Anda di halaman 1dari 45

PENGOLAHAN TANAH UNTUK TANAMAN JAGUNG

Written By Aidia MJ on Jumat, 08 April 2011 | 21:40


Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat
tumbuh bagi tanaman jagung, sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik.
Dengan demikian absorbsi hara oleh tanaman berlangsung secara optimal. Pengolahan tanah
diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik. Pada tanah-tanah bertekstur
berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan intensif untuk mendapatkan drainase dan aerase
yang menunjang pertumbuhan tanaman jagung(Thamrin Bastari,1988).

Pada tanah bertekstur ringan pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage) dapat
dilakukan untuk menghemat tenaga, waktu dan memanfaatkan ketersediaan air tanah. Setelah
tanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu, segera dilakukan pembubunan. Pembubunan,
disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, juga dimaksudkan untuk mengurangi
gulma serta untuk menjaga agar tanaman jagung tidak mudah rebah. Pembubunan ini dapat
meningkatkan produksi + 50%, dibanding pada pertanaman jagung yang semula hanya diolah
pada bagian yang ditanami saja.(Djauhari,1992)

Pada waktu pengelohan tanah, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah tetapi
harus cukup lembab sehingga mudah dikerjakan, dan tidak lengket, sampai tanah menjadi cukup
gembur. Pada tanah-tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak diperlukan pengerjaan tanah.
Pada tanah-tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat saluran penuntas air. Pembuatan
saluran dan pembumbunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air yang sangat
merugikan bagi pertumbuhan tanaman jagung(Suryanta Effendi,1985)

Pengolahan tanah untuk jagung labuhan harus tepat dan cepat dapat dilakukan karena
hujan kadangkala datang lebih awal. Bilamana tidak sempat untuk mengerjakan tanah secara
keseluruhan karena waktu tanam mendesak, maka pengerjaan tanah dapat dilakukan hanya pada
barisan yang akan ditanami saja sedalam 15 – 20 cm sampai tanah menjadi cukup gembur.
Berdasarkan hasil penelitian pada tanah: latosol dan aridosol cara ini memberikan hasil yang
tidak berbeda nyata dengan pengerjaan tanah yang biasa(Subandi,1985).
Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung memerlukan
aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah
lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat
ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi
dalam tanah berlangsung dengan baik(Suprapto HS,1991).

Pengolahan tanah berfungsi


1) Memperbaiki sturktur tanah,pada tanah berat pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengam
alat olah yang mampu merobah tanah tersebut menjadi gembur
2) Pengelohan tanah dapat juga mendorong pertumbuhan mikro dan hara tanaman.
3) Mencengah hama dalam tanah yang dapat menggnagu pertumbuhan tanamna jagung sesuai
dengan kondisi /keadaan tanah.
4) Mencengah pertumbuhan gulma yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman.
Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga cara,yu disebut zero
yaitu tanpa olah tanah(TOT) atau zerro tillage,pengolahan tanah minimum,dan pengolahn tanah
maksimum(sempurna)(Djauhari,1992).
Pengolahan penyiapan lahan dapat dikerjakan sebagai berikut :
1.Tanpa olah tanah(TOT)
a. Pada lahan sawah yang tanahnya ringan.
b. Cangkullah tanah hanya untuk lubang tanam.
c. Berikan mulsa untuk memperbaiki aerasi dan menekan gulma.
Sistem TOT dapat dipraktekan pada bekas lahan tebang tebu rakyat
intensifikasi(TRI).keuntungan TOT antara lain adalah menekan biaya pengolahan tanah,menekan
pertuimbuhan gulma, dan memperpendek waktu tanam.

2 .Pengolahan tanah sempurna (maksimum)


a. Tanah yang akan diolah tidak terlalu kering /basah sehingga mudah diolah menjadi gembur
- Lakukan pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm
- Benamkan gulma dan sisa tanaman,kemudian garulah tanah sampai rata.
- Biarkan tanah kering angin selama 7-14 hari.
- Lakukanlah pengolahan tanah paling sedikit 1 minggu sebelum tanam
Tujuan pengolahan tanah secara sempurna adalah sebagai berikut :
- Memperbaiki tekstur dan struktur tanah
- Memberantas gulma dan hama dalam tanah
- Memperbaiki aerasi dan drainase tanah
- Mendorong aktifitas mikroorganisme tanah
- Membuang gas-gas beracun dari

3.Pengolahan tanah minimum(minimum tillage)


a. Terhadap tanah yang peka erosi,mutlak diperlukan usaha-usaha konservasi tanah dan sedikit
mungkin dilakukan pengolahan tanah.
b. Bila waktu mendesak,lakukanlah pengolahan tanah hanya pada barisan tanaman saja dengan
kedalaman 15-20 cm.
pengolahan tanah biasanya dilakukan pada awal musim kemarau,yaitu diperkirakan ± 15 hari
sebelum tanam.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…..

Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi
tanaman sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan pengolahan tanah
yang baik akan memberikan kesempatan pada benih tanaman dalam perkecambahan dan
nantinya akan mempengaruhi ketepatan dan keseragaman masaknya. Tujuan pengolahan tanah
secara umum adalah untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah, memperbaiki aerase dan
drainase, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, serta mengendalikan pertumbuhan gulma.

Ada tiga bentuk pengolahan tanah:


1. Tanpa Olah Tanah (TOT)
Bentuk pengolahan ini sangat sederhana, dimana tanah yang akan kita tanami tidak perlu diolah.
Pada tanah gembur dapat diterapkan teknik aplikasi Tanpa Olah Tanah (TOT), dengan aplikasi
herbisida Polaris dengan dosis 3-4 ton/ha.
2. Olah Tanah Minimum (OTM)
Pengolahan Tanah secara minimum dilakukan dengan mencangkul tanah pada barisan yang akan
ditanami selebar 40 cm. hasil penelitian menunjukkan pengolahan tanah secara minimum yang
diterapan pada tanah dengan tekstur ringan tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti
dibandingkan pengolahan tanah secara sempurna.
3. Olah Tanah Maksimum/Sempurna (OTS)
Pada olah tanah ini, pengolahan tanah dilakukan sebanyak tiga kali. Pengolahan tanah yang
pertama yaitu dengan menggunakan traktor sampai kedalaman mata bajak 30 cm. Gunanya
untuk membalik tanah agar sirkulasi udara lebih baik dan mengingkap lapisan tanah bagian
bawah yang biasanya dalam kondisi kurang baik untuk pertumbuhan akar tanaman.
Setelah pengolahan tanah pertama, maka tanah dibiarkan selama satu minggu. Pengolahan tanah
yang kedua menggunakan cangkul sedalam 15-20 cm. Tujuannya untuk menghancurkan
bongkahan tanah yang besar. Biasanya pada pengolahan tanah yang kedua ini bersamaan dengan
pembuatan bedengan.
Pengolahan tanah ketiga dilakukan tiga hari kemudian dengan menggunakan cangkul dan garu
yang tujuannya untuk menghaluskan tanah dan meratakan tanah.
Diposkan oleh Sukri Aidil Fitrah Hasibuan di 21:10
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

BUDIDAYA DAN PASCA PANEN CABE RAWIT

(Capsicum frutescens)

Baswarsiati

PENDAHULUAN

Cabai bukan merupakan tanaman asli Indonesia , walaupun hampir setiap hari penduduk
Indonesia makan dengan cabe. Cabe berasal dari Meksiko, Peru dan Bolivia , tetapi sekarang
sudah tersebar diseluruh dunia. Cabe merupakan komoditas pertanian yang merakyat seperti
halnya bawang merah karena dibutuhkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Sehingga
tidak mengherankan bila volume peredarannya di pasaran sangat besar. Walaupun volumenya
sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, tetapi sampai sekarang harga cabai tidak
pernah mantap (fluktuatif). Di beberapa daerah sentra produksi, harga berubah hampir setiap
waktu, tergantung jumlah barang dan permintaan. Bila barang tidak ada karena iklim yang tidak
mendukung , maka harga cabai akan melonjak tinggi. Sebaliknya bila barang sedang membanjir
harga bisa turun drastis. Penurunan harga yang sangat tajam juga terjadi bila cuaca mendung dan
kondisi lembab karena mutu cabe menurun dan cabe tidak tahan lama disimpan.

JENIS CABE RAWIT

Cabe rawit sering juga disebut Hot Chili, cabe kecil atau “lombok jempling”. Seperti
halnya cabe besar, cabai rawit juga ada beberapa macam tetapi umumnya dikelompokkan
menjadi tiga jenis :

 Cabe kecil/mini/jemprit

Sesuai dengan namanya bentuk buah cabe rawit ini kecil dan pendek, panjangnya hanya 1-2 cm
saja. Buah muda biasanya berwarna hijau dan berubah menjadi merah tua kecoklatan bila
masak. Walaupun kecil tapi cabe rawit ini mempunyai rasa paling pedas di antara semua cabe
rawit.

 Cabe rawit putih

Cabe rawit yang bentuk buahnya langsing dan mempunyai ukuran rata-rata 4-6 cm.
Buahnya berwarna kuning keputih-putihan bila masih muda dan berubah menjadi merah
kekuningan setelah masak. Menurut beberapa pedagang , cabe rawit jenis ini paling enak bila
digunakan sebagai sambal bakso. Bahkan pabrik saus lebih suka menggunakan cabe rawit putih
ini , karena warna sausnya tidak kotor. Konsumen di Jawa Timur paling menyukai jenis cabe
rawit ini.

 Cabe rawit hijau

Buah cabe rawit hijau ini besar dan gemuk, dengan panjang sekitar 3 –4 cm. Sesuai dengan
namanya, waktu muda buahnya berwarna hijau tua dan berubah menjadi merah tua setelah
masak Rasa dari cabe rawit hijau ini lebih pedas dari cabe rawit putih , tetapi masih kalah
dengan cabe rawit kecil. Umumnya konsumen di Jakarta dan Bandung yang lebih menyukai
cabe rawit ini.

SYARAT TUMBUH CABE RAWIT

Cabe dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 200 m di atas permukaan laut.
Tetapi bila udara sangat dingin sampai embun membeku (frost) mungkin tanaman akan mati.
Penanaman cabe pada waktu musim kemarau dapat tumbuh dengan baik, asal mendapat
penyiraman cukup . Temperatur yang baik untuk cabe adalah sekitar 20 o – 25 o C. Bila
temperatur sampai 35 o C pertumbuhan kurang baik. Sebaliknya bila temperatur di bawah 10 o
C, pertumbuhan kurang baik bahkan dapat mematikan.

Curah hujan pada waktu pertumbuhan tanaman sampai akhir pertumbuhan yang baik
sekitar 600-1250 mm. Bila curah hujan berlebihan dapat menimbulkan penyakit , terbentuknya
buah kurang dan banyak buah yang rontok Tanah yang tergenang air walaupun dalam waktu
yang tidak terlalu lama , dapat menybabkan rontoknya buah. Kekurangan hujan , dan tidak ada
pengairan juga dapat membuat tanaman cabe menjadi kerdil. Kelembaban yang rendah dan
temperatur yang tinggi menyebabkan penguapan tinggi , sehingga tanaman akan kekurangan air.
Akibatnya kuncup bunga dan buah yang masih kecil banyak yang rontok.

Cabe rawit dapat ditaam di segala jenis tanah asal gembur, cukup unsur hara dan tidak
tergenang air. Tanah yang asam kurang baik untuk pertumbuhan cabe, maka perlu ditaburi
kapur. Tanah yang baik bila mempunyai pH sekitar 6,5 .

BUDIDAYA CABE RAWIT

Cabe rawit dapat ditanam baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, pada musim
kemarau maupun musim hujan. Tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah tanah yang subur
dan gembur , cukup mengandung bahan organik,humus dan tersedia saluran pembuangan air
yang baik.

1. Pembibitan

Biji cabe rawit harus disemaikan lebih dulu sebelum ditanam. Untuk mempercepat
pertumbuhannya , biji cabe sebaiknya direndam dahulu dalam air selama 24 jam sebelum
ditanam. Perlu diperhatikan bahwa biji cabe yang baik adalah biji yang betul-betul masak dan
kering. Cara menyemai biji cabe bermacam-macam , ada yang menggunakan kotak pesemaian,
pesemaian di lapangan, kantung plastik atau kantung dari daun kelapa, enau, pisang dll. Tanah
yang digunakan untuk pesemaian menggunakan tanah yang subur dan bebas dari gangguan hama
dan penyakit. Pesemaian sebaiknya menggunakan atap dari daun rebu, daun kelapa maupun
daunan lainnya agar suasana menjadi lebih lembab dan tanaman tidak terkena sinar matahari
langsung. Atap dapat dibuka atau ditutup menurut keperluan. Kalau pagi sampai jam 10.00 atap
dibuka, kemudian sesudah panas lebih dari jam 10.00 atap ditutup kembali . Kalau persemaian
dibuat dalam kotak kecil dapat dimasukkan dalam rumah.

2. Pengolahan Tanah

Tanah harus dibajak dan dicangkul cukup dalam. Maksud pencangkulan tanah adalah
untuk membalik tanah dan menggemburkan tanah. Tanah liat walaupun sudah dicangkul atau
dibajak menjadi gembur , cangkul lebih dalam (30-40 cm) dan diberi pupuk organis, misalnya
kompos atau pupuk kandang dan dapat ditambahkan pasir. Bila pupuk organis jumlahnya
terbatas, maka pemberiannya cukup pada jarak 60 x 60 cm. Pupuk organik, pasir dan tanah
dicampur merata. Pupuk organik selain menggemburkan tanah juga dapat menambah unsur hara
. Pupuk organik yang diberikan sebaiknya sudah matang atau sudah menjadi tanah. Pupuk yang
mentah biasanya masih panas sehingga dapat menyebabkan tanaman cabe menjadi layu dan
mati.

3. Pembuatan Bedengan

Bedengan dapat dibuat dengan ukuran lebar sekitar 90, 100 atau 125 cm dengan melihat
kondisi tanah. Tinggi bedengan sekitar 20-30 cm , tergantung keadaan lahan , kalau lahan sering
tergenang air pada waktu musim hujan maka bedengan dipertinggi. Jarak antar bedengan
sekitar 40-5- cm atau dapat dipersempit menjadi 30-35 cm.

4. Pupuk Dasar

Pada waktu menanam cabe , tanah harus tersedia unsur hara yang cukup, maka bedengan
yang telah dipersiapkan dapat diberi pupuk organik berupa pupuk kandang yang sudah matang.
Pupuk tersebut dapat disebarkan ke seluruh permukaan bedengan atau hanya ditempat tanaman
cabe akan ditanam. Selain itu dapat ditambahkan pula pupuk SP 36 100 kg perhektar untuk
menambah unsur P sedangkan pupuk lainnya dapat diberikan kemudian.

5. Penanaman

Bibit cabe dapat dipindahkan setelah tumbuh setinggi kira-kira 15 cm di pesemaian.


Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 60 x 90 cm. Pada saat pengambilan semai di lapangan
atau semai kotak dapat menggunakan solet yang ditusukan dengan cara miring dan diangkat
keatas sehingga semai akan terangkat ke atas. Tempat yang akan ditanami semai dibuat lubang
sedalam akar tunggang. Setelah ditanam segera disiram dan diberi penutup pelepah pisang atau
daun-daunan supaya tidak layu. Bila semai berasal dari kantung plastik, maka kantong plastik
harus disobek lebih dulu pelan-pelan sehingga media tanahnya tidak pecah. Kalau media tanam
pecah ada kemungkinan tanaman akan menjadi layu. Bila plastik tidak disobek lebih dulu , di
kemudian hari akar akan melingkar tidak dapat berkembang. Setelah bibit cabe ditanam
sebaiknya segera disiram air untuk menjaga kelembaban dalam tanah dan kelembaban tanaman.

6. Penyiraman, drainase dan mulsa

Tanaman cabe sebaiknya sering disiram terutama pada saat musim kemarau karena
tanahnya cepat kering. Tanaman yang terlalu lama kekeringan maka pertumbuhannya akan
kerdil . Untuk menghindari kekeringan dapat menggunakan mulsa dari dedaunan maupun dari
jerami padi, Mulsa dari daun lama kelamaan akan menjadi pupuk organik sehingga menambah
kesuburan tanah.

Jika menanam cabe pada musim hujan diusahakan jangan sampai tergenang air. Bila
tanaman cabe terlalu lama tergenang air, akar-akarnya dapat menjadi busuk, daun mudah rontok
dan akhirnya tanaman mati.

7. Penyiangan

Bila di lahan banyak gulma maka harus segera disiangi agar tidak menjadi pesaing bagi
tanaman cabai untuk mendapatkan unsur hara. Jika dalam jangka waktu lama gulma tidak segera
disiang, tanaman cabe akan menjadi kurus dan kerdil. Namun pencabutan gulma perlu dilakukan
hati-hati agar tidak merusak tanaman cabenya. Untuk mengurangi munculnya gulma dapat juga
menggunakan herbisida sebelum bibit cabe ditanam.

8. Penggemburan

Tanah yang terlalu padat harus digemburkan dengan cara dicangkul (didangir) . Tanah
yang gembur peredaran udaranya menjadi lebih baik, sehingga perakaran menjadi lebih sehat.
Pada waktu menggemburkan tanah harus hati-hati, jangan terlalu dalam sebab jika terlalu dalam
dapat merusak perakaran. Akar yang luka tau putus juga mudah terkena infeksi sehingga
tanaman menjadi sakit dan mati.

9. Pemupukan

Tanaman cabe yang telah ditanam sekitar satu minggu dapat segera dipupuk dengan
pupuk N, K atau campuran urea dan KCl sebanyak 2 gram setiap tanaman. Pupuk SP 36 tidak
perlu diberikan lagi karena sudah diberikan sebelum penanaman sebagai pupuk dasar. Pada
waktu melakukan pemupukan tidak boleh mengenai batang karena akan merusak batang. Pada
waktu tanaman berumur 2-3 minggu dipupuk lagi sebanyak 5 gram per pohon. Penggunaan
pupuk daun maupun zat perangsang tumbuhan dapat diberikan sesuai dosis anjuran dalam label
kemasan.

1. 10. Pengendalian hama dan penyakit

Tanaman cabe banyak diserang hama seperti thrips, kutu daun, lalat buah dan lainnya ,
serta penyakit seperti antraknosa, layu bakteri, layu fusarium, bercak daun cercospora, busuk
buah , daun keriting.
Adapun beberapa gejala dan pengendaliannya sebagai berikut :

 Kutu daun Aphis gossypii

Kutu daun terdapat dimana-mana dan makan segala macam tanaman. Kutu daun
menyerang daun yang masih muda dan tunas muda. Daun muda yang dihisap , pertumbuhan
tidak normal, kerdil berkerut dan keriting. . Kutu apis ini dapat menularkan penyakit virus , daun
menjadi kerinting .

Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan bila jumlah tanaman terserang sedikit yaitu
dengan memijit menggunakan tangan. Sedangkan secara kimia dapat menggunakan insektisida
dengan dosis sesuai anjuran. Atau dapat juga dilakukan pengendalian biologi dengan
menggunakan predator seperti kumbang macan . Dapat pula menggunakan kertas aluminium
yang dapat memantulkan sinar matahari ke balik (bawah ) daun tempat hama bersembunyi.

 Thrips tabacci

Thrips menyerang hampir semua tanaman misal cabe, tomat, sayuran daun, kentang ,
tembakau dll. Thrips menghisap cairan pada permukaan daun dan bekasnya berwarna putih
seperti perak. Bila serangan hebat akan terda[at banyak bercak dan warna daun menjadi putih.
Daun yang diserang hama ini akan menggulung, bentuknya tidak normal dan menjadi keriting.
Karena thrips menjadi vektor virus, maka seringkali kelihatan ada mosaik pada daun yang
diserang hingga pertumbuhan menjadi kerdil, daun sempit mengecil dan keriting. Thrips pada
umumnya bersembunyi dibalik daun sambil menghisap cairan.

Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan bila jumlah tanaman terserang sedikit yaitu
dengan memijit menggunakan tangan. Sedangkan secara kimia dapat menggunakan insektisida
dengan dosis sesuai anjuran. Atau dapat juga dilakukan pengendalian biologi dengan
menggunakan predator seperti kumbang macan . Dapat pula menggunakan kertas aluminium
yang dapat memantulkan sinar matahari ke balik (bawah ) daun tempat hama bersembunyi.

 Lalat buah Dacus dorsalis

Buah cabe yang diserang lalat ini bentuknya menjadi kurang menarik dan ada benjolan.
Buah cabe akhirnya terkena cendawan sehingga menjadi busuk . Buah cabe yang terserang
sering dikira terserang penyakit. Untuk membuktikannya sebaiknya buah dibelah dan bila
terdapat larva kecil putih berarti diserang lalat buah.

Pengendalian dengan menggunakan sex pheromon seperti metil eugenol untuk memikat
lalat jantan. Kalau lalat jantan berkurang maka keturunannya juga akan berkurang.

 Antraknosa

Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum capsicci yang tersebar dimana ada


pertanaman cabe. Penyakit ini bisa timbul di lapangan atau pada buah yang sudah dipanen. Mula
–mula pada buah yang sudah masak terdapat bercak kecil cekung kebasahan yang berkembang
sangat cepat dan terdapat jaringan cendawan berwarna hitam. Buah berubah menjadi busuk
lunak, berwarna merah kemudian menjadi coklat muda seperti jerami.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara biji didesinfiksi menggunakan thiram 0,2 %
(Benlate), dan jangan menanam biji dari buah yang sakit serta dapat menggunakan fungisida
berbahan aktif mankozeb, propineb dan zineb.

 Daun keriting chilli

Daun cabe yang terserang menjadi keriting dan warnanya menguning, bila serangan hebat
pertumbuhan menjadi kerdil. Tanaman cabe yang terserang ruas-ruasnya menjadi pendek, daun
menjadi kecil dan tepi daun melengkung ke atas. Penyakit ini banyak menyerang di musim
kemarau.

Cabe yang telah terserang tanaman ini harus dicabut dan dibakar, gulma harus
dibersihkan dan dapat diberikan insektisida sistemik secara rutin dengan dosis anjuran sebelum
tanaman terserang.

PASCA PANEN CABE RAWIT

Panen

Tanaman cabe rawit dapat dipanen setelah berumur 2,5-3 bulan sesudah disemai.
Panenan berikutnya dapat dilakukan 1-2 minggu tergantung dari kesehatan dan kesuburan
tanaman. Untuk tanaman cabe rawit bila dirawat dengan baik dapat mencapai umur 1-2 tahun,
apabila selalu diadakan pemangkasan dan pemupukan kembali setelah tanaman dipanen.
Pemupukan kembali dapat memberikan pupuk organik seperti kompos maupun pupuk kandang
yang sudah menjadi tanah.

Pasca Panen

Cabe yang disimpan dengan suhu sekitar 4 o C dengan kelembaban 95-98 % dapat tahan
sekitar 4 minggu dan pada 10 o C masih dalam keadaan baik sampai 16 hari.

Pengeringan .

Pengawetan dalam keadaan segar waktunya tidak akan lama, tetapi kalu dikeringkan
waktu simpan bisa lama. Cabe yang akan dikeringkan harus dipilih yng berkualitas baik, tangkai
dibuang dan kemudian cabe dicuci bersih. Kemudian dimasukkan dalam air panas beberapa
menit, lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam air dingin. Selanjutnya ditiriskan di atas
anyaman bambu atau kawat kasa sehingga airnya keluar semua. Kemudian dijemur pada panas
matahari sampai kering, biasanya kurang lebih selama satu minggu.

Pada musim hujan , pengeringan buah cabe dapat menggunakan pemanas. Di dalam
ruangan pemanas tersebut diberi para-para beberpa lapis untuk meletakkan cabe. Lapisan cabe
jangan terlalu tebal, cukup satu lapis agar cepat kering. Sebagai sumber panas dapa memakai
lampu listrik , kompor, tungku arang atau bahan lainnya.

Ruangan pemanas dapat dibuat dari kayu yang berbentuk seperti almari dan bagian dalam
diberi lapisan seng. Sumber pemanas diletakkan di bawah almari yang telah diberi lubang, di
atas pemans ada para-para beberapa lapis. Bagian atas almari diberi ventilasi yang yang
penutupnya dapat diatur besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam almari. Suhu dalam
almari diatur lebih kurang 60oC, jangan terlalu panas dengan mengatur ventilasi. Apabila telah
melebihi 60oC maka lubang ventilasi dibuka lebar.

Supaya cabe keringnya merata maka para-para bisa diubah letaknya, misal yang atas di
pindah ke bawah demikian sebaliknya. Banyaknya para-para tergantung besar kecilnya almari
dan jarak antar para-para sekitar 15-20 cm. Cabe dibolak-balik letaknya setiap 3 jam.

Dengan menggunakan alat pemanas paling lama dua hari buah cabe akan kering. Buah
cabe dianggap kering bila kandungan airnya tinggal 8 %. Dalam keadaan demikian buah cabe
dapat disimpan lebih lama, namun harus dihindarkan dari serangan hama dan disimpan dalam
wadah kedap udara. Cabe yang dikeringkan dapat langsung dipakai atau dapat digunakan untuk
campuran saos dan cabe bubuk.

Kemasasan Cabe

Sebelum buah cabe dijual sebaiknya dilakukan seleksi dengan memisahkan buah cabe
yang bagus dan yang jelek kualitasnya. Cabe-cabe tersebut harus dikemas dengan baik agar
tidak rusak. Dengan kemasan yang baik tentu akan menambah beaya namun kerusakan akan
jauh lebih sedikit sehingga keuntungan masih lebih tinggi.

Buah cabe dapat dikemas dengan kantung plastik yang telah diberi lubang-lubang kecil
dengan jarak anat lubang sekitar 5-10 cm . setiap kantung plastik dapat diisi cabe dengan berat
0,5 kg; 1 kg; 1,5 kg atau 2 kg. Selanjutnya kantung plastik diletakkan pada wadah yang dibuat
dari bambu atau kardus. Ukuran wadah sebaiknya tidak terlalu besar yaitu antara 10 x 25 x 25
cm sampai 35 x 50 x 40 cm. Setiap sisi wadah diberi lubang dengan garis tengah 1 cm dan jarak
antar lubang 10 cm.

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

CARA PENGOLAHAN TANAH (SEMESTER 7) 18 November 2011

Nama : Wahyu Firliani

FKIP BIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2008

1. Definisi pengolahan tanah


1. Tujuan pengolahan tanah
2. Keuntungan pengolahan tanah
3. Hal – hal yang perlu diperhatikan dlm pengolahan tanah
2. Sejarah perkembangan alat pengolahan tanah
3. Macam-Macam Pengolahan Tanah
4. Sistem pengolahan tanah
5. Sistem Olah Tanah Minimum
6. Olah Tanah Tunggul Seresah
7. Metode pengolahan tanah

1. Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan
menggunakan tangkai kemudi ataupun penggaru yang ditarik oleh traktor maupun bajak yang
ditarik oleh binatang maupun manusia. Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara
dan cahaya matahari menembus tanah dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian,
tanah yang sering digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang.

A. Tujuan Umum Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah
olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang
dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara
fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung.

Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu:

(1) Pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan (2) Pengolahan tanah kedua (penggaruan).
Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan
gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman pemotongan dan
pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm. Pengolahan tanah kedua, bertujuan
menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjad lebih kecil
dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan
mempercepat proses pembusukan.

B. Keuntungan pengolahan tanah mekanis

B.1.1. Keuntungan Teknis

Pekerjaan pengolahan tanah memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak
tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki per alatan mekanis, pekerjaan yang berat
akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah secara mekanis dapat lebih dalam.

B.1.2. Keuntungan Ekonomis

Berdasarkan hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan traktor
akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun hewan.
Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan keuntungan para petani.

B.1. 3. Keuntungan Waktu


Dengan tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis
akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat pula proses
budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang berumur pendek, sisa waktu yang
tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.

B.3. Mengkondisikan Lahan

Salah satu keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan lebih
cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara
keseluruhan. Dalam mengolah tanah secara mekanis.

C. Hal – hal yang perlu diperhatikan dlm pengolahan tanah

1. Topografi (kenampakan permukaan lahan)

2. Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan)

3. Bebatuan

4. Kadar air tanah

2. Sejarah perkembangan pengolahan tanah

Tercatat dalam sejarah bahwa sejak beribu-ribu tahun yang lalu pengolahan tanah telah
dilakukan oleh sekelompok manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertaniannya.
Tenaga hewan digunakan untuk membajak tanah sejak 7000 tahun yang lalu. Pada penemuan
arkeologi dan tulisan-tulisan kuno diketahui bahwa ada pendapat dimana membajak tanah dapat
meningkatkan kesuburan

Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan yaitu untuk
memotong, memecah dan membalik tanah. Alat-alat tersebut dikenal ada beberapa macam,
yaitu :

1. bajak kayu
2. Bajak beroda dua dengan coulter dan moldboard

3.bajak singkal (moldboard plow)


2. bajak piring (disk plow)
3. bajak pisau berputar (rotary plow)
4. bajak chisel (chisel plow)
5. bajak subsoil (subsoil plow)
6. bajak raksasa (giant plow)

1. BAJAK KAYU
Contoh bajak yang terbuat dari kayu dari Mesir diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Bajak kayu kuno di Thebes, Mesir pada 300 B.C.

Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat dari besi yang diproduksi di Honan
utara China. Pada awalnya alat ini berupa alat kecil yang ditarik dengan tangan dengan plat besi
berbentuk V yang dihubungkan atau digandengkan dengan pisau kayu dan pegangan. Selama
abad pertama B.C., kerbau digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah. Selanjutnya
secara berturut-turut dikembangkan alat yang disebut triple-shared plow, plow-and-sow dan
garu.
b. Suatu alat yang lebih lengkap, terdiri dari roda, coulter pemotong dan moldboard
digunakan di Eropa pada tahun 1500 A.D. seperti tertera pada Gambar 2. Peralatan ini dapat
digunakan untuk membalik tanah dan membuat furrow dan kasuran benih.

2. BAJAK BERODA DUA DENGAN COULTER DAN MOLDBOARD

Bajak beroda dua dengan coulter dan moldboard, ditemukan pada abad ke-16 di Eropa

Pada kira-kira tahun 1830, John Deere terdorong untuk mengembangkan bajak baja dengan pisau
dan moldboard untuk mengatasi masalah pengolahan tanah-tanah organik di Amerika. Peralatan
yang ditarik oleh hewan mulai menyusut jumlahnya sejak ditemukannya traktor bertenaga uap
pada sekitar tahun 1860.

3. Bajak Singkal

Bajak singkal ini dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk
membalik tanah.
Bagian dari bajak singkal yang memotong dan membalik tanah disebut bottom. Suatu bajak
dapat terdiri dari satu bottom atau lebih.
Hasil Pembajakan dengan Menggunakan Bajak Singkal

Bagian Bajak Singkal Satu Bottom

4. Bajak piring
Bagian-bagian Bajak Piring
Hasil Pembajakan dengan Menggunakan Bajak Piring (Disk Plow)

5.BAJAK ROTARI
Bajak pisau berputar (Rotari) Tipe Vertikal
Bajak Rotari Tipe Tarik Berpenggerak PTO

Bajak Rotari Tipe Kebun Berpenggerak Sendiri


6. Bajak Chisel

7. bajak subsoil (subsoil plow)

8. Bajak Raksasa
Alat ini sesuai dengan namanya, berbentuk sangat besar dan digunakan untuk membalik tanah
pada kedalaman 100 sampai 180 cm. Dengan menggunakan alat ini tanah subur yang ada di
dalam tanah dapat diangkat keatas permukaan tanah. Dapat berbentuk bajak singkal atau bajak
piringan.

Alat Pengolahan Tanah Kedua

1. Garu

Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah : a) garu piring (disk
harrow), b) garu palcu (splice tooth harrow), c) garu pegas (spring tooth harrow), d) garu rotari,
dan e) garu khusus (special harrow).

a. Garu Piring.

Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumput-rumput pada
permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah ( furrow slice)
lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk
menutup biji-bijian yang ditanam secara sebar.

Secara umum garu piring dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2) garu
piring tipe angiat (mounted disk harrow).

Garu Piring Aksi Tunggal

Apabila posisi garu piring dalam penggandengannya dengan traktor menyamping, maka garu
tersebut disebut garu offset.
Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame),
bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).

Garu Piring Aksi Ganda

Salah Satu Bentuk dari Garu Paku

b. Garu paku

Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa baris gigi yang
diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah
pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanainan yang baru tumbuh. Bentuk
dari garu paku dapat dilihat pada Gambar 32.

c. Garu Pegas

Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu atau akar-
akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas) apabila mengenai gangguan.

Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena
dapat masuk ke dalam tanah lebih dalam. Bentuk dari garu pegas dapat dilihat pada Gambar .
Salah Satu Bentuk dari Garu Pegas

d. Garu Rotari

Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul (rotary hoe harrow) dan garu rotari silang
(rotary cross harrow).
Garu rotari cangkul merupakan susunan roda yang dikelilingi oleh gigi-gigi berbentuk pisau
yang dipasangkan pada as dengan jarak tertentu dan berputar vertikal. Putaran roda garu ini
disebabkan oleh tarikan traktor. Bentuk dari garu ini dapat dilihat pada Gambar

Garu Rotari Cangkul (Rotary Hoe Harrow)


Gambar 35. Garu Rotari Silang (Rotary Cross Harrow)

Garu rotari silang terdiri dari gigi-gigi yang tegak lurus terhadap permukaan tanah dan dipasang
pada rotor. Rotor diputar horisontal, yang gerakannya diambil dari putaran PTO. Dengan
menggunakan garu ini, penghancuran tanah terjadi sangat intensif. Bentuk dari garu ini dapat
dilihat pada Gambar 35.

e. Garu Khusus

Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil surgeon. Weeder-mulche
adalah alat yang digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan tanah di bagian
permukaan. soil surgeon adalah alat yang merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada
suatu rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkah-bongkah tanah di
permukaan dan untuk meratakan tanah.
2. Land Rollers dan Pulverizers

Alat ini menyerupai piring-piring atau roda-roda yang disusun rapat pada satu as. Puingan piring
dapat tajam atau bergerigi. Digunakan untuk penyelesaian dari proses pengolahan tanah untuk
persemaian. Alat ini dapat digolongkan atas dua jenis yaitu ;

Gambar Pulverizer
a. Surface packer terdiri dari macam-macam bentuk, antara lain :

1) V Shaped roller pulverizers,


2) kombinasi T shaped dan Sprocket Wheel pulverizers,
3) Flexible sprocket wheelpulverizes.

b. Subsurface packer, terdiri dari 2 macam, yaitu

1) V Shaped packer dan


2) Crowfoot roller.

Alat-alat Lainnya ( Sub Surface Tillage Tools and Field Cultivation).

Alat ini digunakan untuk mengolah tanah tanpa merubah tanah dibagian permukaan dan juga
sekaligus dapat untuk penyiangan. Keuntungan menggunakan alat ini adalah :

1) Meningkatkan kemampuan tanah dalam hal menyerap air,


2) Mengurangi aliran permukaan (run off),
3) Mengurangi erosi air atau angin,
4) Mengurangi tingkat penguapan air dari permukaan tanah.

Alat ini ada 2 jenis, yaitu :

1) Subsurface tillage sweeps, yaitu alat yang menggunakan sweep.


2) Subsurface tillage Rod Weeders.

4. Macam-Macam Pengolahan Tanah


a. Pengolahan Tanah Primer
Kegiatan pengolahan tanah pertama (awal) dengan kedalaman lebih dari 15 cm s.d 90 cm
1) Tujuan
Adapun tujuan pengolahan tanah skunder adalah untuk:
a) Memberantas gulma
b) Memperbaiki struktur tanah agar lebih baik untuk pertumbuhan tanaman
c) Menempatkan seresah agar terdekomposisi dengan baik
d) Menurunkan laju erosi dengan cara pengolahan yang sesuai
e) Meratakan tanah
f) Mencampur pupuk dengan tanah
g) Mempersiapkan tanah untuk pemberian air irigasi
b. Pengolahan Tanah Skunder
Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah
menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu
dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberilcan kepadatan
tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guludaa atau alur untuk pertanaman.
4.Sistem Pengolahan Tanah
a. Sistem Olah Tanah Minimum

Pada tahun-tahun terakhir telah terjadi peningkatan perhatian terhadap sistem olah minimum
sebagai cara untuk mengurangi biaya produksi tanaman larik dan untuk memperbagus kondisi
tanah.

Capaian utamanya adalah :

1. Mengurangi kebutuhan energi mekanis dan tenaga kerja.


2. Menjaga kelembaban dan mengurangi erosi tanah.
3. Memberikan pengerjaan yang memang diperlukan untuk mengoptimalkan kondisi tanah
bagi tiap bagian luasan di suatu lapang (contoh: luasan larikan dan luasan sela larikan).
4. Meminimumkan jumlah lintasan melalui suatu lapang.

b. Olah Tanah Tunggul Seresah

Tujuan utama olah tunggul seresah ialah untuk mengurangi erosi angin dan air dan untuk
mempertahankan kelestarian air dengan mengurangi terjadinya limpasan. Cara tersebut dipakai
secara luas di Dataran Besar dan di daerah kering atau semi kering lainnya. Olah tunggul seresah
berupa pemotongan akar gulma dan tumbuhan lainnya dan meninggalkan sisa tanaman di atas
permukaan atau mencampurkannya ke tanah sedalam beberapa cm.

5. METODE PENGOLAHAN LAHAN :

a. Continuous

Dilakukan dengan melakukan pengolahan dari salah satu sisinya dan berakhir pada sisi yang
berseberangan

b. Headland

Pengolahan tanah dilakukan dalam arah berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Pada sisi
lahan yang panjang, bajak diturunkan (dilakukan pengolahan tanah) di mulai dari sisi terluar
lahan. Setelah traktor sampai pada ujung lahan, bajak diangkat dan traktor melintasi sisi tersebut
menuju sisi panjang lahan yang lain (berseberangan) untuk pengolahan tanah berikutnya.
Demikian dilakukan seterusnya hingga seluruh lahan terolah dan pengolahan tanah akan berakhir
di bagian tengah lahan.

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
PENGOLAHAN TANAH PRIMER

Pengolahan tanah meliputi pekerjaan penyiapan/pengolahan lahan sehingga siap


ditanami. Pengolahan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer
(pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun
pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih). Perbedaan
antara pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder biasanya didasarkan pada
kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai
kedalaman olah yang lebih dalam (>15 cm ) dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar,
sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal (< 15 cm) serta hasil
olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami) (Pak Tas,
2008).
Peralatan yang digunakan oleh petani pada pengolahan tanah primer adalah untuk
memotong, memecah dan membalik tanah sampai kedelaman dari 15 sampai 91 cm. Alat-alat
tersebut yaitu :
1. Bajak Singkal (Mold Board Plow)
Bajak Singkal dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik
untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang berfungsi memotong dan membalik tanah
disebut botton, yang dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : singkal (molg board), pisau
(share) dan penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut dipadukan pada bagian
yang disebut frog. Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam).
Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh gambar disamping:

2. Bajak Piringan (Disk Plow)


Bajak piringan diciptakan untuk mengolah tanah dengan kondisi yang sulit bagi bajak
singkal. Piringan dari bajak ini pada saat beroperasi dapat menggelinding dan berputar, sehingga
bukan telapak bajak yang harus meluncur sehingga diharapkan dapat mengurangi gesekan dan
tahanan tanah (draff) yang terjadi. Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi
dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada
piringan juga membantu dalam pembalikan potongan tanah. Gambar disamping menunjukkan
piringan bajak.
Keuntungan menggunakan bajak piringan yaitu :
 Dapat bekerja di tanah keras dan kering
 Dapat untuk tanah-tanah yang lengket dan berdebu
 Dapat untuk tanah-tanah yang kasar, berbatu dan banyak perakaran
 Dapat untuk tanah-tanah yang gambut dan berseresah tebal
 Dapat untuk pembajakan yang dalam
(Wijanto, 1996).

3. Bajak Rotary
Alat pengolah tanah yang terdiri dari beberapa pisau yang tertaut pada poros yang
berputar dari sumber tenaga traktor atau disambungkan dengan sumber daya putar dari traktor
(PTO), berfungsi mencacah dan menghancurkan tanah yang ringan atau bongkahan tanah hasil
pembajakan dengan bajak singkal atau bajak piringan dimana lebar poros menentukan lebar
pengolahan tanah (Badan Standardisasi Nasional, 2009).
Pengolahan Tanah kedua dilakukan setelah pembajakan, istilah pengolahan tanah kedua
atau pengolahan tanah sekunder diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang relatif
tidak terlalu dalam. Alat-alat pengolah tanah kedua meliputi:

1. Garu (Harrow)
Merupakan peralatan yang dipergunakan untuk meratakan tanah, memecah bongkahan
tanah, mengaduk tanah dan mencegah serta membinasakan gulma, dan sering juga dipergunakan
untuk menutup biji. Berikut merupakan macam-macam garu, yaitu:
 Garu Piringan (Disk Harrow)
Garu piringan yang digunakan sebelum pembajakan untuk memotong sisa tanaman yang
tertinggal dipermukaan tanah dan menggemburkan tanah lapisan atas sehingga paliran akan
membentuk hubungan yang lebih baik dengan tapak paliran sehingga mencegah terbentuknya
ruang-ruang udara saat paliran dibalik. Penggunaan setelah pembajakan untuk menggemburkan
tanah dan menempatkan tanah dalam keadaan yang lebih baik bagi benih. Tujuan lain adalah :
 Menyiapkan lahan dalam keadaan siap tanam
 Pendangiran tanah
 Pemberaan
 Menutup biji yang disebarkan dengan tanah.
(Dian, 2010).
Pembajakan yang baik terdiri atas pembalikan dan pemerataan tanah, pembuatan paliran
yang bersih bulat seragam. Pembajakan memiliki peran penting dalam pengolahan tanah,
sehingga perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
 Puncak paliran (furrow) sedikit bergerigi.
 Tanah harus digemburkan dengan sempurna dari puncak sampai dasar paliran.
 Masing-masing paliran harus lurus dari ujung ke ujung lahan yang rata.
 Setiap paliran balik sedikit lebih tinggi dan segala macam seresah tertimbun dengan sempurna.
 Garis besar paliran harus pada satu titik tanpa patahan dan cekungan.
 Semua seresah harus terbenam empurna di sudut kanan paliran yang lebih rendah.
 Paliran haris sepenuhnya seragam.
 Kedalaman semua paliran harus sama, yang berlanjut dengan kedalaman yang seragam.
 Alur buntu harus bebas dari semua seresah.
 Jalur yang tak terpecah tidak boleh dibiarkan di antara paliran dalam pembajakan menurut kontur
(garis tinggi)
(Dahono, 1997).
Perbedaan pengolahan tanah modern dengan pengolahan tanah sederhana adalah pada
alat-alat yang digunakan. Pengolahan tanah modern menggunakan perlatan modern, seperti
traktor sebagai tenaga penggerak bajak. Akan tetapi pengolahan tanah sederhana, masih
menggunakan tenaga penggerak dari hewan, seperti kerbau, sapi, atau hewan ternak lainnya
dalam pengolahan tanahnya. Sehingga, akan lebih baik menggunakan cara pengolahan tanah
modern, karena memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah proses pengolahan tanah lebih
cepat diselesaikan karena menggunakan tenaga mesin.

Sumber :

Badan Standardisasi Nasional, 2009. Traktor Roda Dua-Unjuk Kerja dan Cara Uji.
http://pphp.deptan.go.id/download/layanan_informasi/mutu_dan_standarisasi/sni-
sni_tanaman_pangan/31146_sni_0738-2010.pdf. Diakses pada 18 April 2012.
Dahono, 1997. Pengolahan Tanah dengan Traktor Tangan. Jakarta: Bagian
Proyek Pendidikan Kejuruan Teknik IV
Dian, 2010. Alat dan Mesin Pengolah Tanah. http://dianberkata.blogspot.com/2010/05/alat-dan-mesin-
pengolahan-tanah.html. Diakses pada tanggal 18 April 2012.
Pak Tas, 2008. Pengantar Mata Kuliah Mesin Peralatan Pertanian.
http://teknoperta.wordpress.com/2008/09/18/pengantar-mk-mesin-peralatan-pertanian-2/.
Diakses pada tanggal 18 April 2012.
Wijanto, 1996. Memilih, Merawat, dan Menggunakan Traktor Tangan. Jakarta: Penebar Swadaya.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…..

Proses Pembentukan, Faktor, dan Jenis-jenis Tanah

Wahwah .. Dapat tugas lagi nih dari guru geografi .. Disuruh nyari tentang tanah dan erosi ..

Pengertian Tanah
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik

Proses Pembentukan Tanah


Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap

1. Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan
atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap kondisi
fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya
pelapukan kimiawi.

2. Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air
masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di
lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.

3. Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan
tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadilah
pelapukan biologis.

4. Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang ralatif besar.
Faktor Pembentukan Tanah
Ada beberapa faktor pembentukan tanah, diantaranya :

1. Iklim
o Suhu
Jika suhu semakin tinggi maka makin cepat pula reaksi kimia berlangsung
o Curah Hujan
Makin tinggi curah hujan, makin tinggi pula tingkat keasaman tanah

2. Bahan Induk
Yang dimaksud bahan induk adalah bahan penyusun tanah itu sendiri yang berupa batuan

3. Organik
Bahan organaik berpengaruh dalam pembentukan warna dan zat hara dalam tanah.

4. Makhluk Hidup
Semua makhluk hidup berpengaruh. Baik itu jasad renik, tumbuhan, hewan bahkan
manusia.

5. Topografi
Topografi alam dapat mempercepat atau memparlambat kegiatan iklim. Misalnya pada
topografi miring membuat kecepatan air tinggi dan dapat meyebabkan terjadinya erosi.

6. Waktu
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah memainkan peran
penting dalam menentukan jenis tanah yang terbentuk.

Jenis-jenis Tanah
1. Tanah Humus
Tanah yang sangat subur berasal dari pelapukan daun dan batang di hutan hujan tropis
yang lebat.

2. Tanah Pasir
Tanah yang kurang baik bagi pertanian. Terbentuk dari pelapukan batuan beku serta
sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Aluvial
Tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengedap di dataran rendah.

4. Tanah Podzolit
Tanah subur yang pada umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi

5. Tanah Vulkanik
Tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi dengan zat hara yang
tinggi

6. Tanah Laterit
Tanah yang tadinya subur menjadi tidak subur karena unsur hara pada tanah tersebut
terbawa oleh air hujan.

7. Tanah Mediteran
Tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur

8. Tanah Gambut
Tanah Yang terbentuk dari lapukan tumbuhan rawa

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
PENGOLAHAN DAN DINAMIKA TANAH

September 18, 2008 3 Komentar

Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas beberapa unsur umum pengolahan tanah dan cara-caranya, termasuk
pembahasan singkat mengenai beberapa prinsip dinamika yang diterapkan pada pengolahan
tanah. Secara umum belum ada usaha untuk menggambarkan pola atau mekanisme hancurnya
tanah.

Sekalipun penelitian dinamika tanah telah dilakukan sejak tahun 1920, kemajuan besar dalam
bidang riset ini terjadi baru sejak sekitar tahun 1950, dengan terbitnya sejumlah besar makalah
ilmiah. Gill dan Van den Berg telah menganalisa, meringkas dan menyusun hasil-hasil penelitian
dinamika tanah yang diterbitkan sampai tahun 1964, serta merumuskan prinsip dan konsep dasar
dari hasil-hasil tersebut. Usaha tersebut menghasilkan sebuah buku rujukan setebal 500 halaman
yang memberi sumbangan besar terhadap bidang dinamika tanah. Meskipun terdapat kemajuan
yang pesat di tahun-tahun terakhir, olah tanah masih jauh dari bentuk ilmu yang eksak. Sekalipun
salah satu tujuan utama olah tanah adalah untuk memberikan kondisi lingkungan maksimum bagi
pertumbuhan tanaman, kita tidak dapat secara kuantitatif menciri atau mengenali kondisi tanah
yang dikehendaki. Gaya yang dikenakan pada suatu alat olah tanah guna menghasilkan suatu
efek tertentu pada tanah dapat diukur secara akurat, namun kita tak dapat secara handal menduga
efek dari perubahan rancangan alat. Akibatnya, tidaklah mengejutkan bahwa rancangan peralatan
olah tanah masih lebih berupa seni ketimbang sains.

Pentingnya optimasi pekerjaan olah dan perbagusan rancangan mesin pengolahan akan terlihat
jelas jika ditinjau fakta bahwa di AS saja, diperkirakan lebih dari 225 x 109 ton tanah telah
diolah tiap tahunnya. Untuk membajak tanah tersebut satu kali dibutuhkan 2 x 109 liter bensin
atau solar. Sepanjang bab ini dipakai 2 pengertian yaitu alat/piranti olah tanah dan
mesin/peralatan olah tanah. Alat/piranti olah tanah digawarkan sebagai suatu suku pengerja tanah
individual seperti mata bajak, piringan atau mata pendangir. Suatu mesin/peralatan olah tanah
terdiri atas satu atau sekelompok alat/piranti, ditambah rangka pendukung, roda, piranti kendali
dan pelindung, serta suku bangun dan suku penerus daya lainnya.

Capaian Pengolahan Tanah


Olah tanah dapat digawarkan sebagai pengerjaan mekanis terhadap tanah untuk segala macam
tujuan. Beberapa capaian olah tanah dalam pertanian ialah :

1. Untuk memperoleh struktur tanah yang dibutuhkan bagi pertumbuhan benih atau akar.
Struktur remah diperlukan guna memungkinkan peresapan yang cepat dan ketahanan
terhadap hujan, untuk mendapatkan kandungan dan pertukaran udara yang cukup di
dalam tanah, dan untuk memperkecil hambatan terhadap penembusan akar. Sebaliknya,
suatu persemaian yang baik umumnya membutuhkan partikel yang lebih halus dan
kepadatan yang lebih tinggi di sekitar benih.
2. Untuk mengendali gulma atau untuk menghilangkan tanaman yang berlebih
(penjarangan).
3. Untuk menata sisa tanaman. Dari tinjauan pengolahan dan penguraian, sampahan perlu
dicampur secara menyeluruh, sedangkan penempatan sampahan di lapisan atas akan
mengurangi erosi. Sebaliknya, penutupan yang menyeluruh terkadang diperlukan untuk
mengendalikan serangga lewatmusim-dingin atau untuk mencegah hambatan terhadap
pengerjaan presisi seperti penanaman atau pendangiran tanaman tertentu.
4. Untuk mengecilkan erosi tanah dengan mengikuti cara semacam pengolahan menurut
garis tinggi, pembumbunan dan penempatan sampahan secara tepat.
5. Untuk memperoleh bentuk permukaan yang khas untuk pengerjaan penanaman,
pengairan, drainase, panen, dan sebagainya.
6. Untuk membenamkan dan mencampur pupuk, pestisida atau bahan tambahan ke dalam
tanah.
7. Untuk melakukan pemisah-misahan. Hal ini dapat berupa pemindahan tanah dari satu
lapis ke lapis lainnya, penghilangan batu dan barang-barang asing lain, atau pemanenan
umbian.

Metoda Pengolahan Tanah


Pengerjaan olah tanah untuk persiapan tanam sering dikelompokkan menjadi pertama dan kedua,
sekalipun batasnya tidak selalu jelas. Pengerjaan olah tanah pertama meliputi pengerjaan
penggarapan tanah awal dan utama. Pengerjaan tersebut umumnya dirancang untuk menurunkan
kekuatan tanah, menutup bahan tanaman dan menata ulang bongkah. Pengerjaan pengolahan
tanah kedua dimaksudkan untuk menciptakan kondisi tanah yang lebih halus setelah pengolahan
tanah pertama. Bajak singkal merupakan alat yang paling umum digunakan untuk olah tanah
pertama, namun bajak piringan, garu piringan tugas berat, bajak gancu, bajak tanah bawah jenis
pisau, dan bajak rotari juga dipakai. Bajak singkal dan bajak piringan memotong, melempar dan
sedikitnya sebagian membalik tanah. Bajak pahat dan bajak tanah bawah memecah tanah tanpa
membaliknya. Berbagai ragam peralatan, termasuk beberapa dari yang disebut di atas digunakan
untuk olah tanah kedua dan untuk pendangiran pada saat tanam.

Perhatian yang besar pada tahun-tahun terakhir telah mengarah pada kemungkinan penggunaan
alat olah tanah berdaya ganda, yaitu alat yang mendapatkan tenaganya melalui lebih dari satu
jalur. Bajak rotari, alat olah tanah bergetar, dan sekop mesin adalah sebagian contohnya.
Peralatan tersebut memperoleh sebagian tenaganya dari sumber putar, biasanya alat sadap daya
(PTO) traktor. Terkuranginya kebutuhan gaya penarik dan keanekagunaan yang lebih besar
dalam mengerjai tanah guna mendapatkan hasil yang diinginkan merupakan 2 alasan untuk
mempertimbangkan jenis alat yang lebih kompleks tersebut. Jika kebutuhan gaya penarik dapat
dikurangi dengan memanfaatkan sebagian dari keluaran traktor melalui jalur non traksi, traktor
dapat dibuat dengan masa yang lebih kecil, sehingga akan mengurangi harga serta mengurangi
pemadatan tanah.

Bajak rotari membutuhkan draft rendah, atau malah negatif, namun kebutuhan daya totalnya
tinggi dan penghancuran tanahnya bisa berlebihan. Goyangan paksa atau penggetaran suatu alat
dapat secara nyata mengurangi kebutuhan daya, namun masukan daya total biasanya tak
terkurangi, malahan dapat naik. Sekop mesin, dikembangkan di Eropa, terdiri dari sekop-sekop
penggali yang dapat menaikkan dan membalik tanah. Sekalipun layak ditinjau dari kebutuhan
energi, namun model-model yang ada sekarang ini secara mekanis kompleks dan umur pakainya
kurang.

Sistem Olah Tanah Minimum


Para rekayasawan, ilmuwan tanaman dan ilmuwan tanah biasanya sependapat bahwa terlalu
banyak dilakukan olah tanah ketimbang yang dibutuhkan untuk memberikan kemantapan
diperolehnya pendapatan bersih yang maksimal dari produksi tanaman. Kadang pemadatan tanah
yang disebabkan oleh traktor dan peralatan pada suatu pengolahan tanah kedua dapat secara
hitungan menghilangkan kerja olah tanah pertama. Pengerjaan olah tanah lebar kontinyu
biasanya dirancang untuk membuat persemaian yang bagus, sekalipun derajat penghancuran
tanah dan kepadatannya boleh jadi berlebihan bagi pertumbuhan akar yang optimum.

Pada tahun-tahun terakhir telah terjadi peningkatan perhatian terhadap sistem olah minimum
sebagai cara untuk mengurangi biaya produksi tanaman larik dan untuk memperbagus kondisi
tanah. Olah minimum dapat dikerjakan dengan banyak cara. Capaian utamanya adalah :

1. Mengurangi kebutuhan energi mekanis dan tenaga kerja.


2. Menjaga kelembaban dan mengurangi erosi tanah.
3. Memberikan pengerjaan yang memang diperlukan untuk mengoptimalkan kondisi tanah
bagi tiap bagian luasan di suatu lapang (contoh: luasan larikan dan luasan sela larikan).
4. Meminimumkan jumlah lintasan melalui suatu lapang.

Pada beberapa sistem olah minimum, satuan gabungan olahtanam setelah pembajakan,
pemahatan, atau olah tanah pertama lainnya, dengan jalur-jalur sempit yang memperoleh
pengolahan tanah kedua yang dangkal tepat di depan alat penanam. Tipe gabungan yang lain
menghasilkan wilayah atau lajur olah tepat di depan alat penanam pada tanah yang tak diolah,
atau pada tanah yang dibajak pada musim sebelumnya. Beberapa bentuk alat gabungan yang
akan menghasilkan pengerjaan olah minimum dan penanaman saat ini telah tersedia di pasaran.

Penerapan paling utama sistem olah tanah minimum selama ini adalah pada jagung, sekalipun
olah per-bagian telah dipakai secara berhasil pada kapas dan sejumlah tanaman larik lainnya.
Jagung olah minimum sering ditanam melalui selapis rumput atau sisa tanaman bijian kecil. Pada
sistem yang disebut “tanpa-olah”, suatu kolter (coulter) bergelombang atau alat lain yang sesuai
memotong dan mengolah lajur selebar 5 8 cm melewati tunggul-tunggul atau seresah, sementara
penanam mengikuti tepat di belakangnya. Di antara pendekatan awal menuju olah minimum
pada jagung yaitu a) memadukan pengerjaan pembajakan dan penanaman, b) penanaman pada
bekas lintasan roda tepat setelah pembajakan. Karena berbagai alasan, dari kedua metoda ini tak
ada yang memperoleh perkembangan lebih lanjut.

Penggulud-penanam pada lapang tak diolah merupakan bentuk olah minimum yang dilakukan
pada jagung dan tanaman larik lain di beberapa tempat. Tiap larik ditanam di dasar alur
penggulud atau pada lajur datar yang agak ditinggikan di dalam alur pada suatu pengerjaan
gabungan. Di dataran rendah pantai Caroline dan Georgia misalnya, berbagai tanaman larik
tahunan ditanam pada sisaan tanaman bijian kecil tanpa olah tanah sebelumnya.
Pengalaman menunjukkan bahwa olah tanah minimum, pada kondisi yang sesuai dan dengan
tanaman larik tertentu, merupakan cara praktis untuk melestarikan sumberdaya dan mengurangi
biaya produksi, biasanya tanpa mengurangi hasil panen. Sistem olah tanah minimum dapat
menimbulkan masalah manajemen yang baru, khususnya jika melibatkan adanya sisa tanaman di
permukaan tanah. Masalah serangga dapat meningkat sehingga pengendalian gulma kimia yang
efektif menjadi pentinglah.

Olah Tanah Tunggul Seresah


Tujuan utama olah tunggul seresah ialah untuk mengurangi erosi angin dan air dan untuk
mempertahankan kelestarian air dengan mengurangi terjadinya limpasan. Cara tersebut dipakai
secara luas di Dataran Besar dan di daerah kering atau semi kering lainnya. Olah tunggul seresah
berupa pemotongan akar gulma dan tumbuhan lainnya dan meninggalkan sisa tanaman di atas
permukaan atau mencampurkannya ke tanah sedalam beberapa cm. Penempatan sisaan yang
tepat tergantung pada jumlah yang ada dan pengerjaan berikutnya. Jumlah sisaan yang banyak
pada atau dekat permukaan tanah melindungi tanah namun menimbulkan masalah penanaman
(karena penanaman harus menembus lapisan tersebut) dan pada pendangiran jika tanaman larik
termasuk dalam rotasi tanamannya.

Bajak tanah bawah khusus tipe pisau telah dikembangkan untuk menghasilkan pengerjaan olah
tanah awal maupun berikutnya tanpa memindahkan atau menggeser lapisan olah. Kaki bebek
(sweep) bentuk V yang dirancang untuk keperluan ini dapat memiliki lebar potong berkisar dari
0,6 2,4 m. Pisau lurus yang dipasang pada posisi tegak lurus terhadap arah jalan kadangkala
dipakai untuk pengerjaan olah permulaan. Juga dipakai penyiang bentuk batang. Pada seresah
yang sangat berat yang sebagian sisaannya harus dicampur ke dalam tanah bagian atas beberapa
cm, dapat digunakan bajak piringan vertikal dan garu piringan. Pendangir lapang, bajak pahat,
garu rotari dan penginjak condong (penginjak seresah) juga dipakai di beberapa tempat. Pada
olah tunggul gandum bero musim panas, diperlukan 4 pengerjaan olah dengan selang sekitar 1
bulan untuk mengendalikan gulma.

Gawar Istilah Gaya, Tenaga dan Daya


Dalam membahas hubungan gaya dan tenaga olah, mahasiswa perlu akrab secara menyeluruh
dengan gawar dan hubungan dasar dalam mekanika. Dalam bab ini akan digawarkan istilah
terkait dan konsep tambahan yang dipakai secara khusus berkaitan dengan mesin pertanian.

Gaya ialah setiap penyebab yang merubah atau cenderung merubah keadaan diam atau
bergeraknya suatu benda. Sebuah gaya secara lengkap dicirikan oleh besar dan arahnya serta
letak garis kerjanya. Satuan dalam sistem SI ialah newton (N).

Pull (gaya penarik) pada suatu alat ialah total gaya yang dikenakan pada alat tersebut dari sebuah
mesin penggerak. Pada alat olah tanah, umumnya gaya tersebut bersudut ke atas beberapa derajat
dari arah mendatar, dapat terletak pada bidang tegak yang sejajar arah gerak, dapat juga tidak.

Draft ialah suku mendatar dari pull, sejajar dengan arah gerak.
Draft samping ialah suku mendatar dari pull, tegak lurus terhadap arah gerak.

Draft spesifik ialah draft per satuan luas dari irisan melintang luasan terolah, biasanya dinyatakan
dalam newton per cm2.

Torka ialah momen gaya yang cenderung menghasilkan putaran terhadap suatu titik. Torka
merupakan hasil kali gaya dengan jejari putaran, dan pada umumnya dinyatakan dalam
newtonmeter. Sebuah kopel terdiri dari dua gaya sama besar dan berlawanan arah, sejajar namun
tak segaris. Besarnya momen suatu kopel sama dengan hasil kali salah satu gaya dengan jarak
tegak antara kedua gaya. Sebuah kopel dapat cenderung untuk menghasilkan putaran terhadap
sebarang titik yang terletak pada bidang tempat kedudukan kedua gaya. Jadi torka ialah kejadian
khusus suatu kopel dengan pusat putaran torka terletak pada garis kerja salah satu gaya.

Usaha ialah hasil kali gaya pada arah geraknya dengan jarak yang ditempuh gaya tersebut.
Satuan umumnya ialah joule.

Daya ialah laju berlangsungnya usaha. Satuan umumnya ialah kilowatt. Satu kilowatt ialah 1
kilojoule usaha per detik.

Daya Batang Penarik (dbp) dalam hubungannya dengan alat tipe seret/gandengan maupun
gendong ialah daya yang nyata dibutuhkan untuk menarik atau menggerakkan alat pada
kecepatan yang seragam.

Kilowatt-jam ialah jumlah usaha yang dihasilkan jika daya 1 kilowatt digunakan selama 1 jam.

Gaya Yang Bekerja pada Alat Olah Tanah


Seorang rekayasawan berkepentingan dengan gaya-gaya yang bekerja pada alat olah tanah dari
sudut pandang kebutuhan daya total, penggandengan atau penerapan mesin penarik yang tepat,
perancangan untuk memadainya kekuatan dan ketegaran, dan untuk penentuan bentuk alat serta
penyetelannya yang terbaik. Alat olah tanah yang bergerak pada kecepatan tetap terkenai 3 gaya
utama atau 3 sistem gaya yang harus berada dalam kesetimbangan. Gaya tersebut yaitu:

1. Gaya gravitasi yang bekerja pada alat


2. Gaya-gaya tanah yang mengenai alat
3. Gaya yang bekerja di antara alat dan mesin penggerak. Jika torka dari transmisi daya
rotari tidak dilibatkan, resultan gaya tersebut ialah pull dari penggerak terhadap alat.

Clyde membagi total reaksi tanah ke dalam gaya berguna dan gaya parasit. Gawar gaya tanah
berguna ialah gaya yang harus diatasi alat untuk pemotongan, pemecahan dan pemindahan tanah.
Gaya parasit ialah gaya (termasuk gesekan dan tahanan guling) yang mengenai permukaan
stabilisasi semacam tamping (land-side) atau alas bajak atau pada garit penyangga atau roda.
Pada kondisi kerja tertentu dengan alat tertentu, pengemudi memiliki penguasaan yang sedikit
pada gaya tahanan tanah berguna, namun baik perancang maupun pemakai memiliki kekuasaan
pada gaya parasit.
Jika sebuah alat tidak simetri terhadap bidang tegak membujur yang melalui garis pusatnya, gaya
tanah berguna biasanya menghasilkan efek putaran. Dua cara untuk menyatakan reaksi tanah
total pada alat olah pada keadaan umum di mana terdapat efek putaran diperlihatkan pada
gambar 1.2. Metoda lain yang digunakan oleh beberapa peneliti meliputi:

1. Suatu ulir/pilinan, yaitu sebuah gaya + sebuah kopel pada bidang tegak lurus terhadap
gaya.
2. Tiga gaya pada poros yang saling tegak lurus dan tiga kopel pada bidang irisan poros.
3. Tiga gaya pada tiga bidang utama.

Hasil pengukuran gaya dapat secara akurat digambarkan menggunakan masing-masing dari
kelima metoda tersebut dan hasil yang dinyatakan dalam satu bentuk dapat dipindahkan ke
bentuk lainnya dengan metoda statika. Satu metoda mungkin lebih disukai dibanding lainnya
pada situasi tertentu, tergantung pada maksud penggunaan data. Vanden Berg menunjukkan
bahwa garis kerja unik resultan gaya tunggal hanya dapat diperlihatkan dengan metoda ulir
karena sistem ini menggambarkan kopel minimum.

Lambang-lambang Yang Digunakan dalam Analisa Gaya


Pengolahan Tanah
Dalam daftar berikut dijelaskan mengenai lambang yang paling sering muncul dalam beberapa
bab yang membahas tentang alat olah. Lambang yang lain-lainnya akan diterangkan pada saat
dijumpai pada berbagai pasal.

R = resultan seluruh gaya tanah berguna yang bekerja pada alat (Gb 1.1 b). Jika gaya
berguna dan parasit tak dapat ditentukan secara terpisah, R mencakup keduanya.

L = suku R membujur atau searah dengan arah jalan (Gb. 1.1).

S = suku R melintang (Gb. 1.1).

V = suku R tegak (Gb. 1.1).

Rh = resultan L dan S (Gb 1.1 a).

Rv = resultan L dan V (yaitu suku R pada bidang tegak-membujur).

a = jarak melintang antara V dan Rh, untuk alat yang memiliki efek putaran (Gb 1.1 a).

Va = kopel yang cenderung memutar alat pada poros membujur (Gb 1.1 b).Q = resultan
seluruh gaya parasit yang bekerja pada alat.

Qh = suku Q pada bidang mendatar, meliputi gaya sisi penstabilan dan gaya gesaek
membujur penyertanya.
Qv = suku Q pada bidang tegak membujur, meliputi gaya sangga tegak dan gaya gesek
membujur penyertanya ataupun tahanan guling.

P = resultan pull yang dikenakan pada alat oleh mesin penggerak.

Ph = suku P pada bidang mendatar.

Pv = suku P pada bidang tegak membujur.

W = gaya gravitasi yang bekerja pada alat, melalui pusat gravitasi.

H = pusat tahanan alat mendatar, ialah titik potong Rh dan Qh atau 2 suku Rh semisal
pada garu piringan.

G = titik potong Qv dan resultan W dan Rv. Titik tersebut bisa disebut pusat tahan tegak.

Subskrip x, y, dan z, jika dikenakan pada P dan Q menunjukkan suku gaya pada arah membujur,
melintang, dan tegak.

Mekanika Olah Tanah


Reaksi tanah terhadap gaya yang diberikan dari alat olah tanah dipengaruhi oleh tahanan tanah
terhadap pemampatan, tahanan terhadap geseran, adhesi (gaya tarik menarik antara tanah dengan
bahan lain) dan tahanan gesek. Itu semua merupakan sifat dinamika yang hanya mewujud jika
ada gerakan tanah. Gaya percepatan bukanlah sifat dinamika tanah namun juga muncul. Nichols
telah menunjukkan bahwa gaya reaksi dari seluruh golongan tanah didominasi oleh kelembaban
lapisan pada zarah koloid dan dengan demikian secara langsung berhubungan dengan
kelembaban tanah dan kandungan koloid.

Tanah dapat digolongkan menjadi plastis dan non plastis. Istilah plastis berarti bahwa tanah
tersebut dapat diubah bentuknya dalam kisaran kandungan lengas tertentu, dan akan
mempertahankan bentuknya setelah mengering. Tanah pasir dan tanah lain yang mengandung
koloid atau lempung kurang dari 15 20 %, umumnya dianggap non-plastis.

Jika tanah plastis diairi sampai jenuh kemudian dibiarkan mengering, akan dilalui tahapan
berikut: lekat, plastis, rapuh, dan keras. Tahap rapuh mencerminkan kondisi optimum untuk olah
tanah. Pemadatan tanah oleh alat olah tanah dan traktor, yang merupakan masalah serius di
beberapa tempat, disebabkan oleh pengerjaan tanah pada saat terlalu basah.

Secara praktis, seluruh alat olah tanah terdiri dari piranti untuk memberikan tekanan kepada
tanah, sering dengan memakai bidang miring atau baji. Ketika alat digerakkan maju, tanah pada
jalur gerak akan terkena tegangan pemampatan yang pada tanah rapuh akan menghasilkan kerja
geseran. Geseran tanah jauh berbeda dibanding geseran pada kebanyakan padatan, sebab pada
tanah, reaksinya mungkin meluas sampai jarak yang jauh pada kedua sisi bidang geser
dikarenakan gesekan dakhil dan kerja kohesi lapis-lapis lembab.
Kohesi dapat digawarkan sebagai gaya yang akan saling menahan antar zarah yang sejenis.
Gesekan dakhil dihasilkan dari saling kunci antar zarah di dalam massa tanah. Kohesi dan
gesekan dakhil terkadang dianggap sebagai sifat fisika tanah yang sebenarnya. Pada
kenyataannya, keduanya hanyalah parameter geseran sebagaimana ditunjukkan pada persamaan
berikut:

g = C + r tan O . . . . . . . . . . (1.1)

di mana

g = tegangan geser pada retakan tanah

C = kohesir = tegangan normal terhadap bidang retakan geseran

O = sudut gesekan dakhil.

Didasarkan pada persamaan di atas, kohesi bisa dirasionalisasikan sebagai tegangan geser
dengan beban normal nol. Harga C dan O bisa ditentukan dengan mengukur tegangan geser pada
beberapa nilai tegangan normal. Kekuatan geser memiliki pengaruh penting terhadap draft alat
olah tanah. Pecahnya tanah karena pemampatan biasanya diakitkan dengan pengurangan volume.
Peretakan karena geseran dan peretakan karena pampatan tidak merupakan gejala independen,
melainkan terjadi sebagai kerja gabungan. Peretakan atau pematahan tanah dapat juga dijelaskan
sebagai aliran plastis tanpa peremukan dan pembentukan permukaan retakan geser biasa.
Contohnya ialah “aliran” lempung basah melingkari gagang bajak tanah bawah saat alat tersebut
melewati tanah.

Pemotongan tanah bisa digawarkan sebagai kerja pengirisan yang tidak menghasilkan retakan
utama lainnya semacam geseran. Keadaan di mana pemotongan murni dapat terjadi ditentukan
oleh perwatakan tanah dan kandungan lengas serta kadang-kadang oleh derajat pengurungan.
Pada banyak pengerjaan olah, pemotongan merupakan kerja independen yang tak tergawarkan
secara jelas.

Gesekan dan Adhesi


Semua pengerjaan olah tanah meliputi kerja gelinciran tanah pada permukaan alat. Gesekan tanh
dengan alat yang memiliki permukaan singgung yang luas akan menghasilkan suku kebutuhan
daya yang perlu diperhitungkan. Gesekan juga terlibatkan ketika dua badan tanah yang tegar
saling bergerak antar keduanya. Gejala ini dibedakan dari gesekan dakhil yang terdapat pada
persamaan 1.1. Kecuali jika melibatkan beban normal atau kecepatan yang besar, gesekan badan
tegar tanah terhadap tanah biasanya dianggap mengikuti hukum gesekan sederhana, di mana

di mana

u = koefisien gesek (tanah terhadap tanah)

F = gaya gesek yang menyinggung permukaan


N = gaya normal (tegaklurus permukaan)

O = sudut gesek.

Pada hubungan yang diidealisasi ini, u independen terhadap beban normal, luasan singgung, dan
kecepatan gelincir.

Gesekan tanah pada alat pengolah biasanya terjadi antara tanah dan baja, namun kadangkala
terjadi antara tanah dan plastik (misalnya pada mata bajak yang dilapis plastik). Jika tanah
menggelincir di atas logam, gaya adhesi antara tanah dan baja memberi pengaruh yang besar
terhadap gaya gesek. Gaya adhesi terutama bersumber dari lapis-lapis lembab dan besarnya
berubah sesuai kadar lengas. gaya adhesi berefek menaikkan beban normal (tegak lurus) pada
permukaan, sehingga menaikkan gaya gesek singgungnya. Dikarenakan tak mungkin
memisahkan efek kedua suku, yang biasa dilakukan pada pengujian laboratorium ialah
menggambarkan efek gabungannya yang diberi nama “koefisien gesek nyata”, yang dicirikan
sebagai u’ (untuk membedakannya dari u pada persamaan 1.2).

Hubungan umum antara gesekan tanah-logam dan kandungan lengas tanah, sebagaimana
diterangkan oleh Nichols, diperlihatkan pada gambar 1.2. Pada fasa gesek, gaya adhesinya kecil
dan koefisien geseknya sangat tak bergantung pada kandungan lengas. Tanah pada kondisi rapuh
biasanya memiliki kadar lengas di dalam kisaran ini. Pada fasa adhesi, lapis lembab terbentuk di
antara zarah tanah dan logam, sehingga tercipta gaya adhesi yang menyebabkan koefisien gesek
naik secara cepat mengikuti kenaikan lengas. Jika tanah memiliki lengas yang cukup untuk
bekerja sebagai pelumas, koefisien gesek turun ketika ditambahkan lebih banyak air.

Kadar lengas peralihan antar fasa naik dengan naiknya kandungan lempung, lebih tinggi pada
tanah lempung dibanding pada tanah pasir. Koefisien gesek nyata lebih tinggi pada tanah
lempung dibanding pada tanah pasir. Kisaran khas untuk tanah pada baja halus yang dilicinkan
secara biasa, sebagaimana dilaporkan oleh berbagai peneliti, ialah 0,2 0,5 untuk tanah pasiran,
0,3 0,65 untuk tanah geluh, dan 0,35 0,8 untuk tanah lempung. Porsi yang lebih rendah dari
masing-masing kisaran menunjukkan harga dalam fasa gesek.

Macam dan kehalusan bahan yang bergesekan dengan tanah mempengaruhi koefisien gesek
nyata. Bahan semacam teflon, yang tahan pembasahan, tidak membentuk gaya adhesi yang besar
terhadap tanah, sehingga menghasilkan koefisien gesek nyata yang jauh lebih rendah (Gb. 1.3).

Beberapa peneliti menemukan bahwa koefisien gesek nyata tanah-logam menurun ketika beban
normal besar, khususnya pada lempung lembab dan geluh lempungan.

Penentuan Watak Kekuatan Tanah Lewat Ketahanan


Tembus
Kekuatan tanah ialah kemampuan atau kapasitas tanah pada kondisi tertentu untuk menahan atau
menyangga gaya yang dikenakan. Ketahanan tembus ialah parameter gabungan yang meliputi
beberapa sifat tanah independen namun biasanya dipandang mencerminkan kekuatan tanah.
Untuk mengukur kekuatan tembus, alat ukur sederhana yang dikenal sebagai penetrometer
ditekankan ke tanah, dan gayanya diamati dalam kaitannya dengan kedalaman penembusan.
Pembacaan gaya penetrometer per satuan dasar luas irisan melintang menghasilkan petunjuk
kekuatan relatif berbagai tanah dan keseragamannya terhadap kedalaman pada kondisi tanah
tertentu.

Rekomendasi ASAE R313, dibuat tahun 1968, memberikan cirian dimensi untuk dua ukuran
baku penetrometer kerucut yang ditawarkan, yang juga mencakup metoda tatacara memperoleh
pembacaan. Penerbitan dan penerimaan umum terhadap rekomendasi ini telah sangat
mempertinggi kebergunaan data penetrometer.

Pengikisan Tanah
Kepengikisan merupakan sifat dinamika tanah yang lebih memberi efek kumulatif ketimbang
efek serta merta. Ketika sejumlah besar tanah menggelincir di atas permukaan alat olah, aus
karena pengikisan dapat merubah ukuran, bentuk, atau kekasaran alat yang cukup untuk
membuatnya tak efektif, terutama jika tekanan tanah terhadap alat tinggi. Watak atau kondisi
tanah yang mempengaruhi kepengikisan antara lain ialah: kekerasan, bentuk dan ukuran partikel
tanah, kepadatan yang menahan partikel dalam massa tanah, dan kandungan lengas tanah.
Ketahanan kikis logam terpengaruhi terutama oleh komposisi bahannya dan kekerasan, kekuatan,
dan kekasarannya.

Pelapisan atau penyepuhan dengan logam campuran yang khusus yang tahan kikis sering
diberikan pada tepi pemotong alat olah tanah untuk menurunkan laju aus, khususnya guna
pemakaian pada tanah pasir atau tanah geluh pasiran. Proses ini dikenal sebagai pengerasan
muka. Pengerasan muka bahan dengan komposisi berbeda tersedia untuk kondisi kombinasi kikis
dan bentur tertentu. Bahan tersebut, yang dijual dengan berbagai nama dagang, sangat keras dan
sebagian di antaranya cukup getas. Bahan tersebut biasanya campuran krom-kobalt-tungsten
yang tak berbesi, atau campuran besi karbon tinggi yang mengandung unsur semacam krom,
tungsten, mangaan, silikon dan molibden. Bahan tersebut diberikan pada kejen bajak, mata bajak
tanah bawah, pendangir pahat, dan alat olah tanah lainnya dengan memakai las busur listrik atau
las karbit.

Faktor-faktor Rancangan Alat Olah Tanah


Capaian penggunaan alat olah tanah ialah untuk mengerjai (mengubah, memindahkan, atau
membentuk) tanah sebagaimana dikehendaki untuk memperoleh kondisi tanah tertentu. Tiga
faktor rancangan abstrak yaitu kondisi awal tanah, bentuk alat, dan cara gerak alat akan
mengendalikan atau menentukan pengolahan tanahnya. Hasil dari ketiga faktor masukan
independen tersebut ditunjukkan oleh dua faktor keluaran yaitu kondisi akhir tanah dan gaya
yang dibutuhkan untuk mengolah tanah. Kelima faktor tersebut seluruhnya berkaitan langsung
dengan kepentingan perancang peralatan olah tanah.

Dari ketiga faktor masukan, perancang hanya memiliki kekuasaan yang penuh terhadap bentuk
alat. Pengguna mungkin mengubah-ubah kedalaman atau kecepatan pengerjaan dan mungkin
juga memakai alat untuk berbagai kondisi awal tanah, Bagaimanapun bentuk alat tak dapat
ditinjau terpisah dari cara penggerakannya atau kondisi awal tanahnya. Orientasi bentuk alat
yang berkaitan dengan arah jalan mestilah ditentukan. Kondisi tanah awal yang berbeda
kadangkala membutuhkan bentuk yang berbeda. Contohnya, banyak bentuk bajak singkal yang
berbeda yang dibuat untuk jenis dan kondisi tanah yang berbeda.

Bentuk yang perlu diperhatikan dalam rancangan ialah permukaan tempat tanah bergerak di
atasnya saat alat olah tanah dipergunakan. Gill dan Vanden Berg menggolongkan 3 perwatakan
bentuk: bentuk makro, bentuk tepi, dan bentuk mikro. Istilah bentuk makro menunjuk pada
bentuk permukaan secara garis besar, sedangkan bentuk tepi menunjuk pada bentuk tepi luar dan
irisan melintang pada batas permukaan pengerja tanah. Bajak piringan yang bertakik dan yang
halus mamiliki bentuk tepi yang berbeda namun bentuk makronya dapat sama. Bentuk mikro
menunjuk pada kekasaran permukaan.

Kebanyakan bentuk alat olah tanah dibuat dengan cara potong dan coba, atau berdasar analisis
kualitatif. Hubungan bentuk dengan kerja pengolahan tanah telah memperoleh perhatian terbesar
pada pengembangan mata bajak singkal, sedangkan hubungan antara bentuk dan gaya
memperoleh perhatian pada pengembangan alat tanah bawah dan alat jenis pahat. Penggambaran
bentuk secara matematika merupakan cara penggambaran yang paling serbaguna, namun alat
semacam bajak singkal memiliki bentuk yang kompleks sehingga tak dapat secara mudah
digambarkan dalam bentuk matematika. Penggambaran secara grafik sering telah dicoba dan
penggunaan analisis komputer untuk bentuk mata bajak terus meningkat.

Bentuk tepi pemotong dapat mempengaruhi draft di samping mempengaruhi suku gaya tanah
tegak dan menyamping. Contohnya, lempeng piringan yang diasah pada sisi cekungnya akan
menembus tanah lebih gampang dibanding lempeng yang diasah pada sisi cembungnya. Kejen
yang telah aus akan mengurangi gaya V tegak arah ke bawah, dan cenderung menyebabkan
pemadatan tanah dan kadangkala nyata-nyata menaikkan draft.

Kekasaran permukaan tempat meluncurnya tanah (bentuk mikro) mempengaruhi gaya gesek.
Kekasaran permukaan berkaitan dengan penghalusan awal dan pengaruh aus-kikis serta dapat
terjadi secara lokal karena karat, goresan ataupun tekanan kecil. Tahanan gesek dapat menyita
sampai 30 % dari draft total bajak singkal. Bentuk mikro dapat pula memiliki pengaruh yang
penting terhadap unsur lain pergerakan tanah, semisal pembilasan. Faktor yang mempengaruhi
pembilasan akan dibahas pada bab 2 dikarenakan watak kinerja tersebut berkaitan terutama
dengan bajak singkal.

Cara bergerak alat meliputi arah, lintasan melalui tanah dan kecepatan. Untuk alat yang bergerak
lurus (yaitu yang bukan rotari atau bergetar), tapak kerja tersebut biasanya dicirikan dengan
semata menentukan kedalaman dan lebar potong. Arah alat yang mempunyai bentuk tertentu
dapat secara nyata mempengaruhi baik pengerjaan tanah maupun gaya. Seringkali sistem
persambungan yang dipakai untuk menempatkan alat mempengaruhi baik kedalaman maupun
arahnya. Jika tersedia daya yang cukup, kecepatan merupakan faktor rancangan yang paling
mudah diubah-ubah. Menaikkan kecepatan umumnya akan menaikkan draft, namun juga
mempengaruhi pergerakan dan pemecahan tanah.
Pengukuran dan Penilaian Kinerja
Sebagaimana telah dibahas di depan, gaya alat dan perubahan kondisi tanah adalah dua unsur
dasar kinerja alat olah tanah. Alat tersebut harus mampu mengolah tanah sebagaimana yang
diperlukan dengan masukan tenaga yang sekecilnya, dan kondisi akhir tanah harus mampu
mendekati kondisi yang dikehendaki. Sistem gaya yang bekerja pada alat olah tanah dapat
digambarkan secara matematika dan gaya-gaya tersebut dapat diukur. Namun penghitungan
kinerja secara kuantitatif sulit karena belum ada cara yang dapat secara memadai memaparkan
kondisi tanah, atau yang dapat menciri kondisi yang dibutuhkan untuk kegunaan termaksud.

Tiga unsur kondisi tanah akhir yang perlu diperhatikan tergantung pada fungsi atau tujuan
pengerjaan olah tanah tertentu ialah

1. derajat pemecahan tanah,


2. kehalusan ukuran bongkah tanah dalam hubungannya dengan kedalaman, dan
3. keseragaman pengadukan sampai kedalaman oleh.

Pemecahan tanah dapat diukur dengan pengayakan contoh tanah yang mewakili keseluruhan
kedalaman olah. Gill dan Vanden Berg menjelaskan tentang ayakan putar yang dirancang untuk
keperluan tersebut. Hasilnya dapat dinyatakan dalam besaran agihan ukuran butir tanah aktual,
diameter rata-rata massa, atau modulus penghancuran

Penghalusan ukuran bongkah tanah, mungkin dengan bongkahan yang lebih besar terletak pada
bagian atas dekat permukaan, sering diperlukan, namun kadang tak diperlukan pada situasi lain.
Banyak jenis alat olah yang memiliki efek seperti itu, dengan derajat yang berbeda-beda.
Pengayakan lapis-lapis tanah secara sendiri-sendiri merupakan cara untuk mengukur kinerja
penghalusan bongkah dari suatu alat olah tanah.

Seringkali capaian olah tanah adalah untuk mencampur tanah agar diperoleh agihan bongkah
atau lengas secara seragam. Bisa juga pemberian bahan seperti pestisida atau pupuk memerlukan
pencampuran dengan tanah secara merata. Keseragaman pencampuran dapat dinilai dengan
menempatkan bahan pelacak di permukaan tanah kemudian mengamati penyebarannya setelah
olah. Bahan berupa bubuk, bahan radioaktif, bahan berpendar, zat warna yang kepekatannya
dalam contoh tanah dapat diukur secara spektrofotometri, dan natrium atau kalium klorida telah
dicoba untuk keperluan tersebut.

Penilaian kinerja olah tanah juga mencakup pembandingan kondisi tanah akhir aktual dengan
kondisi yang dibutuhkan. Kondisi yang dibutuhkan seluruhnya ditentukan oleh maksud
kegunaan tanah olahan. Tingkat kedekatan kinerja fungsional, jika dianggap berada di bawah
patokan yang dikehendaki, mungkin akan diperhadapkan dengan pertimbangan ekonomi dan
faktor-faktor lain. Kinerja juga mencakup kapasitas lapang dan efisiensi pemakaian tenaga, yang
harus dipertimbangkan pada saat membandingkan 2 alat atau lebih. Penempatan sisaan tanaman
dan derajat pencacahannya merupakan faktor lain yang kadang mesti dipertimbangkan.

Untuk menghitung efisiensi penggunaan tenaga, pada alat pertanian yang guna utamanya untuk
pemecahan tanah, tenaga setara yang dibutuhkan untuk memperkecil ukuran bongkah harus
diukur lewat percobaan. Caranya ialah dengan menerapkan tenaga ke tanah dengan cara yang
bisa dikendalikan dan mengukur efeknya dalam besaran ukuran bongkah. Gill dan McCreery
membuat cara jatuh-remuk yaitu contoh tanah dijatuhkan dari ketinggian tertentu ke atas
permukaan tegar lalu tenaga kinetik yang hilang untuk penjatuhan dihubungkan dengan diameter
rerata massa yang dihasilkan. Penjatuhan lebih lanjut terhadap bongkah besar yang tertinggal
menghasilkan hubungan antara diameter rerata massa dengan tenaga kinetik total yang
dibutuhkan (Gb. 1.4).

Pada cara penghitungan masukan tenaga setara yang lain, tenaga untuk meremukkan tanah
dikenakan dengan penekanan lambat, dengan memukul tanah dengan piranti bandul atau dengan
memutar bilah yang mirip rotari-tiller. Tak satupun dari cara tersebut yang dapat mengukur
tenaga mutlak yang dibutuhkan untuk penghancuran tanah, karena mekanisme pecahnya tanah
bisa berbeda dibanding jika diolah dengan alat olah tanah yang sebenarnya. Cara yang berbeda
tidak perlu memberi hasil yang sama. Untuk masing-masing kondisi tanah yang berbeda, harus
dilakukan uji tersendiri. Sekalipun demikian, cara-cara tersebut merupakan cara yang banyak
manfaatnya untuk membandingkan hasil dari berbagai pengerjaan olah tanah.

Untuk menilai pekerjaan olah dalam besaran penggunaan tenaga, masukan tenaga olah aktual per
satuan volume dihitung terhadap draft terukur, lebar potong dan kedalaman potong. Masukan
tenaga setara dihitung dengan salah satu di antara berbagai cara yang dijelaskan di muka, dibagi
dengan masukan tenaga olah aktual untuk memperoleh nisbah nirmatra yang mungkin bisa
dinamakan sebagai faktor pemanfaatan tenaga. Faktor tersebut tidak menggambarkan efisiensi
olah secara ketat, karena acuan masukan tenaga setara bukan minimum mutlak.

Pengukuran Gaya Tanah pada Alat Olah


Jika alat dipasangkan pada cabang rangka yang seluruhnya disangga oleh rangka kereta tarik
melalui 6 transduser gaya yang arahnya tepat (Gb. 1.5), resultan reaksi tanah dapat dihitung
secara lengkap. Kereta penarik tersebut yang biasanya ditarik traktor, menggerakkan alat dengan
kecepatan, kedalaman, dan arah yang dikehendaki sementara gaya-gayanya diukur. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat, diperlukan rel pemandu untuk kereta, untuk mendapatkan lebar
dan kedalaman potong yang konstan pada daerah uji.

Dengan susunan seperti itu, dapat diuji alat yang mendapat reaksi tanah gabungan geser dan
putar. Gaya parasit dapat dimasukkan dalam reaksi tanah terukur, atau bisa dihilangkan atau
dikecilkan dengan penyetelan alat atau dengan meniadakan semua permukaan stabilisasi dan
penyangga. Pengaruh gravitasi terhadap alat dapat dihilangkan dari hitungan gaya dengan
melakukan pembacaan awal dengan alat terpasang, kemudian hanya mencatat perubahan beban
yang disebabkan oleh reaksi tanah. Hasil atau keluaran dari keenam transduser gaya dapat
dipadukan ke dalam salah satu dari lima bentuk keluaran.

Pengukuran gaya pada alat pada ukuran sesungguhnya bisa dilakukan dengan kereta uji lapang
atau dengan fasilitas laboratorium yang memiliki tanah dalam rinjing besar. Sistem rinjing tanah
memungkinkan dilakukannya uji dengan pengendalian yang cermat dan kondisi tanah dan
kondisi kerja yang seragam. Susunan tersebut khususnya cocok untuk penelitian dasar dan untuk
uji yang berulang yang mencakup pembandingan rancangan atau penyetelan alat yang berbeda
pada berbagai kondisi tanah. Secara kuantitatif, hasil uji tersebut tidak perlu mewakili keadaan
lapang. Peralatan uji lapang menghasilkan perolehan yang lebih mencirikan kondisi kerja aktual
namun terpengaruh oleh keragaman kondisi tanah, bahkan meskipun dalam satu lapang. Hasil uji
lapang memberikan dasar yang lebih bagus untuk rancang bangun ketimbang hasil uji di rinjing
tanah.

Clyde melakukan banyak terobosan baru dalam pekerjaan analisa dan pengukuran gaya di
Universitas Negara Bagian Pennsylvania. Olehnya dibuat kereta uji pada kira-kira tahun 1935
dan memakainya selama beberapa tahun. Pengendalian menyamping kereta ini, yang
dinamakannya “pengukur olah tanah”, dilakukan dengan pemasangan roda besi yang dijalankan
melalui lekukan rel baja. Kedalaman dikendalikan dengan 2 roda berban karet yang dijalankan di
atas tanah bagian yang tak diolah. Penekanan diberikan pada penghitungan tahanan tanah pada
kondisi lapang aktual pada tanah yang mudah diolah, pada tanah rata-rata, dan pada tanah yang
agak sulit, untuk mendapatkan kisaran kondisi sebagai dasar perancangan dan pelaksanaan kerja
olah tanah.

Gill dan Vanden Berg menulis tentang 2 macam dinamometer lapang yang digunakan oleh
lembaga penelitian di Eropa. Tak satupun dari keduanya yang menggunakan rel pandu. Alat dari
NIAE digendongkan pada traktor dan memiliki krepyak kecil untuk mengendalikan kedalaman.
Alat jenis satunya yang terdapat di Jerman dipasangkan pada kereta gandeng beroda tiga. Jika
lebar potong harus dikendalikan, seperti pada bajak singkal atau piringan, dua piranti yang sama
digendongkan pada kereta gandeng dengan kedudukan yang mirip dengan jika berupa satu set
alat, lalu ditambahi dengan piranti belakang. Beberapa pabrik alat pertanian serta lembaga lain di
Amerika juga memiliki kereta uji lapang.

Laboratorium Peralatan Olah Tanah Nasional milik USDA di Auburn, Alabama, merupakan
pusat penelitian dinamika tanah yang terkenal, memiliki rinjing-rinjing tanah dan telah
digunakan sejak tahun 1936. Laboratorium tersebut memiliki 9 rinjing lapang dan 2 rinjing
ruang, yang di dalamnya dapat dijalankan roda, krepyak, gandengan, dan peralatan olah dengan
ukuran sebenarnya. Masing-masing rinjing memiliki lebar 6,1 m, tinggi 0,6 atau 1,5 m dan
panjang 58 atau 76 m. Komposisi mekanika tanah berbeda-beda mulai tanah pasir sampai tanah
lempung. Dari tanah tersebut dipilih untuk memperoleh kisaran perwatakan tanah yang lebar. Rel
di atas dinding di antara rinjing digunakan untuk bertumpunya roda dan semua penumpu dari
kereta uji. Tersedia peralatan untuk pemadatan, penggerusan, pengadukan, perataan, atau
penyemprotan tanah, dan untuk melindunginya dari cuaca. Kereta penarik menarik kereta alat
dan dapat dijalankan pada kecepatan 3 16 km/jam.

Beberapa pabrik alat pertanian, beberapa balai penelitian pertanian di negara-negara bagian dan
Laboratorium Peralatan Olah Tanah Nasional memiliki rinjing tanah kecil yang diletakkan dalam
ruangan, yang dipergunakan terutama untuk penelitian berskala model atau untuk bentuk piranti
olah yang sederhana. Jumlah fasilitas tersebut selalu bertambah. Kadang-kadang alat digerakkan
melintasi rinjing diam yang panjangnya 6,1 18,3 m, ada juga yang alatnya diam, sedangkan
tanahnya dijalankan dalam palung berbentuk cincin yang diputar, dalam rinjing pendek yang
dijalankan lurus, atau di atas sabuk yang bergerak.
Kebanyakan, jika bukannya semua, alat uji yang terdapat sekarang menggunakan transduser
penara regangan (straingage). kecepatan maju biasanya diukur dengan generator tachometer
yang menghasilkan sinyal listrik yang dapat dimasukkan dalam satu saluran pada piranti yang
sama dengan yang digunakan untuk transduser gaya. Biasanya dipakai 8 saluran osilograf, 4
saluran pita magnetik perekam, dan perekam x-y. Setidaknya di satu tempat, seluruh sinyal
keluaran transduser dimasukkan langsung ke dalam komputer analog yang mengolah seluruh
data selama pengujian.

Ketika mempelajari satu suku atau bagian khusus dari alat, sering diperlukan untuk mengisolasi
suku tersebut dan mengukur hanya gaya yang bekerja padanya. Contohnya, kejen bajak singkal
dapat disangga dari belakang dengan 2 batang julur (kantilever) yang secara bangun
memisahkannya dari bagian mata bajak lainnya namun masih menempatkannya pada posisi
fungsionalnya yang benar. Penara regangan dapat dilekatkan pada balok penyangga untuk
mengukur satu atau lebih suku gaya atau untuk mengukur sistem gaya selengkapnya pada kejen.
Untuk menghitung sistem selengkapnya dibutuhkan 6 pengukuran gaya, yang pada contoh tadi
berupa gaya sumbu dan momen lengkung pada 2 arah tegak lurus pada masing-masing balok.
Kadang-kadang transduser gaya dapat dilekatkan langsung pada suku bangun yang secara
normal menopang piranti atau suku alat.

Jika penghitungan gaya dilakukan dengan cara pengukuran momen lengkung, momen tersebut
perlu diukur pada 2 bagian dari balok untuk menentukan secara akurat gaya normal yang bekerja
padanya. Kedua bagian tersebut harus terletak berjauhan (agar diperoleh tanggapan yang
maksimum) dan irisan melintangnya mesti identik. Rangkaian jembatan disusun sedemikian
sehingga perbedaan di antara kedua momen dapat terukur. Setiap momen yang berasal dari suku
gaya eksentrik yang sejajar terhadap poros balok akan terhapuskan pada pembacaan transduser,
dikarenakan momen semacam itu akan mempunyai besar yang sama sepanjang balok. Gaya
sumbu tidak menghasilkan tanggapan, karena pengaruhnya terhadap kedua penara sama besar.

Pengukuran Draft Peralatan Tipe Tarik


Sebagaimana digawarkan pada pasal 6, draft ialah bagian dari pull yang arahnya sejajar arah
gerak. Piranti tersederhana untuk mengukur pull ialah dinamometer pegas (dengan bagian
utamanya berupa pegas besar yang dihubungkan dengan jarum penunjuk) yang disambungkan di
antara batang penarik traktor dan titik penggandengan pada peralatan olah, dan dibaca secara
langsung. Dikarenakan adanya fluktuasi beban yang terjadi secara cepat, dinamometer semacam
itu hanya cocok untuk pengukuran secara kasaran. Dinamometer hidrolik, yang menyalurkan
tekanan ke manometer bourdon yang telah dikalibrasi dalam satuan gaya, lebih mudah
digunakan dibanding dinamometer pegas, karena fluktuasi gaya dapat diredam cukup bagus
dengan menggunakan cairan yang kental atau dengan diperlengkapi dengan penghambat aliran
pada saluran cairannya. Beberapa dinamometer hidrolik merekam pull di atas kertas grafik yang
digerakkan dari roda tanah.

Dinamometer penara regangan sering digunakan untuk mengukur pull batang penarik. Ada
beberapa ragam susunan yang digunakan, namun biasanya penara regangan mengukur pada
rangka yang terkena momen lengkung. Dengan meletakkan penara pada tempat yang berlawanan
sehingga mendapat tarikan dan tekanan, dihasilkan tanggapan maksimum serta penyederhanaan
kompensasi suhu. Transduser gaya tipe cincin yang susunan penara regangannya seperti terlihat
pada gambar 1.6, mempunyai kepekaan bagus terhadap gaya tarik atau tekan sumbu sedangkan
tanggapannya tidak terpengaruh oleh beban bengkok keseluruhan.

Untuk mendapatkan gambaran lengkap dari draft alat dan kebutuhan daya, perlu dilakukan
pengukuran kecepatan dan lebar serta kedalaman olah di samping penghitungan draft. Karena
adanya fluktuasi yang lebar dalam hal draft dan kondisi tanah, bahkan pada satu lintasan yang
pendek, perlu dibuat grafik pull terhadap jarak tempuh. Pengintegralan luasan di bawah kurva
tersebut akan menghasilkan usaha total dan pull rerata. Kecepatan dapat dihitung dengan
mengukur waktu tempuh sepanjang jarak tempuh, yang telah diukur atau yang secara otomatik
tercatat, atau dengan generator tachometer yang digerakkan dari roda tanah.

Jika dinamometer biasa disambungkan langsung pada persambungan antara peralatan dan
traktor, gaya yang terukur menunjukkan total pull bukannya suku draft. Dalam hal itu sudut
tegak antara garis pull dengan arah mendatar dan sudut datar antara garis pull dan arah gerak
harus diukur sehingga draft dapat dihitung dari pull. Zoerb menulis tentang dinamometer penara
regangan sambung langsung yang penaranya dilekatkan pada poros tegak yang ditopang oleh 2
bantalan bola (yang bekerja sebagai balok sederhana) dengan susunan sedemikian sehingga
penara hanya akan mengukur suku draft dari pull. Dengan mencatu rangkai jembatan penara
regangan tersebut dari tegangan yang berasal dari generator tachometer, dapat diperoleh
pembacaan daya secara langsung.

Darft bajak umumnya dinyatakan dalam newton per cm2 irisan olah. Draft semacam ini
digawarkan dalam pasal 1.6 sebagai draft spesifik. Pada beberapa alat, misalnya penanam, dapat
dipakai satuan kilonewton per larik. Untuk kebanyakan peralatan olah tanah lain, draft biasanya
dinyatakan dalam kilonewton per meter lebar, kadangkala juga dengan menerangkan kedalaman
olahnya. Kisaran khas draft peralatan disajikan pada tabel 1.

Pengukuran Gaya Gandeng pada Peralatan Gendong dan


Semi Gendong
Draft dapat diukur dengan pemasangan penara regangan pada sisi depan dan belakang pada
pasak melintang yang dijulurkan, yang menyangga ujung depan sambungan pada gandengan 3
titik. Balok sederhana, bukannya balok julur, dapat dipakai pada titik gandengan atas. Empat
penara pada setiap penumpu ditempatkan secara akurat sedemikian sehingga dapat menangkap
hanya momen lengkung pada bidang yang mendatar. Pembacaan tunggal untuk draft dapat
diperoleh dengan menyambungkan keluaran dari ketiga rangkai jembatan (satu rangkai per
penyangga) secara sejajar, atau dengan menyambungkan semua penara ke dalam satu rangkaian
jembatan. Pengukuran perbedaan antara momen lengkung pada 2 bagian untuk masing-masing
balok penyangga, sebagaimana diterangkan pada pasal 1.5, menghilangkan pengaruh momen
yang disebabkan oleh gesekan dalam sambungan bantalan bola. Scholtz mengecilkan pengaruh
gesekan bantalan bola dengan membuat balok julur gandengan bawah sepanjang 165 mm
(terhadap titik pusat bola). Pengukuran momen lengkung hanya dilakukan pada satu irisan pada
masing-masing balok.
Sistem pasak-gandengan untuk pengukuran draft hanya cocok jika peralatan tidak disangga sama
sekali oleh sambungan pengangkat gandengan, atau jika gaya sambungan pengangkat dan
sudutnya terukur. Oleh karena sambungan pengangkat tidak tegak (Gb 1.7), setiap gaya yang
terdapat di dalamnya akan memiliki suku membujur yang akan mempengaruhi tanggapan dari
balok transduser pada gandengan bawah. Gaya pada sambungan pengangkat dapat diukur
menggunakan transduser tipe cincin (Gb 1.6) serta menggabungkannya ke dalam pembacaan
tunggal. Sudut gandengan pengangkat pada bidang tegak membujur harus juga diketahui untuk
menentukan koreksi terhadap pembacaan draft.

Jika suku gaya membujur, tegak, dan menyamping yang bekerja pada peralatan harus dihitung
semua, harus dibuat pengukuran secara bersamaan terhadap

1. gaya sumbu dan momen lengkung pada 2 arah pada kedua gandengan bawah (diukur di
bawah gandengan pengangkat),

2. gaya sumbu pada gandengan atas, dan


3. arah ketiga gandengan.

Penara regangan dapat dipasang secara langsung pada gandengan bawah atau pada gandengan
langsung yang disesuaikan, yang memungkinkan diperolehnya tanggapan yang memadai pada
ketiga arah. Susunan yang lebih peka terdiri atas gandengan khusus yang menyalurkan gaya
sumbu dan momen lengkung melalui balok julur yang tegak lurus terhadap poros gandengan,
dengan mempergunakan prinsip pengurangan momen lengkung ganda (pasal 1.15) pada masing-
masing dari ketiga arah suku gaya. Susunan ini ditunjukkan pada gambar 1.7. Pada gandengan
atas, digunakan transduser gaya tipe cincin.

Kebutuhan Tenaga dan Pemecahan Tanah


Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.4, tenaga yang dibutuhkan untuk pemecahan tanah
tergantung pada derajat penghancuran yang diinginkan. Jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu tingkat penghancuran tertentu bergantung terutama pada kekuatan tanah dan
efisiensi penggunaan tenaga oleh alat. Kekuatan tanah tergantung pada watak alami tanah dan
kondisi fisikanya. Tanah lempung memiliki kebutuhan tenaga pecah yang lebih tinggi dibanding
tanah pasir atau geluh. Iklim, cara tanam, cara budidaya, dan faktor-faktor lain mempengaruhi
kondisi fisika tersebut. Untuk tanah tertentu, kebutuhan tenaga akan bertambah dengan
bertambahnya rapat curah, sebagaimana dilukiskan pada gambar 1.8.

Kekuatan dari tanah yang lembab pada awalnya, akan naik secara cepat jika tanah tersebut
mengering, khususnya pada tanah lempung dan tanah geluh lempungan, sehingga akan juga
meningkatkan kebutuhan tenaga penghancuran. Pada alat yang memiliki permukaan yang luas
yang bersinggungan dengan tanah, naiknya gesekan pada tahap adhesi akan menaikkan
kebutuhan tenaga jika tanah terlalu basah. Oleh karena itu, penjadwalan pekerjaan olah tanah
sedemikian sehingga dapat dilaksanakan pada kandungan lengas optimum dapat merupakan
masalah penting dalam kaitannya dengan pengecilan kebutuhan tenaga. Pada daerah kering,
pemberian air sebelum olah tanah bisa mengurangi kebutuhan daya dan atau menaikkan derajat
penghancuran. Olah tanah kedua hendaknya dilaksanakan sebelum bongkahan tanah memiliki
waktu yang cukup untuk mengering.

Kedalaman olah, lebar olah, bentuk alat (termasuk tepi pemotongnya), penyusunan alat dan
kecepatan jalan adalah faktor yang dapat mempengaruhi draft dan efisiensi pemanfaatan tenaga
pada kondisi tanah tertentu. Pengaruh parameter tersebut berbeda-beda pada berbagai jenis alat
yang berbeda dan pada berbagai kondisi tanah yang berbeda. Pada saat menghitung pengaruhnya
terhadap draft, pengaruh masing-masing terhadap tingkat penghancuran harus juga
dipertimbangkan. Kadang-kadang sedikit penambahan pemecahan tanah dianggap telah cukup
memadai untuk menghindari banyak berkurangnya efisiensi pemanfaatan tenaga. Pertanyaan
yang harus diajukan kemudian adalah apakah meningkatnya penghancuran tersebut
menguntungkan pada situasi tertentu.

Pada bajak gancu, draft spesifik rerata pada olah tanah pertama umumnya menunjukkan
peningkatan kecil atau cukupan dengan meningkatnya kedalaman, terutama pada tanah berat. Uji
lapang kadang menunjukkan kenaikan besar pada kedalaman di bawah kedalaman olah normal
karena adanya keragaman kondisi tanah (misalnya adanya lapisan terpadatkan). Pengaruh
kedalaman terhadap draft spesifik bajak singkal dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran, akan
dibahas pada bab 2. Penempatan roda, garit, atau piranti samping lain secara tak tepat, yang
sehingga mengganggu pola patahan tanah normal, dapat menaikkan draft. Bentuk dan arah alat
merupakan faktor penting berkaitan dengan draft. Masalah tersebut akan dibahas pada bab yang
menerangkan masing-masing tipe implemen.

Gill dan McCreery melakukan uji pada bagian mata bajak singkal yang lebarnya 51, 102, 152,
dan 203 mm, dengan lebar pemotongan 25 sampai 203 mm pada tanah geluh lempung debuan di
Laboratorium Peralatan Olah Nasional. Draft spesifik untuk pemotongan 51 mm dan 25 mm
ialah 40 % dan 140 % lebih tinggi dibanding rerata untuk pemotongan 102, 152, dan 203 mm.
Namun diameter massa rerata bongkah menurun dari 218 sampai 38 mm jika lebar pemotongan
dikurangi. Faktor pemanfaatan tenaga, didasarkan pada metoda jatuh-remuk (pasal 1.14)
meningkat dari 0,14 pada pemotongan 203 mm sampai 0,65 pada pemotongan 51 mm dan 0,79
pada pemotongan 25 mm. Pengujian terhadap bajak piringan 66 cm dengan pemotongan 25 mm
sampai 203 mm menghasilkan draft spesifik yang lebih tinggi pada pemotongan 25 mm dan 51
mm, namun tidak banyak perubahan faktor pemanfaatan tenaga pada seluruh kisaran lebar.

Berbagai pengujian tersebut memperlihatkan prinsip penggunaan potongan kecil pada tanah yang
mampat untuk memperoleh fragmentasi maksimum, serta menghasilkan perkiraan bahwa metoda
yang paling efisien untuk menghasilkan diameter massa rerata bongkah tertentu ialah dengan
mengenakan gaya dengan cara sedemikian sehingga pemecahan tanah terjadi dalam satu langkah
sekaligus. Pada cara yang dikerjakan sekarang ini, dipakai cara yang berlawanan, yaitu massa
tanah dihancurkan dengan pengerjaan olah tanah yang berturutan. Peralatan yang digunakan
pada tanah gembur sering hanya memindahkan bongkah tanpa terlalu banyak menambah tingkat
peremukan.

Efek pembajakan yang diikuti oleh 4 kombinasi olah tanah kedua telah diamati pada uji lapang
yang dilakukan pada 7 kombinasi tanah dan kondisi tanaman sebelumnya yang berbeda-beda.
Pada 4 lapang yang semua olah tanah untuk lapang khususnya dikerjakan dalam perioda 3 jam,
diameter massa rerata bongkah tanah setelah pembajakan berkisar antara 33 mm 61 mm.
Pembajakan menggunakan piringan setelah singkal mengurangi ukuran bongkah dengan 20 35 %
namun pemakaian piringan berikutnya, atau penggaruan setelah pembajakan piringan, biasanya
tak lagi memiliki efek berarti terhadap rerata ukuran bongkah.

Pengaruh Kecepatan terhadap Draft


Menambah kecepatan maju akan menaikkan draft pada kebanyakan alat olah tanah, terutama
karena percepatan yang lebih besar terhadap tanah yang terpindah jauh. Percepatan tanah
meningkatkan draft sedikitnya karena 2 alasan, pertama karena gaya percepatan menaikkan
beban normal pada permukaan yang bersinggungan dengan tanah, yang oleh karenanya
menaikkan tahanan gesek, dan kedua karena adanya tenaga kinetik yang dipindahkan ke tanah.
Oleh karena gaya percepatan sebanding dengan kuadrat kecepatan, dan karena draft juga
mencakup suku yang pada dasarnya tidak tergantung pada kecepatan, menjadi nalarilah untuk
menyatakan hubungan antara kecepatan dan draft dengan persamaan berbentuk

Ds = Do + K S2 . . . . . . . . . . . . (1.3)

dengan

Ds = draft pada kecepatan S

Do = suku statika draft, independen terhadap kecepatan

S = kecepatan maju

K = tetapan yang nilainya tergantung pada jenis rancangan alat serta pada kondisi tanah.

Besarnya pengaruh kecepatan terhadap draft tergantung pada besar relatif suku yang tak
bergantung pada kecepatan dan suku yang meningkat jika kecepatan meningkat, serta
dipengaruhi oleh jenis dan rancangan alat serta oleh kondisi dan jenis tanah. Sebagai contoh,
terdapat hasil uji yang menunjukkan bahwa penambahan kecepatan dari 4,8 km/jam menjadi 9,6
km/jam menaikkan draft sebesar 90 % dan 40 % pada bajak piringan pada dua jenis tanah yang
berbeda, dengan rerata sebesar 50 % untuk bajak singkal lazim pada satu jenis tanah dan sebesar
15 % pada bajak tanah bawah.

Pengkajian Berskala Model


Uji lapang alat olah tanah terpengaruhi oleh keragaman alami kondisi tanah. Penggunaan rinjing
tanah yang besar untuk uji alat dengan ukuran sebenarnya memerlukan modal yang mahal untuk
peralatan yang sangat khusus. Pendekatan lain yang menawarkan kemurahan, kenyamanan dan
penguasan kondisi yang bagus ialah penerapan prinsip simulasi dalam uji laboratorium alat olah
tanah berukuran model. Model alat telah digunakan dalam banyak bidang keteknikan, namun
hanya sejak kira-kira tahun 1966 terdapat minat yang besar dalam pengkajian model terhadap
alat olah tanah.
Capaian umum uji model ialah

1. untuk dapat memprakirakan unjuk kerja sistem prototipe (dengan ukuran sebenarnya)
dari nilai yang terukur pada sistem yang kecil dan relatif murah, atau
2. untuk memperoleh pemahaman terhadap sifat, besar, dan efek parameter fisika sistem
tersebut.

Pengkajian model yang diperkecil didasarkan pada konsep kesamaan antara sistem prototipe dan
model, dengan kaidah-kaidah fisika yang sama yang mengatur kedua sistem tersebut.

Dua sistem akan menampilkan kelakuan yang mirip jika dicapai kemiripan geometri, kinematika,
dan dinamika. Untuk mendapatkan kemiripan geometri merupakan hal yang relatif sederhana.
Untuk kemiripan dinamika, nisbah seluruh gaya yang mempengaruhi sistem harus sama pada
model dan pada prototipe. Masalahnya adalah mengenali dan menentukan semua gaya itu.
Kesamaan kinematika biasanya akan tercapai jika kesamaan geometri dan dinamika telah
tercapai.

Langkah pertama dan terpenting dalam merencanakan kajian model ialah pencirian semua
variabel fisika yang dapat diukur, yang jika dipadukan secara benar akan secara lengkap
menjelaskan gejala fisika yang dikaji. Kemudian prinsip analisis matra diterapkan untuk
mengelompokkan variabel tersebut menjadi serangkai besaran yang independen dan tak
bermatra, yang digunakan sebagai dasar untuk perancangan alat.

Jika telah diperoleh pembuatan skala yang benar pada semua faktor yang relevan, prakiraan yang
bagus terhadap kinerja sistem prototipe dapat diperoleh dengan semata mengalikan kinerja
model dengan faktor pengali yang sesuai. Biasanya terdapat unsur yang tak terskala. Unsur
tersebut akan mengakibatkan ketaksamaan atau distorsi yang perlu dipertimbangkan. Menskala
sifat-sifat tanah adalah salah satu masalah utama.

Usaha cara lain untuk menentukan dan mengukur seluruh sifat tanah sehingga dapat diskala ialah
menggunakan tanah yang sama untuk prototipe dan model. Penyimpangan yang muncul
kemudian dihitung secara empiri dengan mengamati kecenderungan hasil yang diperoleh dengan
model dengan beberapa ukuran (memiliki faktor pengali yang berbeda) lalu membuat faktor
penduga untuk menghilangkan efek penyimpangan.

Penelitian terhadap Alat Olah Tanah Sederhana


Pada tahun-tahun belakangan ini usaha penelitian yang banyak telah dilakukan untuk pengujian
alat olah tanah berbentuk sederhana sebagai cara untuk mengkaji prinsip dasar reaksi tanah
terhadap gaya yang mengenainya. Alat tersebut biasanya berujud lempeng datar yang dijalankan
melalui tanah dengan posisi tegak (dengan sudut angkat 90o) ataupun dengan posisi miring
dengan sisi bawahnya di depan (dengan sudut angkat tajam). Lempeng-lempeng yang lebarnya
25 100 mm biasanya dipakai sebagai gerigi garpu dengan bagian lebar penuhnya mencuat ke atas
permukaan tanah. Lempeng lebar (ada yang sampai 76 cm) lebih sering dibenamkan dan dipakai
pada sudut angkat kurang dari 45o untuk mempelajari gerakan tanah ketika terangkat. Uji dengan
alat sederhana dilakukan di lapang, di rinjing lapang atau di rinjing ruang dengan berbagai
ukuran.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Menurut Djauhari (1992) ada beberapa manfaat atau fungsi dari pengolahan tanah
antara lain:
8. Untuk memperoleh struktur tanah yang dibutuhkan bagi pertumbuhan benih atau akar.

Struktur remah diperlukan guna memungkinkan peresapan yang cepat dan ketahanan

terhadap hujan, untuk mendapatkan kandungan dan pertukaran udara yang cukup di dalam

tanah, dan untuk memperkecil hambatan terhadap penembusan akar. Sebaliknya, suatu

persemaian yang baik umumnya membutuhkan partikel yang lebih halus dan kepadatan

yang lebih tinggi di sekitar benih.

9. Untuk mengendali gulma atau untuk menghilangkan tanaman yang berlebih (penjarangan).

10. Untuk menata sisa tanaman. Dari tinjauan pengolahan dan penguraian, sampahan perlu

dicampur secara menyeluruh, sedangkan penempatan sampahan di lapisan atas akan

mengurangi erosi. Sebaliknya, penutupan yang menyeluruh terkadang diperlukan untuk

mengendalikan serangga lewatmusim-dingin atau untuk mencegah hambatan terhadap

pengerjaan presisi seperti penanaman atau pendangiran tanaman tertentu.

11. Untuk mengecilkan erosi tanah dengan mengikuti cara semacam pengolahan menurut garis

tinggi, pembumbunan dan penempatan sampahan secara tepat.

12. Untuk memperoleh bentuk permukaan yang khas untuk pengerjaan penanaman, pengairan,

drainase, panen, dan sebagainya.

13. Untuk membenamkan dan mencampur pupuk, pestisida atau bahan tambahan ke dalam

tanah.
14. Untuk melakukan pemisah-misahan. Hal ini dapat berupa pemindahan tanah dari satu lapis

ke lapis lainnya, penghilangan batu dan barang-barang asing lain, atau pemanenan

umbian.

15. Memperbaiki sturktur tanah,pada tanah berat pengolahan tanah hendaknya dilakukan

dengam alat olah yang mampu merobah tanah tersebut menjadi gembur

16. Pengelohan tanah dapat juga mendorong pertumbuhan mikro dan hara tanaman.

17. Mencengah hama dalam tanah yang dapat menggnagu pertumbuhan tanamna jagung sesuai

dengan kondisi /keadaan tanah.

Mencengah pertumbuhan gulma yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman.

Anda mungkin juga menyukai