Anda di halaman 1dari 13

PENGENDALIAN PENYAKIT SECARA KIMIAWI I :

KALIBRASI SPRAYER (MENGHITUNG KECEPATAN JALAN DAN


WAKTU APLIKASI)
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tumbuhan)

Oleh

Bela Ayu Pratiwi


1614121044
Kelompok 5

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanianrakyat


ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lainhama,
penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidayabervariasi,
tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu sajapraktek
pertanian di samping faktor lain. Di negara yang sedang berkembang,kerugian
karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaanpangan dunia

Masalah hama dalam kegiatan pertanian tidak akan pernah hilang dan terus
berkembang selama kegiatan budidaya tersebut masih terus berlangsung. Cara
terbaik yang dapat dilakukan yaitu dengan mengendalikannya. Metode-metode
pengendalian hama, khususnya hama serangga, telah banyak dikembangkan oleh
para ahli pertanian dimana saalah satu metode tersebut yaitu pengendalian secara
kimiawi.Penyemprotan pestisida merupakan salah satu metode pengendalian yang
telah lama digunakan. Dengan metode penyemprotan tersebut, pengendalian hama
menjadi cukup efektif tetapi menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran
lingkungan. Penggunaan pestisida secara besar-besaran dan terkesan tidak
mematuhi ketentuan yang berlaku membuat kerusakan lingkungan semakin parah.
Hal ini pula yang menyebabkan banyak hama dari golongan serangga menjadi
resisten dan akhirnya terjadi resurgensi (Mujim, 2009).

Kalibrasi sprayer merupakan salah satu ketentuan yang harus dipatuhi guna
menghindari pencemaran lingkungan dan menjaga keefektifan dari pestisida
semprot. Pengetahuan mengenai cara kalkulasi dalam pengkalibrasian sprayer ini
penting untuk diketahui. Oleh sebab itu, dalam laporan ini akan dibahas mengenai
cara kalibrasi sprayer yaitu dengan menghitung kecepatan jalan dan waktu
aplikasi.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kalibrasi sprayer ini sebagai berikut :


1. Mengetahui cara aplikasi pestisida di lapangan.
2. Menghitung kecepatan jalan tenaga kerja.
3. Menghitung waktu yang diperlukan untuk aplikasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada pengendalian menggunakan pestisida kimiawi sintetik, biasanya bahan-


bahan aktif dari pestisida tersebut bersifat menimbulkan residu pada suatu
tanaman dan residu lama terurai. Selain itu menyangkut bahan aktif seorang
petani harus bijak dalam menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan
patogen penyakit tanaman demi kemanan lingkungan (Sembel, 2011).

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma


denganmenggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa
kimiayang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma,
baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa
kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh
ataupasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat
danefektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah
bahayakeracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar
dansebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma
secarakimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara
pengendaliangulma lainnya tidak berhasil. Salah satunya pengendalian secara
kimiawi denganpestisida atau herbisida menggunakan alat penyemprot punggung
(knapsack sprayer ) (Sukamto, 1998).

Proses budidaya pertanian selalu memiliki korelasi dengan kegiatan pengendalian,


baik hama, penyakit, gulma, dan lain-lain. Dalam proses pengendalian tersebut,
umumnya petani menggunakan peralatan-perlatan dalam pelaksanaanya. Hal ini
bergantung pada jenis pengendalian yang diaplikasikan. Pengaplikasian pestisida
cair atau bahan-bahan lain umumnya diaplikasikan menggunakan sprayer. Sprayer
merupakan alat yg difungsikan sebagai penyebar karena memiliki kemampuan
jangkauan penyebaran dan kerataan bahan ke tanaman yang merata. Jenis-jenis
nozle juga beragam, tergantung volume keluaran cairan dan luasan jangkauan.
Dalam penggunaanya didasarkan pada tujuan, misalkan untuk pengaplikasian
herbisida yg sistemik, tidak diperlukan nozle yang jangkauan dan penyebaran
tinggi (Djojosumatro, 2008).

Faktor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam
aplikasi pestisida adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal
yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang
diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume
semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan
insectisida secara merata pada areal tertentu. (Agrios, 1996).

Pada pengendalian menggunakan pestisida kimiawi sintetik, biasanya bahan-


bahan aktif dari pestisida tersebut bersifat menimbulkan residu pada suatu
tanaman dan residu lama terurai. Selain itu menyakngkut bahan aktif seorang
petani harus bijak dalam menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan
patogen penyakit tanaman demi kemanan lingkungan (Mujim, 2009).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2018 di Laboratorium Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada pukul 10.00
sampai dengan pukul 12.00. WIB

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah automatic sprayer, corong
dan ember.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah stopwatch dan air.

3.3 Prosedur Kerja.

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :


1. Dilakukan kalibrasi kecepatan aliran semprot sprayer (liter/menit)
2. Diukur lebar efektif semprot (meter)
3. Diukur dosis cairan semprot (liter/m2)
4. Dilakukan praktek semprot.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Data pengamatan yang telah didapat dari praktikum ini sebagai berikut :
Perhitungan hasil penyemprotan :
Diketahui:
Kecepatan aliran semprot (Q) = 880 ml/menit
= 0.88 liter/menit
Rerata waktu aplikasi = 0.125 menit
Lebar bidang (k) = 2 meter
Panjang bidang (l) = 6 meter
Lebar semprot nozel merah = 2 meter

Ditanya:
Dosis cairan semprot (N) liter/m2

Jawaban:
Dosis cairan semprot
N = Q/ (V x B)

Menghitung kecepatan jalan tenaga kerja (V) menggunakan rumus:


t = k/V x l/B
0.125 = 2/V x 6/2
0.125 = 12/2 V
0.125 = 6/V
V = 6/0.125
V = 48 meter/menit.
Maka dosis cairan semprot yang didapatkan sebagai berikut.
N = Q/ (V x B)
= 0.88/ (48 x 2)
= 0.88/ 96
=0.0091 liter/ meter m2
= 91 liter/ha

4.2 Pembahasan

Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang dikeluarkan oleh
alat semprot (sprayer), sehingga dapat mengetahui berapa banyak larutan semprot
yang disemprotkan pada setiap satuan lahan. Manfaat kalibrasi yaitu menentukan
takaran aplikasi dengan tepat, Mencegah pemborosan, dan Mengadakan
penyeragaman perhitungan aplikasi. Dalam kebanyakan kasus, kalibrasi adalah
menentukan volume semprot. Tehnik kalibrasi pestisida dilakukan untuk
mengkalibrasi/ mengestimasi atau memperkirakan kebutuhan larutan pestisida/
ZPT dan pupuk daun yang diperlukan untuk diaplikasikan pada lahan kita. Jika
kita mengetahui kebutuhan total air yang diperlukan untuk menyemprot (aplikasi)
kita akan mudah menentukan konsentrasi pestisida/ ZPT atau pupuk daun yang
akan kita gunakan. Hal ini sangat erat kaitanya dengan penggunaan pestisida yang
ketentuan kebutuhannya menggunakan dosis bukan konsentrasi (Sukman, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kalibrasi adalah penggunaan knapsack apabila


akan digunakan harus dalam kondisi bersih dan terpelihara dengan baik,
penggunaan air biasa untuk mengkalibrasi sprayer, ketepatan kalibrasi tergantung
pada apakah dapat menggunakan pompa untuk menghasilkan tekanan yang
konstan secara terus-menerus, dan berjalan dengan kecepatan yang tetap secara
terus menerus. Harus menjalankan pompa dengan kecepatan konstan (tepat)
sehingga dapat menemukan kecepatan menyemprot yang paling nyaman. Hal ini
sangat berpengaruh pada mengkalibrasi sprayer (Widianto,1999).
Salah satu bagian sprayer adalah nozzle, yang menentukan karakteristik
semprotan seperti pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola
semprotan, dan pola penyebaran yang dihasilkan. Nozzle dibuat dalam bermacam-
macam desain. Setiap tipe butiran cairan yang khas dihasilkan oleh nozzle yang
khas sesuai dengan kebutuhan. Berikut beberapa jenis nozzle yang dikenal di
dunia pertanian :
1. Cone nozzle (nozzle kerucut)
Cone nozzle menghasilkan semprotan halus. Pola semprotan berbentuk bulat
(kerucut). Terdiri dari 2 tipe, yaitu Solid cone nozzle dan Hollow cone nozzle.
Solid cone nozze menghasilkan pola semprotan bulat penuh berisi, sedangkan
hollow cone nozzle menghasilkan semprotan berbentuk kerucut bulat kosong.
Digunakan terutama untuk aplikasi insektisida dan fungisida.
2. Flat Fan Nozzle (nozzle kipas standar)
Nozzle kipas standar menghasilkan pola semprotan berbentuk oval (V) atau
bentuk kipas dengan sudut tetap (65o-95o). Untuk mendapatkan sebaran droplet
yang merata diusahakan melakukan penyemprotan dengan saling tumpang tindih
(overlapping). Digunakan terutama untuk aplikasi herbisida, tetapi bisa juga
digunakan untuk fungisida dan insektisida
3. Even Flat Fan Nozzle (nozzle kipas rata)

Nozzle kipas rata memiliki pola semprot berbentuk garis. Butiran semprot tersebar
merata. Pada tekanan rendah digunakan untuk aplikasi herbisida pada barisan
tanam atau antar barisan tanam. Pada tekanan tinggi, digunakan untuk aplikasi
insektisida pada pengendalian vektor. Ukuran butiran semprot sedang hingga
halus.

4. Nozzle Polijet
Pola semprotan yang dihasilkan oleh nozzle polijet pada dasarnya berbentuk garis
atau cerutu. Butiran semprot agak kasar hingga kasar. Tidak atau sangat sedikit
menimbulkan drift dan hanya digunakan untuk aplikasi herbisida.

5. Nozzle lubang empat

Nozzle lubang empat ini menghasilkan pola semprotan berbentuk kerucut. Butiran
semprot halus sampai agak halus (tergantung tekanan). Flow rate tinggi (karena
jumlah lubangnya empat) karena itu cenderung boros. Umumnya digunakan untuk
aplikasi insektisida dan fungisida (Sastroutomo, 1992).
Data pada setiap kelompok pada saat melakukn kalibrasi sprayer hal ini
dikarenakan perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing orang yang tidak
sama, kemudian lebar gawang dan tekanan yang diberikan dari masing-masing
orang juga tidak sama. Selain itu, faktor lainnya yaitu ukuran lubang nozel (nozel
curah), tekanan dalam tangki alat semprot, kecepatan berjalan ( ke depan)
aplikator, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan data setiap
kelompok adalah karena pada setiap alat semprot memililki perbedaan volume
yang keluar.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari praktikum yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Kalibrasi menjadi hal penting yang harus dilakukan ketika seorang akan
melakukan pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot.
2. Hasil kecepatan jalan tenaga kerja (V) pada kelompok kami didapat hasil 48
meter/menit.
3. Hasil perhitungan untuk dosis cairan semprot pada kelompok kami yang
didapatkan adalah 91 liter/ha.
4. Salah satu faktor yang mempengaruhi kalibrasi dan perbedaan data antar
kelompok adalah perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing orang tidak
sama.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios,G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

Djojosumatro, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka.


Jakarta

Mujim, Subli. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan (Buku Ajar).


Universitas lampung. Bandar Lampung.

Sastroutomo Soetikno S. 1992.Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak


Penggunaanya. Gramedia. Jakarta.

Sembel, D.T.2011. Pengendalian Penyakit Tropis dan Gulma. Andi Publisher.


Jakarta.

Sukamto, S. 1998. Pengelolaan Penyakit Tanaman dan Kumpulan


Materi Pelatihan. Universitas lampung. Bandar Lampung.

Sukman, Y., dan Yakup. 1995.Alat-Alat Pestisida. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Widianto, R. 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai