Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA DAN APLIKASINYA

ACARA V

KALIBRASI ALAT SEMPROT

Di susun oleh:

Nama : Harun Al Rasyid


NPM : E1K020030
Prodi : Proteksi Tanaman
Shift : 2 (Dua)
Dosen : 1. Agustin Zakarni.SP.M.,Si.Ph.D
2. Ir. Djamilah. MP
Co-Ass :Hediarton Berutu (E1K019021)
Zomi Tubesa (E1K020005)

LABORATORIUM PROTEKSI TANAMAN


JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangatluas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bacteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti
cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur
dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Alat aplikasi pestisida yang di amati pada praktikum ini adalah jenis spreyer. Aplikasi
pada spreyer biasanya pestisida formulasi EC,WP dan S. Hal ini biasanya di sesuaikan
dengan fungsi dari spreyer tersebut, sebab pada jenis formulasi tersebut dapat di
encerkan.sprayer juga memiliki berbagai majam jenis dengan bentuk serta ukuran yang
berbeda beda, hal ini tergantung kebutuhan dalam pengendalian organisme pengganggu
tanaman, serta menyesuaikan kebutuhan penggunaan pestisidanya sendiri.
Peran alat aplikasi pestisida juga sangat penting mengingat pestisida merupakan zat
kimia berbahaya juga untuk memudahkan penggunaan pestisida tersebut. Alat-alat aplikasi
pestisida memiliki berbagai macam jenis dengan fungsi yang berbeda-berbeda tergantung
sasaran yang akan dikendalikan. Pengetahuan tentang bagian-bagian alat aplikasi pestisida
beserta mekanisme kerjanya penting untuk diketahui agar saat aplikasinya nanti dapat lebih
efisien dan efektif. Untuk itu diperlukan pengenalan terlebih dahulu mengenai alat-alat
tersebut baik dari bagian- bagiannya hingga mekanisme kerja alat tersebut. Dalam praktikum
ini akan dibahas mengenai alat-alat aplikasi pestisida beserta mekanisme kerjanya.
(Suharno,2014).

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan praktikum kali ini untuk mendapatkan persyaratan agroteknis yang
diperlukan dalam penggunaan peralatan hama dan penyakit.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam


bidang pertanian saja, namun juga diperlukandalam bidang kehutanan terutama untuk
pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga
untuk mengendalikan vector(penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyaman
lingkungan, dalam bidang perumahan terutama pengendalian rayap atau penggau serangga
lain. Pda umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad penggagu tersebut
adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi
kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya dalam bidang
pertanian merupakan sarana untuk membunuh hama- hama tanaman ( Aglios, 2015).
Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis,
terutama pada tanaman sayuran yang sampai saat ini masih menggunakan insektisida kimia
sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasul
yang diakibatkan organusme pengganggu tanaman (OPT) dapat ditekan,tetapi akan
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang
resisten terhadap insektisida resurjensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh
alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan,
sedangkan di lain pihak tanpa pengunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang
diakibatkan OPT. Karena hal tersebut, kita harus menggunakan pestisida dengan sebaik-
baiknya dan mengikuti cara pemakaian, dosis, konsentrasi, dan penggunaannya (Kardinan,
2014).
Prinsip kerja spayer adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang
mempunyai kabut. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan
menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic
atomization), yakni tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan
yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama
dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat
pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus dengan
bentuk dan ukurannya yang halus ini maka
pemakaian pestisida akan efektif dan mereka ke seluruh permukaan daun atau tajuk
tanaman (Sudarmo, 2013).
Berdasarkan tenaga yang digunakan alat penyemprotan dibedakan menjadi alat
penyemprot dengan tenaga tangan (handspayer), dan alat penyemprot dengan pompa tekanan
tinggi. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat
dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis
pestisida yang akan disemprotkan (Hidayat, 2016).
Alat yang digunakan dalam pengaplikasian herbisida adalah alat penyemprotatau
sprayer. Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalahalat penyemprot
punggung. Sebelum melakukan pengendalian gulma, terlebihdahulu sprayer dikalibrasi.
Kalibrasi dilakukan untuk menghindari pemborosanherbisida, memperkecil terjadiny
akeracunan pada tanaman akibat penumpukanherbisida, dan memperkecil pencemaran
lingkungan (Yakup, 2012).
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antar-nilai yang
ditunjukkan oleh instrumen pengukuran atau sistem pengukuran, atau yang diwakili oleh
bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur
dengan kondisi tertentu. Dewan Standarisasi Nasional (DNS/1990) mendefinisikan bahwa
kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukan instrumen
ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkannya terhadap standart ukurannya yang
ditelusuri (traceable) ke standart Nasional atau Internasional. Definisi lain kalibrasi adalah
kegiatan penerapan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan data bahan
ukur (Permenkes No. 363 Tahun 1998).
BAB III

METODELOGI

3.1 ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu : Knapsack
sprayer semi-otomatis dan otomatis, empat macam nozzel (merah, kuning, biru dan
hijau), stopwatch, meteran gulung (50m), gelas ukur (1000 cc).

3.2 CARA KERJA


1. Cara mengukur laju aliran semprot (F) :

 Isi tangki dengan air secukupnya.

 Pompa tangki hingga tekanan tertentu.

 Semprotkan air kedalam gelas ukur selama satu menit. Banyaknya air di dalam

gelas ukur tersebut laju aliran semprot selama satu menit.

2. Mengukur lebar bidang semprotan ( R ) : Lebar bidang semprotan tiap orang dan tiap

jenis nozzel akan berbeda-beda.

3. Mengukur kecepatan berjalan (D) : Kita berjalan sambil menyemprot selama 1 menit,

kemudian kita ukur panjang semprotan tersebut.

4. Menentukan volume cairan semprotan (A) : Masukkan nilai F, R, dan D diatas ke dalam

rumus, maka kita akan dapatkan volume cairan semprot.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL
A. LAJU ALIRAN SEMPROT
NO. WARNA NOZEL WAKTU BANYAK CAIRAN/MENIT
1. BIRU 1 MENIT 1,19 l/menit
2. KUNING 1 MENIT 1,19 l/menit
3. MERAH 1 MENIT 1,23 l/menit
4. HIJAU 1 MENIT 1,27 l/menit

B. KECEPATAN BERJALAN
NO. WARNA NOZEL WAKTU JARAK/MENIT
1. BIRU 1 MENIT 24, 6 M/Menit
2. KUNING 1 MENIT 23, 3 M/Menit
3. MERAH 1 MENIT 26 M/Menit
4. HIJAU 1 MENIT 20, 6 M/Menit

2. PEMBAHASAN

Praktikum yang dilakukan yaitu kalibrasi alat berdasarkan waktu dan . Kalibrasi
berdasarkan waktu dilakukan dengan mengisi tangki sebanyak 1-2 liter, kemudian tangki
diletakkan diatas meja. Pompa tangki atau sprayer gendong sampai tekanan maksimal. Nozle
diarahkan ke beaker glass kemudian kran dibuka. Air yang keluar dari nozle ditunggu sampai
satu menit, kemudian kran ditutup kembali. Hasil air yang keluar dihitung volumenya dan
dijadikan kalibrasi. Air yang keluar dalam satu menit dengan nozel biru adalah 1.190 ml,
nozel kuning 1.190 ml, nozel merah 1.230 ml, dan nozel hijau 1.270 ml
Kecepatan berjalan dilakukan dengan mengisi tangki sebanyak ± 5 liter air. Tangki
digendong kemudian dipompa sampai tekanan maksimal. Nozle diarahkan ke areal gulma
dengan waktu 1menit dan lebar 1 meter. Semprotkan cairan dalam tangki ke arah gulma
secara keseluruhan sampai terlihat basah. Didapatkan kecepatan berjalan dari nozel biru 24,6
meter, nozel kuning 23,3 meter, nozel merah 26 meter dan nozel hijau 20,6 meter.
.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN
Laju aliran semprot berdasarkan waktu dengan nozel biru, kuning, merah dan hijau
diperoleh nilai 1,19, 1,19, 1,23, dan 1,27 liter air yang keluar selama satu menit, sehingga
dalam satu tangki berukuran 14 liter dibutuhkan waktu 40 menit. Kecepatan berjalan yang
dibutuhkan untuk waktu 1 menit diperoleh jarak dari nozel biru, kuning, merah, dan hijau,
kemudian jarak yang didapatkan 24,6 m, 23,3 m, 26 m, dan 20,6 meter.

5.2 SARAN

Semoga praktikum berikutnya praktikan lebih disiplin dalam mengikuti


praktikum serta lebih memperhatikan arahaan dari dosen maupun co-ass.
DAFTAR PUSTAKA

Aglios, 2015. Pertanian masa depan. Kanisus. Yogyakarta

Hidayat,2016. Handsprayer (alat penyemprot) pertanian. Gajah mada university press:

yogyakarta.

Kardina, 2014. Teknik aplikasi pestisida pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Permenkes. 1998. Kalibrasi alat kesehatan. Online .pelayanan.jakarta.go.id/.../peraturan-

menteri-kesehatan-nomor-363-tahun-1998-tentang-kalibrasi-alat. Diakses 5 juni

2017.

Priyatmoko,2015. Herbisida dan pemakaiannya. Bandung : fakultas pertanian universitas

pajajaran.

Sudarmo, 2013. Teknik aplikasi pestisida pertanian. Yogyakarta : kanisius.

Suharno,2014. Pengendalian serangga hama sayuran dan palawija. Kanisius. Jakarta

Yakup,2013. Gulma dan teknik pengendaliannya. Rajawali press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai