Anda di halaman 1dari 15

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Serli Marlina, M.Pd

OLEH :
SYAHRUL IHSAN

23031035

PENDIDIKAN BIOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah saya yang berjudul
“PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA” dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan ibuk Dr. Serli Marlina, M.Pd sebagai dosen
mata Pendidikan Pancasila yang telah memberi banyak bantuan dan petunjuk yang jelas
sehingga mempermudah saya dalam mengerjakan tugas ini.

Selain itu, saya juga sadar bahwa pada makalah saya ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya benar – benar menanti
kritik dan saran untuk kemudian dapat saya revisi dan saya tulis dimasa selanjutnya, sebab saya
juga menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir saya berharap makalah sederhana saya ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Saya pun mohon maaf yang sebesar – besarnya apabila dalam makalah saya terdapat
perkataan yang tidak berkenan di hati.

PADANG, 16 DESEMBER 2023

SYAHRUL IHSAN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………iii

PENDAHULUAN…………………………………………………………….……1

1. Latar Belakang………………………………………………………………1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
3. Tujuan……………………………………………………………………..…2

PEMBAHSAN………………………………………………………………..……3

1. Konsep dasar bangsa dan negara………………………………………….…3


2. Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara…………………………..5
3. Nilai-nilai historis dan keteladanan tokoh dalam proses perumusan pancasila
sebagai dasar negara…………………………………………………………7
4. Pengamalan pancasila sebagai dasar negara dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia…………………………………………………………………….8

PENUTUP………………………………………………………………………...11

1. Kesimpulan…………………………………………………………………11
2. Saran………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara republik indonesia sebelum di sahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum bangsa indonesia mendirikan negara,yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan
serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilaii-
nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa indonesia sendiri, sehingga bangsa indonesia sebagai
kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskansecara
formaloleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat negara indonesia. Proses
perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidangsidang BPUPKI
pertama, sidang panitia “9”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara yuridis
sebagai dasar filsafat negara republik indonesia.

Pancasila bukan sekedar ideologi negara, melainkan juga merupakan filsafat hidup
bangsa yang digali dari nilai-nilai luhur dan budaya nenek moyang yang sudah dimiliki bangsa
Indonesia sebelum negara Indonesia terbentuk. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan Pancasila, bangsa ini
memiliki harga diri dan martabat sebagai bangsa karena kelima sila yang terdapat di dalamnya
berlaku universal, untuk kehidupan spritual ataupun kehidupan materiil. Lima sandi utama
penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila ini
tercantum pada paragraf ke – 4 Preambule (Pembukaan) Undang - Undang Dasar 1945.

Untuk memahami pancasila secara lengkap dan utuh terutama kaitannya dengan jati diri
bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup
bersama yaitu negara yang berdasarkan pancasila. Selain itu, secara epistimologi sekaligus
sebagai pertanggungjawaban ilmiah, bahwa pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga
sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh
bangsa Indonedia pada waktu mandirikan Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Konsep dasar bangsa dan negara.
2. Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara.

iv
3. Nilai-nilai historis dan keteladanan tokoh dalam proses perumusan pancasila sebagai
dasar negara.
4. Pengamalan pancasila sebagai dasar negara dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu konsep dasar bangsa dan Negara.
2. Untuk mengetahui apa proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara.
3. Untuk mengetahui apa nilai-nilai historis dan keteladanan tokoh dalam proses perumusan
pancasila sebagai dasar negara.
4. Untuk mengetahui apa pengamalan Pancasila sebagai dasar negara dalam perjalanan
sejarah bangsa Indonesia.

v
BAB II

PEMBAHASAN
1. Konsep dasar bangsa dan negara.

Bangsa adalah orang-orang yang bersama asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya serta
pemerintahan sendiri. Dalam kamus bahasa Indonesia, pengertian bangsa adalah kumpulan
manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa serta wilayah tertentu dimuka bumi.
Sejarah timbulnya bangsa-bangsa di dunia berawaldari benua Eropa. Pada akhir abad XIX, di
benua Eropatimbul berbagai gerakan kebangsaan. Gerakan tersebutmengakibatkan kerajaan-
kerajaan besar di Eropa seperti kerajaan Austria-Hongaria, Turki dan Perancis, terpecah menjadi
Negara-negara kecil. Banyaknya gerakan kebangsaan di Eropa saat itu dan keberhasilan meraka
menjadi bangsa yang merdeka, mempunyai pengaruh yang besar pada kehidupan Eropa maupun
wilayah lain didunia.

Pengertian bangsa yang dikemukakan secaraunik oleh Ben Anderson, dapat ditelaah lebih
lanjut mengenai proses dan unsur-unsur pembentuknya.Menurut pengamatan Ben Anderson,
ilmuan politik dari Universtas Cornel, bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan
dalam wilayah yang jelas batasnyadan berdaulat. Mengapa dikatakan seabagai komunitas politik
yang dibayangkan ? karena suatu bangsa yang paling kecil sekalipun, setiap individunya tidak
dikena lsatu sama lain, begitu pula dengan bangsa yang besar sekalipun, yang jumlah anggota
atau penduduknya hingga ratusan jiwa, mempunyai batas wilayah yangrelative jelas. Kekuasaan
dan wewenang suatu bangsa dan wilayah yang berdaulat, merupakan dibawah wewnang
kenegaraan atau Negara yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut.

Negara adalah suatu organisasi dari sekelompokatau beberapa kelompok manusia yang sama-
sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengetahui adanyasatu pemerintahan yang mengurus
tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompokmanusia tersebut. Bisa
diartikan sebagai satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang
mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa bagi ketertiban sosial.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,negara merupakan organisasi di suatu wilayah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya, serta merupakan kelompok
sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yangdiorganisasi dibawah lembaga politik
atau pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik yang berdaulat sehingga berhak
menetukan tujuan nasionalnya. Pengertian pendapat dari para ahli, antaralain sebagai berikut :

1. George Jellineck
Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.

vi
2. Soekarno
Negara adalah organisasi kekuasaan masyaraka tyang mempunyai daerah tertentu
dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sovereign.
3. Jean Bodine
Negara adalah suatu persekutuan keluargadengan segala kepentingannya yang
dipimpin oleh akaldari suatu kuasa yang berdaulat.
4. Miriam Budiarjo
Negara adalah suatu daerah teritorial yangrakyatnya dipimpin oleh sejumlah
pejabat dan yang berhasil menuntut dari rakyatnya ketaatan perundanganmelalui
penguasaan kontrol dari kekuasaan yang sah.
5. Socrates
Semua manusia menginginkan kehidupanaman, tentram, dan lepas dari gangguan
yang memusnahkan harkat manusia. Kala itu orang-orangyang mendambakan
ketentraman menuju bukit dan membangun benteng, serta mereka berkumpul disana
menjadi kelompok. Kelompok inilah yang oleh Socrates dinamakan polis (satu kota saja).
Organisasi yang mengatur hubungan antara orang-orang yang ada didalam polis itu tidak
hanya mempersoalkan organisasinya saja, tapi juga tentang kepribadian orang-orang
disekitarnya. Socrates menganggap polis identic dengan masyarakat dan masyarakat
identik dengan Negara.Sistem pemerintahan Negara bersifat demokratis yang langsung.
Rakyat ikut secara langsung menentukan kebijaksanaan pemerintahan Negara. Hal ini
dapat dilakukan karena Negara saat itu hanya merupakansuatu kota kecil, rakyat hanya
sedikit, kepentingan rakyat belum banyak.
6. Plato
Negara adalah keinginan kerjasama antara manusia untuk memenuhi kepentingan
mereka. Kesatuan merekalah yang kemudian disebut masyarakat, dan masyarakat itu
adalah Negara, antara sifat-sifat manusia ada persamaannya dengan sifat Negara
7. Aristoteles
Negara adalah gabungan keluarga sehingga menjadi kelompok yang besar.
Kebahagiaan dalam Negara akan tercapai bila terciptanya kebahagiaan individu
(perseorangan). Sebaliknya bila manusia ingin bahagia ia harus bernegara, karena
manusia saling membutuhkan satu dengan lainnya dalam kepentingan hidupnya. Manusia
tidak dapat lepas dari kesatuannya. Kesatuan manusia itu adalah Negara.
8. F. Oppenheimer
Dalam bukunya Die Sache menguraikan Negaramerupakan suatu alat dari
golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat, golongan yangkuat tadi
dilaksanakan kepada golongan yang lemah.Maksudnya untuk menyusun dan membela
kukuasaan dari penguasa.
9. Leon Duguit
Bukunya Traite de Droit Constitutionel. Berisikan ajaran hukum dan Negara yang
bersifatrealistis. Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat memerintah orang-orang
yang lemah. Bahkan dalam Negara modern kekuasaan orang-orang yang kuatdiperoleh
vii
dari faktor-faktor politik. Negara menyelenggarakan kemakmuran warganya oleh karena
itu Negara sebagai alat agar kelompok manusia bertingkah laku mengikuti tata tertib yang
baik dalam masyarakat. Dengan demikian Negara sekaligus merupakan organisasi
kekuasaan.

Negaraadalah integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah organisasi pokok dalam


kekuasaan politik. Namun, negara juga merupakan alat (agency) darimasyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat
menertibkan fenomena kekuasaan dalam masyarakat. Sebab manusia hidup dalam suasana
kerjasama, sekaligus suasana antagonistic yang penuh konflik. Oleh karena itu negara
merupakan organisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secarasah
terhadap semuagolongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan kehidupan
bersama tersebut.

2. Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara.

Proses perumusan Pancasila diawali saat sidang BPUPKI pertama. Dr. Radjiman Widyodiningrat
mengajukan permasalahan yang perlu dibahas dalam sidang tersebut. Anggota BPUPKI terdiri
dari 63 orang. Kemudian bertambah menjadi 68 orang menjelang sidang 10 Juli 1945. BPUPKI
terdiri atas 23 orang birokrat fungsional, 17 orang golongan pergerakan kebangsaan, 11 orang
golongan independen atua swasta dan 7 orang dari guru dan mubalig. Sidang pertama BPUPKI
diadakan pada 28 Mei-1 Juni 1945. Sidang itu dibuka dengan sambutan dari wakil tentara
pendudukan Jepang atau Dai Nippon, yang memberi nasihat agar BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat berkaitan dengan dasar Indonesia merdeka. Sidang itu melibatkan
Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno. Masing-masing pun menyampaikan rumusannya
yakni sebagia berikut:

1. Rumusan Dasar Negara dari Mohammad Yamin Mohammad Yamin mengusulkan dasar
negara yang disampaikan pada 29 Mei 1945. Awalnya, ia menyampaikan dasar negara
tersebut tidak secara tertulis. Kelima usulan dasar negara itu yakni Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusaiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Kemudian,
ia pun menyampaikan usulan lainnya. Selain itu, Mohammad Yamin juga menyampaikan
usulan terkait rancangan lima dasar negara yang berupa gagasan tertulis. Berikut rumusan
dasar negara dari Moh Yamin.
 Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Kebangsaan Persatuan Indonesia.
 Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Kerakyatan yang dipimpin olh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

viii
2. Rumusan Dasar Negara dari Soepomo Soepomo menyampaikan rumusan dasar negara
pada 31 Mei 1945. Rumusan dasar negara yang diungkapkan oleh Soepomo tersebut,
adalah sebagai berikut:
 Persatuan
 Kekeluargaan
 Keseimbangan Lahir dan Batin
 Musyawarah
 Keadilan Rakyat
3. Rumusan Dasar Negara dari Soekarno Soekarno juga menyampaikan terkait rumusan
lima dasar negara pada 1 Juni 1945. Rumusan yang diajukan oleh Soekarno tersebut
adalah sebagai berikut:
 Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme
 Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
 Mufakat atau Demokrasi
 Kesejahteraan Sosial
 Ketuhanan Yang Maha Esa

Setelah Soekarno menyampaikan pidatonya pada 1 Juni 1945, sidang BPUPKI yang pertama pun
berakhir. Ketua BPUPKI kemudian membentuk panitia kecil. Tugas panitia kecil tersebut, adalah
merumuskan kembali pidato Soekarno yang diberi nama Pancasila. Dalam anggota kecil itu, ada
golongan penting yang berbeda pandangan. Satu golongan ingin agar Islam menjadi dasar
negara. Sementara pihak lain menghendaki paham kebangsaan. Perbedaan ini pun sidang panitia
kecil sedikit terhambat. Dengan adanya perselisihan antar golongan tersebut, Panitia Kecil yang
berjumlah 38 orang itu menunjuk 9 orang.

Panitia itu pun dikenal dengan Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan adalah yang
beranggotakan Ki Bagus Hadikusuma, Kyai Haji Wakhid Hasyim, Abdul Kahar Muzakir,
Abikusno Cokrosuyoso, Moh. Hatta, H. Agus Salim, dan Soekarno sebagai Ketua Panitia 9. Pada
10 Juli 1945 yakni sidang kedua BPUPKI, Panitia Sembilan mengumumkan bahwa telah berhasil
merumuskan Pancasila. Rumusan itu dikenal dengan Piagam Jakarta yang berbunyi:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila Ke-1 dianggap sebagai jalan tengah karena perbedaan pendapat golongan Islam dan
kebangsaan. Namun tetap saja muncul keberatan dari Latuharhary yang didukung
Wongsonegoro dan Husin Joyodiningrat. Keberatan juga datang dari Ki Bagus Hadiusumo.

ix
Ketika Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan, tiba-tiba Jepang menyerah pada
sekutu. Pasalnya, terjadi ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Kejadian ini pun
menjadi kesempatan Indonesia untuk mengumumkan kemerdekaannya. Meski sempat terjadi
beberapa hal, kemerdekaan Indonesia pun berhasil diproklamasikan.

Akhirnya Indonesia pun membentuk PPKI yang dilantik pada 18 Agustus 1945 dan mulai
sidang pada 19 Agustus 1945. Direncanakan 24 Agustus 1945 adalah hari kemerdekaan.
Kemudian, pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Pada 18
Agustus 1945, Pancasila dan UUD NRI 1945 pun disahkan. Sejak saat itulah Pancasila menjadi
dasar negara. Fungsi dan Peran Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Rumusan
tersebut pun menjadi Pancasila yang tercantum pada UUD 1945 dengan sila-sila sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Masing-masing sila itu memiliki lambang-lambang yang terdapat pada perisai burung Garuda
Indonesia seperti Bintang, Rantai, Pohon Beringin, Kepala Banteng, dan Padi dan Kapas.

3. Nilai-nilai historis dan keteladanan tokoh dalam proses perumusan pancasila sebagai
dasar Negara.

1. Musyawarah

Para pendahulu negara kita telah memberi contoh bahwa dalam menyelesaikan masalah
dilakukan dengan cara musyawarah. Misalnya dengan mengadakan rapat atau siding. Untuk
menyelesaikan masalah negara para tokoh menyelenggarakan sidang BPUPKI, PPKI, dan rapat-
rapat lainnya.

2. Menghargai Pendapat

Dalam sidang-sidang BPUPKI, PPKI, dan sidang lainnya, para anggota telah
menunjukkan contoh saling menghargai pendapat. Mereka saling memberi, menerima, dan
membuat kesepakatan-kesepakatan bersama.

3. Tanpa Pamrih

Para tokoh bangsa berjuang tanpa pamrih. Mereka bersidang dengan semangat hanya
untuk menghasilkan yang terbaik bagi bangsanya. Mereka tidak banyak berharap mendapatkan
keuntungan diri sendiri.

4. Kerja Keras
x
Para tokoh bangsa bekerja keras untuk menghasilkan karya terbaik bagi bangsa.
Contohnya, panitia sembilan bekerja keras untuk menyepakati rancangan pembukaan hukum
dasar negara meskipun BPUPKI sedang masa reses.

5. Rela Berkorban

Para tokoh bangsa rela berkorban. Mereka rela meninggalkan keluarga dan tempat
tinggal. Demikian pula rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan jiwa dalam rangka
memerdekakan Indonesia.

6. Mengutamakan Persatuan dan Kesatuan

Para anggota BPUPKI dan PPKI meskipun dari berbagai daerah di Indonesia tetapi tetap
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa daripada kepentingan golongan.Demi persatuan
dan keutuhan bangsa, mereka bersedia dan rela untuk tidak memaksakan kehendaknya.
Contohnya, golongan Islam rela dengan perubahan sila I Piagam Jakarta, yaitu "ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya" Sila I akhirnya diubah
menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa" demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ini
merupakan wujud pengorbanan dan semangat persatuan.

7. Keberanian

Para anggota BPUPKI mengadakan sidang di tengah ancaman penjajahan Jepang.


Meskipun demikian mereka tetap berani menyuarakan keinginan untuk merdeka.

8. Mencari Kesepakatan

Dalam mendapatkan putusan, para anggota sidang berusaha mencari kesepakatan atau
kata mufakat. Contohnya adalah menyepakati Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila bukan
hasil paksaan tetapi kesepakatan bangsa Indonesia.

10. Menghindari Kekerasan

Bila ada perbedaan pendapat, maka tetap ditempuh cara damai bukan dengan kekerasan
dan paksaan. Para anggota PPKI tidak saling menekan dan memaksa.

4. Pengamalan pancasila sebagai dasar negara dalam perjalanan sejarah bangsa


Indonesia.
1. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

Pemberontakan DI/TII dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan


DI/TII ini ditandai dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII) oleh Kartosuwiryo pada
tanggal 7 Agustus 1949. Tujuan utama didirikannya NII adalah untuk mengganti Pancasila
sebagai dasar negara dengan syari'at Islam. Di sisi lain, gerakan DI/TII bertentangan dengan
ajaran Islam. Pengikutnya melakukan perusakan dan pembakaran rumah-rumah penduduk,

xi
pembongkaran jalan-jalan kereta api, perampasan harta benda milik penduduk, dan penganiayaan
terhadap penduduk. Kartosuwiryo bersama para pengikutnya baru bisa ditangkap pada tanggal 4
Juni 1962.

2. Pemberontakan PKI di Madiun

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun dipimpin oleh Muso pada
tanggal 18 September 1948. Pemberontakan PKI di Madiun bertujuan untuk mendirikan Negara
Soviet Indonesia yang berideologi komunis.

3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dipimpin oleh Christian Robert Steven
Soumokil. Pemberontakan RMS bertujuan untuk membentuk negara sendiri yang didirikan
tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesar RMS adalah Pulau Seram, Ambon, dan Buru.
Pemberontakan RMS di Ambon ditangani militer Indonesia pada bulan November 1950, namun
konflik di Seram masih berlanjut sampai Desember 1963. Kekalahan RMS di Ambon berujung
pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram. Pemerintah RMS kemudian mendirikan
pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada tahun 1966.

4. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)

Pemberontakan APRA terjadi pada tanggal 23 Januari 1950 dengan melakukan serangan
dan menduduki kota Bandung, serta menguasai markas Staf Divisi Siliwangi. Gerakan APRA
bertujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia, serta memiliki tentara
sendiri bagi negara-negara RIS. Pemberontakan ini digagalkan Moh. Hatta sebagai Perdana
Menteri RIS waktu itu dengan melakukan perundingan dengan Komisi Tinggi Belanda untuk
percepatan pembubaran Republik Indonesia Serikat dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA
didirikan Kapten KNIL Raymond Westerling pada tanggal 15 Januari 1949. Raymond
memandang dirinya sebagai "Ratu Adil" yang diramalkan akan membebaskan Indonesia dari
tirani.

5. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)/Permesta

Pemberontakan PRRI/Permesta terjadi pada 1957-1958. Gerakan ini merupakan bentuk


koreksi untuk pemerintahan pusat yang dipimpin Presiden Soekarno yang dianggap melanggar
undang-undang, sentralistis, dan tidak adil dengan mengabaikan pembangunan di daerah.
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta) dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual di Sumatra dan
Sulawesi.

6. Perubahan bentuk negara dari Republik Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia

xii
Di masa awal kemerdekaan, sempat terjadi perubahan bentuk negara dari Republik
Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan, konstitusi yang
berlaku adalah Undang-Undang Dasar Sementara 1950. NKRI melaksanakan pemilu pertama di
Indonesia pada tahun 1955 yang selama itu dianggap paling demokratis. Tetapi anggota
Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun Undang-Undang Dasar seperti yang diharapkan.
Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah
mengeluarkan Dekrit Presiden 1959.

Dekrit Presiden 1959 dikenal dengan sebutan Dekrit 5 Juli 1959. Isi Dekrit 5 Juli 1959
yaitu membubarkan Badan Konstituante, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 berlaku kembali
dan Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 tidak berlaku, serta segera akan dibentuk
MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan DPAS (Dewan Pertimbangan Agung
Sementara).

xiii
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

Bangsa adalah orang-orang yang bersama asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya
serta pemerintahan sendiri. Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yangsama-sama mendiami suatu wilayah tertentu danmengetahui adanya satu
pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia tersebut.

Melihat perjuangan tokoh-tokoh terdahulu untuk membuat pondasi negara agar kokoh
membutuhkan pikiran yang kritis. Sejarah Pancasila dari era Pra Kemerdekaan hingga era
reformasi menjadi salah satu perjuangan bahwa masyarakat harus memberikan kontribusi
terhadap negara yang sudah di perjuangkan selama bertahun-tahun. Salah satu kontribusinya
adalah menerapkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Namun, semakin maju
kehidupan masyarakat, semakin banyak ancaman salah satunya adalah globalisasi. Globalisasi
dengan segala risiko yang ditimbulkannya bagi bangsa Indonesia semestinya memberikan
pengaruh positif. Oleh karena itu tantangan nyata bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang
harus dihadapi saat ini adalah bagaimana tindak kekuasaan dalam merespon fenomena
globalisasi dengan berpedoman pada nilai etika Pancasila sebagai warisan budaya luhur bangsa
Indonesia. Pancasila harus diyakini oleh seluruh elemen masyarakat sebagai nilai moralitas
sehingga arus globalisasi tetap terjawab dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Saran

Untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa Indonesia harus menanamkan sikap nasionalisme
sejak dini. Karena jika sikap nasionalisme tidak diimplementasikan sejak dini, bangsa Indonesia
telah kehilangan generasi muda yang rendah akan sikap nasionalisme. Untuk menambah rasa
nasionalisme bangsa Indonesia adalah dengan dilatih tentang sikap-sikap yang baik sesuai
dengan nilai-nilai dari Pancasila dan selalu diterapkan dari hal yang paling kecil, tidak
mengajarkan hal-hal yang melanggar nilai-nilai Pancasila, menanamkan rasa cinta tanah air sejak
dini contohya dengan menghafal lima asas Pancasila dan menghafalkan lagu Indonesia Raya,
dan memberi penyuluhan kepada seluruh bangsa Indonesia akan pentingnya nasionalisme
terhadap masa depan bangsa Indonesia.

xiv
DAFTAR PUSTAKA
Afryand, Anzhar Ishal, and Sapriya. 2018. “NTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
MELALUI PUSAT STUDI PANCASILA SEBAGAI UPAYA PENGUATAN
IDEOLOGI BANGSA BAGI GENERASI MUDA (Studi Kasus Di Pusat Studi
Pancasila Universitas Gadjah Mada Yogyakarta).” Untirta Civic Education Journal
3(2):164.

Aminullah. 2015. “Inplementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan.” Jurnal Ilmiah IKIP
Mataram 3(1):620–24.

Asmaroini, Ambiro Puji. 2017. “MENJAGA EKSISTENSI PANCASILA DAN


PENERAPANNYA BAGI MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI.” Jurnal
Pancasila Dan Kewarganegaraan 1(2):51.

Brata, Ida Bagus, and Ida Bagus Nyoman Wartha. 2017. “Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu
Bangsa Indonesia.” Jurnal Santiaji Pendidikan 7(1):132.

Eleanora, Fransiska Novita, and Andang Sari. 2019. “Relevansi Pendidkan Pancasila Dan Potret
Mahasiswa Di Perguruan Tinggi.” Jurnal Civic Hukum 4(2):124. doi:
10.22219/jch.v4i2.9950. Semarang.” Harmony 2(2):194.

Wahab, A. A dan Sapriya. (2019). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.


Bandung:Alfabeta.

Wirano. (2020). Kewarganegaraan Indonsia: DariSosiologi menuju Yuridis. Bandung: Alfabeta.

Wirano. (2018). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan: Panduan kuliah di


PerguruanTinggi (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

Tjipto Subadi. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan(Civics Educatio), BP-FKIP UMS.


Surakarta.

xv

Anda mungkin juga menyukai