Anda di halaman 1dari 13

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam

mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya

matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam

produksi baik kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu diperlukan pengendalian

gulma secara efektif dan efisien. Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan

pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara Preventif

(pencegahan), Pengendalian gulma secara fisik, Pengendalian gulma dengan

sistem budidaya, Pengendalian gulma secara biologis, Pengendalian gulma secara

kimiawi, dan Pengendalian gulma secara terpadu (Ivan, 2004).

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan

menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia

yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik

secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak

maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau

pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan

efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya

keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya

(Sastroutomo, 2000).

Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh aplikasi yang

tepat, untuk menjamin pestisida tersebut mencapai sasaran yang dimaksud, selain

factor jenis dosis, dan saat aplikasi yang tepat. Dengan kata lain tidak ada

pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan
2

tepat. Aplikasi pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida

yang semaksimal mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat,

dengan liputan hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah

ditentukan sesuai dengan anjuran dosis. Adapun cara pemakaian pestisida yang

sering dilakukan oleh petani, salah satunya adalah dengan penyemprotan

(Spraying) (Djojosumarto, 2000).

Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan

herbisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara

aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu:

gulma tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi herbisida dengan

dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan tanaman budidaya

akan mati di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis lebih tinggi dari dosis

rekomendasi (Lopes dan Djadani, 2010).

Untuk menghindari kesalahan tersebut serta untuk menjamin teknik

aplikasi yang akurat, terlebih dahulu harus ditentukan areal penyemprotan yang

aktual dengan memperhatikan jumlah herbisida yang diperlukan untuk areal

perlakuan dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat diaplikasikan secara

seragam pada areal perlakuan. Hal ini melibatkan pekerjaan kalibrasi dari alat

semprot (sprayer) yang akan dipergunakan dan orang yang akan melakukan

aplikasi (aplikator) (Sukma dan Yakup, 2001).


3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui mengenai

kalibrasi pestisida.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan dari paper ini ialah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Ilmu Gulma

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan

melakukan pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada

setiap alat semprot memiliki perbedaan volume yang keluar. Selain itu faktor

manusia juga dapat menyebabkan perubahan tersebut. Faktor dari manusia

(penyemprot) yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap

orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, kemudian lebar gawang dan

tekanan (Lopes dan Djadani, 2010).

Dalam pengaplikasian pestisida, sprayer digunakan secara intensif pada

komoditas hortikultura. Alat dan teknik aplikasi sprayer mempunyai kinerja dan

spesifikasi tertentu sesuai dengan tujuan penggunaan yang dirancang oleh

pembuatnya sehingga penerapan teknik aplikasi yang tepat akan membuat alat

tersebut berfungsi secara optimal (BPTP, 2007).

Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran

lubang nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan

berjalan ( ke depan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa

sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan

melalui lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki (Djojosumarto, 2008).

Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah dari nozel, yang

kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar, dan nozel menyebabkan

perbedaan lebar gawang. Faktor dari manusia (penyemprot) yang menyebabkan

perubahan adalah kecepatan jalan, karena setiap orang memiliki kemampuan yang

berbeda-beda, kemudian lebar gawang dan tekanan. Oleh karena itu kalibrasi

diperlukan karena pertimbangan hal tersebut, dengan kalibrasi maka akan


5

didapatkan volume air per hektar (Hendayana, 2004).

Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang

dikeluarkan oleh alat semprot (sprayer), sehingga dapat mengetahui berapa

banyak larutan semprot yang disemprotkan pada setiap satuan lahan. Manfaat

kalibrasi yaitu menentukan takaran aplikasi dengan tepat, mencegah pemborosan,

dan mengadakan penyeragaman perhitungan aplikasi. Dalam kebanyakan kasus,

kalibrasi adalah menentukan volume semprot. Sesudah volume semprot diketahui,

Anda dapat memperhitungkan konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (bila

konsentrasi ditentukan) penggunaan yang sesuai (Kuswardani, 2016).

Sprayer adalah alat mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan,

larutan atau suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer

merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka

pemberantasan dan pengendalian hama penyakit maupun gulma. Kinerja sprayer

sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan

dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis

pestisida yang akan disemprotkan (Asiddiq, 2014).

Knapsack sparayer merupakan sprayer berkapasitas empat gallons

(15 liter) dengan bentuk tangki seperti ginjal dan terbuat dari baja galvanis atau

lembaran kuningan yang dapat dibawa dengan cara digendong pada pundak dan

bahu operator. Leher gagang terdapat di bagian bawah tangki yang membuat

operator mudah untuk memompa. Sedikit pemompaan memberikan tekanan

dalam kamar udara sehingga ketika nozzle terbuka maka aliran cairan yang kuat

dapat berhembus (Yuliyanto et al, 2017).


6

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Adapun percobaan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Gulma Program

Studi Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara pada hari

Rabu, 8 November 2017 pada ketinggian ±25 meter diatas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah air sebagai bahan utama praktikum,

pacak bambu dan tali plastik untuk membatasi lahan yang akan di semprot

Adapun alat yang dipergunakan antara lain ember untuk menampung air,

gelas ukur untuk mengukur volume air, knapsack sprayer untuk menyemprot

gulma , meteran untuk mengukur luas lahan yang akan di semprot,kalkulator

untuk menghitung besar kalibrasi, dan stopwatch untuk menghitung waktu

penyemprotan.

Pelaksanaan Percobaan

1. Dimasukkan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya ke dalam tangki

sprayer .

2. Diukur lahan yang akan disemprot dengan meteran (2 m x 6 m) kemudian

buat batas lahan menggunakan pacak bambu dan tali plastik.

3. Dilakukan penyemprotan ke arah ember selama satu menit, sebelumnya

pompa terlebih dahulu untuk membuat tekanan pada tangki sprayer.

4. Dilakukan penyemprotan pada lahan dengan luas lahan 2 m x 6 m kemudian

hitung waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan stopwatch.

5. Dihitung volume sisa penemprotan menggunakan gelas ukur. Catat hasil

praktikum di dalam buku data.


7

Rumus perhitungan Kalibrasi:

C=

Keterangan:
C = Curah nozzle (l/menit)
G = Lebar gawang (m)
K = Kecepatan aplikasi (m/menit)
V = Volume aplikasi (l/hektar)
L = luas lahan (m2)
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Diketahui : Lebar gawang (G) = 2 meter
Luas lahan (m2) =2mx6m
= 12 m2
Volume air awal = 5000 ml = 5 l
Volume air akhir = 2630 ml = 2,63 l
Jumlah air yang keluar = 5000 ml – 2630 ml
= 2370 ml = 2,37 l
Volume semprot/ha =
10000 x Jumlah air yang keluar
=
Luas lahan
10000 m2 x 2,37 l
= 1975 l/ha
12 m2
Ditanya : C = … l/menit
Penyelesaian : Kecepatan jalan operator (K) =

=
= 5,58 m/menit

Kalibrasi (C) =
2 x 1975 x 5,58
10000
=

= 2,2041 l/menit dalam


luasan / ha

Pembahasan

Tujuan kalibrasi merupakan untuk mengukur berapa banyak larutan

semprot yang dikeluarkan oleh alat semprot (sprayer), sehingga dapat mengetahui

berapa banyak larutan semprot yang disemprotkan pada setiap satuan lahanHal ini

sesuai dengan literatur Kuswardani (2016) yang menyatakan manfaat kalibrasi

yaitu menentukan takaran aplikasi dengan tepat, mencegah pemborosan, dan


9

mengadakan penyeragaman perhitungan aplikasi. Dalam kebanyakan kasus,

kalibrasi adalah menentukan volume semprot. Sesudah volume semprot diketahui,

Anda dapat memperhitungkan konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (bila

konsentrasi ditentukan) penggunaan yang sesuai.

Knapsack sprayer memiliki prinsip kerja yaitu dengan dilakukan

pemompaan maka akan memberikan tekanan dalam kamar udara sehingga ketika

nozzle terbuka maka aliran cairan yang kuat dapat berhembus. Hal ini sesuai

dengan literatur Yuliyanto et al (2017) yang menyatakan bahwa knapsack

sparayer merupakan sprayer berkapasitas empat gallons (15 liter) dengan bentuk

tangki seperti ginjal dan terbuat dari baja galvanis atau lembaran kuningan yang

dapat dibawa dengan cara digendong pada pundak dan bahu operator. Leher

gagang terdapat di bagian bawah tangki yang membuat operator mudah untuk

memompa. Sedikit pemompaan memberikan tekanan dalam kamar udara sehingga

ketika nozzle terbuka maka aliran cairan yang kuat dapat berhembus.

Pada praktikum kalibrasi di peroleh hasil kalibrasi pada lahan 2 m x 6 m

sebesar 2,2041 L/menit dengan kecepatan jalan operator sebesar 5,58 m2/menit.

Dalam kalibrasi, kecepatan jalan operator sangat mempengaruhi karena dalam

pelaksanaan di lapangan sangat dipengaruhi oleh bentuk topografi areal,

penghalang seperti parit dan batang melintang. Selain itu posisi nosel juga sangat

mempengaruhi dalam aplikasi herbisida. Untuk mendapatkan ketinggian nosel

yang konstan yaitu dengan sudut 450 dari permukaan gulma sasaran. Hal ini sesuai

dengan literature Djojosumarto (2008). Ada tiga faktor yang menentukan

keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang nozel (nozel curah), tekanan dalam

tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan ( ke depan) aplikator. Ketiga faktor
10

tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu volume larutan

herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui lubang nozel pada setiap waktu

yang dikehendaki.

Prinsip kerja nozzle yaitu mengatur pengeluaran, sudut penyemprotan,

lebar penutupan, pola semprotan, dan pola penyebaran yang dihasilkan. Hal ini

sesuai literatur Sukma dan Yakup (2001) yang menyatakan bahwa Nozzle dibuat

dalam bermacam-macam desain. Setiap tipe butiran cairan yang khas dihasilkan

oleh nozzle yang khas sesuai dengan kebutuhan. Nozzle dapat mengatur

pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola semprotan, dan pola

penyebaran yang dihasilkan.

Nozzle biru memiliki lebar semprot 1.5 m menghasilkan semprotan halus

dengan pola semprotan berbentuk bulat (kerucut). Hal ini sesuai literatur Ivan

(2004) yang menyatakan bahwa volume semprot yang dihasilkan berbanding

lurus dengan lebar semprot nozzle. Namun hasil pengukuran praktikum

menghasilkan data yang berbeda. Lebar semprot yang berbeda mungkin

dikarenakan adanya Drift yaitu bias semprot (butiran droplet yang salah sasaran)

hal ini dapat disebabkan oleh angin. Selain itu, volume semprot yang jauh berbeda

dari seharusnya kemungkinan disebabkan oleh penggunaan alat yang salah. Saat

praktikum penggunaan alat dilakukan oleh beberapa orang, perbedaan kekuatan,

kecepatan memompa dapat mempengaruhi volume semprot per menitnya.

Pengukuran waktu yang digunakan dimaksudkan agar dapat memperkirakan

kecepatan berjalan saat menggunakan nozzle tertentu. Efesiensi bahan juga dapat

diterapkan jika cara berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan.


11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tujuan kalibrasi merupakan untuk mengukur berapa banyak larutan semprot

yang dikeluarkan oleh alat semprot (sprayer).


2. Knapsack sprayer memiliki prinsip kerja yaitu dengan dilakukan pemompaan

maka akan memberikan tekanan sehingga nozzle terbuka dan aliran cairan

dapat berhembus
12

3. Pada praktikum kalibrasi diperoleh hasil perhitungan pada lahan 2m x 6 m

sebesar 2,2041 L/menit dengan kecepatan jalan operator 5,58 m/menit.


4. Prinsip kerja nozzle yaitu mengatur pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar

penutupan, pola semprotan, dan pola penyebaran yang dihasilkan.


5. Nozzle biru memiliki lebar semprot 1.5 m menghasilkan semprotan halus

dengan pola semprotan berbentuk bulat (kerucut).


Saran
Sebaiknya, kecepatan jalan harus dilakukan secara stabil dan pengukuran

luas lahan, lebar gawang dan volume semprot harus teliti agar tidak terjadi

kesalahan dalam perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

Assidiq, S. 2014. Pengenalan Knapsack Sprayer. Politeknik Perkebunan LPP.


Yogyakarta.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2007. Penggunaan dan Perawatan Alat


Semprot Punggung (Sprayer). Departemen Pertanian.

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius:


Yogyakarta.

Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius:


Yogyakarta.

Ivan. 2004. Metode Pengujian, Metode Kalibrasi dan Validasi Berdasarkan


SNI 19-17025-2000.
13

Hendayana, S. 2004. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang


Press. Semarang.

Kuswardani, R.A. 2016. Pestisida dan Teknik Aplikasi. Universitas Medan Area.
Medan.

Lopes, Y.J.D dan Djadani A.K. 2010. Kalibrasi Pestisida dan Alat Semprot
Politeknik Negeri Kupang. Kupang.

Sastroutomo, S. S. 2000. Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya.


Gramedia. Jakarta.

Sukma,Y. dan Yakup. 2001. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali


Press. Jakarta.

Yuliyanto, Kesuma N.W dan R. Sinuraya. 2017. Efektivitas dan Efisiensi


Penggunaan Knapsack Sprayer dan Knapsack Motor pada Penyemprotan
Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit. Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya
Edukasi. Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai