat pemberantas panjang lintasan, s waktu tempuh r kecepatan kerja, v


gulma (m) (det.) (m/det)
cangkul 1 1,000 61 0,016
cangkul 2 1,000 67 0,015
Sabit 1,000 93 0,011
0.018
0.016
0.016 0.015

0.014

0.012 0.011
0.010

0.008

0.006

0.004

0.002

0.000
cangkul 1 cangkul 2 sabit

Gambar 4.3 Kecepatan kerja pemberantasan dapat kita lihat bahwa


hasil kecepatan kerja tertinggi yaitu pada cangkul 1 sejumlah 0,016, dan
kecepatan kerja tertinggi kedua pada cangkul 2 sejumlah 0,015, dan untuk
kecepatan kerja terendah yaitu pada sabit hanya sejumlah 0,011. Hal ini
didapatkan kecepatan tertinggi pada cangkul 1 karena, memiliki berat yang lebih
besar serta luasan daerah pada besi yang lebih luas. Sehingga penggunaan
cangkul pertama pada setiap kali cangkulan menghasilkan daerah hasil
pencangkulan gulma yang lebih besar daripada penggunaan cangkul kedua
maupun sabit. Selain itu, bentuk perlakuan dari cangkul 1, cangkul 2, dan sabit
ini dilakukan oleh orang yang berbeda dan kondisi tubuh/tenaga yang berbeda
juga.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
a. Prinsip pemberantasan gulma secara mekanis dilakukan dengan penggunaan alat.
Salah satu contoh pemberantasan gulma secara mekanis yaitu menggunakan mesin
gergaji atau mesin pemotong rumput.

b. Jumlah gulma perlu diketahui sebagai bahan perbandingan dalam lahan bergulma
sebelum dan sesudah diolah. Biasanya pengolahan dilakukan dengan cangkul dan sabit
dan cara perhitungan jumlah gulma menggunakan grid.

c. Lebar dan kedalaman kerja alat pemberantas gulma mekanis berkaitan dengan
daerah yang terpotong dengan cangkul dan sabit. Semakin besar kedalaman dan lebar
kerja maka semakin efisien pula penggunaan alat tersebut

d. Kecepatan kerja pemberantasan merupakan perhitungan waktu dalam pelaksanaan


praktikum, baik menggunakan cangkul maupun sabit untuk memberantas gulma.
Kecepatan kerja diperoleh dengan membagi panjang lintasan dengan waktu tempuh yang
dihasilkan.

Saran
Berdasarkan pelaksanaan praktikum yang dilakukan, saran yang diberikan adalah
sebagai berikut.
a. Ketika akan dilakukannya praktikum sebaiknya sarapan terlebih dahulu agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Ketika praktikum akan dilaksanakan sebaiknya cangkul dan sabit dalam posisi
tajam yaitu diasah terlebih dahulu, agar ketika praktikum berlangsung dapat
berjalan dengan lancar tanpa ada kendala tumpulnya cangkul dan sabit.
DAFTAR PUSTAKA

Soekisman, T. Is Hidajat, U. Joedono, W. 1984. Pengelolaan Gulma Perkebunan. PT


Gramedia Jakarta
Hidayat, Rahmat. 2019. Beberapa cara pemberantasan gulma/rumput dalam pertanian.
Buhman R, et al. 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliaannya. Yogyakarta : Kanisius.
Wudianto, Rini. 2006. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Penebar Swadaya.
Riadi. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Makassar : Universitas Hasanudin.
Hermawan. W,dkk. 1995. Efikasi beberapa campuran antara herbisida glifosat 18% dengan
herbisida selektif lainnya terhadap pengendalian gulma pada padi sawah
tanpa oleh tanah. Prosiding seminar nasional V Budidaya Pertanian Tanpa
Tanah. Bandar Lampung, 8–9 Mei 1995.

Anda mungkin juga menyukai