Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU


TANAMAN
“KALIBRASI DAN APLIKASI HERBISIDA”

Disusun Oleh :

Nama : Rino Hermawan


NPM : E1J021096
Shift : Senin, 10.00-12.00 WIB
Dosen : Ir. Nadrawati, MP
:Dr.Ir. Bilman WS,MP.
Ko-ass : Reti Noviani (E1J018018)

LABORATORIUM AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan herbisida.
Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara aplikasi
yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu: gulma
tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi herbisida dengan dosis
yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan tanaman budidaya akan
mati di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis lebih tinggi dari dosis
rekomendasi.
Untuk menghindari kesalahan tersebut serta untuk menjamin teknik aplikasi
yang akurat, terlebih dahulu harus ditentukan areal penyemprotan yang aktual
dengan memperhatikan jumlah herbisida yang diperlukan untuk areal perlakuan
dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat diaplikasikan secara seragam
pada areal perlakuan. Hal ini melibatkan pekerjaan kalibrasi dari alat semprot
(sparayer) yang akan dipergunakan dan orang yang akan melakukan aplikasi
(apliakator).
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang
nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan (
ke depan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa
sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat
dilepaskan melalui lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki.
Keberhasilan aplikasi herbisida ditentukan oleh beberapa hal antara lain gulma
sasaran, cuaca, jenis herbisida yang digunakan dan tata cara aplikasinya. Syarat
pengaplikasian herbisida juga harus sesuai dengan kondisi dilapangan. Sebelum
melakukan aplikasi herbisida terlebih dahulu harus mengetahui gulma sasaran
dan tanaman yang dibudidayakan serta sifat – sifatnya. Jenis herbisida juga
penting untuk diketahui apakah sesuai untuk mengendalikan gulma sasaran dan
tidak meracuni tanaman serta bagaimana herbisida tersebut diaplikasikan. Selain
itu faktor lain yang sangat menentukan keberhasilan suatu aplikasi herbisida
adalah cuaca, alat yang digunakan dan orang yang mengaplikasikan herbisida
tersebut. Apabila hal hal tersebut sudah dilaksanakan dengan baik maka aplikasi
herbisida juga dilapangan diharapkan dapat baik pula.
Pada dasarnya teknik pengendalian gulma tergantung pada tempat/areal tanam,
jenis dan jumlah gulma
Teknik Pengendalian Gulma Secara Terpadu dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai
mulsa.
2. Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah.
Selanjutnya dilakukan penanaman dan penyiangan menggunakan herbisida pra-
tumbuh

1.2 Tujuan
Mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan kalibrasi dengan prosedur
yang benar dan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Proses budidaya pertanian selalu memiliki korelasi dengan kegiatan


pengendalian, baik hama, penyakit, gulma, dan lain-lain. Dalam proses
pengendalian tersebut, umumnya petani menggunakan peralatan-perlatan dalam
pelaksanaanya. Hal ini bergantung pada jenis pengendalian yang diaplikasikan.
Pengaplikasian pestisida cair atau bahan-bahan lain umumnya diaplikasikan
menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yg difungsikan sebagai penyebar
karena memiliki kemampuan jangkauan penyebaran dan kerataan bahan ke
tanaman yang merata. Jenis-jenis nozle juga beragam, tergantung volume
keluaran cairan dan luasan jangkauan. Dalam penggunaanya didasarkan pada
tujuan, misalkan untuk pengaplikasian herbisida yg sistemik, tidak diperlukan
nozle yang jangkauan dan penyebaran tinggi (Sudarmo, 1997)
Adapun cara pemakaian pestisida yang sering dilakukan oleh petani, salah
satunya adalah dengan penyemprotan (Spraying). Cara ini merupakan metode
yang paling banyak digunakan (Wudianto,1999).
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menaplikasikan
sesuatu pestisida antara lain:
1. Dosis Pestisida.
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan sasaran tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang
dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih (Djojosumarto, 2008).
2. Konsentrasi Pestisida
Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang disemprotkan dalam
satu liter air (atau bahan pengencer lainnya) untuk mengendalikan sasaran
tertentu.(Djojosumarto,2008)
3. Volume Semprot
Volume semprot adalah banyaknya larutan jadi pestisida yang digunakan untuk
menyemprot sasaran tertentu per satuan luas atau per satuan individu tanaman
(Djojosumarto ,2008).
4. Bahan Penyampur
Pestisida sebagai bahan racun aktif (active ingredients) dalam formulasi
biasanya dinyatakan dalam berat/volume. Bahan penyampur yang dapat
digunakan adalah alkohol, minyak tanah, xyline dan air (Sastroutomo,1992).
Salah satu alat semprot yang digunakan, antara lain Knapsack Sprayer. Alat ini
merupakan alat semprot yang sangat meluas digunakan. Alat ini hanya bisa
untuk bahan cair dengan bahan pelarut air. Kapasitas tangki antara 15-20 liter
dioperasikan secara manual dengan pompa tangan dan daya jangkaunya sangat
terbatas yaitu 2 meter.
penyemprot gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan
sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung
penyemprot. Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan
dimulai maka diperlukan pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan
berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan melihat
manometer yang ada pada alat tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi
dikhawatirkan bisa meledak. Dan sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air
semprotan keluarnya tidak sempurna. Lain lagi cara penggunaan penyemprotan
gendong semiotomatis, jenis penyemprot ini diperlukan pemompaan yang
kontinyu.
Faktor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam
aplikasi pestisida adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal
yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang
diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume
semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan
insectisida secara merata pada areal tertentu.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


· Air
· Tali rafia dan patok patok kecil untuk membuat petak.
· Knapsack sprayer lengkap dengan nozel biru dan saringan
· Ember plastik dua buah, satu untuk menampung larutan yang di keluarkan
dari alat semprot dan satu lagi untuk cadangan.
· Stopwatch, untuk mengukur waktu yang diperlukan dalam penyemprotan.
· Gelas ukur 1000 ml, untuk mengukur larutan yang keluar dari nozel.
3.2 Cara Kerja
1. Setiap kelompok mahasiswa membuat petakan berukuran 3m x 3m pada
area yang telah di tentukan. Batasi areal yang telah di ukur dengan patok
kecil dan tali rafia. Dengan nozel biru mempunyai jangkauan 1,5 m.
2. Periksa kondisi sprayer , jangan sampai ada yang bocor, tersumbat aytau ada
bagian yang tidak dapat bekerja.
3. Isi tangki dengan air secukupnya (kurang lebih 5 liter). Volume larutan yang
telah di tentukan adalah 500 L / ha sehingga untuk petak 3m x 5m
diperlukan larutan sebanyak : V larutan /petak = luas petak (m2) X V yang
di anjurkan perhektar : 1 Ha.
= 15m2X 500 liter / 10.000 m2
= 750 ml
4. Menyemprotkan air dari sprayer kedalam ember / gelas ukur selama 30
detik. Dengan tekanan yang konstan ( 1,5 s.d 1,5 kg/cm2) dan di ulang
sebanyak 3 kali. Hitung volume rata rata yang dikeluarkan selama 30 detik.
5. Menghitung waktu yang di perlukan untuk menyemprot petak yang
berukuran 3m x 5m dengan cara ( 750 ml X 30 detik ) : Vml = T detik
6. Mengatur kecepatan berjalan dilapangan dengan menggunakan stopwatch
selama T detik untuk 2 kali jalan. Jadi untuk sekali jalan perlu waktu T/2
detik. Setiap anggota kelompok harus mencoba dan mengulangi sehingga
benar benar terlatih dan tepat waktunya ( kecepatan berjalan harus konstan
).
7. Setelah selesai , bersihkan semua alat yang telah digunakan dan
dikembalikan ketempat semula.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada saat pengamatan dilakukan , sebagai
berikut:
 Penyemprotan air dari sprayer kedalam gelas ukur selama 30 detik
V1 = 600 mL
V2 = 550 mL
V3 = 620 mL
Sehingga, volume rata-rata air yang dikeluarkan oleh sprayer selama 30 detik
adalah

Jumlah Volume 3 kali perulangan 660+550+620 1770


Rata – rata = Banyaknya Perulangan == 3 == 3 =

590 ml

 Menghitung waktu yang diperlukan untuk menyemprot petak yang


berukuran 3 m x 5 m, yaitu:

Dik : T1 = 24.5 detik


V1 = 590 mL
V2 = 750 mL
Dit : T2 ?
Jawab:
750 𝑚𝑙 𝑥 24,5 𝑑𝑒𝑡i𝑘
T2 = 590 = 31.14
 Data pengulangan penyemprotan petak dengan menggunakan stopwatch
Nama Mahasiswa Waktu yang dibutuhkan
Kevin febrian dinata 40
Angkun jemaan gultom 30
Rino hermawan 24,5
Dekro wansa putra 31
Kevin ilham jordan simatupang 54
Perdinan sihotang 27
Roiky putra 32
Alysia nurfadillah 29
Putri indah sari purba 29
Hosiana 34
Hera ariani 35
Selvyana agustin 37
Shella puja kesuma 38
Azilla dapika zanaria 39
Enjelina lumbanbatu 31
Dela septia trinita purba 33
Upik elawardani 40

4.1 Pembahasan

Kalibrasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencari hubungan antara
nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui,
yang berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, atau bisa
dikatakan kalibrasi sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar yang tertelusur.
Factor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam
aplikasi adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal yang
penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang
diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume
semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan
insectisida secara merata pada areal tertentu.
Banyaknya bahan racun yang diaplikasikan dapat dinyatakan dalam dosis dan
konsentrasi. Dosis adalah banyaknya bahan racun yang dapat membunuh
organism sasaran sedangkan konsentrasi adalah perbandingan antara bahan
racun dengan bahan pelarut. Takaran pestisida sangat perlu diketahui dengan
tepat karena pestisida merupakan bahan racun yang berbahaya terhadap
organism non-target termasuk manusia dan lingkungan. Hal-hal yang perlu
diketahui sebelum melakukan kalibrasi adalah:
A : Kecepatan Curah Semprot
B : Lebar diameter gawang
C : Kecepatan jalan
D : Volume air dalam 1 Ha
Metode waktu bertujuan untuk mengukur kecepatan berjalan operator pada saat
mengaplikasikan pestisida. Berbeda dengan operator maka hasil yang diperoleh
akan berbeda pula, hal ini dikarenakan setiap masing-masing operator berbeda-
beda tingkat kecepatan jalannya sehingga untuk setiap operator menghasilkan
kalibrasi yang berbeda-beda pula. Dari praktikum yang telah dilaksanakan
diperoleh kecepatan jalan = . Metode luasan bertujuan untuk mengukur
volume semprot yang digunakan. Dari hasil praktikum diperoleh volume
semprot sebesar= . Nosel merupakan bagian dari alat semprot yang
berfungsi sebagai pemecah cairan dan menyebarkannya dalam bentuk partikel
yang halus.
Nosel memiliki keragaman dalam laju keluarnya cairan, sudut penyemprotan,
dan pola penyemprotan. Nosel memiliki standart lebar bidang semprot yang
berbeda-beda sesuai warna nozel, sehingga berbeda jenis nozel, maka berbeda
pula lebar bidang semprot dan hasil yang diperoleh.
BAB V

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan ini adalah :

Dari hasil pengamatan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kalibrasi
pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencari hubungan antara nilai yang
ditunjukkan oleh alat ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui, yang
berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, factor utama yang
dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam aplikasi adalah
kalibrasi
4.2. SARAN
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Sebaiknya dalam praktikum kali ini menggunakan selalu berhati hati dalam
melakukan praktikum dan selelu mendengarkan arahan dari dosen maupun coass
agar tidak salah dalam melakukan praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, P. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta :


Kanisius
Sastroutomo Soetikno S. 1992.Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak
Penggunaanya.Gramedia: Jakarta.
Wudianto, R. 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta
Sukma,Y. dan Yakup, 1991. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali
Press, Jakarta..
Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius:
Yogyakarta
Djojosumarto, Panut. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius:
Yogyakarta
Sastroutomo Soetikno S. 1992.Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak
Penggunaanya. Gramedia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai