Tugas ini untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Tanah dan Tanaman
yang diampu oleh Jadfan Sidqi Fidari, ST., MT.
Disusun Oleh :
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pola tata tanam (PTT) pada padi salibu dan apakah masih cocok untuk
diterapkan atau tidak.
b. Mengetahui apakah padi saslibu termasuk galur murni atau rekayasa generik.
c. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan mulai persiapan sampai pemanenan
padi menggunakan teknologi padi salibu.
d. Mengetahui perbandingan kualitas produksi menggunakan padi salibu dan
konvensional.
e. Mengetahui hama dan penyakit yang diserang selama penanaman padi salibu.
1.4 Manfaat
Mempermudah kelompok tani dan peneliti untuk menentukan apakah suatu daerah
cocok atau tidak cocok atau cocok bersyarat dalam menerapkan teknik budidaya salibu
serta Mengetahui teknologi budidaya salibu pada tanaman padi sawah dan Mengetahui
pengaruh budidaya padi salibu terhadap produksi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Padi salibu berbeda dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa
panen tanpa dilakukan pemangkasan batang. Tunas akan muncul pada buku paling atas,
suplay hara tetap dari batang lama. Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi
oleh kersediaan air tanah, dan pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan
kapasitas lapang. Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan
padi. Salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen. Unsur nitrogen
merupakan komponen utama dalam sistesis protein, sehingga sangat dibutuhkan pada fase
vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup
mendapatkan nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan
dengan baik, unsur nitrogen adalah faktor penting untuk produktivitas tanaman.
Banyak keuntungan yang didapat dari penanaman padi menggunakan teknologi salibu
diantaranya adalah :
a. Hemat biaya
b. Hemat benih
c. Meningkatkan hasil produksi
d. Meningkatkan pendapatan petani
e. Lebih menghemat penggunaan dan pemberian air
f. Dibutuhkan tenaga kerja yang sedikit dan termasuk dalam kategori hemat tenaga
kerja
g. Ramah lingungan
Budidaya salibu akan meningkatkan indek panen, karena tidak lagi melakukan
pengolahan tanah, persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek.
Budidaya ini secara tidak langsung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul,
karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu berietas tetap
sama dengan tanaman pertama. Budidaya padi selibu akan lebih ekonomis sekitas 45%
dibanding bubidaya tanaman pindah, hal ini yang meningkatkan pendapatan petani.
Akar padi digolongkan ke dalam akar serabut. Akar primer (radikula) yang tumbuh
sewaktu berkecambah bersama akar seminal yang jumlahnya antara 1-7. Akar-akar seminal
selanjutnya akan digantikan oleh akar sekunder yang tumbuh dari buku terbawah batang
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian /BP3 Bogor, 1988).
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang
lainnya dipisah oleh sesuatu buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Batang
terdiri dari pelepah-pelepah daun dan ruas-ruas yang tertumpuk padat. Setelah memasuki
stadia reproduktif ruas-ruas tersebut memanjang dan berongga. Dari atas ke bawah, ruas
batang itu makin pendek. (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian /BP3 Bogor, 1988:
Hirupbagja, 2009).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yangberselang-seling, satu daun
pada tiap buku. Daun terdiri dari helaian daun yang terletak pada batang padi, berbentuk
memanjang seperti pita, pelepah daun yang membungkus ruas dan telinga daun (auricle);
lidah daun (ligule).
Anakan (tunas) mulai tumbuh setelah tanaman padi memiliki 4 atau5 helai daun dan
tumbuh pada dasar batang.Tanaman padi memiliki pola anakan berganda (anak-beranak).
Dari batang utama akan tumbuh anakan primer sampai anakan tersebut memiliki 6 daun
dengan 4 - 5 akar. Dari anakan primer selanjutnya tumbuh anakan sekunder yang kemudian
menghasilkan anakan tersier (BPPP Bogor, 2005 ).
Malai merupakan sekumpulan bunga padi (spikelet) yang timbul dari buku paling
atas.Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu utama dari malai, sedangkan butir-
butirnya terdapat pada cabang-cabang pertama maupuncabang-cabang kedua.Pada waktu
berbunga, malai berdiri tegak kemudian terkulai bila butir telah terisi dan menjadi
buah.Panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan keliling.
Panjang malai beraneka ragam, pendek (20 cm), sedang (20 - 30 cm) dan panjang (lebih dari
30 cm)(Hirupbagja, 2009). Malai terdiri dari 8 - 10 buku yang menghasilkancabang-cabang
primerdancabang primerselanjutnya menghasilkan cabang sekunder.Tangkai buah (pedicel)
tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder (Hirupbagja, 2009).
Buah padisehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya bukan biji
melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea.Buah ini terjadi setelah selesai
penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-bagian lain membentuk sekam
(kulit gabah). Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Bagian paling luar disebut epicarpium,
2. Bagian tengah disebut mesocarpium dan
3. Bagian dalam disebut endocarpium.
Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang mengandung zat tepung dan sebagian
ditempati oleh embrio (lembaga) yang terletak di bagian sentral yakni di bagian lemma
(Hirupbagja, 2009).
2.4 Teknologi Produksi
Menurut Krishnamurthy (1988) dalam Susilawati (2011) mengatakan bahwa salibu/ratun
tanaman padi merupakan tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang telah dipanen dan
menghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen. Praktek budidaya tanaman padi-ratun telah
lama dilakukan petani di daerah tropis dan di daerah beriklim sedang.
Di Indonesia, budidaya ini banyak dilakukan untuk padi lokal yang berumur panjang.
Hasil ratun sering disebut sebagai padi singgang atau turiang. Padi lokal yang berumur
panjang, setelah panen tanaman utama, akan dibiarkan oleh petani hingga musim tanam tahun
berikutnya. Dalam periode tersebut petani akan memanen salibu/ratun dalam waktu sekitar
setengah dari periode tanaman utama, dengan produksi berkisar antara 40-60% dari panen
tanaman utamanya.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan salibu antara lain :
(a) biaya produksi lebih rendah karena tidak perlu pengolahan tanah dan penanaman
ulang.
(b) pupuk yang dibutuhkan lebih sedikit, yaitu setengahdari dosis yang diberikan pada
tanaman utama.
(c) umur panen lebih pendek.
(d) Hasil yang diperoleh dapat memberikan tambahan produksi dan
meningkatkan produktivitas. (Krishnamurthy, 1988; Nair dan Rosamma
(2002)dalam Susilawati, 2011)
Kemampuan tanaman padi menghasilkan salibu/ratun dapat ditentukan oleh sifat genetik
dan lingkungan, seperti ketersediaan air, tingkat kesuburan tanah, sinar matahari, suhu, dan
keadaan hama dan penyakit tanaman (Mahadevappa (1988) dalam Susilawati, 2011). Secara
genetik, setiap jenis padi memiliki kemampuan menghasilkan ratun yang berbeda-
beda. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan menghasikan salibuadalah panjang
pemotongan, pemupukan dan pengelolaan air. Panjang pemotongan dapat mempengaruhi
jumlah anakan, periode pertumbuhan, vigor ratun dan hasil biji. Ditemukan juga ratun
tumbuh dari setiap buku yang terdapat pada tunggul. Pemotongan yang lebih tinggi atau jika
tanaman utamanya masih tertinggal2-3 ruas (5-6 cm), dapat mendorong pertumbuhan tunas
ratun lebih baik, dan menekan kehilangan hasil (Vergara. 1988)dalam Susilawati, 2011).
Ketika batang padi dipotong waktu melakukan panen, maka kurang lebih tiga hari
kemudian pada ruas terdekat dari bekas pemotongan batang biasanya akan muncul tunas
baru. Munculnya tunas tersebut dipengaruhioleh keadaan suatu zat hormon dalam tubuh
tanaman yang disebut dengan auksin. Zat yang cenderung selalu bergerak menuju ke arah
bagian ujung atau pucuk tanaman, karena bagian ujungnya telah terpotong maka hormon
tersebut tertumpuk pada bagian luka bekas pemotongan dan merangsang pertumbuhan tunas
baru disekitar luka. (Harminto, 2003). Tunas inilah yang disebut dengan istilah padi salibu.
Menurut teori vital dalam biologi, pergerakan air dari akar ke bagian ujung tanaman
mengalami proses berlawanan terhadap gaya grafitasi melalui pipa kapiler yang terdapat
di dalam batang dengan proses kapilaritas sehingga tunas yang baru terbentuk di bagian
ujung batang memperoleh air dan zat makanan lainnya dari akar, sehingga tunas yang baru
muncul menjadi lebih kerdil dibanding yang di bawahnya (Harminto, 2003)
Tunas yang baru muncul makin ke pangkal atau makin dekat dengan akar sulit untuk
menerima air dan nutrisi lainnya sehingga pada proses kapilaritas dampak yang ditimbulkan
oleh tunas tersebut akan lebih kecil dibanding dengan tunas yang muncul diatasnya. Pada
tanaman padi ketika tunas muncul pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah, maka
pada saat yang bersamaan pangkal tunas yang baru tumbuh akan diikuti oleh keluarnya akar
(Soenarso wirjoprajitno, 1981). Seiring dengan pertumbuhan tunas tersebut akar juga akan
terus memanjang, bercabang-cabang sampai menembus dan berkembang di dalam tanah dan
begitulah seterusnya.
Pupuk merupakan salah satu input penting bagi pertumbuhan dan hasil ratun padi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa pertumbuhan salibu/ratun sangat tergantung pada
komposisi dan tingkat dosis pupuk yang diberikan.(Jason, 2005 dalam Susilawati, 2011).
Pupuk yang diberikan pada tanaman utama, akan berdampak kepada ratun yang tumbuh
berikutnya. Pupuk N merupakan unsur yang dapat mempercepat pertumbuhan berupa
pertambahan tinggi dan jumlah anakan produktif.
Pupuk P berperan dalam memperkokoh tanaman, memacu terbentuknya bunga dan bulir
pada malai, memperbaiki kualitas gabah dan meningkatkan akar-akar rambut. Pupuk K
memacu pertumbuhan akar, memperbaiki kualitas bulir dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. (Dobermann dan Fairhurst,
2000 dalam Susilawati, 2011).
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa hanya N yang secara nyata berpengaruh
terhadap penampilan dan hasil ratun (McCauley, 2006 dalam Susilawati, 2011). Jumlah P
dan K yang diberikan cukup pada tanaman utama, masih dapat dimanfaatkan oleh
salibu/ratun. Di Taiwan, P dan K tidak berpengaruh terhadap hasil ratun, dan di Texas P dan
K yang diaplikasikan pada ratun menjadi tidak penting jika tanaman utamanya menerima
cukup jumlah unsur tersebut. Penggenangan selama beberapa hari setelah panen tanaman
utama mendorong pertumbuhan salibu/ratun dan meningkatkan jumlah malai.
BAB III
PEMBAHASAN
Saat ini Balitbangtan telah menghasilkan varietas padi unggul yang tahan OPT seperti
tahan hawar daun bakteri, blas, dan lain-lain, sehingga varietas-varietas tersebut dapat
digunakan untuk budidaya padi salibu.Adapun tahapan utama dalam budidaya padi salibu
sebagai berikut:
a. Persiapan Lahan untuk Budidaya PadiSalibu
Lahan dibersihkan dari jerami sisa panen dan gulma, khusus gulma dapat dibersihkan
secara mekanis, baik dengan menggunakan cangkul, sabit dan alat lainnya. Apabila
populasi gulmacukuppadatdapatdisemprotdenganherbisidayangcara kerjanya kontak
dan areal terbatas. Jika lahan terlalu kering lakukan penggenangan 1-2 hari, kemudian
air dikeluarkan sampai tanahlembab.
b. PengolahanTanah,Pesemaian,TanamdanPemotongan Ulang
Pada budidaya padi salibu, pengolahan tanah, pesemaian dan tanam hanya dilakukan
pada tanaman utama, ketiga kegiatan ini diganti dengan pemotongan ulang tunggul sisa
panen.Panentanamanutamadilakukandenganmengikuticara petani dengan
meninggalkan sisa batang atau tunggul sekitar
25cmdaripermukaantanah,selanjutnyadibiarkanselama7-10
harihinggakeluartunasbaru.Apabilatunasyangkeluarkurang dari 70% dari populasi
maka tidak disarankan untuk dilakukan budidaya salibu. Jika memenuhi syarat
dilakukan pemotongan ulangtunggulsisapanensecaraseragamdenganalatpemotong
hingga tersisa 3-5 cm dari permukaan tanah.Alat pemotong yang baik adalah alat
mesin pemotong rumput bermata pisau petak.Budidaya padi salibu melanjutkan
pemeliharaan dari pemotongan sisa batang tanaman utama sejak awal Hari
SetelahPemotongan(HSP).Setelahtunassalibukeluarlakukan
pengairanhinggaketinggian2-5cmdaripermukaantanahatau tunas yang keluar
tidaktenggelam.
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan memanfaatkantunas-tunas salibuyang ada, caranya
dengan memecah (membagi dua) tunas yang tumbuh hingga perakarannya, kemudian
dipecah antara 2-3 anakan, lalu disulamkan ke lokasi tanaman yang tidaktumbuh.
d. Pemupukan
Pemupukan salibu dilakukan sama dengan tanaman utama atau sesuai dengan
rekomendasi spesifik lokasi, yang dilakukan berdasarkan Permentan Nomor :
40/Permentan/ OT.140/4/2007,Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), dan Pemupukan
Hara Spesifik Lokasi (PHSL).Pemupukan dilakukan secara tabur pada kondisi air
macak-macak, pemupukan pertamadiberikansebanyak40%daridosispadasaattanaman
salibu berumur antara 15-20 HSP. Pemupukan kedua diberikan sebanyak 60% dari dosis
pada saat tanaman berumur 30-35 HSP.
Setelah selesai melakukan pemotongan maka semua jerami baik sisa pemanenan ataupun
bekas pemotongan batang ditabur mera tadi permukaan lahan. tunggul padi tidak ada
yang tertutup oleh tumpukan jerami, kalau itu terjadi maka tunas baru tidak akan tumbuh.
c. Memupuk Dan Melumpurkan Tanah untuk merangsang pertumbuhan maka kurang
lebih dua minggu setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar
tunas muncul ke permukaan maka dilakukan pemupukan pertama dengan cara
menaburkan pupuk urea diantara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/ ha.
Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air maka pertahankan kondisi air
dipermukaan lahandalam keadaan macak – macak,dimana saluran pemasukan dan
pengeluaran air dalam keadaan tertutup.Untuk melumpurkan tanahdi hamparan
persawahan maka dilakukan dengan cara menginjak –injak tanah dan jerami diantara
rumpun padi sampai jeraminya terbenam kedalam tanah. Perlakuan menginjak – injak
tanah dan jerami tersebut disamping untuk melumpurkan tanah danmempercepat
proses pelapukan jerami juga sebagai upaya untuk penyiangan. Penyiangan dilakukan
bersamaan dengan pemberian pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha.Pemupukan kedua
dilakukan pada tanaman berumur 40 hari, pupuk yang diberikan adalah SP36 125 kg
dan KCl diberikan sebanyak 25 kg. Pemupukan KCl dilakukan dengan ½ dosis dari
dosis anjuran.
d. Pengendalian Hama danPenyakit karena tidak ada masa berat antara satu daur hidup
tanaman dengan daur hidup berikutnya maka penerapan sistem budidaya padi salibu
akan lebih rentan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teknologi budidaya salibu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi
padi dengan peningkatan indeks pertanaman. Budidaya salibu dengan pemangkasan batang
padi setelah panen sehingga akan menghemat biaya produksi, karena tidak perlu lagi
melakukan pengolahan tanah, persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih
pendek. Budidaya ini secara tidak langsung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas
unggul. Faktor yang mempengaruhinya yaitu;
1) tinggi pemotongan batang sisa panen,
2) varietas yang digunakan,
3) kondisi air tanah setelah panen, dan
4) pupuk.
Kemudian prosedur budidaya padi salibu adalah :
1) Pemangkasan batang padi,
2) Penjarangan dan penyisipan tanaman,
3) pemupukan,
4) Pemberian fito hormon,
5) Pengendalian gulma,
6) pengendalian hama dan penyakit tanaman dan
7) Panen
Teknologi padi salibu dapat meningkatkan produktivitas lahan serta meningkatkan
indeks panen (Ip) dari 2 menjadi 3, dari 3 menjadi 4 kali panen dalam 1 tahun. Dari potensi
teknologi padi salibu dapat meningkatkan produktivitas lahan (table 2) dan secara ekonomi
meningkatkan pendapatan petani.
Keuntungan budidaya padi teknologi salibu adalah umur relative lebih pendek (80-90%
dari tanaman induknya), kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah setara Rp. 2
s/d 2,5 juta/ha sekali panen karena penghematan pada pengolahan tanah,tanam dan
penggunaan benih, serta dapat menanggulangi keterbatasan benih suatu daerah. Ketika tenaga
kerja terbatas, budidaya padi teknologi salibu akan membantu percepatan produksi dibanding
tanaman pindah.
DAFTAR PUSTAKA
http://distan.karawangkab.go.id/sites/default/files/pdf/SALIBU.pdf
http://padisalibusatu.blogspot.com/2013/07/laporan-tugas-akhir-politeknik.html
https://lsmorganik.files.wordpress.com/2016/03/teknologi-padi-salibu.pdf
http://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding_1_2017/02.supa
rwotobudidayapadisalibu.pdf
http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/metodetanam/Salibu.pdf
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-berita/info-teknologi/pengertian-umum-
varietas-galur-inbrida-dan-hibrida
https://indonesiabertanam.com/2016/03/06/teknologi-salibu-tanam-padi-sekali-panen-lebih-
tiga-kali/