Anda di halaman 1dari 23

Tanaman kopi (Coffea spp.

) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai


ekonomis yang cukup tinggi. Tanaman kopi sendiri merupakan tanaman yang bukan berasal dari
Indonesia, tanaman kopi berasal dari benua afrika yang lalu menyebar di Indonesia pada tahun
1693. Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia karena di
Indonesia sendiri sangat cocok untuk budidaya tanaman kopi. Budidaya tanaman kopi sangat
diperlukan adanya pemeliharaan supaya produksi yang dihasilkan lebih optimal. Pemeliharaan
tanaman kopi meliputi pemangkasaan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Subsistem budidaya atau on farm mencakup mengenai kegiatan pembinaan dan


pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Hal yang
termasuk kedalam kegiatan ini dalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi dan
pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Subsistem ini menekankan
usahatani yang intensif dan sustainable (lestari) artinya meningkatkan produktivitas lahan
semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian
sumber daya alam yaitu tanah dan air, disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk
komersial bukan usahatani yang subsistem artinya produksi primer yang akan dihasilkan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka.

A. Persiapan dan Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi

a) Pemilihan Lahan

Ketinggian tempat, suhu udara, dan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman kopi kondisinya disesuaikan dengan jenis kopi yang akan ditanam.
Ketinggian tempat untuk kopi Robusta, Arabika dan Liberika bervariasi yaitu masing-masing
berkisar: 100 – 600; 1.000 – 2.000 dan 0 – 900 m dpl. Kondisi tersebut menyebabkan suhu
udara untuk ke tiga jenis kopi berbeda sama sama lainnya yaitu masing-masing berkisar 21 –
24; 15 – 25 dan 21 – 30°C. Curah hujan yang dibutuhkan kopi Robusta dan Arabika sama
yaitu berkisar 1.250 – 2.500 mm/tahun sedangkan untuk kopi Liberika nilainya lebih tinggi
yaitu berkisar 1.250 – 3.500 mm/tahun. Bulan kering (curah hujan kurang dari 60 mm/bulan)
untuk kopi Robusta dan Liberika sama yaitu sekitar 3 bulan/tahun sedangkan untuk kopi
Arabika berkisar 1- 3 bulan/tahun.
Secana umum lahan (tanah) untuk tanaman kopi Robusta, Arabika maupun Liberika
mempunyai karakteristik/sifat yang hampir sama yaitu : (1) kemiringan tanah kurang dari 30
%, (2) kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, (3) tekstur tanah berlempung (loamy)
dengan struktur tanah lapisan atas remah, (4) kadar bahan organik di atas 3,5 % atau kadar
karbon(C)di atas 2 %, (5) nisbah C dan nitrogen (N) antara 10 — 12, (6) kapasitas
tukarkation (KTK) di atas 15 me/100 g, (6) kejenuhan basa (KB)di atas 35 %, (7)
kemasaman (pH) tanah berkisar 5,5 — 6,5 dan (8) kadar unsur hara N, posfor (P), kalium
(K), kalsium (Ca) serta magnesium(Mg) cukup sampai tinggi.

b) Kesesuaian Lahan

Menurut Ritung et al (2007) Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk penggunaantertentu.Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat
ini(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahanpotensial).

c) Pembukaan Lahan

Langkah awal dari pembukaan lahan adalah melakukan penebangan dan pembongkaran
terhadap pohon, perdu dan tunggul beserta perakarannya. Kayu dan serasah (sisa-sisa
tanaman, perdu dan tunggul) hasilnya ditumpuk di satu tempat di pinggir kebun. Pembukaan
lahan harus dilakukan tanpa adanya pembakaran (zero burning) dan penggunaan herbisida
dilakukan secara terbatas bijaksana.

Menurut Majid (1997), manfaat pembukaan lahan tanpa bakar antara lain (1) melindungi
humus dan mulsa yang telah terbentuk bertahun-tahun, (2) mempertahankan kelembabam
tanah, (3) meningkatkan kandungan bahan organic, (4) mempertahankan kelestarian
lingkungan, terutama tidak menyebabkan polusi udara, (5) menjaga kemasaman (pH) tanah
dan mengurangi biaya pemeliharaan setelah penanaman

Tanaman kayu-kayuan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti eucalyptus, suren
dan sengon yang diameternya kurang dari 30 cm, dapat dijadikan sebagai penaung tetap
dengan populasi 200-500 pohon/ha dan ditata dalam arah utara-selatan.
d) Pengajiran

Pembersihan gulma dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul, arit dan
parang maupun kimiawi menggunakan herbisida sistemik maupun kontak tergantung jenis
gulmanya secara terbatas dan bijaksana.Untuk memudahkan kontrol kebun dibuat jalan
produksi (jalan setapak) dan agar kebun tidak tergenang air dibuat saluran drainase.Lahan
yang mempunyai kemiringan lebih dari 30% dibuat teras.

Pengajiran bertujuan untuk (1) mengatur jarak tanam di lapangan, (2) mempermudah
pembuatan lubang tanam, (3) membantu agar benih yang ditanam membentuk garis lurus
sehingga mempermudah dalam pengelolaan dan pemeliharaan tanaman. Pada lahan datar
pengajiran dilakukan secara larikan dengan arah barisan mengikuti arah mata angin. Ajir
induk/kepala ditempatkan pada arah utara – selatan sedangkan ajir anakan (pengisi) pada
arah timur – barat. Ajir induk ditempatkan di tengah apabila lahannya luas dan diletakkan di
pinggir apabila luasnya kurang dari 1 ha. Pada lahan miring (kemiringan lahan di atas 30%)
pemancangan ajir dilakukan sesuai kontur dengan mengikuti prinsip titik-titik pada
ketinggian yang sama. Alat yang dipakai untuk tanah datar adalah bambu-bambu yang telah
dibelahdengan ukuran panjang sekitar 1 m, sedangkan pada tanah berkontur menggunakan
segitiga kontur. (Budi et al., 2008)

Jarak tanam untuk tanaman kopi bervariasi tergantung kepada jenis kopi dan kondisi
lahan. Jarak tanam kopi Arabika untuk tipe katai, agak katai dan jangkung terdapat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Jarak tanam kopi Arabika untuk tipe katai, agak katai dan jangkung
Tipe Kopi Jarak Tanam
Katai 2,0 x 1,5 m

(Kartika 1 dan Kartika 2)


Agak Katai 2,5 x 2 m

(Andung Sari (AS) 1, AS 2k, Komposit


Andung Sari Tiga (Komasti), dan Sigarar
Utang)
Jangkung 2,5 x 2,5 m atau 3,0 x 2,0 m
(Gayo 1, Gayo 2, Kopyol, S 795, Abessinia
(AB 3), USDA 762)
Sumber : Ditjenbun, 2014
Pada lahan miring, jarak tanam dalam teras untuk kopi Arabika tipe katai berkisar 2,00 –
2,25 m sedangkan untuk tipe jangkung 2,50 – 2,75 m. Jarak tanam kopi Robusta pada lahan
datar 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m, sedangkan pada lahan miring 2,0 x 2,5 m.Jarak
tanam kopi Liberika 3,0 m x 3,0 m atau 4,0 m x 2,5 m

e) Lubang Tanam

Lubang tanam untuk tanaman kopi sebaiknya dibuat 6 bulan sebelum tanam. Ukuran
lubang tanam tergantung kepada kondisi tanah (tekstur dan struktur tanah), makin berat tanah
maka ukuran lubang tanam makin besar. Lubang tanam yang baik untuk tanaman kopi
berukuran 60 x 60 cm pada bagian permukaan dan 40 x 40 cm pada bagian dasar dengan
kedalaman 60 cm. Pada lahan miring yang dibuat teras kontur, lubang tanam dibuat dekat
sisi miring sebelah atas. Makin terjal kemiringan tanah, makin dekat sisi miring sebelah
atasnya.

Tanah galian lapisan atas (top soil) dengan kedalaman 20 cm dari permukaan tanah,
dipisahkan dari tanah lapisan bawah (sub soil). Tanah lapisan atas di sebelah barat,
sedangkan tanah lapisan bawah di sebelah timur supaya tanah lapisan bawah dapat tersinari
cahaya matahari dengan tujuan untuk mematikan mikroorganisme. Tanah bekas galian
dibiarkan minimal selama 1 bulan. Tanah lapisan atas dapat dicampur dengan pupuk organik.

Kebun yang tanahnya kurang subur dan kadar bahan organiknya rendah (di bawah 3%),
ke dalam lubang tanam ditambahkan pupuk organik (pupuk hijau dan pupuk kandang), 4 – 5
bulan sebelum penanaman kopi dengan dosis 5 – 10 kg per lubang. Lubang tanam sebaiknya
ditutup dengan tanah lapisan atas, 3 bulan sebelum tanam kopi. Ajir harus berada pada posisi
di tengah lubang tanam.

f) Pemanfaatan Lahan

Lahan yang telah disiapkan untuk penanaman kopi dapat dimanfaatkan dengan ditanami
beberapa jenis tanaman semusim sebagai pre-cropping, seperti talas, ubi jalar, jagung,
kacang-kacangan dan sayuran. Jenis tanaman disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang
pasar dan kondisi lingkungan setempat.

g) Pengendalian Erosi

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat
yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas
tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan
tanah untuk menyerap dan menahan air (Arsyad, 1989). Kondisi ini menyebabkan tanah di
perkebunan kopi menjadi terdegradasi (berkurang kesuburannya), terutama pada kebun yang
mempunyai kemiringan lereng cukup tinggi (di atas 8%)

Tingkat erosi paling tinggi terjadi pada periode persiapan lahan dan tanaman belum
menghasilkan (TBM). Tingkat erosi akan semakin berkurang setelah tanaman dewasa, karena
air hujan di tahan oleh tajuk tanaman yang sudah menutupi hampir seluruh permukaan tanah.

Upaya untuk mengatasi erosi dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Jika kebun kopi mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 8 % maka perlu dibuat
rorak.
2. Jika lereng lapangan lebih dari 8 % perlu dibuat teras bangku dan rorak. Teras bangku
dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya,
sehingga terjadi suatu deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Fungsi utama
teras bangku adalah ; (1) memperlambat aliran permukaan, (2) menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, (3) meningkatkan
laju infiltrasi dan (4) mempermudah pengolahan tanah.
3. Lahan yang mempunyai kemiringan lebih dari 45 % sebaiknya tidak dipakai untuk
budidaya tanaman kopi. Lahan tersebut sesuai untuk digunakan tanaman kayu-kayuan
atau sebagai hutan cadangan/hutan lindung. Namun demikian dalam kondisi tertentu
areal yang curam (kemiringan lahan lebih dari 45%) dapat dimanfaatkan untuk
penanaman kopi, dengan syarat harus dilengkapi dengan teras individu.
h) Pembuatan Teras Bangku
Pembuatan teras bangku dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Teras bangku dapat dibuat dengan interval vertikal 0,5 sampai 1 m.
2. Pembuatan teras dimulai dari lereng atas dan terus ke lereng bawah untuk
menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila
terjadi hujan.
3. Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk
bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% (630 )
dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih
curam (sampai 300% atau 710 ).
4. Kemiringan bidang olah berkisar 0 sampai 3 % mengarah ke saluran teras.
5. Guludan (bibir teras) dan bidang tampingan teras ditanami dengan tanaman
berakar rapat, cepat tumbuh, dan menutup tanah dengan sempurna. Untuk petani
yang memiliki ternak ruminansia dapat ditanami rumput pakan ternak. Seperti
rumput bahia (Paspalum notatum), rumput bede (Brachiaria decumbens), rumput
gajah (Penisetum purpureum) atau akar wangi (Vetiveria zizanioides) dan serai
wangi. Guludan teras dapat juga ditanami dengan salah satu tanaman legum
seperti gamal (Gliricidia sepium) dan lamtoro yang sekaligus berfungsi sebagai
penaung tetap tanaman kopi. Pada tanah Latosol, teras bangku yang diperkuat
dengan rumput bede dapat menurunkan erosi dari 1,2 ton/ha menjadi 0,4 ton/ha.
6. Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras dengan ukuran lebar 15-25
cm, dalam 20-25 cm.
7. Untuk mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, rorak bisa dibuat di dalam
saluran teras.
i) Pembuatan Teras Individu
Teras individu adalah teras yang dibuat secara terpisah-pisah; satu teras untuk
satu pohon (tanaman tahunan). Teras dividu tidak perlu searah garis kontur, tetapi
menurut arah yang paling cocok untuk penanaman tanaman (misalnya arah timur-barat
untuk mendapatkan cahaya matahari maksimal).
Teknik Pembuatan Teras Individu
1. Ratakan bidang teras pada titik-titik tempat penanaman dengan luas sama atau
lebih kecil dari proyeksi tajuk pohon,sesuai kondisi lapangan.Buat lubang tanam
di bagian tengah teras.
2. Tanami areal kosong di antara barisan tanaman dengan rumput/legum penutup
tanah.
j) Pembuatan Rorak
Rorak adalah lubang atau penampung yang ditujukan untuk : (1) menampung dan
meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah, (2) memperlambat laju aliran
permukaan, (3) pengumpul sedimen yang memudahkan untuk mengembalikannya ke
bidang olah dan (4) media penampung bahan organik, yang merupakan sumber hara bagi
tanaman. Rorak dibuat setelah benih di tanam di lapangan, dan pada tanaman yang sudah
produktif dibuat setiap tahun.
Pembuatan rorak pada lahan datar dilakukan pada jarak 40 – 60 cm dari batang
tanaman kopi, dengan ukuran panjang 120 cm, lebar 40 cm dan dalam 40 cm. Jarak
rorak dari batang tanaman kopi dapat berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Pada
lahan miring rorak dibuat memotong lereng, atau searah dengan terasan (sejajar garis
kontur), dibuat pada bidang olah atau di saluran teras. Serasah kebun, hasil pangkasan
ranting kopi dan penaung, hasil penyiangan gulma, kompos, serta pupuk kandang dapat
dimasukkan ke dalam rorak untuk dijadikan pupuk organik.
k) Penanaman Penaung
Tanaman penaung sementara dan penaung tetap sebaiknya ditanam satu tahun
sebelum penanaman kopi, dengan tujuan agar tanaman penaung sudah tumbuh cukup
lebat, sehingga dapat menaungi tanaman kopi. Tanaman penaung sementara ditanam
dalam barisan pada selang jarak 2 — 4 m atau mengikuti kontur, sedangkan tanaman
penaung tetap di tanaman dengan jarak tanam 2 x 2,5 m, 4 x 5 m atau 5 x 5 m. Tanaman
penaung sementara yang dapat digunakan antara lain : Moghania sp. (di dataran rendah),
Teprosia sp. dan Crotalaria sp. (didataran tinggi). Sedangkan untuk tanaman penaung
tetap dapat digunakan gamal (glirisidia), lamtoro dan lain-lain.

B. Pemilihan Bibit Kopi

Dalam upaya pembudidayaan kopi di Indonesia membuat varian dari berbagai jenis kopi
bisa menjadi ladang bisnis yang sangat menjanjikan. Di Indonesia sendiri memiliki 2 jenis kopi
yang paling banyak dibudidayakan yakni jenis kopi Robusta dan jenis kopi Arabika. Dalam hal
pemasaran kedua kopi ini memiliki peluang penjualan yang sama larisnya. Dengan peminat yang
sama-sama banyak. Dalam budidaya kopi, hal yang pertama perlu dan sangat penting adalah
menentukan varietas kopi yang akan ditanam. Setelah menentukan varietas kopi yang akan
ditanam selanjutnya adalah cara memilih bibit kopi terbaik untuk dibudidaya

Nama ilmiah kopi arabika adalah Coffea arabica. Carl Linnaeus, ahli botani asal Swedia,
menggolongkannya ke dalam keluarga Rubiaceae genus Coffea. Sebelumnya tanaman ini sempat
diidentifikasi sebagai Jasminum arabicum oleh seorang naturalis asal Perancis. Kopi arabika
diduga sebagai spesies hibrida hasil persilangan dari Coffea eugenioides dan Coffea canephora
(Hamni,2013).

Kopi robusta ditemukan pertama kali di Kongo pada tahun 18981 oleh ahli botani dari
Belgia. Robusta merupakan tanaman asli Afrika yang meliputi daerah Kongo, Sudan, Liberia,
dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan secara besar-besaran di awal abad ke-20 oleh
pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Kopi jenis ini memiliki sifat lebih unggul dan
sangat cepat berkembang, oleh karena itu jenis ini lebih banyak dibudidayakan oleh petani kopi
di Indonesia. Beberapa sifat penting kopi robusta yaitu resisten terhadap penyakit (HIV) dan
tumbuh sangat baik pada ketinggian 0-900 meter dari permukaan laut. Namun idealnya ditanam
pada ketinggian 400-800 meter. Suhu rata-rata yang dibutuhkan tanaman ini sekitar 26°C dengan
curah hujan 2000-3000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah yang
memiliki tingkat keasaman (pH) sekitar 5-6,5(Panggabean, 2011).

Jenis kopi ke tiga yaitu liberika. Dahulu, kopi liberika pernah dibudidayakan di
Indonesia, tetapi sekarang sudah ditinggalkan oleh pekebun dan petani. Pasalnya, bobot biji kopi
keringnya hanya 10% dari bobot kopi basah. Selain perbandingan bobot basah dan bobot kering,
rendeman biji kopi liberika yang rendah merupakan salah satu faktor tidak berkembangnya jenis
kopi liberika di Indonesia. Rendeman kopi Liberika hanya sekitar 10 – 12%. Karakteristik, biji
kopi Liberika hampir sama dengan jenis arabika. Pasalnya, jenis kopi liberika merupakan
pengembangan dari jenis arabika. Kelebihannya, jenis liberika lebih tahan terhadap serangan
hama Hemelia vastatrixi dibandingkan dengan kopi jenis arabika (Panggabean, 2011).

Sebelum menanam perhitungkan dahulu lokasi lahan tanam atau budidaya, jika lahan
yang akan digunakan berada di ketinggian lebih dari 800 mdpl maka lebih baik ditanami kopi
dengan jenis Arabika, sedang kopi jenis robusta lebih baik ditanam pada ketinggian lokasi 400
sampai 800 mdpl. Sedang untuk dataran rendah bisa menggunakan jenis liberika dan excels.
Selain beberapa hal tersebut, hal yang perlu dipertimbangkan adalah dari segi jual. Untuk kopi
arabika lebih mahal daripada varian kopi lainnya. Namun, juga kopi jenis Robusta memiliki hasil
buah yang cenderung lebih banyak untuk sekali panen.

Pemilihan bibit kopi terbaik dan unggul adalah jalan terbaik untuk menentukan hasil dari
biji kopi yang berkualitas. Peningkatan produktivitas tanaman kopi melalui penggunaan klon
unggul dilakukan melalui perbanyakan secara vegetatif. Menurut De Melo dan de Sousa (2011)
perbanyakan yang dilakukan melalui biji menyebabkan turunanya tidak dapat mewarisi sifat-sifat
unggul yang dimiliki induknya dan penampilanya kurang seragam karena mengalami segregasi
sehingga hasil yang diperoleh umumnya lebih rendah dari induknya.Ada beberapa varietas bibit
unggul untuk arabika dengan kode S 795, USDA 762, dan Kartika. Sedangkan varietas bibit
unggul untuk jenis robusta yang dipergunakan adalah klon seperti klon BP 358 dan klon BP 42.

Pemilihan bibit kopi terbaik biasanya diperoleh dari hasil cangkok hingga mengeluarkan
akar dan siap dipindah dalam polibeg dengan menunggu pertumbuhan tanaman untuk siap
ditanam sekitar berumur 3 bulan atau sudah kuat untuk ditanam dan dipindah pada lahan. Untuk
membuat bibit tanaman kopi biasanya menggunakan sistem perkembangbiakan vegetative
dengan cangkok/stek.

Penggunaan benih unggul merupakan salah satu penentu keberhasilan pengembangan


kopi. Perbanyakan benih unggul salah satunya dapat dilakukan melalui teknik perbanyakan
setek. Setek merupakan salah satu metode perbanyakan secara vegetatif dengan
menggunakanbagian tubuh induk sebagai asal anakanya. Pada tanaman kopi, teknik perbanyakan
setek memiliki keuntungan diantaranya adalah menjamin kemurnian bahan tanam dan umur siap
tanam relatif lebih pendek (Yuliasmara dan Ardiyani, 2016). Selain itu, pertumbuhan tanaman
hasil perbanyakan dengan menggunakan setek lebih seragam dan memiliki sifat genetik sama
dengan induknya (Nur, 2001). Dengan memilih bibit hasil dari stek atau cangkok memiliki
keunggulan dan kelebihan sendiri-sendiri. Hal ini berpengaruh pada fisik dan hasil produktifitas
tanaman, untuk kualitas biji kopi atau buah kopi tergantung dari indukan tanaman kopi yang
distek maupun dicangkok.

C. Penanaman Bibit Kopi


Apabila lahan, pohon peneduh dan bibit sudah siap, langkah selanjutnya adalah
memindahkan bibit dari polybag ke lubang tanam di areal kebun. Jarak tanam budidaya kopi
yang dianjurkan adalah 2,75×2,75 meter untuk robusta dan 2,5×2,5 meter untuk arabika. Jarak
tanam ini divariasikan dengan ketinggian lahan. Semakin tinggi lahan semakin jarang dan
semakin rendah semakin rapat jarak tanamnya.

Buat lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm, pembuatan lubang ini dilakukan 3-6
bulan sebelum penanaman. Saat penggali lubang tanam pisahkan tanah galian bagian atas dan
tanah galian bagian bawah. Biarkan lubang tanam tersebut terbuka. Dua bulan sebelum
penanaman campurkan 200 gram belerang dan 200 gram kapur dengan tanah galian bagian
bawah. Kemudian masukkan kedalam lubang tanam. Sekitar 1 bulan sebelum bibit ditanam
campurkan 20 kg pupuk kompos dengan tanah galian atas, kemudian masukkan ke lubang
tanam.

Kini bibit kopi siap ditanam dalam lubang tanam. Sebelumnya papas daun yang terdapat
pada bibit hingga tersisa ⅓ bagian untuk mengurangi penguapan. Keluarkan bibit kopi dari
polybag, kemudian gali sedikit lubang tanam yang telah dipersiapkan. Kedalaman galian
menyesuaikan dengan panjang akar. Bagi bibit yang memiliki akar tunjang usahakan agar akar
tanaman tegak lurus. Tutup lubang tanam agar tanaman berdiri kokoh, bila diperlukan beri ajir
untuk menopang tanaman agar tidak roboh.

D. Perawatan dan Budidaya Kopi

1) Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bagian-bagian yang kosong
bekas tanaman yang mati atau diduga akan mati atau rusak sehingga terpenuhi jumlah
tanaman normal dalam satu kesatuan luas tertentu sesuai dengan jarak tanamnya. Kosasih
et al. (2006) menyatakan tanaman atau pohon dikatakan rusak atau sakit apabila pada
tanaman tersebut timbul gejala atau tanda-tanda kerusakan pada bagian tanaman atau
pertumbuhan tanaman tidak normal/tidak sehat yang dapat mengakibatkan produksinya
mengalami kemunduran sampai sampai menimbulkan kematian tanaman.
Setelah bibi ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut
setidaknya seminggu dua kali. Setelah bibit berumur 1-6 bulan periksa sedikitnya satu
bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada pohon kopi
segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang sama. Lakukan
perawatan yang lebih instensif agar tanaman penyulam bisa menyamai pertumbuhan
pohon lainnya.
Pada tanaman kopi setelah bibit ditanam setidaknya dilakukan seminggu dua kali.
Pada saat bibit berumur 1-6 bulan baik dilakukannya pemeriksaan satu bulan sekali.
Tujuan dari pemeriksaan tersebut untuk memeriksa tanaman tersebut dan melakukan
penyulaman apabila terdapat tanaman kopi yang mati. Penyulaman dilakukan dengan
bibit yang sama agar tanaman penyulam bias menyamai pertumbuhan pohon lainnya.
2) Pemupukan
Dalam pembudidayaan suatu komoditas tanaman sangat perlu diberikannya pupuk
sebagai sumber nutrisi bagi tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Menurut Handisuwito (2007) pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah
untuk menyediakan unsur-unur esensial bagi pertumbuhan tanaman.Tindakan
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan
penggembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar produki tanaman tetap normal
atau meningkat. Tujuan penambahan zat-zat hara tersebut memungkinkan tercapainya
keseimbangan antara unsur-unsur hara yang hilang baik yang terangkut oleh panen, erosi,
dan pencucian lainnya. Tindakan pengembalian/penambahan zat-zat hara ke dalam tanah
ini disebut pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga
diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur hara yang ditambahkan hanya yang
dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang didalam tanah.
Menurut Jumin (2005), pemupukuan bertujuan untuk menjaga tetap
terpeliharanya keseimbangan unsur hara dalam tanah, karena setiap pemupukan tidak
semua unsur hara hilang dari tanah tersebut, mengurangi bahaya erosi, karena akibat
pemupukan terjadi penumbuhan vegetative yang baik dan meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman.
Pemupukan merupakan proses penambahan unsur hara ke dalam tanah yang
dibutuhkan tanaman dan untuk membantu menyuburkan tanah sehingga tanaman mampu
menyerapnya yang digunakan untuk metabolism hidupnya. Pemupukan juga dilakukan
untuk menjaga stabilitas tanaman supaya tidak defisiensi unsur hara sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi tidak terganggu. Pengaplikasian pupuk
harus memperhatikan dosis yang akan diberikan, karena setiap kebutuhan tanaman akan
unsur hara berbeda-beda. Pemberian pupuk yang berlebihan dapat memberikan efek
keracunan pada tanaman selain itu juga menghabiskan biaya yang banyak dan tidak
efesien.
Pupuk organik bisa didapatkan dari bahan-bahan sekitar kebun seperti sisa-sisa
hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa pengupasan kemudian dibuat
menjadi kompos. Kebutuhan pupuk untuk setiap tanaman sekitar 20 kg dan diberikan
sekitar 1-2 tahun sekali.
Proses pemupukan yang optimal pada tanaman kopi sangat dibutuhkan pada fase
vegetatife dimana asupan hara yang dibutuhkan relatif tinggi. Pemupukan yang
berimbang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk
berimbang yaitu pupuk NPK sesuai dosis yang telah ditentukan. Pemberian pupuk atau
pengaplikasian juga harus diperhatikan dengan menyesuaikan kondisi lingkungan
tanaman. Pengaplikasian pupuk pada tempat tertentu diterapkan jika pupuk yang
diberikan sedikit, kesuburan tanah relatif rendah, populasi tanaman sedikit dan volume
akar tidak tersebar. Pemberian pupuk yang tidak memperhatikan cara penerapan dan jenis
formulasi akan sama dengan tanaman yang tidak dipupuk sehingga pupuk yang diberikan
tidak mempengaruhi tanaman (Ibiremo dan Okanbi, 2016).
Cara memberikan pupuk pada tanaman kopi ialah dengan membuat lubang pupuk
yang mengitari tanaman, kemudian masukkan pupuk kedalam lubang pupuk tersebut.
Apabila terdapat tanah yang asam dengan ph dibawah 4,5 pemberian pupuk dicampur
dengan setengah kilogram kapur yang dilakukan 2-4 tahun sekali. Upaya dalam
memperkaya unsur hara dan bahan organic dalam tanah areal perkebunan dapat ditanami
tanaman penutup tanah yang berfungsi sebagai pelindung dan penyubur tanah dan
hijauannya dapat dijadikan sumber pupuk organic.
Untuk memperkaya bahan organik areal perkebunan bisa ditanami dengan
tanaman penutup tanah. Tanaman yang biasa dijadikan penutup tanah dalam budidaya
kopi diantaranya bunguk (Mucuna munanease) dan kakacangan (Arachis pintol).
Tanaman penutup tanah berfungsi sebagai pelindung dan penyubur tanah, selain itu
hijauannya bisa dijadikan sumber pupuk organik.
Menurut Avelino et al., (2012) bahwa Pengaplikasian pupuk pada tanaman kopi
akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi menjadi lebih baik
selain itu pemupukan pada tanaman kopi akan menurunkan resiko terjadinya serangan
hama penyakit pada daun kopi sehingga akan mempengaruhi proses fotosintesis dan
pembentukan buah kopi. Pemupukan dapat menstimulasi ketahanan tanaman terhadap
cekaman biotik maupun abiotik sehingga ketika tanaman sakit secara cepat tanaman akan
kembali sehat. Pemupukan dapat dilakukan sdengan menerapkan lima tepat yaitu tepat
cara, tepat tempat, tepat dosis, tepat jenis dan tepat waktu.
3) Pemangkasan
Pemangkasan cabang pada tanaman kopi merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh petani untuk meningkatkan produktivitas buah kopi di suatu lahan melalui
pengelolaan lahan yang dilakukan secara intensif. Petani pada era sekarang sudah
berorientasi pada keuntungan dari kegiatan bercocok tanam sehingga petani cenderung
untuk meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas buah kopi.
Pemangkasan merupakan tindakan kultur teknik berupa pemotongan
bagianbagian tanaman yang tidak diinginkan pertumbuhannya seperti cabang-cabang
yang telah tua, cang kering, cabang yang saling tindih, cabak balik, cabang yang
terserang hama atau penyakit, dan cabang lainnya. Tujuan dilakukannya pemangkasan
yaitu untuk untuk menjaga keseimbangan tanaman kopi dalam memperoleh sinar mata
hari, dapat membentuk cabang-cabang yang lebih produktif sehingga produksi tanaman
kopi semakin meningkat, memperlancar sirkulasi udara untuk mengintensifkan
penyerbukan bunga, mengurangi kelembapan disekitar tanaman kopi dan memudahkan
dalam pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan dilakukan untuk mempermudah perawatan, membentuk atau
merangsang pertumbuhan cabang baru yang produktif dan mempermudah pengaturan
cahaya yang masuk serta mempermudah proses pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan akan menghasilkan jumlah cabang yang lebih sedikit dan pengaturan posisi
daun yang lebih teratur sehingga intensitas cahaya matahari yang menembus ke
permukaan daun lebih baik tidak terlalu terik atau tidak terlalu lembab. Intensitas cahaya
yang terlalu tinggi akan menyebabkan kekurangan air akibat dari kelembaban rendah
sehingga kadar air tanaman dan tanah berkurang. Kondisi kekurangan air akan
mengakibatkan laju fotosintesis terhambat karena terjadi sel penjaga stomata tidak dapat
menutup. Intansitas cahaya yang terlalu rendah akan mengakibatkan tanaman tidak dapat
berfotosintesis karena sel stomata selalu menutup (Mulyono, dkk., 2016).
Jenis pemangkasan pada tanaman kopi terbagi menjadi 2 yaitu pemangkasan
tunggal dan pemangkasan ganda. Pemangkasan tunggal merupak proses pemangkasan
untuk membentuk satu batang utama, sedangkan pemangkasan ganda merupakan proses
pemangkasan untuk membentuk dua batang utama. Perbedaan pemangkasan tunggal dan
pemangkasan ganda terletak pada produksinya, untuk pemangkasan tunggal lebih
dikhususkan untuk produksi yangyang dihasilkan berkualittas tinggi, sedangkan
pemangkasan ganda dikhususkan untuk meningkatkan hasil produksi. Pemangkasan
berbatang tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang
sekunder semisal arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan diperkebunan
rakyat yang menanam robusta.
Berdasarkan tujuannya, Pemangkasan tanaman kopi terdiri dari tiga jenis
pemangkasan yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi atau pemeliharaan dan
pemangkasan rejuvinasi atau peremajaan. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk
membentuk kerangka tanaman agar kuat dan seimbang. Pemangkasan produksi atau
pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan menciptakan cabang
produktif. Pemangkasan rejuvinasi bertujuan untuk menumbuhkan batang muda
(Atrisiandy K., 2015).
Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas cabang yang dapat
menggagu pertumbuhan dan perkembangan cabang plagiotrop dan orthotrop sebagai
cabang penghasil buah. Pertumbuhan cabang plagiotrop dipengaruhi kapasitas beban
buah yang ada pada cabang tersebut. Cabang yang memiliki kapasitas buah yang banyak
akan mengalami pertumbuhan yang cepat sedangkan cabang yang kapasitas buah nya
sedikit cenderung tidak berkembang atau berkembang namun tidak berbuah (Covre et al.,
2016). Cabang yang dipangkas yaitu cabang balik, cabang saling tindih, cabang yang
tumbuh sebelah bawah dan atas cabang utama, cabang cacing, cabang yang terserang
hama penyakit, cabang kipas, cabang baru dan cabang air.
4) Penyiangan Gulma
Gulma disamping sebagai inang beberapa hama dan penyakit, juga menyebabkan
persaingan untuk mendapatkan unsur hara, air, ruang tempat tumbuh dan sinar matahari.
Tingkat masalah yang ditimbulkan oleh gulma cukup beragam, tergantung pada jenis
tanah, suhu, letak lintang, ketinggian tempat, cara budidaya, cara tanam, pengelolaan air,
tingkat kesuburan, dan teknologi pengendalian gulma. Tingkat persaingan gulma dengan
tanaman juga tergantung kerapatan gulma, lamanya gulma bersama tanaman, serta umur
tanaman saat gulma mulai bersaing (Jatmiko et al. 2002).
Perkebunan kopi banyak mengalami gangguan yang sangat merugikan, gangguan
tersebut disebabkan oleh gulma (Kanisius, 1974). Oleh karena itu, agar diperoleh
tanaman kopi produksi tinggi sangat diperlukan tindakan pemeliharaan seperti
pemangkasan dan pengendalian gulma (Widiyanti, 2013).
Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih muda
hal ini dikarenakan untuk mengurangi persaingan nutrisi yang diserap oleh akar antar
tanaman budidaya dan gulma. Pada saat tanaman kopi telah dewasa maka gulma dapat
dijadikan tanaman penutup tanah. Lakukan penyiangan setiap dua minggu, dan bersihkan
gulma yang ada dibawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman sudah cukup besar,
pengendalian gulma yang ada diluar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman
penutup tanah. Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan
saja.
5) Pengendalian Hama dan Penyakit
Permasalahan utama pada perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas
dan mutu yang kurang memenuhi standar ekspor. Rendahnya produktivitas kopi antara
lain disebabkan oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Serangan OPT
dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis baik kualitas maupun kuantitas. Serangan
OPT tidak hanya pada tanaman dewasa di lapang tetapi juga di pembibitan, kebun entres,
dan penyimpanan. OPT pada tanaman kopi di antaranya adalah kelompok hama dan
penyakit.
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk mengurangi atau mengendalikan
populasi hama yang menyerang tanaman dengan berbagai komponen pengendalian yang
dilakukan, seperti pengendalian secara biologis, mekanis, kultur teknis, hayati
(penggunaan musuh alami), dan penggunaan pestisida. Menurut (Untung, 2006)
pengendalian dilakukan dengan mematikan hama yang menyerang dengan tangan atau
dengan bantuan peralatan. Berikut adalah beberapa contoh hama dan penyakit tanaman
kopi beserta pengendaliannya:
 Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)
Kumbang penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei (Ferrari)
(Coleoptera: Scolytidae) bermetamorfosa sempurna (holometabola), yaitu telur–
larva–pupa–dewasa. Telur berbentuk elips, putih transparan, dan berwarna
kekuningan ketika akan menetas, berukuran sangat kecil, 0,52–0,69 mm.
Siklus hidup PBKo (dari telur sampai dewasa) 24–45 hari. Kumbang dapat
bertahan hidup pada buah kopi kering yang telah menghitam, yang masih
menempel pada pohon maupun telah berjatuhan ke tanah. Kumbang jantan tetap
hidup di dalam buah yang terserang. Hama PBKo ini sangat merugikan karena
dapat berkembang biak sangat cepat dengan jumlah yang banyak. Jika tidak
dikendalikan, dari 1 ekor betina dalam waktu 1 tahun dapat menghasilkan
keturunan mencapai 100.000 ekor.
Hama PBKo menyerang semua jenis kopi (Arabika, Robusta, dan
Liberika). Kumbang betina mulai menyerang pada 8 minggu setelah pembungaan
saat buah kopi masih lunak untuk mendapatkan makanan sementara, kemudian
menyerang buah kopi yang sudah mengeras untuk berkembang biak. Kumbang
betina akan menggerek bagian ujung bawah buah, dan biasanya terlihat adanya
kotoran bekas gerekan di sekitar lubang masuk. Ada dua tipe kerusakan yang
disebabkan oleh hama ini, yaitu gugur buah muda dan kehilangan hasil panen
secara kuantitas maupun kualitas.
Beberapa bentuk pengendalian untuk menangkal penggerek buah kopi
adalah (1) Pemupukan dilakukan secara berkala sesuai dosis anjuran, untuk
memicu waktu pembungaan yang relatif seragam sehingga dapat memutus siklus
hidup PBKo. (2) Pemangkasan tanaman kopi dan penaungnya dilakukan secara
rutin untuk mengurangi tingkat kelembapan dan suhu lingkungan sehingga
menciptakan kondisi yang kurang cocok untuk perkembangan PBKo. (3)
Pengendalian secara fisik dan mekanis dengan menggunakan alat dan senyawa
perangkap kumbang betina. Alat perangkap sederhana terbuat dari botol air
mineral yang dicat merah dilubangi di bagian samping untuk masuk kumbang dan
pada bagian dasar diisi air ditambah dengan deterjen sebagai tempat penampung
hama. Senyawa penarik hama (atractant) berupa cairan dengan bahan dasar etanol
dalam plastik atau botol kecil yang digantungkan di dalam alat perangkap.

 Penggerek Cabang dan Ranting (Xylosandrus compactus)


X. compactus ini dianggap sebagai hama yang sangat penting karena
mudah beradaptasi dengan lingkungan, meskipun hidupnya terbatas di daerah
panas dan tropis. Kumbang betina menggerek cabang dan ranting, kemudian
meletakkan telur di dalam lubang gerekan. Larva dan kumbang dewasa aktif
menggerek jaringan kayu dari cabang dan ranting kopi sehingga terputus aliran
makanan ke bagian atas cabang yang mengakibatkan bagian tanaman tersebut
mengering. Lebih dari 224 spesies tanaman, dalam 62 famili, menjadi inang
penggerek cabang ini.
Beberapa bentuk pengendalian untuk menangkal penggerek cabang dan
rantig adalah (1) Pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman telah terserang,
kemudian dibakar agar telur, larva dan imago yang masih ada di dalamnya mati,
(2) Pengendalian secara fisik dan mekanis dengan menggunakan alat dan senyawa
perangkap kumbang betina PBKo, (3) Pemanfaatan jamur patogen serangga
Beauveria bassiana yang relatif lebih mudah untuk diisolasi dari lapang,
diperbanyak secara massal, diformulasikan, dan diaplikasikan, (4) Menggunakan
insektisida nabati BIOTRIS yang berbahan aktif alpha-eleostearic acid.
 Wereng (Sanurus indecora)
Hama S. indecora dapat menyerang kopi Arabika dan Robusta, tetapi lebih
menyukai Arabika. Wereng menyerang baik pada daun, cabang, dan batang
tanaman. Wereng menusuk dan mengisap cairan tanaman. Bagian tanaman yang
terserang akan terhambat pertumbuhannya, tunas mengalami malformasi, rontok,
atau mati. Kerusakan tanaman dapat bertambah parah jika lapisan lilin tersebut
ditumbuhi embun jelaga karena dapat menghambat fotosintesis. Penampakan
keseluruhan terlihat kotor, hitam, daun terhambat menjalani fotosintesis. Embun
jelaga merupakan salah satu bentuk asosiasi jamur dengan wereng ini. Imago
bertengger pada batang dan ranting tanaman, terlihat seperti duri. Jika diganggu,
imago bergeser menjauh atau terbang.
Beberapa bentuk pengendalian untuk menangkal weereng adalah (1)
Pengendalian S. indecora dapat dilakukan dengan penyemprotan air secara kuat
agar nimfa mati dan mengurangi embun jelaga, (2) Pemanfaatan insektisida nabati
yang mengandung minyak dianjurkan untuk menembus lapisan lilin wereng, (3)
Pengendalian dengan insektisida sintetis juga efektif, tetapi penggunaannya harus
bijaksana agar tidak menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran
lingkungan, resistensi dan resurjensi hama sasaran, terbunuhnya musuh alami, dan
keracunan bagi petani. (4) Penggunaan pestisida yang bersifat sistemik lebih
efektif daripada kontak karena wereng mempunyai lapisan lilin yang sulit
ditembus.
 Karat Daun (Hemileia vastatrix)
Penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix, merupakan
penyakit penting pada tanaman kopi di dunia yang menyerang Arabika maupun
Robusta. Gejala penyakit karat daun dapat dilihat pada permukaan atas dan bawah
daun, ditandai dengan bercak kuning-jingga seperti serbuk. Daun yang terinfeksi
timbul bercak kuning, kemudian berubah menjadi cokelat. Jika diamati pada
bagian bawah daun tampak bercak yang awalnya berwarna kuning muda,
selanjutnya berubah menjadi kuning tua, pada bagian tersebut akan terlihat jelas
tepung yang berwarna oranye atau jingga. Tepung tersebut adalah uredospora
jamur H. vastatrix. Gejala lanjut pada daun tampak bercak cokelat saling
bergabung, menjadi lebih besar, kemudian mengering, dan gugur. Pada serangan
berat mengakibatkan hampir seluruh daun gugur sehingga tanaman akan kelihatan
gundul.
Beberapa bentuk pengendalian untuk menangkal karat daun adalah (1)
Kultur teknis meliputi: penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan pengelolaan
naungan. Pengendalian dengan kultur teknis jika dilakukan dengan benar dapat
menurunkan intensitas serangan karat daun, (2) penggunaan varietas tahan.
Beberapa klon kopi yang tahan terhadap penyakit karat daun sudah ditemukan di
antaranya S795 dan USDA762, (3) Fungisida nabati yang sudah dimanfaatkan
untuk mengendalikan penyakit karat daun adalah ekstrak biji mahoni dengan
konsentrasi 0,1–0,2% efektif menekan penyakit karat daun.
 Bercak Daun (Cercospora coffeicola)
. Penyakit bercak daun kopi disebabkan oleh Cercospora coffeicola, yang
disebut juga brown eye spot, terdapat di semua daerah penanaman kopi di seluruh
dunia. C. coffeicola tidak hanya menyerang daun tetapi juga menyerang buah.
Kerusakan pada buah dapat menimbulkan kerusakan yang besar dibandingkan
serangan pada daun. Penyakit pada daun terutama menyerang di pembibitan.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah kelembapan udara
yang tinggi seperti pada saat musim hujan, persemaian terlalu gelap, peneduh
terlalu rimbun, dan penyinaran matahari yang terlalu kuat pada buah.
Gejala serangan pada daun terdapat bercak-bercak bulat, cokelat
kemerahan, atau cokelat tua, berbatas jelas, dan konsentris. Pada bercak yang tua
terdapat pusat berwarna putih kelabu, sering tampak seperti tepung hitam yang
merupakan konidium jamur. Bercak C. coffeicola tampak paling jelas kalau
dilihat dari sebelah atas daun, umumnya garis tangah bercak kurang dari 5 mm
dan bercincin-cincin. Dalam cuaca lembap dapat terjadi bercakbercak yang lebih
besar. Serangan yang berat dapat menyebabkan rontoknya daun. Gejala pada buah
terjadi di sisi yang banyak mendapat sinar matahari. Bercak pada buah
menyebabkan kulit buah mengering dan keras sehingga buah sukar dikupas.
Gejala pada buah ini mirip sekali dengan gejala “terbakar matahari”, dan hanya
dapat dibedakan dengan penelitian mikroskopis.
Beberapa bentuk pengendalian untuk menangkal bercak daun adalah (1)
Pengendalian dengan fungisida kimia, misalnya fungisida mancozeb seperti
Dhitane dan Delsene, (2) Kelembapan dikurangi dengan mengurangi penyiraman,
menjarangkan atap penaung sehingga sinar matahari dapat langsung masuk, (3)
Sanitasi dengan menggunting daun yang sakit kemudian dibakar atau
dibenamkam di dalam tanah
 Kanker Belah (Armillaria sp.)
Kanker belah atau kanker batang kopi disebabkan oleh jamur Armillaria
sp. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kanker batang kopi adalah
frekuensi penggunaan herbisida, umur tanaman kopi yang sudah tua, dan
pemupukan yang kurang.
Gejala serangan ditandai dengan daun-daun menguning, layu, dan
akhirnya gugur serta cabang-cabang mati. Gejala lanjut terdapat cela-celah
memanjang pada pangkal batang dan akar tunggang. Sebagian besar dari akar-
akar membusuk dan mati, sebelum mati seringkali pohon membentuk banyak akar
adventif baru yang tampak sehat
Beberapa bentuk pengendalian untuk menangkal bercak daun adalah (1)
Tanaman sakit dibongkar dengan akar-akarnya, kemudian dibakar agar tidak
dapat menjadi sumber infeksi, (2) Dibuat drainase antara tanaman sakit dengan
tanaman sehat, (3) Pada bagian kebun yang terinfeksi Armeillaria sp., setelah
dibersihkan dari sisa akar, dibiarkan bera selama lebih kurang satu tahun, (3)
Fungisida tembaga dioleskan dengan konsentrasi 10% pada batang sakit, (4)
Belerang diberikan 150-200 g/lubang tanaman pada saat tanam atau diberikan
sebelum atau bersama-sama pada saat penyulaman.
6) Panen
Tanaman kopi yang di budidaya secara intensif sudah bias berbuah pada umur
2,5 – 3 tahun untuk jenis robusta dan 3-4 tahun untuk arabika. Pada panen pertama
biasanya hasil yang didapat tidak terlalu banyak. Produktivitas tanaman kopi akan
mencapai puncaknya pada saat berumur 7-9 tahun. Masa panen budidaya kopi dilakukan
secara bertahap, panen raya biasanya terjadi dalam 4-5 bulan dengan interval waktu
pemetikan setiap 10-14 hari.
Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang
telah masak. Buah matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah
berwarna hijau tua adalah buah masih muda, berwarna kuning adalah setengah masak dan
jika berwarna merah maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitamhitaman
setelah masak penuh terlampaui. Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah
kopi harus dipetik dalam keadaan masak penuh. Kopi jenis robusta dan kopi yang
ditanam di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga
pemanenan juga dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya terjadi mulai
bulan Mei atau Juni dan berakhir pada bulan Agustus atau September (Prastowo, dkk,
2010).

DAPUS

Arsyad, 1989. Konservasi tanah dan air. Departemen Ilmu Tanah Fakultas pertanian IPB
Bogor.

Atrisiandy K. 2015. Pemangkasan Kopi. Sumatera Utara: Balai Pengkajian Teknologi


Pertanian.

Avelino J., A. R. Gurdian, H. F. C. Cueliar and F. A. J. Declerck. 2012. Landscape


Context And Scale Differentially Impact Coffee Leaf Rust, Coffee Berry Borer, And Coffee
Root-Knot Nematodes. Ecological Applications, 22(2).

Budi.. Wibawa. G.. Ilahang.. Ratna A..Laxman. J.. Eric. P.. Janudianto.2008. Panduan
Pembangunan Kebun Wanatani Berbasis Karet Klonal. World Agroforestry Centre
(ICRAF).Bogor.

Covre, M. A., F. L. Partelli, R. Bonomo, H. Braun and C. P. Ronchi. 2016. Vegetatife


Growth of Conilon Coffe Plants Under Two Water Conditions in The Atlantik Region of Bahia
State Brazil. Acta Scientiarum, 38(4).

De Melo, B dan L. B. De Sausa. 2011. Biology of reproduction Coffea arabica L. and


Coffeacanephora Pierre. Revista Verde (Mossoro’-RB-Brasil) 6 (2)

Hamni, 2013. Potensi Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kopi Lampung. Jurnal.
Mechanical, Volume 4, Nomor 1.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT. Agromedia Pustaka Jakarta.

Ibiremo O. S. and O. S. O. Akanbi. 2016. Soil propertise and Nuterient Uptake of Coffee
Seedlings as Influenced by NPK fertilizer Formulations in Ibadan, Southwest, Nigeria. Applied
Science and Technology, 12(3)

Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto, & A.N. Ardiwinata. 2002. Apakah herbisida yang
digunakan cukup aman? hlm. 337- 348. Dalam J. Soejitno, I.J. Sasa, dan Hermanto (Ed.).
Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan
Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor

Jumin, H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Edisi. 5. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Kanisius, A.A. 1974. Bercocok Tanam Kopi. Kanisius. Yogyakarta.

Kosasih AS, Bogidarmanti R, Rustaman B.2006. Silvikultur Hutan Tanaman Campuran.


Di dalam: Priyono NS, editor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan; Bogor, Desember 2006. Bogor : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan Tanaman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Majid, R.A. 1997. Pembukaan areal baru perkebunan kelapa sawit dengan teknik tanpa
bakar (zero burning K. Pamin, P. Purba, Y.T. Adiwiganda, P.L. Tobing, dan M.L. Fadli (Ed.).
Pembukaan areal dengan cara Prosiding pertemuan teknis kelapa sawit, 22 April 1997, Medan.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Mulyono, Hairunnas dan Kaslil. 2016. Akibat pola Pemangkasan terhadap Kualitas dan
Rendemen Kopi Arabika (Coffea Arabica L.). Ilmiah Research, 2(3)

Nur, A.M. 2001. Perbanyakan bahan tanam unggul kopi robusta dengan teknik setek
sambung klon BP 308. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Panggabean, Edy. (2011). Buku Pintar Kopi. Jakarta: PT. Argo Media Utama.

Prastowo, B. dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen KOPI. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan
Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, H. Hidayat, 2007. EvaluasiKesesuaian Lahan, dengan
Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan
World Agroforestry Center, Bogor.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta : Gadjah Mada.


University Press.

Widiyanti, T. 2013. Kondisi Kebun Sumber Benih Kopi (Coffea sp) di Kebun Kalisat
Jampit Bondowoso. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya.

Yuliasmara, F. dan F. Ardiyani. 2016. Perbanyakan konvensional. Dalam T. Wahyudi,


Pujiyanto dan Misnawi. Kopi sejarah, botani, proses produksi, pengolahan, produk hilir dan
sistem kemitraan. Gadjah Mada University Press. Halaman 118-141.

Anda mungkin juga menyukai