Anda di halaman 1dari 5

kalibrasi II dan kalkulasi alat semprot

Pendahuluan
Latar belakang
Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan herbisida. Jika dosis
rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara aplikasi yang tidak benar, maka akan
terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu: gulma tidak akan mampu dikendalikan di areal yang
teralikasi herbisida dengan dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan
tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis lebih tinggi dari
dosis rekomendasi.
Untuk menghindari kesalahan tersebut serta untuk menjamin teknik aplikasi yang akurat, terlebih
dahulu harus ditentukan areal penyemprotan yang aktual dengan memperhatikan jumlah
herbisida yang diperlukan untuk areal perlakuan dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat
diaplikasikan secara seragam pada areal perlakuan. Hal ini melibatkan pekerjaan kalibrasi dari
alat semprot (sparayer) yang akan dipergunakan dan orang yang akan melakukan aplikasi
(apliakator).
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang nozel (nozel
curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan ( ke depan) aplikator. Ketiga
faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida
tertentu yang dapat dilepaskan melalui lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki.
Untuk menuji keefektivan suatu hasil aplikasi herbisida dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu
cara biologi dan cara fisik. Cara biologi dilakukan dengan mengamati tampung respon tumbuhan
(gulma) setelah aplikasi. Cara fisik dilakukan dengan mengamati produksi butiran semprot, baik
dalam populasi maupun ukuran butiran semprot. Metode ini dilakukan dengan menggunakan
kertas peka air (water sensitive paper).
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mengkalibrasi peralatan untuk aplikasi
herbisida sehingga diperoleh hasil pengendalian yang efektif dan untuk mengetahui cara aplikasi
herbisida.
Bahan dan Metode
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain, yaitu alat semprot pungggung,
gelas ukur, air, ember plastik, meteran, water sensitive paper, loupe.

Metodologi
1. Menentukan volume semprot
1)

Isi tangki sprayer secukupnya

2)

Pasang nozle yang akan diukur

3)

Siapkan stopwatch

4)

Siapkan ember penampung

5)

Ukur volume yang keluar dari nozle selama 1 menit


1. Menentukan kecepatan jalan

1)

Isi tangki sprayer dengan volume tertentu (V1)

2)

Pasang nozle tertentu (yang dipakai ketika penentuan volume semprot)

3)

Ukur lebar semprot nozel

4)

Ukur kecepatan jalan sejauh 10m (m/detik)

5)

Hitung volume sisa


1. Water sensitive paper

1)
Letakkan kertas peka air (2,5 cm x 2,5cm) di atas permukaan tanah dan disemprot sebagai
target penyemprotan
2)
Setiap kali penyemprotan diletakkan pada tiga posisi semprotan, yaitu 2 marginal (kiri dan
kanan) dan 1 (tengah)
3)

Gunakan loupe untuk menghitung populasi per satuan luas dan uuran butiran semprot

Pembahasan
Hasil Pengamatan
Tabel1. Data kalibrasi volume, lebar dan waktu semprot dari nozel biru dan merah

nozel

volume semprot per menit

lebar semprot

waktu

(L/menit)

(m)

(detik)

biru
merah

1.4
1.2

1.67
2.7

11.3
9.11

Tabel2. Data volume penyemprotan

nozel
biru
merah

volume awal volume akhir volume semprot

Volume semprot

(L)

(L)

(L)

(L/ha)

2
2

1,6
1,2

0,4
0,8

400
800

Contoh perhitungan volume larutan yang diperlukan per hektar:


Jadi untuk volume semprot nozel biru yang diperlukan per ha = 400 liter.
Tabe2. Data konversi volume semprot untuk penutupan droplet
nozel

ND
VS
(l/menit) (l/ha) ha/menit

Swatch Penutupan droplet


(m)
m/menit
km/jam
0,0035 ha/menit x
20,96 m/menit x 1km/1000m
1,4L/menit x 1/400L/ha
1/1,67m x10000m2/ha 60 menit/jam
= 0,0035 ha/menit

Biru

1,4

Merah 1,2

=20,96 m/menit

=1,26km/jam

1,2L/menit x 1/800 L/ha

0,0015 ha/menit x
1/2,7m x10000m2/ha

5,56 m/menit x 1km/1000m


60 menit/jam

= 0,0015 ha/menit

=5,56 m/menit

=0,33km/jam

400

1,67

800

2,7

Tabel3. Kecepatan jalan


nozel

kecepatan jalan (untuk 10 m)


m/menit
km/jam
10m/11,3 detik= 0,88 m/det x 60 det/menit 52,8 m/menit x 1km/1000m x 60menit/jam
=52,8 m/menit

=3,17 km/jam

biru
10m/9,11 detik= 1,09 m/det x 60 det/menit 65,86 m/menit x 1km/1000m x 60menit/jam
=65,86 m/menit
Merah
Tabel2. Uji Water Sensitive Paper ( Droplet )

=3,95 km/jam

Ukuran
Droplet
Kanan
Tengah
Kiri

1 cm
Besar
0
4
4

Sedang
0
8
6

kecil
8
10
39

1/2 cm
Besar
0
2
0

Sedang
0
3
4

Kecil
12
7
29

1/4 cm
Besar
0
2
0

Sedang
0
4
2

Kecil
11
5
20

*Nozzle yang digunakan nozzle warna hijau ( Wilco Anio ).


Pembahasan
Curah (flow rate, output) adalah banyaknya cairan semprot yang dikeluarkan oleh nozzle per
satuan waktu, yang umumnya dihitung dalam liter per menit. Setiap nozze mempunyai angka
flow ratenya sendiri. Angka flow rate dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut ukuran
lubang nozzle, jumlah nozzle, jumlah lubang pada nozzle dan kecepatan aliran cairan yang
melewati nozzle (Djojosumarto, 2008).
Keberhasilan penyemprotan sangat ditentukan oleh tingkat peliputan (coverage), yakni
banyaknya droplet yang menutupi bidang sasaran. Makin banyak jumlah droplet pada tiap cm2
bidang sasaran, makin besar kemungkinan OPT terkena pestisida sehingga semakin besar
kemungkinan penyemprotan berhasil (Lerch, 1984 dalam Djojosumarto, 2008).
Tingkat penutupan dinyatakan dengan angka kepadatan droplet (droplet density), yakni jumlah
droplet yang terdapat pada setiap satuan luas bidang sasaran. Tingkat peliputan (coverage) atau
kepadatan droplet dipengaruhi oleh faktor butiran semprot dan volume aplikasi. Makin halus
ukuran butiran semprot, semakin baik tingkat penutupannya. Volume aplikasi yang terlampau
sedikit dapat menyebabkan tingkat penutupan yang buruk dan volume aplikasi yang terlampau
banyak menyebabkan run off (Djojosumarto, 2008).
Syarat agar penyemprotan merata lainnya adalah mempertahankan kecepatan berjalan pada saat
menyemprot (disebut kecepatan aplikasi). Bila kecepatan berjalan saat menyemprot berubahubah, maka coverage juga akan berubah, sehingga distribusi secara keseluruhan tidak sama
(Djojosumarto, 2008).
Kalibrasi knapsack sprayer dilakukan sebelum aplikasi penyemprotan. Volume semprot yang
dihasilkan oleh nozel biru dan merah berturut-turut adalah 1,4L/menit dan 1,2L/menit. Lebar
semprot nozel biru dan merah berturut-turut adalah 1,66 m dan 2,7 m seperti dintunjukkan
tabel1. Kedua informasi tersebut dipergunakan untuk pendugaan kebutuhan volume aplikasi dan
penutupan droplet. Kebutuhan volume aplikasi pada nozel biru dan merah untuk satu hektar
berturut-turut adalah 200 L dan 800 L (tabel2).
Dari data kalibrasi volume curah (l/menit) dan volume semprot (l/ha) serta lebar semprot,
diketahui penutupan nozel biru selama satu jam adalah sejauh 1,26km dan 0.33km pada nozel
merah. Hal ini sama saja dengan menyemprot selama satu menit sejauh 20,96m pada nozel biru
dan 5,56m pada nozel merah.

Untuk jarak 10m dalam waktu 11,3 detik, diketahui kecepatan jalan aplikator 52,8 m/menit atau
3,17 km/jam dengan menggunakan nozel biru. Sedangkan untuk nozel merah dalam waktu 9,11
detik, kecepatan jalan aplikator adalah 65,86 m/menit atau 3,95 km/jam. Kecepatan jalan ini
termasuk efektif dan efisien dalam pemakaian herbisida dari kecepatan jalan biasa 5 km/jam.
Tingkat penutupan dropelet diketahui dengan menggunakan kertas peka air. Nozel yang dipakai
adalah nozel hijau. Nozel yang dipakai teramati lebih condong tersemprotkan kesebelah kiri
sehingga droplet yang jatuh disebelah kanan hanya droplet yang berukuran kecil. Ukuran droplet
yang teramati rata-rata berukuran sedang dan kecil namun droplet kecil lebih dominan. Hal ini
mengakibatkan aplikator perlu memperhatikan kecepatan dan arah angin dalam pengaplikasian
herbisida dengan menggunakan nozel hijau merek Wilco Anio.
http://hansdw08.student.ipb.ac.id/agh-ipb-45/pages/kalibrasi-ii-dan-kalkulasi-alatsemprot/

Anda mungkin juga menyukai