Anda di halaman 1dari 10

kalibrasi dan alat semprot

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh


organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan
petani. Organisme Pengganggu Tanaman ini dikenal sebagai
hama tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan
pengganggu). Organisme Pengganggu Tanaman sering disingkat
OPT. Untuk menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman
perlu dilindungi dengan cara mengendaliakan OPT tersebut.
Dengan istilah “mengendalikan”, OPT tidak perlu diberantas habis
karena memang tidak mungkin. Dengan usaha pengendalian,
populasi ataua tingkat kerusakan karena OPT ditekan serendah
mungkin sehingga secara ekonomis tidak merugikan
(Djojosumarto, 2004).

Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman,


khususnya untuk kehutanan dan pertanian pada tahun 1986
tercatat 371 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan
penggunaannya, dan 38 formulasi yang baru mengalami proses
pendaftaran ulang. Sedangkan ada 215 bahan aktif yang telah
terdaftar dan beredar di pasaran (Sudarmo,1997)

Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah


semua yang meliputi semua hewan yang mengganggu semua
kesejahteraan hidup, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat,
kumbang, siput, tikus dll.

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk


membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida
berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida berarti
pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai
pembunuh hama. Yang dimaksud hama bagi petani adalah sangat
luas, yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi, bakteri dan virus, kemudian
nematode, siput, tikus, burung, dan hewan lainnya yang dianggap
mengganggu.
Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung
formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran
untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat khusus, cukup
dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk
menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan
tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud
cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP)
memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya.
Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa
digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat
diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik
tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis
insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang
(Djojosumarto, 2000).
Pada dasarnya semua alat yang digunakan untuk
mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan disebut
alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah
larutan semprot, yang dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian
atau butiran-butiran yang sangat halus ( Panut, 2000 ).
Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan
pestisida dengan cara penyemproan disebut alat semprot atau
sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer
berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang
dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran
yang sangat halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower)
dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging machine dan
cold aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap sebagai
sprayer (Kusnawiria, M.P, 1998).
Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu
penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power
Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High
Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya.
Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan
terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga
pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien.
Penyemprot gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis
dilengkapi dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk
menaruh alat pada punggung si pemakai. Bagi penyemprot
gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka
diperlukan pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan
berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup
dengan melihat manometer yang ada pada alat tersebut.
Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan
sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan
keluarnya tidak sempurna. Lain lagi cara penggunaan
penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot ini
diperlukan pemompaan yang kontinyu.
Pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and
Dust) adalah alat untuk mengabutkan atau menghembuskan
cairan dari dalam tangki. Untuk melakukan pekerjaan tersebut
masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada dasarnya
system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja
tekanan yang diberikan pada alat ini berasal dari motor
penggerak.
Mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power
Sprayer) adalah alat yang akan mengeluarkan cairan semprot bila
tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-bagian dari
penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit
pompa, selang, laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi
tidga tipe, yaitu tipe penyemprot yang menggunakan kerangka
besi, tipe penyemprot yang diletakkan di atas gerobak, dan tipe
yang diletakkan di atas traktor (Wudianto, 1997).
1.2 Tujuan
Praktikum kali ini dilaksanakan dengan tujuan agar
praktikan dapat mengetahui tentang alat-alat pengaplikasian
pestisida yang meliputi macamnya, bagian-bagiannya dan
kalibrasi peralatan.

BAB 2. METODOLOGI KERJA

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat
v Alat semprot punggung semi otomatis dan otomatis
v Berbagai tipe nozel
v Tali
v Meteran
v Gelas ukur 1000 mL
v Ember plastik 2 buah
v Stopwatch
2.1.2 Bahan
v Air aqua

2.2 Cara Kerja


1. Penentuan Curah Semprot

a. Memasukkan air ke dalam curah semprot dan dilakukan


pmompaan secukupnya kemudian dilakukan penyemprotan
ke dalam ember plastic selama 1 menit.
b. Mengukur jumlah larutan yang keluar selama 1 menit
dengan menggunakan gelas ukur.
c. Diulangi sebanyak 3 kali, dan menghitung kecepatan curah
permenit (A liter).
2. Penentuan Lebar Gawang Penyemprotan

a. Melakukan penyemprotan pada ketinggian nozel 60 cm dari


permukaan tanah.
b. Mengukur lebar penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel
dari pojok ke pojok (B meter)
3. Menentukan Kecepatan Jalan

a. Melakukan penyemprotan sambil berjalan secara teratur


sejauh 50 meter.
b. Menghitung waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak
50 meter dengan menggunakan stop watch.
c. Diulang sebanyak 3 kali, dan dirata-rata serta menghitung
kecepatan jalan (C meter/menit).

4. Perhitungan Jumlah Volume larutan yang diperlukan


untuk penyemprotan seluas 1 ha (D) :
D = 10000 x A
CxB
D = Jumlah Volume (liter/ha)
A = Kecepatan curah (liter/menit)
B = Lebar gawang semprot (meter)
C = Kecepatan jalan (meter/menit)

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Kalibrasi Pestisida
Kelompo Ulanga A B C
k n
Kecepata Lebar Kecepatan
n Curah Gawan Jalan
(liter/men g (meter/men
it) Sempr it)
ot
(meter)
1 1 1,1 1 0,3
2 2 1,9 1 0,32
3 3 1,2 1,2 0,25
Total 1,4 1,1 m 0,29
l/menit

Jadi Jumlah Volume (D) = 10000 x A

CxB

= 10000 x 1,4 l/menit

1,1m x 0,29 menit

= 43887,15 l/ha

Peralatan Pestisida

No. Gambar Keterangan


1 Alat Semprot Punggung

Alat Semprot Semi


Otomatis

2 Alat Semprot Punggung

3 Alat Semprot Tangan

4 Alat Semprot Otomatis

5 Duster

3.2 Pembahasan

Dalam praktikum acara kedua kami akan membahas data


hasil dari praktikum melakukan penyemprotan dalam usaha yang
pertama adalah data dari hasil mengambar jenis-jenisnya alat
yang berisikan peralatan yang dipakai untuk menyemprot yang
dipakai antara lain alat semprot punggung otomatis, alat semprot
punggung otomatis, alat penyemprot tangan, alat semprot
vogging dan alat semprot yang digunakan pada untuk
penyemprotan yaitu alat semprot punggung semi otomatis yang
terdiri dari tangki, pompa yang digerakkan dengan tangan ruang
bertekanan dan pipa yang dilengkapi katup dan nozel tangki yang
digunkan dalam alat ini mempunyai volume 15 L dan terbuat dari
bahan anti karat, penyemprotan alat ini dilakukan bersama-sama
dengan memompa terus-menerus agar tekanan didalam tabung
tetap sama, sedangkan untuk alat yang lain hanya dicatat dan
digambar sebagian dari alat tersebut yaitu alat semprot
punggung otomatis dengan tangki terbuat dari logam agar dapat
menahan tekanan yang ada didalamnya ketika udara dipompa
masuk, alat ini terdiri dari tangki, digerakkan dengan tangan alat
pengukur tekanan dan pipa yang dilengkapi katup dan nozel, alat
penyemprot tangan alat ini biasa digunakan dlam area skala kecil
umumnya terbuat dari bahan plastik yang terdiri dari tangki yang
terbuat dari plastik, pompa dan tangkainya. Dan ada alat semprot
bertenaga tapi dalam praktikum ini kelihatanya alatnya sudah
usang, atau sudah berkarat alat yang pada dasarnya
menggunakan mesin untuk menghasilkan suatu aliran udara
dengan kecepatan tinggi, dimana aliran tersebut akan membawa
larutan menjadi butiran-butiran halus alat ini dinamakan dengan
mistblower dan yang selanjutnya adalah alat aplikasi debu yang
merupak alat aplikasi pestisida dalam formulasi debu yang terdiri
dari hopper tempat pestisida, alat untuk mengatur keluarnya
pestisida secara kontan dan unit penghembus untuk
menghasilkan udara serta tabung pipa tempat keluarnya
pestisida, cara kerja alat ini pada dasarnya dengan aliran udara
yang dihasilkan baik dengan pompa piston, kantung embus atau
kipas yang mendorong alat keluarnya debu masuk kedalam
panjang yang dapat diarahkan kesasaran.

Dan praktikum yang kami lakukan yaitu kalibrasi dan saya


coba menjelaskan hasil perlakuan dengan alat semprot punggung
semi otomatis yaitu mendapatkan hasil dengan rata-rata pada
setiap perlakuan yaitu pada kelompok 1 ulangan 1 didapatkan
hasil rata-rata kecepatan curah 1,4 l/menit, lebar gawang
semprot rata-rata 1,1m serta kecepatan jalan 0,29 dan
didapatkan hasil jumlah volume keseluruhan yaitu 43887,15 l/ha.
Meskipun dalam pengaplikasian menyemprotnya nozel diarahkan
lurus saja, tidak dilakukan dengan horizontal oleh karena itu
waktu yang dilakukan lebih cepat dan berpengaruh bagi hasil
seandainya diaplikasikan pada sebuah tanman, alat semprot
punggung dalam penggunaannya perlu dilakukan kalibrasi
terlebih dahulu agar jumlah pestisida dapat ditentukan sesuai
dengan rekomendasi yang seharusnya, penggunaan nozel yang
berbeda serta tekanan yang berbeda akan memberikan hasil
yang berbeda, demikian juga setiap alat akan meberikan
pengaruh yang berbeda, dan untuk memperhitung banyaknya
pestisida yang dipakai di lapang serta ketepatan dalam
penggunaannya, dari hasil di atas data yang diperoleh berbeda-
beda karena setiap dalam pengaplikasiannya orang memiliki
sebuah kecepatan jalan dan cara aplikasi yang bebeda antara
kelompok satu dan dua, membuat lebar gawang, menghasilkan
kecepatan curah, dan volume yang berbeda-beda.

BAB 4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan beberapa kesimpulan:
1. Masing-masing alat yang telah disiapkan untuk digambar
mempunyai beberapa fungsi yang sama dan terbuat dari
bahan anti karat pada umumnya.
2. Ada sebagian alat yang terbuat dari bahan plastik namun
penggunaannya dalam skala kecil.
3. Alat semprot otomatis dan semi otomatis terbuat dari bahan
anti karat namun pada yang otomatis terbuat dari logam yang
berfungsi untuk menahan tekanan yang kuat yang diakibatkan
tekanan pada saan sebelum penyemprotan, dan pebedaan
yang lain terdapat pada semi otomatis yang harus melakukan
pemompaan pada saat penyemprotan sengkan yang otomatis
tidak.
4. Fungsi dari kalibrasi agar jumlah pestisida dapat ditentukan
sesuai dengan rekomendasi yang seharusnya, penggunaan
nozel yang berbeda serta tekanan yang berbeda akan
memberikan hasil yang berbeda, demikian juga setiap alat
akan meberikan pengaruh yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto, P., 2000, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian,
Kanisius, Yogyakarta.

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida


Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Sastroutomo Soetikno S., 1992, Pestisida Dasar-Dasar Dan
Dampak Penggunaanya, Gramedia, Jakarta.
Sukma,Y. dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik
Pengendaliannya, Rajawali Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai