Anda di halaman 1dari 24

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

DISUSUN

OLEH :

KELOMPOK: 1

NAMA : RIZKA ALIA


ADILA SYAKIRA
PUTRI SYIFA ULFIA
SYARIFAH HAYATUT ZIKRA
NUR SALWANI
ANISA TUN BAJURI
DHIA AFRIZA
MAPEL : PENDIDIKAN KEWARGA
NEGARAAN
PEMBIMBING : YESSI WULANDARI, S.Pd

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)


KESEHATAN
MUHAMMADIYAH
BIREUEN
2023
KATA PENGANTAR

Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Yessi Wulandari, S.Pd pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yessi Wulandari, S.Pd, selaku
guru pembimbing mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan
terima kasih.

Bireuen, September 2023


Penulis

KELOMPOK : 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang


artinya adalah lima, dan “Syla” yang berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila juga merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat
yang dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan.

Dalam pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima
prinsip yang ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden
RI, Soekarno, pada 1 Juni 1945. Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam
Pancasila tersebut ialah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa


Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum
dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti
peraturan dan hukum yang berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik yang
tertulis (UUD) maupun yang tak tertulis (konvensi). Sebagai dasar negara, secara
hukum Pancasila memiliki kekuatan mengikat semua Warga negaranya.
Pengertian mengikat ialah bahwa ketentuan mengenai pembuatan segala
peraturan dan hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan
imperatif. Dengan kata lain, tidak boleh ada satu pun peraturan atau hukum di
Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila.

Dari mempelajari bab ini, diharapkan para mahasiswa dapat mengetahui


atau memahami konsep, hakikat, dan pentingnya pancasila sebagai dasar negara,
ideologi negara, atau dasar filsafat negara Republik Indonesia dalam
kehidupan bernegara. Kita sebagai generasi muda seharusnya berpartisipasi
atau berjuang untuk mewujudkan tujuan negara berdasarkan pancasila. Agar
partisipasi kita di masa yang akan datang efektif, maka perlu perluasan dan
pendalaman wawasan akademik mengenai dasar negara melalui mata pelajaran
pendidikan pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH

Setelah menyusun latar belakang makalah, kami memiliki beberapa


rumusan masalah yang relevan untuk dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Memahami Bagaimana Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar


Negara ?
2. Mengapa Pancasila Diperlukan dalam Kajian sebagai Dasar Negara ?
3. Bagaimana Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Negara ?
4. Bagaimana Cara Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Pancasila sebagai Dasar Negara ?
5. Bagaimana Cara Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar
Negara ?

C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, kami memiliki beberapa tujuan yang kami muat,
yaitu:
- Mengetahui konsep negara, tujuan negara dan urgensi pancasila
- Memahami pentingnya pancasila sebagai dasar negara
- Mengetahui sumber yuridis, historis, sosiologis, dan politis tentang
pancasila sebagai dasar negara
- Memahami cara membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
pancasila sebagai dasar negara
- Mengetahui cara mendeskripsikan esensi dan urgensi pancasila sebagai
dasar negara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara


1. Menelusuri Konsep Negara
Apakah Anda pernah mendengar istilah Homo Faber, Homo Socius, Homo
Economicus , dan istilah Zoon Politicon? Istilah-istilah tersebut mengisyaratkan
bahwa interaksi antarmanusia dapat dimotivasi oleh sudut pandang, kebutuhan,
atau kepentingan masing-masing. Akibatnya, pergaulan manusia dapat bersamaan
(sejalan), berbeda, atau bertentangan satu sama lain, bahkan meminjam istilah
Thomas Hobbes manusia yang satu dapat menjadi serigala bagi yang lain (homo
homini lupus). Oleh karena itu, agar tercipta kondisi yang harmonis dan tertib
dalam memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan kesejahteraannya,
manusia membutuhkan negara.

Apakah negara itu? Menurut Diponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu
organisasi kekuasaan yang berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan
tata tertib atas suatu umat di suatu daerah tertentu. Sejalan dengan pengertian
negara tersebut, Diponolo menyimpulkan 3 (tiga) unsur yang lazim disebut sebagai
unsur konstitutif, yaitu:

a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir


b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.

Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat
dari 2 (dua) pendekatan, yaitu:

a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk
dan struktur organisasi negara
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama kepada
mekanisme penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun di
daerah. Pendekatan ini juga meliputi bentuk pemerintahan seperti apa yang
dianggap paling tepat untuk sebuah Negara.
Dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan,
dan tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk
mewujudkan tujuan suatu negara.

2. Menelusuri Konsep Tujuan Negara


Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel satu pun hidupnya
memiliki tujuan, apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian pula, suatu
bangsa mendirikan negara, pasti ada tujuan untuk apa negara itu diidirikan. Secara
teoretik, ada beberapa tujuan negara diantaranya:
1) Kekuatan, kekuasaan dan kebesaran/keagungan
2) Kepastian hidup, keamanan, dan ketertiban
3) Kemerdekaan
4) Keadilan
5) Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup

Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2 (dua),


yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa
dan seluruh wilayah negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam mewujudkan tujuan
negara tersebut dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu:
a. Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)
b. Pendekatan keamanan (security approach)

3. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara


Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah
Grundnorm (norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara),
philosophische grondslag (dasar filsafat negara). Secara terminologis atau secara
istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai Landasan dan sumber dalam
membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar negara juga dapat diartikan
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Dasar negara merupakan suatu
norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara yang menjadi sumber dari segala
sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (rechtsidee), baik tertulis maupun
tidak tertulis dalam suatu negara. Cita hukum ini akan mengarahkan hukum pada
cita-cita bersama dari masyarakatnya. Cita-cita ini mencerminkan kesamaan-
jesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan
dalam Undang- Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan
hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara


Dengan adanya Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia dapat dihindari
karena Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan,
keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan dapat dibina menjadi suatu pola
kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang berada dalam satu
keseragaman yang kokoh. (Muzayin, 1992: 16).
Adanya peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil
dan tidak adil dapat diminimalisir. Oleh karena itu, Pancasila memberikan arah
tentang hukum untuk menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan
berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Diharapkan warga negara dapat memahami dan melaksanakan nilai nilai
pancasila, contohnya ikut berpartisispasi membersihkan lingkungan dan tolong
menolong.
Pemerintah seharusnya dapat lebih mengerti dan memahami dalam
pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kenegaraan. Pemerintah
harus menjadi panutan bagi warga negara, agar masyarakat meyakini bahwa
Pancasila hadir dalam setiap hembusan nafas bangsa. Nilai-nilai pancasila hadir
bukan hanya bagi mereka yang ada di pedesaan dengan keterbatasannya, melainkan
juga orang-orang yang ada dalam pemerintahan yang notabene sebagai pemangku
jabatan yang berwenang merumuskan kebijakan atas nama bersama.
C. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Negara

1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik
Indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam proses
kebangsaan Indonesia. Melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 sebagai payung hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam
praktik berdemokrasinya tidak kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang
tidak produktif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--
2014, 2013: 89).

Tidak hanya itu, serta ditegaskan dalam Undang- Undang No 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Perundang- undangan bahwa Pancasila ialah sumber dari
segala sumber hukum negeri. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negeri, ialah sesuai dengan Pembukaan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, bahwa Pancasila ditempatkan sebagai dasar
serta pandangan hidup negara dan sekaligus dasar filosofis bangsa serta negara
sehingga tiap modul muatan peraturan perundang- undangan tidak boleh
berlawanan dengan nilai- nilai yang 86 tercantum dalam Pancasila (Pimpinan MPR
dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 90-91).

2. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara


Dalam persidangan yang diselenggarakan guna mempersiapkan Indonesia
merdeka, Radjiman meminta kepada anggotanya untuk memastikan dasar negara.
Sebelumnya, Muhammad Yamin serta Soepomo mengungkapkan pemikirannya
mengenai dasar negara. Setelah itu dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut
dasar negara dengan menggunakan bahasa Belanda, Philosophische grondslag bagi
Indonesia merdeka. Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, benak yang
sedalam- dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam- dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia merdeka. Soekarno pula menyebut dasar negara dengan sebutan„
Weltanschauung‟ atau pandangan dunia (Bahar, Kusuma, dan Hudawaty, 1995: 63,
69, 81; dan Kusuma, 2004: 117, 121, 128, 129).
Selain pengertian yang diungkapkan oleh Soekarno, “dasar negara” dapat
disebut pula “ideologi negara”, seperti dikatakan oleh Mohammad Hatta:
“Pembukaan UUD, karena memuat di dalamnya Pancasila sebagai ideologi negara,
beserta dua pernyataan lainnya yang menjadi bimbingan pula bagi politik negeri
seterusnya, dianggap sendi daripada hukum tata negara Indonesia. Undang-undang
ialah pelaksanaan daripada pokok itu dengan Pancasila sebagai penyuluhnya,
adalah dasar mengatur politik negara dan perundang-undangan negara, supaya
terdapat Indonesia merdeka seperti dicita-citakan: merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur”.

Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, yaitu sewaktu ditetapkannya


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun
1945 pada 8 Agustus 1945. Pada mulanya, pembukaan direncanakan pada
tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal dengan Jakarta-charter (Piagam Jakarta), tetapi
Pancasila telah lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat negara Indonesia
merdeka yang akan didirikan, yaitu pada 1 Juni 1945, dalam rapat Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, Mahfud MD (2009:14) menyatakan bahwa
berdasarkan penjelajahan historis diketahui bahwa Pancasila yang berlaku sekarang
merupakan hasil karya bersama dari berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI,
yang kemudian disempurnakan dan disahkan oleh PPKI pada saat negara didirikan

3. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode
2009--2014, 2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan-
kenegaraan menurut alam Pancasila sebagai berikut.
Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan
spiritualitas (yang bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai
fundamental etika kehidupan bernegara. Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk
dengan multiagama dan multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat
mengambil jarak yang sama, melindungi terhadap semua agama dan keyakinan
serta dapat mengembangkan politiknya yang dipandu oleh nilai – nilai agama.
Kedua, nilai- nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum
Tuhan, hukum alam, serta sifat- sifat sosial( bersifat horizontal) dianggap penting
sebagai fundamental etika- politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia.
Prinsip kebangsaan yang luas menuju pada persaudaraan dunia yang dikembangkan
lewat jalur eksternalisasi serta internalisasi
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan
pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang
lebih jauh. Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja
dapat mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebaruan komunitas politik
bersama, melainkan juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas
untuk tidak tercerabut dari akar tradisi dan kesejarahan masing-masing.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita- cita
kebangsaan itu dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat,
keputusan tidak didikte oleh kalangan mayoritas maupun kekuatan minoritas elit
politik serta pengusaha, namun dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang
memuliakan daya- daya rasionalitas deliberatif dan kearifan tiap masyarakat tanpa
pandang bulu.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta
demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan
keadilan social. Keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu dan
peran manusia sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil, politik
dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.

4. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara


Dalam Pasal 1 ayat (2) dan di dalam Pasal 36A jo. Pasal 1 ayat (2) UUD
1945, terkandung makna bahwa Pancasila menjelma menjadi asas dalam
sistem demokrasi konstitusional. Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik
dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang
berkiprah dalam suprastruktur politik (sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga
negara dan lembaga-lembaga pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah,
Pancasila merupakan norma hukum dalam memformulasikan dan
mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial politiknya.
Dengan demikian, sektor masyarakat akan berfungsi memberikan masukan yang
baik kepada sektor pemerintah dalam sistem politik, diharapkan akan terwujud
clean government dan good governance demi terwujudnya masyarakat yang adil
dalam kemakmuran dan masyarakat yang makmur dalam keadilan.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila


sebagai Dasar Negara
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila
Dinamika Pancasila sebagai dasar negara dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Pada
1 Juni 1945, Pancasila disuarakan menjadi dasar negara dan diresmikan pada 18
Agustus 1945 dengan dimasukkannya sila-sila Pancasila dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia yang ditandai dengan
dibacakannya teksProklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sepakat
pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Namun, sejak November 1945 sampai menjelang
ditetapkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, pemerintah Indonesia
mempraktikkan sistem demokrasi liberal. Setelah dilaksanakan Dekrit Presiden,
Indonesia kembali diganggu dengan munculnya paham lain.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto Pancasila diletakkan pada
kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang
pemasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini pula, ideologi Pancasila menjadi asas
tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi masyarakat (Ormas).
Pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi yang mengakibatkan Presiden
Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan Presiden. Namun, sampai saat ini
nampaknya reformasi belum secara konsekuen mengamalkan Pancasila oleh
seluruh elemen bangsa.
Pada tahun 2004 sampai sekarang, berkembang gerakan para akademisi dan
pemerhati serta pencinta Pancasila yang kembali menyuarakan Pancasila sebagai
dasar negara melalui berbagai kegiatan seminar dan kongres. Hal tersebut ditujukan
untuk mengembalikan eksistensi Pancasila dan membudayakan nilai-nilai Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa serta menegaskan Pancasila sebagai dasar negara
guna menjadi sumber hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

2. Argumen tentang Tantangan terhadap Negara


Pancasila harus senantiasa menjadi benteng moral dalam menjawab
tantangan-tantangan terhadap unsur-unsur kehidupan bernegara, yaitu sosial,
politik, ekonomi, budaya, dan agama. yaitu munculnya paham-paham yang
bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme,
sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme, yang menggerus kepribadian bangsa
yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat dilihat dengan jelas, betapa
paham-paham tersebut telah masuk lebih jauh dalam kehidupan bangsa Indonesia
sehingga melupakan kultur bangsa Indonesia yang memiliki sifat religius, santun,
dan gotong- royong.

Tantangan yang melanda bangsa Indonesia sebagaimana tersebut di atas,


maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam kehidupan
bernegara dalam era reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang
begitu cepat termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluas-luasnya, di
satu pihak, dan di pihak lain, masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan
norma dalam kehidupan bernegara. Akibatnya, sering ditemukan perilaku
anarkisme yang dilakukan oleh elemen masyarakat terhadap fasilitas publik dan
aset milik masyarakat lainnya yang dipandang tidak cocok dengan paham yang
dianutnya.
b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur
pemerintahan, baik sipil maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa
kenegarawanan. Terdapat fenomena perilaku aparatur yang aji mumpung atau
mementingkan kepentingan kelompoknya saja. Hal tersebut perlu segera
dicegah dengan cara meningkatkan efektivitas penegakan hukum dan
melakukan upaya secara masif serta sistematis dalam membudayakan nilai-nilai
Pancasila bagi para aparatur negara.
Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu merespon
secara serius dan bertanggung jawab guna memperkokoh nilai-nilai Pancasila
sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga negara, baik bagi masyarakat maupun
pemerintahan. Dengan demikian, integrasi nasional diharapkan semakin kokoh dan
secara bertahap bangsa Indonesia dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara
yang menjadi idaman seluruh lapisan masyarakat.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

1. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara


a. Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila secara legal formal telah diterima


dan ditetapkan sebagai dasar dan ediologi negara Indonesia sejak 18 Agustus 1945.
Mahfud M.D (2009:16-17) menegaskan bahwa penerimaan Pancasila sebagai dasar
negara membawa konsekuensi diterima dan berlakunya kaidah-kaidah penuntun
dalam pembuatan kebijakan negara terutama dalam politik hukum nasional Dan
lebih lanjut .
Dalam pembuatan politik hokum atau kebijakan negara lainnya, sebagai
berikut;
1. Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau keutuhan
bangsa
2. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya
membangun demokrasi dan nomokrasi sekaligus
3. Kebijakan umum dan politik hokum haruslah didasarkan pada upaya
mmembangun keadillan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kebijakan umum dan pilotik hokum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi
beragama yang berkeadaban.
Pancasila sebagai dasar negara menurut pasal 2 undang-undang repuublik
Indonesia nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Pancasila adalah
subtansi esensial yang mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam pembukuan
undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.Rumusan Pancasila
sebagai dasar negara sebagaimana terdapat dalam undang-undang 1945.
Perumusan pacasila yang menyimpang dari pembukaan secara jelas merupakan
perubahan secara tidak sah atas pembukaan undang-undang RI Tahun 1945.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara:

1. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib
hokum Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhitergrund) dari UUD 1945
3. Mewujudkan cita-cita hokum bagi dasar negara (baik tertulis maupun tidak
tertulis)
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara (termasuk penyelenggara
partai dab golongan fungsional)memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur
5. Meruppakan sumber seangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan
negara,para pelaksana pemerintahan.

Rumusan Pancasila secara imperative harus dilaksanakan oleh rakyat


Indonesia dalam kehiidupan berbangsa dan bernegara .Setiap sila Pancasila
merupakan satu kesatuan yang integral yang saling mengandaikan dan saling
mengunci.

b. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Untuk memahami urgensi Pancasila sebagai dasar Negara,dapat


menggunakan 2 kata yaitu institusional (kelembagaan) dan human resourses
(personal/sumber daya manusia). Pendekatan institusional yaitu membentuk dan
menyelenggaran negara yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila,sehingga
Indonesia memenuhi unsur-unsur menjadi negara yang modern,yang menjamin
terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya kepetingan Nasional(national
interes)yang terwujudnya masyarakat yang Makmur.Sementara human resourses
terletak pada dua aspek yaitu orang-orang yang memegang jabatan dalam
pemerintahan yang melakksanakan nilai-nilai pancasial secara murni dan
konsekuen di dalam pemenuhan tugasdan tanggung jawab.

Pancasila sebagai dasar negara memegang makna bahwa nilai-nilai Pancasila


harun menjadi landasan dan pedoman dalam membentuk dan memyelemmggrakan
negara, termasuk menjadi sumber dan pedoman dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan. Apabila nilai-nilai Pancasila diamalkan secara konsisten, baik
oleh penyelenggara ataupun masyarakat, maka akan terwujud tata kelola
pemerintahan yang baik.

2. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI

Pada dasarnya,Proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah merupakan tujuan


semata, melainkan merupakan suatu sarana, isi dan arti yang pada pokoknya
memuat dua hal, yaitu;

1. Pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia,baik pada dirinya sendiri maupun


terhadap dunia luar
2. Tindakan-tindakan yang segera harus diselenggarakan berhubung dengan
pernyataan kemerdekaan itu

Setelah Proklamasi dibacakan 17 agustus 1945 kemudian 18 agustus 1945


disusun naskan undang-undang dasar yang didalamnya memuat pembukaan. Maka
dapat ditentukan letak dan sifat hubungan antara Proklamasi kemerdekaan 17
agustus 1945 dengan pembukaan UUD 1945 sebagai berikut;

1. Disebutkan kembali pernyataan kemerdekaan dalam bagian ketiga pembukaan


menunjukkan bahwa antara proklamasi dan pembukaan merupakan satu
rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
2. Ditetapkannya pembukaan pada 18 agustus 1945 bersama-sama ditetapkannya
UUD,
3. Pembukaan hakikatnya merupakan pernyataan kemerdekaan yang lebih rinci
dan adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong ditegakkannya
kemerdekaan
4. Dengan demikian, sifat hubungan antara pembukaan dan proklamasi yaitu:
memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya proklamasi pada 17 agustus
1945, dan memberikan penegasan dan juga memberikan pertanggungjawaban
terhadap dilaksanakannya proklamasi 17 agustus 1945.

3. Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD 1945

Notonagoro(1982:24-26) menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar tidak


merupakan peraturan hokum yang tinggi. Diatasnya masih ada dasar-dasar pokok
bagi undang-undang dasar,yang dinamakan pokok-pokok kaidah neggara yang
fundamental(staatsfundementalnorm). Secara ilmiah kaidah negara fundamental
mengandung unsur mutlak yang dilihat dari dua segi, sebagai berikut:

 Unsur Mutlak Staatsfundemental


 Dari Segi Terjadinya
1) Ditentukan oleh pembentuk negara
2) Terjelma dalam bentuk pernyataan lahir sebagai kehendak pembentuk
negara
 Dari Segi isinya memuat dasar-dasar Negara yang di bentuk
1. Asas kerohanian negara
2. Asas politik negara
3. Tujuan negara
4. Memuat ketentuan diadakannya UUD negara

 Pembukaan UUD 1945 memenuhu syarat sebagai status Fundemental norm


 Dari segi Terjadinya
1. Ditentukan oleh PPKI sebagai bentuk negara
2. Dalam alinea ketiga dinyatakan “…maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya
 Dari segi isinya memuat dasar-dasar Negara yang dibentuk Asas
kerohanian Negara yaitu Pancasila alinea ke 4”…dengan berdasarkan
ketuhanan”
1. Asas politik negara , yaitu kedaulatan rakyat, alinea 2, dan 4
2. Tujuan negara pada alinea ke 4
3. Ketentuan diadakannya UUD,alinea 4”…dalam suatu UUD Negara
Indonesia” Hubungan Pancasila dan kesimpulannya sebagai berikut;
1. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai status
fundemental norm.
2. Pancasila merupakan asas kerohanian dari pembukaan UUD 1945
sebagai sebagai status fundemental norm.

4. Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD NRI 1945

NO Nilai Dasar (Pancasila) Pasal dalam UUD 1945)


1 Nilai Sila 1 Pasal 28E Ayat(1),Pasal 29,
Psal 1 ayat(3), pasal 27 ayat (1) dan
2 Nilai Sila 2
ayat(2) pasal 27 ayat (1) dan ayat (2)
Pasal 25A, pasal 27 ayat (3), pasal
3 Nilai Sila 3
30 ayat (1)sampai (5)
Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2), pasal 2
4 Nilai Sila 4 pasal 3, pasal 4, pasal 7, pasal 19, pasal
22C, pasal 22E
pasal 23, pasal 28, pasal 31, pasal 32, pasal 33,
5 Nilai Sila 5
pasal 34

5. Impelentasi Pancasila dalam Perumusan kebijakan


 Bidang politik
1. Sektor Suprestuktur Politik
2. Sektor Masyarakat
 Bidang Ekonomi
Berikut adalah pandangan Mubyarto dalam Oesman dan Alfian(1993:240-241)
1. Sila pertama,roda perekoomian digrakkan oleh rangsangan-
rangsangan ekonomi,social dan moral
2. Sila ke dua,ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk
mewujudkan pemerataan social,(egalitarian),sesuai asa-asas
kemanusiaan
3. Sila ke tiga,prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan
perekonomian nasional yang Tangguh.
4. Sila ke empat,koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan
merupakan bentuk saling konkrit dari usaha Bersama.
5. Sila ke lima, adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan
di tingkat nasisonal dan konsentralisasiuntuk mencapai keadilan
ekonomi dan keadilan social.
 Bidang social Budaya
Kebhinnekaan masayarakat sebagai kekuatan bukan lemehan,apalagi
anggap sebagai factor desentegratif,tanpa menghilangkan kewaspadaan upaya
pecah belah dari pihak asing.Strategi yang harus dilakukan pemerintah untuk
memperkokoh kesatuan dan persatuan melalui pembangunan social budaya di
tentukan dalam pasal 31 ayat(5)dan pasal 2 UUD 1945.
Nilai-nilai instrumental Pancasila dalam memperkokoh keutuhan/
integrase nasional, sejalan dengan pandangan ahli sosiologi dan antropologi
;Selo Soemardjan dalam Oesman dan Alfin (1993:172) bahwa kebudayaan
suatu masyarakat dapat berkembang walaupun lambat seperti yang terjadi di
masyarakat pedesaan yang kurang interaksi dengan masyarakat lain.
Semua kebijakan social budaya yang harus dikembangkan dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan berneggara harus menekan kan rasa
kebersamaan, dan semangat gotong royong.
 Bidang Hankam
Prinsip-prinsip yang mmerupakan nilai instrumental Pancasila dalam bidang
pertahanan dan kemanan yang terkandung dalam pasal 30 UUD 1945;
1. Kedukukan warga negara dalam pertahanan dan keamanan berdasarkan
30 ayat (1) UUD 1945 ”tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
2. Sitem pertahanan dan keaman
Yang dianut adalah system pertahanan dan keamanan rakyat semesta
yang lazim disingkat Sishankamrata.
3. Tugas pokok TNI
TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan udara,
sebagai alat negara dan tugas pokok mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan kedaulatan negara
4. Tugas Pokok POLRI
Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, tugas pokok melindungi,
mengayomi melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
CONTOH KASUS

PEMBERONTAKAN PKI

Suatu waktu, di masa setelah kemerdekaan Indonesia pernah terjadi suatu


strategi untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan
ideologi Komunis, aksi strategi ini didahului dengan aksi teror dan pembunuhan di
berbagai daerah termasuk juga di daerah Sumatra. Usaha penggantian Pancasila
sebagai ideologi yang dilakukan oleh PKI-MUSO di Madiun tahun 1948 yang
memproklamasikan “Negeri Soviet RI” dan juga dengan menaikkan bendera merah.

Pemberontakan G30SPKI yang dilakukan Letkol Untung tahun 1965


merupakan kegiatan berdarah, dengan membunuh para menteri dan jendral untuk
mendapatkan kekuasaan yang sah dan bertujuan untuk menggantikan dasar negara
Pancasila menjadi ideologi Komunis. Pada waktu itu, saat PKI ingin mengganti
ideologi Indonesia, saat itu juga PKI dianggap sangat berbahaya dan di bubarkan
pada tanggal 12 Maret 1966. Letjen Soeharto mendapat mandat surat keputusan
yang berisi pembubaran dan larangan PKI dan segala organisasinya yang
berlindung dan bernaung di wilayah Indonesia.

 LATAR BELAKANG PEMBERONTAKAN PKI


Terjadinya pemberontakan PKI Madiun diawali dengan jatuhnya
Kabinet Amir Syarifuddin, karena tidak lagi mendapat dukungan setelah
kesepakatan Perjanjian Renville. Amir yang dibantu oleh Muso berusaha
menggulingkan Kabinet baru yang dibentuk oleh Presiden Soekarno. Muso
pemimpin PKI yang pernah belajar di Uni Soviet berusaha untuk menguasai
daerah-daerah strategis seperti Surakarta, Madiun, Kediri, dan sebagainya.

 KESIMPULAN KASUS
Gerakan separatisme ini berhasil ditumpas oleh operasi militer.
Pasukan TNI berhasil memburu para pemberontak dan berhasil menyelesaikan
ancaman separatisme. Indonesia berhasil mempertahankan dasar negara kita
yaitu Pancasila.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah
bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku
di Indonesia, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pancasila dapat
dijadikan wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras, Bahasa,
dan agama yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang
menjadikan Pancasila sebagai norma dasar dalam mencapai cita-cita bangsa.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengatur segala kegiatan kehidupan bangsa dan negara yaitu untuk
mewujudkan kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai agar tercipta negara yang
bersatu, berdaulat, adil dan makmur seperti yang tercantum dalam UUD 1945.
Di dalam Pancasila terkandung lima nilai yang menjadi pedoman kehidupan
bagi rakyat Indonesia.
Sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” Sila ini
mengandung arti bahwa pengakuan atas keberadaannya Tuhan sebagai pencipta
alam semesta beserta isinya. Di negara Indonesia terdapat perbedaan
kepercayaan, tetapi semua kepercayaan tersebut mengakui bahwa Tuhan
sebagai pencipta alam beserta isinya. Sila pertama ini sangat diamalkan di
Indonesia seperti toleransi beragama yang sangat erat di Indonesia.
Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” Sila ini
mengandung arti bahwa setiap manusia adalah makhluk yang sama. Masyarakat
Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara.
Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” Sila ini mengandung arti
bahwa kita sebagai warga negara Indonesia harus Bersatu dan mengutamakan
kepentingan bangsa diatas kepentingan perseorangan.
Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan” Sila ini mengandung arti
bahwa segala perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan kepala dingin
secara musyawarah. Musyawarah merupakan suatu system pengambilan
keputusan yang melibatkan banyak orang dengan mengakomodasi semua
kepentingan sehingga tercipta satu keputusan yang disepakati Bersama.
Sila kelima berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Sila ini mengandung arti bahwa keadilan yang didapatkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia seacara adil tidak dibeda-bedakan. Jika seseorang
melanggar peraturan akan diberikan sanksi yang adil sesuai dengan apa yang
telah diperbuatnya. Dengan adanya keadilan ini masyarakat akan merasakan
kesetaraan dan tidak ada yang merasa dirugikan.

Dengan demikian, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang


memegang peranan penting dalam negara kita. Kita sebagai warga negara harus
mengamalkan sila- sila Pancasila dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-
hari agar terciptanya masyarakat yang adil, makmur dan berdaulat.

B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan Pengamalan


bagi Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press.

Notonagoro.1994. Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.

Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013). Empat
Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.

Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.). 1995,Risalah


Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat
Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada
Kongres Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009

Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press.

Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat,.

Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis,


dan Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

Anda mungkin juga menyukai