Anda di halaman 1dari 12

Tugas Individu

Dasar-Dasar Agronomi

PERBANYAKAN TANAMAN MANGGA DENGAN CARA


BUDDING(OKULASI)

Nama : Muhammad Rizky Yudha Pratama


NIM : G021191195
Kelas : Dasar-Dasar Agronomi C
Dosen : Dr.Ir.Katriani Mantja, MP.

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaannya, penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta
globalisasi yang sangat pesat, menurut kami senantiasa dinamis dan mampu mengimbangi
perkembangan tersebut. Yang kita harapkan kita mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
keterampilan, juga memiliki sikap serta kepribadian yang berkarakter, berlandaskan pada
ketekunan dan moral.

Untuk membentuk kita menjadi berkarakter, kita meluncurkan sebuah makalah mengenai
Perbanyakan Tanaman Mangga Dengan Cara Budding(Okulasi).

Kami menyadari bahwa dapat dalam penyusunan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun, demi lebih baik
sempurnanya pembuatan makalah yang akan datang.

Semoga bermanfaat untuk memperluas ilmu pengetahuan

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar belakang .................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6

2.1 Pengertian Okulasi ............................................................................................ 6


2.2 Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas ................................................ 6
2.3 Metode Penyambungan ...................................................................................... 7
2.4 Morfologi Mangga.................................................................................... ......... 8
2.5 Sejarah Mangga Di Indonesia.................................................................... ........ 9
2.6 Bagian-Bagian Tanaman Mangga ...................................................................... 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 11


3.2 Saran .................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan tanaman dengan sifat yang baik semakin meningkat. Kebutuhan ini bila
tidak diimbangi dengan penyediaan tanaman berkulitas dalam waktu cepat akan menimbulkan
masalah. Selain itu rendahnya kemampuan menghasilkan tanaman dalam waktu cepat akan
menurunkan nilai ekonomis dari pertanian. Oleh karena usaha-usaha diluar batas konvensional
harus segera dilakukan untuk mengatasi hal ini.
Pengembang biakan tanaman dalam hal ini tidak bisa lagi dilakukan dengan cara
konvensional. Pengembangbiakan dengan cara konvensional seperti menggunakan biji akan
membutuhkan waktu lama dan sifat dari tanaman baru yang dihasilkan akan berbeda dengan
tanaman induk. Oleh karena itu metode pengembangbiakan vegetatif menjadi jawaban dari
masalah ini. Pengembang biakan vegetatif adalah pengembangbiakan yang dilakukan secara
tidak kawin yaitu menggunakan organ vegetatif dari tanaman.
Keunggulan pembiakan tanaman secara vegetatif adalah waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan individu baru cepat dan individu yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan
tanaman induk. Oleh karena itu metode ini adalah metode yang mampu menjawab masalah
sebelumnya, karena dengan metode vegetatif ini pembiakan tanaman tidak perlu menunggu
tanaman melakukan penyerbukan terlebih dahulu dan juga bisa menjamin bahwa hasil dari
tanaman yang dihasilkan memiliki sifat sama dengan tanaman induk.
Salah satu metode dari pembiakan tanaman secara vegetatif adalah metode okulasi. Metode
okulasi atau disebut juga metode Budding adalah metode pengembangbiakan tanaman dengan
cara lateral grafting dengan menggunakan satu mata tunas sebagai batang atas. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh sifat-sifat baik / unggul yang dimiliki batang atas. Adapun
pelaksanaannya dengan menyisikan mata tunas pada batang bawah diantara kedua buku. Bagan
batang bawah diatas sisipan mata tunas dihilangkan agar mata tunas ini mempunyai kekuatan
tumbuh untuk membentuk ujung batang baru sebagai pengganti bagian batang bawah yang telah
dihilangkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan okulasi ?
2. Bagaimana metode penyambungan tanaman mangga ?
3. Apa saja bagian-bagian tanaman mangga yang dapat di sambung ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membiakkan tanaman dengan teknik okulasi.
2. Untuk mengetahui keberhasilan pembiakan tanaman secara okulasi dan untuk meningkatkan
nilai penggunaan tanaman.

D. Manfaat
1. Aagar pembaca dapat mengerti dan mengetahui cara membiakkan tanaman dengan teknik
okulasi.
2. Aagar pembaca dapat mengerti dan mengetahui keberhasilan pembiakan tanaman secara
okulasi dan untuk meningkatkan nilai penggunaan tanaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Okulasi
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris).
Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan setek dan
cangkok. Kelebihannya adlah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik daripada induknya. Bisa
dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang
baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang
mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang
mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai
buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah yang dikenal dengan
sebutan entres atau batang atas (Wudianto, 2002).

B. Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas


Menurut Ashari (1995) pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara lain (1)
mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya, (2) mengontrol pembungaan,
jumlah tunas dan hasil batang atas, (3) mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah,
dan (4) resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman. Menurut Sumarsono (2002), Stadia
entres berpengaruh terhadap pertumbuhan batang bawah. Pertambahan batang bawah yang
diokulasi dengan entres muda selama 90 hari mencapai 1,80 cm, sedangkan yang diokulasi
dengan entres agaktua dan tua bertambah sebnayak 1,20 cm dan 1,10 cm saja.
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek
tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas. Perbanyakan
Batang Bawah Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tan vegetatif
(klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak
membawa virus dari pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu
secara genetik tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan
tanaman batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin
terhadap batang bawah asal biji (Ashari, 1995).
Selain pengaruh batang atas dan batang bawah ada faktor yang tidak kalah penting dalam
mempengaruhi keberhasilan dalam okulasi, faktor tersebut adalah faktor lingkungan seperti suhu,
kelembapan, dan oksigen sangat berpengaruh dalam keberhasilan penyambungan dan okulasi.
Faktor berikutnya adalah serangan penyakit yang menyebabkan kegagalan okulasi meningkat
seiring dengan meningkatnya curah hujan dan kelembapan yang tinggi (Santoso, 2006).
C. Metode Penyambungan
Metode Penyambungan Menurut Ashari (1995) terdapat 2 metode penyambungan, yaitu
sambung tunas dan sambung mata tunas.
1. Sambung Tunas/Grafting
Agar persentase jadi dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
a. Batang atas dan batang bawah harus kompatibel.
b. Jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan.
c. Dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat.
d. Pekerjaan segera dilakukan sesudah entres diambil dari pohon induk.
e. Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah penyambungan
selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas. Metode yang dikembangkan adalah
sambung lidah (tongue grafting), sambung samping (side grafting), sambung celah (cleft
grafting), sambung susu (approach grafting), dan sambung tunjang (inarching).
2. Sambung Mata Tunas/Okulasi (Budding)
Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan teknik ini menurut Ashari (1995) adalah
sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi
pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan
dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi
dorman.
Budding dapat menghasilkan sambungan yang lebih kuat, terutama pada tahun-tahun
pertama daripada metode grafting lain karena mata tunas tidak mudah bergeser. Budding
juga lebih ekonomis menggunakan bahan perbanyakkan, tiap mata tunas dapat menjadi satu
tanaman baru. Entres harus segera digunakan untuk okulasi maupun uuntuk sambung, karena
penundaan okulasi dan penyambungan lebih dari satu hari sejak pengambilan entres akan
menurunkan presentase bibit jadi dan memperlambat pertumbuhan (Sumarsono, 2002).
Metode budding yang sering digunakan antara lain okulasi sisip (chip budding), okulasi
tempel dan sambung T (T-budding). Pemilihan metode tergantung pada beberapa pertimbangan,
yaitu jenis tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah, ketersediaan bahan, tujuan propagasi,
peralatan serta keahlian pekerja (Ashari, 1995).
Teknik okulasi yang pertama kali dipersiapkan adalah pengambilan entres dari pohon induk
dilakukan sehari sebelum okulasi yaitu pada sore hari dimana kondisi lingkungan disekitarnya
sedang cerah. Cabang-cabang yang digunakan sebagai sumber entris dipotong dengan gunting
stek dengan jumlah mata tunas 5 buah per cabang. Potongan-potongan cabang sumber entris
diikat menjadi satu dengan tali dan dibalut dengan kertas koran. Kemudian kumpulan cabang-
cabang tadi diletakkan di tempat yang lembab. Beberapa jam sebelum okulasi, cabang-cabang
sumber entris diambil dari pohon induk. Pada saat okulasi, entris diambil dari cabang sumber
entris dengan menggunakan pisau okulasi. Bentuk dari irisan tersebut adalah bulat (Yusran,
2011).
D. Taksonomi dan Morfologi Mangga
Menurut Rukmana (1997), tanaman mangga termasuk dalam tumbuhan berbiji
(Spermatophyta) dengan biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping dua
(Dicotyledoneae).Tanaman mangga dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub devisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkepng dua)
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae (mangga-manggaan)
Genus : Mangifera
Species : Mangifera indica L.
E. Sejarah Mangga di Indonesia
Para ahli memperkirakan mangga berasal dari daerah sekitar Bombay dan daerah sekitar kaki
gunung Himalaya. Kemudian dari daerah tersebut menyebar keluar daerah, di antaranya ada
yang sampai di Amerika Latin, terutama Brazilia, sebagian benua Afrika, juga ke kawasan Asia
Tenggara, seperti Vietnam, kepulauan Philipina dan pulau Jawa. Pengembangan tanaman buah
mangga di Indonesia dapat dikatakan sudah meluas hampir di semua provinsi. Daerah atau
wilayah yang paling luas areal penanaman tanaman mangga adalah Jawa Timur dan Jawa
Tengah (Hewindati, 2006).
F. Bagian – bagian dari Tanaman Mangga
Menurut Rukmana (1997), pohon mangga termasuk pohon buah-buahan berkeping dua
(dicotyledoneae), akar-akarnya tumbuh jauh masuk ke dalam tanah sampai berpuluh-puluh
meter, batangnya lurus, besar dan kuat. 4 Bagian-bagian pada pohon mangga yaitu :
1. Akar
Mangga berakar tunggang (bercabang-cabang), dari cabang akar ini tumbuh cabang kecil yang
ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus.
Kegunaan akar :
a. Menguatkan tegaknya pohon
b. Menyerap unsur hara dari dalam tanah
c. Alat pernafasan dari dalam tanah
Tidak semua jenis unsur hara yang ada di dalam tanah diambil oleh bulu akar hanya yang
dibutuhkan oleh tanaman itu saja yang diambil. Jadi bulu akar hanya mengetahui unsur hara
yang diperlukan tanaman.
2. Batang
Batang ialah bagian tengah dari tumbuhan yang tumbuh keatas. Bagian ini mengandung zat-zat
kayu sehingga tanaman mangga tumbuhtegak, keras dan kuat. Pada batang yang masih muda
lapisan yang paling luar terbentuk dari kulit yang sangat tipis, disebut kulit ari atau epidermis,
kemudian kulit ini diubah menjadi lapisan gabus. Dalam lapisan kayu terdapat pembuluh kayu
yang berfungsi membawa unsur-unsur hara dari akar ke atas. Dalam lapisan kulit terdapat lapisan
sel yang membawa unsur hara dari daun ke bagian lainnya. Lapisan sel yang di antara kedua
lapisan tersebut disebut kambium atau daging pembiak. Kambium kemudian tumbuh menjadi
kayu. Oleh karena itu pohon mangga dapat bertambah besar.
3. Daun
Daun mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak terlihat dengan mata telanjang, yang
dinamakan kulit ari. Kulit ari ini berlubang-lubang kecil yang yang dinamakan mulut kulit.
Melalui mulut kulit inilah udara dapat keluar atau masuk ke dalam badan daun. Tiap-tiap bagian
tanaman mempunyai fungsi sendiri-sendiri yaitu untuk bernafas dan asimilasi.
4. Bunga
Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tepung sari yang jatuh pada tampuk
berasal dari pohon itu sendiri. Hal ini menyebabkan mangga disebut tanaman berumah satu.
Bunga mangga terdiri dari beberapa bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, benang sari dan
kepala putik. Bunga mangga dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang tumbuh dari
tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi
menghasilkan ranting daun biasa.
5. Buah
Pohon mangga berbuah sekitar bulan Agustus samapai Oktober yaitu pada musim kemarau.
Musim ini sangat baik pengaruhnya terhadapproses pembentukan dan pembesaran sampai
pemasakan buah di pohon. Terdapat pohon mangga yang berbuah terlambat yaitu pada
permulaan musim penghujan. Hal ini menurunkan produksi mangga karena banyak bakal buah
yang tidak jadi. Buah mangga terdapat pada tangkai pucuk daun. Setiap tangkai terdapat 4
sampai 8 buah, bahkan ada yang lebih. Akan tetapi ada juga yang setiap tangkai buah hanya
terdapat satu buah karena buahnya besar dan berat, misalnya mangga kuweni, golek, santok dan
mangga merah dari Brazilia. Bentuk buah mangga bermacam-macam : bulat penuh, bulat pipih,
bulat telur, bulat memanjang atau lonjong.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Dari pemaparan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menempel atau
okulasi adalah salah satu jenis perbanyakan secara vegetatif buatan. Cara memperbanyak
tanaman dengan okulasi memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan stek dan
mencangkok karena okulasi dilakukan pada tanaman dengan perakaran yang baik serta tahan
terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah
lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Salah satu tanaman yang dapat di okulasi
adalah tanaman puring.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi.
Kelebihannya adalah dapat diperoleh tanaman dengan produktifitas yang tinggi, ada beberapa
warna di satu pohon, tanaman memiliki sifat yang baru, pertumbuhan tanaman yang seragam,
penyiapan benih relatif singkat. Sedangkan kelemahannya adalah terkadang suatu tanaman hasil
okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah
dengan batang atas (entres) dan bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak
terpenuhi kemungkinan kegiatan okulasi akan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.

B. Saran
Dalam mengokulasi tanaman sebaiknya dilakukan pada saat kulit batang bawah maupun
batang atas mudah dikelupas dari kayunya. Dan jangan melakukan okulasi pada saat musim
hujan, sebab tempelan bisa kemasukan air. Apabila tempelan kemasukan air, kemungkinan
keberhasilan okulasi sangat kecil . Dengan mengetahui syarat tanaman yang dapat di okulasi dan
faktor- faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan okulasi, hendaknya dapat dijadikan bekal
baik oleh mahasiswa maupun masyarakat luas dalam mengokulasi tanaman sehingga kegagalan
dalam mengokulasi tanaman dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta


Hewindati, Yuni Tri. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta
Rukmana, R. 1997. Mangga. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, B. 2006. Variasi Pertumbuhan Jati Muna Hasil Okulasi. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 3(3):165-173.

Anda mungkin juga menyukai