Anda di halaman 1dari 13

ACARA V

PENENTUAN UNJUK KERJA PERALATAN PENGENDALI


HAMA DAN PENYAKIT

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sejak pertama kalinya manusia bercocok tanam hingga saat ini,
pertanian selalu memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
karena produk pertanian dengan berbagai jenisnya punya peran langsung
dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi manusia. Di tengah peningkatan
jumlah penduduk yang drastis ini, pangan sebagai produk bidang pertanian
idealnya bisa terus meningkatkan kuantitas produksinya. Oleh karena
itulah perkembangan teknologi di bidang pertanian termasuk yang sangat
pesat kemajuannya. Kemajuan teknologi pertanian memungkinkan
kegiatan pertanian yang lebih efektif dan efisien, serta dapat menghasilkan
produk yang secara kualitas maupun kuantitas lebih baik.
Seiring berjalannya kegiatan usaha tani di berbagai daerah, banyak
bermunculan masalah terkait ketidakoptimalan produksi. Seringkali
berita-berita mengenai gagal panen di berbagai daerah akibat serangan
hama dan penyakit memenuhi media-media massa. Bahkan tidak jarang,
berbagai jenis hama dan penyakit dapat mengakibatkan gagal panen atau
puso. Jelas sekali bahwa serangan hama penyakit ini berpotensi
menurunkan penghasilan dan kesejahteraan para petani.
Pengendalian hama dan penyakit yang tepat sasaran semakin
memerlukan perhatian serius. Beberapa strategi perlu dilakukan untuk
meningkatkan perlindungan tanaman dari hama dan penyakit. Penggunaan
berbagai alat dan mesin pengendalian hama yang tepat, diawali dengan
identifikasi hama dan penyakit yang terjadi, untuk itulah pengetahuan
terkait hama dan penyakit tanaman beserta cara pengendaliannya sangat
diperlukan. Umumnya masyarakat sudah mendapat beberapa pengetahuan
tentang hal itu secara turun temurun di daerahnya. Setelah diidentifikasi
hama dan penyakitnya, selanjutnya adalah pemilihan cara pengendalian,
bahan, serta alat dan mesin pertanian yang cocok, tentunya dengan
penggunaan yang tepat agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan
maupun masyarakat.
2. Tujuan
Menentukan spesifikasi kerja dari sprayer yang meliputi lebar kerja
efektif dan besarnya debit.

B. Dasar Teori
Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang
didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai teknik
pengendalian yang sesuai antara satu sama lain sehingga populasi hama dapat
dipertahankan di bawah jumlah yang secara ekonomik tidak merugikan serta
mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak petani
(Oka, 1994).
Sprayer adalah salah satu dari penggunaan mesin secara umum untuk
bahan kimia cair untuk pengendalian gulma dan serangga. Pupuk cair juga
dapat menggunakan sprayer. Tipe dari penyemprotan pertanian digolongkan
berdasarkan tujuan pemakaian, penggunaan bahan kimia, dan tekanan dari
sprayer (Jacobs,1983).
Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah
tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air
ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama dan
penyakit pada tanaman). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan
oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam
setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran
semprot (Kastaman, dkk, 2002).
Sprayer digunakan untuk:
1. Menyemprotkan insektisida untuk mencegah dan memberantas hama
2. Menyemprotkan fungisida untuk mencegah dan memberantas penyakit
3. Menyemprotkan herbisida untuk mencegah dan memberantas gulma
4. Menyemprotkan pupuk cairan
5. Menyemprotkan cairan hormon pada tanaman untuk tujuan tertentu
Prinsip kerja alat penyemprot handsprayer adalah memecah cairan
menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan
ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke
seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus,
biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan
menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki
dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir
melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi
dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan
akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Faktor – faktor yang mempengaruhi efektifitas penggunaan sprayer.
Faktor yang berasal dari peralatan sendiri, yaitu lebar nozzle, tekanan, bentuk
nozzle. Faktor yang ditentukan oleh cairannya adalah viskositas, harga
kerapatan cairan, dan tegangan muka sangat mempengaruhi bentuk ukuran
butiran maupun penyebaran butirannya. (Ciptohadijoyo, 1998).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan nozzle : Tipe pekerjaan
penyemprotan, yaitu padang penggembalaan penyemprotan gulma,
insektisida, dan lain-lain, jumlah larutan semprotan total yang harus diberikan
per akre untuk tiap penyemprotan, jarak antar larikan dan jumlah nozzle yang
digunakan per larik, jika penyemprotan harus dilakukan terhadap tanaman
larikan, jarak antar nozzle semprot jika keseluruhan areal, seperti dalam
pekerjaan di lahan penggembalaan harus disemprot, tipe pola semprotan yang
diinginkan, seperti tipe kipas atau kerucut, perkiraan kecepatan yang harus
ditempuh, dan perkiraan tekanan yang harus digunakan. (Smith, 1955).

Agar dapat diperoleh persyaratan agroteknis yang diperlukan sebelum


sprayer dipergunakan, perlu dilakukan kegiatan kaliberasi. Kaliberasi dapat
dilakukan secara laboratoris maupun secara aktual di lapangan. Perhitungan
untuk menentukan barapa jumlah bahan kimia yang diperlukan dalam satuan
liter/menit (Ciptohadijoyo, 1998) :
V.B.N
q= Liter/menit
α x10x60

q = bahan kimia yang diperlukan, lt/menit lewat l nozzle


v = kecepatan kerja, km/jam
B = lebar kerja efektif, m
N = jumlah larutan bahan kimia, lt/ha
α = faktor penghasilan nozzle 0,50 – 0,70.

C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat
Hari :Selasa
Tanggal : 24 September 2019
Waktu : 08.00
Tempat : Kebun Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Sprayer
b. Papan penampung beralur
c. Stopwatch
d. Gelas ukur
e. Buku petunjuk
f. Borlist
3. Cara Kerja
a. Mengamati spesifikasi alat yang digunakan
b. Menyiapkan penampung beralur, susun botol secara berurutan
c. Mengisi tangki sprayer dengan air dan pompa sampai penuh
d. Meletakkan nozzle secara tegak lurus diatas papan penampung beralur
dengan jarak tegak kurang lebih 40 cm
e. Membuka keran biar menyemprot dan bersamaan serta stopwatch
dijalankan dan diamati jarum petunjuk
f. Menutup keran dan menghentikan stopwatch setelah jarum petunjuk
menunjukkan skala tertentu
g. Mencatat waktu yang digunakan untuk menyemprot dan ukur pula
volume air yang tertampung pada masing-masing botol
h. Mengulangi percobaan hingga tiga kali ulangan
i. Mengukur jarak alur, panjang alur, temperature udara ditempat
percobaan

D. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Spesifikasi alat/mesin
Identifikasi Keterangan
1. Spesifikasi alat mesin:
a. Merek SWAN
b. Model GA-14
c. Tipe Semi automatic
d. No. Seri A140116001
e. Negara pembuat Indonesia
f. Kapasitas tangki 14 liter
g. Tipe nozzle Tunggal Membulat
h. Variasi kerja manometer

2. Kondisi tes:
a. Tinggi nozzle 36 cm
b. Temperatur udara
- WB - 0C
- DB - 0C
- RH - 0C
c. Jarak alur 3 cm
d. Panjang 133 cm
Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Volume cairan yang tertampung pada tekanan
No Botol Ulangan I Ulangan II Ulangan III
(t=59 (t=69 (t=67 Rata-rata
detik) detik) detik)
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
3 0 0 0 0
4 0 0 0 0
5 0 0 0 0
6 0 0 0 0
7 0 0 0 0
8 0 0 0 0
9 0 0 0 0
10 0 0 0 0
11 0 0 0 0
12 0 2 1,5 1,17
13 0 1 1,5 0,83
14 3 1 14 6
15 92 5 1 5,06
16 25 2 4 10,33
17 29 5 50 28
18 70 93 200 121
19 127 200 80 135,67
20 200 180 150 176,67
21 150 140 50 113,33
22 120 130 48 99,33
23 30 2 5,5 12,5
24 43 35 58 45,33
25 22 4 8 14,67
26 5 6 2 4,37
27 8 1,5 4 4,5
28 1 0 3 1,33
29 0 0 1 0,33
30 0 0 0,5 0,17
31 0 0 0 0
32 0 0 0 0
33 0 0 0 0
34 0 0 0 0
35 0 0 0 0
36 0 0 0 0
37 0 0 0 0
38 0 0 0 0
39 0 0 0 0
40 0 0 0 0
Jumlah 842,2 mL 807,5 mL 682 mL 801,33 mL
Debit 0,0142 L/dtk 0,01170 L/dtk 0,01017 L/dtk 0,012 L/dtk
Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019
Grafik 5.1 Rata-rata Volume Penyemprotan
200

150
Volume (mL)

100
Series1
50

0
1 3 5 7 9 111315171921232527293133353739
Botel Ke-

Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019

Grafik 5.2 Volume Cairan Tertampung Pada Pergeseran 5


200
180
160
140
Volume (mL)

120
100 Series1
80 Series2
60
Series3
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Botol Ke-

Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019

Perhitungan Volume Cairan pada Pergeseran 5:


1. VTotal = V17+ V18+ V19 +V20+ V21+ V22
= 29,17+121,83+141,67+181,74+123,66+128,5
= 726,57 mL
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
̅
2. V = 𝑛
726,57
= = 121,095
6

̅ )2
(𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙−V
3. SD =√ 𝑛−1
(726,57−121,095)2 366600
=√ =√ =√73320 = 270,8
6−1 5

𝑆𝐷
4. CV = ̅
V
270,8
= 121,095 = 2,236

5. Lebar Kerja Efektif = n x b


= 6 x 3 = 18 cm

Grafik 5.3 Volume Cairan Tertampung Pada Pergeseran 10


200
180
160
140
Volume (mL)

120
100 Series1
80
Series2
60
40 Series3
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Botol Ke-

Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019

Perhitungan Volume Cairan pada Pergeseran 10:


1. VTotal = V16+ V17+ V18 +V19+ V20+ V21+ V22+ V23+ V24+
V25+ V26
= 10,33+28+121+135,67+176,67+113,33+100,5+13,
33+51,33+19,74+14,7
= 784,6 mL
𝑉
̅
2. V =𝑛
784,6
= = 71,32
11

̅ )2
(𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙−V
3. SD =√ 𝑛−1
(794,6−71,32)2 523133,9
=√ =√ =√52313,39 = 228,72
11−1 10

𝑆𝐷
4. CV = ̅
V
228,72
= = 3,20
71,32

5. Lebar Kerja Efektif = n x b


= 11 x 3 = 33 cm

Grafik 5.4 Volume Cairan Tertampung Pada Pergeseran 15


200
180
160
140
Volume (mL)

120
100 Series1
80 Series2
60
Series3
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Botol Ke-

Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019

Perhitungan Volume Cairan pada Pergeseran 15:


1. VTotal = V13+ V14+ V15 +V16+ V17+ V18+ V19+ V20+ V21+
V22+ V23+ V24+ V25+ V26+ V27+ V28
=0,83+6+5,07+10,33+28+121+135.67+176,67+113,
33+99,33+12,5+45,33+14,67+4,37+5,67+2,16
= 780,93 mL
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
̅
2. V = 𝑛
780,93
= = 48,80
16

̅ )2
(𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙−V
3. SD =√ 𝑛−1
(780,93−48,80)2 536014,33
=√ =√ = √35734,28
16−1 15

= 189,03
𝑆𝐷
4. CV = ̅
V
189,03
= = 3,873
48,80

5. Lebar Efektif =nxb


= 16 x 3 = 48 cm

Tabel 5.3 Data Total Perhitungan Penyemprotan


Parameter Pergeseran 5 Pergeseran 10 Pergeseran 15
VTotal (mL) 726,57 784,6 780,93
̅
V 121,095 71,32 48,80
SD 270,8 228,72 189,03
CV 2,236 3,20 3,873
Lebar Efektif 18 cm 33 cm 48 cm
Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019

D. Pembahasan
Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan,
larutan atau suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Kinerja
sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat
dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan
penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan Spesifikasi sprayer yang
diamati adalah merk SWAN. Model alat ini GA-14 dengan tipe alat semi
automatic sprayer. Alat ini memiliki nomer seri A14-0116001. Kemudian
negara pembuat alat ini adalah Jepang. Kapasitas kerja tangki alat ini sebesar
14 Liter. Tipe nozzle alat ini adalah bulat tunggal. Kondisi pada saat uji sprayer
antara lain tinggi nozzle 30 cm dengan jarak alur 3,5 cm dan panjang 129,5 cm.
Pengujian sprayer dilakukan dengan menggunakan papan penampung
alur yang bawahnya disusun botol secara berurutan dan diberi nomor urut
sebanyak 40 botol dengan 3 kali ulangan dan waktu penyemprotan yang
berbeda-beda. Sprayer yang digunakan dengan tinggi nozzle 36 cm, jarak alur
3 cm dan panjang 133 cm.. Pada ulangan 1 memerlukan waktu 59 detik,
ulangan 2 memerlukan waktu 69 detik dan ulangan 3 memerlukan waktu 67
detik. Volume cairan yang tertampung dalam ulangan 1 adalah 842,2 ml dan
besarnya debit adalah 14,27 ml/detik. Pada ulangan 2 adalah 807,5 ml dan
besarnya debit adalah 11,70 ml/detik. Ulangan 3 adalah 681 ml dan besarnya
debit adalah 10,17 ml/detik. Dari ketiga ulangan itu didapatkan rata-rata
volume cairan cairan yang tertampung sebesar 801,33 ml dan besarnya debit
12 ml/detik.
Setelah mendapat data volume air pada ketiga pengulangan, kemudian
menghitung rata-rata volume air yang akan digunakan untuk membuat grafik
pola penyebaran penyemprotan. Pada grafik pergesran 5 diperoleh koefisien
variasi 2,236. Pada grafik pergeseran 10 diperoleh koefisien variasi 3,20 dan
pada grafik pergeseran 15 diperoleh koefisien variasi 3,873. Dari ketiga grafik
tersebut dapat dilihat koefisisen variasi pada grafik pergeseran 5 paling kecil
dibandigan dengan grafik yang lain. Semakin kecil koefisien variasi
menunjukkan semakin besar tingkat keseragaman atau kemerataan yang
dihasilkan oleh suatu pola penyebaran penyemprotan. Ketidakseragaman yang
dihasilkan oleh satu pola penyebaran dapat ditutup oleh pola penyebaran
berikutnya dengan cara penyemprotan yang saling tumpang tindih
(overlapping) sehingga memerlukan pengambilan garis lintasan sedemikian
rupa agar diperoleh lebar kerja efektif.
Lebar kerja efektif merupakan lebar kerja penyemprotan optimal yang
menghasilkan sebaran melintang volume per satuan luas yang paling seragam.
Nilai lebar kerja efektifnya pada grafik pergeseran 5 sebesar 18 cm, pada grafik
pergeseran 10 sebesar 33 cm, dan pada grafik pergeseran 15 sebesar 48 cm.
Lebar kerja efektif yaitu lebar kerja penyemprotan optimal yang menghasilkan
sebaran melintang volume per satuan luas yang paling seragam.
Nilai lebar efektif didapat dari perhitungan perkalian antar banyaknya
tampang selebar (n) dengan lebar 1 alur. Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui nilai lebar kerja efektifnya yaitu sebesar 18 cm yang merupakan lebar
kerja dari grafik pergeseran 5 yang memiliki CV yang terkecil (paling
seragam).
Besarnya debit cairan dapat diatur dengan cara mengatur droplet pada
sprayer. Bila dalam suatu penyemprotan mengunakan debit cairan yang
berlebihan maka akan menyebabkan beberapa kerugian yaitu pemborosan pada
pembiayaan dan menyebabkan kekebalan pada hama dan penyakit pada
pestisida selain itu pestisida yang diberikan dengan berlebih dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman dan menempel pada tanaman tersebut hingga tanaman
dikonsumsi oleh manusia. Penyebab tidak meratanya penyebaran
penyemprotan dengan sprayer ini dapat dikarenakan beberapa faktor. Faktor
dari luar seperti kecepatan angin dapat menjadi salah satu penyebab tidak
meratanya sebaran dari semprotan sprayer. Semakin besar kecepatan angin,
maka sebaran semprotan akan susah dikendalikan, karena butiran air dari
semprotan dapat terbawa oleh angin.

G. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa alat
penyemprot yang digunakan pada praktikum kali ini bertipe sprayer semi-
automatic. Spesifikasi dari sprayer yaitu merek SWAN diproduksi oleh Jepang
dengan tipe nozzle bulat tunggal. Rata-rata debit yang dihasilkan sebesar 0,012
ml/detik. Pada grafik pergeseran 5 diperoleh koefisien variasi 2,236. Pada
grafik pergeseran 10 diperoleh koefisien variasi 3,20 dan pada grafik pergeseran
15 diperoleh koefisien variasi 3,873. Lebar kerja efektif sprayer yaitu sebesar
18 cm yang merupakan lebar kerja dari grafik pergeseran 5 yang memiliki CV
yang terkecil (paling seragam).
Daftar Pustaka

Ciptohadijoyo, S. 1998. Alat dan Mesin Pertanian I. Hand Out Kuliah. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Jacobs,O.Clinton.,William R. Harrel, 1983, Agricultural Power and Machinery,


Gregg Division McGraw-Hill Book Company, USA

Oka, N. I. 1994. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia,


UGM Press, Yogyakarta.

Smith, Harris P. 1955. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai