Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

DOSEN PENGAMPU :
FITRIA SELI AFRILIANTI, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1. NUR AULIA ANASTASYA NPM: 2223290029
2. SARAS SARIAYU NPM : 2223290028

PRODI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS RARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
BENGKULU
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “ Pancasila Sebagai Ideologi Negara”
Penulis sadari masih banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, semoga hal
ini tidak menghalangi kami untuk terus belajar. Kami berharap dimasa yang akan datang,
kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Semoga dengan membuat makalah ini dapat menambah kemampuan dan pengetahuan
kami dimasa yang akan datang.Kami berharap makalah ini dapat mendatangkan pengetahuan
bagi kami dimasa yang akan datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih
meningkatkan kesadaran untuk membaca dan mencari informasi seluas mungkin. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah Swt senantiasa meridhoi
segala usaha kita.

Bengkulu, 2 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
Pancasila Sebagai Ideologi Negara....................................................... 2
Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme..................................... 4
Liberalisme........................................................................................... 4
Sosialisme............................................................................................. 5
Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila.................................................... 8
BAB III PENUTUP......................................................................................... 12
Kesimpulan........................................................................................... 12
Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pada hakikatnya merupakan hasil
penuangan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang. Pancasila diangkat dari nilai
– nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila warga Negara Republik Indonesia
diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah – masalah yang
dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita
– cita dan tujuan nasional seperti digariskan di dalam pembukaan UUD 1945.
Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. Dengan pedoman Pancasila para
pendahulu kita bisa mempersatukan berbagai golongan dan kelompok. Selain ideologi
Pancasila ada banyak ideologi lain yang berkembang di dunia yaitu ideologi Liberalisme,
Kapitalisme, Komunisme dan Sosialisme. Semua itu memiliki banyak perbedaan dengan
ideologi Pancasila. Maka dari itu makalah ini akan membahas berbagai perbedaan
ideologi Pancasila dengan beberapa ideologi yang berkembang di dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
2. Apa pengertian Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme?
3. Bagaimana Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Ideology Sebagai Dasar Negara.
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme.
3. Untuk Mengetahui Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang
berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran.
Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas.
Ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan
bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan
pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat
dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk
mencari kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu
kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinamakan Pancasila itu kemudian diberi
status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan
sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan
yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri
kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.
Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi Pancasila tersebut,
sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter manusia Indonesia yang
ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali dari pancasila itu sendiri. Gambaran
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu, dapat diilustrasikan  Pada sila pertama
tersirat bagaimana manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau
kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap
hidup dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan ahklak

5
6

hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk
lainnya yaitu binatang. Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia Indonesia
menciptakan suatu pandangan betapa pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari
pada bercerai berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh.  Sila
keempat telah menegaskan bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan cara
bersikap dan berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum
secara bijak demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang  terlindungi antara hak dan
kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan suatu
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran
kelima sila tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima
silanya itu layak dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai
pembimbing dalam menciptakan kerangka berpikir untuk menjalankan roda
demokratisasi dan diimplementasikan dalam segala macam praktik kehidupan
menyangkut berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik
Indonesia tercinta ini. maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar
Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia
harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar
Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia.
B. Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme
1. Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik
yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Ketika itu
masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu
sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan
dalam system ini bersifat statis dan sukar berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan
Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut
liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free from restraint), karena
liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan
raja. Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja
dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
7

Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,


dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki
adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha
pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang
transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh
karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak dan
kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati
tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang
dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok
mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia, dengan
menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme adalah
yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan individu
sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu
untuk bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang melakukan
sesuatu untuknya atau seseorang untuk mengatakan apa yang harus dilakukan.
Ciri-ciri ideologi liberalisme
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
3. berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
4. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
5. yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat
6. keputusan diri sendiri.
7. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
8. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian
terbesar individu berbahagia.
9. Hak-hak tertantu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh
kekuasaan manapun..
2. Sosialisme
8

Sosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak ratusan tahun yang
lalu. Sosialisme sendiri berasal dari bahasa Latin yakni socius (teman). Jadi
sosialisme merujuk kepada pengaturan atas dasar prinsip pengendalian modal,
produksi dan kekayaan oleh kelompok.
Istilah sosialisme pertama kali dipakai di Prancis pada tahun 1831 dalam
sebuah artikel tanpa judul oleh Alexander Vinet. Pada masa ini istilah sosialisme
digunakan untuk pembedaan dengan indvidualisme, terutama oleh pengikut-pengikut
Saint-Simon, bapak pendiri sosialisme Prancis. Saint-Simon lah yang menganjurkan
pembaruan pemerintahan yang bermaksud mengembalikan harmoni pada masyarakat.
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels mencetuskan apa yang
disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk membedakan diri dengan sosialisme yang
berkembang sebelumnya. Marx dan Engels menyebut sosialisme tersebut dengan
sosialisme utopia, artinya sosialisme yang hanya didasari impian belaka tanpa
kerangka rasional untuk menjalankan dan mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh
karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis untuk membedakan
antara sosialisme dan komunisme. Menurut mereka, sosialisme adalah tahap yang
harus dilalui masyarakat untuk mencapai komunisme. Dengan demikian komunisme
atau masyarakat tanpa kelas adalah tujuan akhir sejarah. Konsekwensinya, tahap
sosialisme adalah tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme, seperti
halnya pendapat Lenin yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada dalam tahap
sosialisme.
Dalam perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20, sosialisme memiliki
beberapa cabang gagasan. Secara kasar pembagian tersebut terdiri dari pertama adalah
Sosialisme Demokrasi, kedua adalah Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme
dan sindikalisme. Harus diakui bahwa pembagian ini sangatlah sederhana mengingat
begitu banyak varian sosialisme yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini.
Sebagai contoh Marxisme yang di satu sisi dalam penafsiran Lenin menjadi
Komunisme dan berkembang menjadi Stalinisme dan Maoisme. Disisi lain Marxisme
berkembang menjadi gerakan Kiri Baru dalam pemahaman para pemikir seperti
Herbert Marcuse di era 1970an. Sama halnya dengan anarkisme yang terpecah
menjadi beberapa aliran besar seperti anarkisme mutualis dengan bapak pendirinya
yakni P J Proudhon dan anarkis kolektivis seperti Mikhail Bakunin. Anarkisme juga
memberi angin bagi tumbuhnya gerakan gerakan sindikalis yang menguasai banyak
pabrik di Barcelona semasa Perang Saudara Spanyol 1936-1939.
9

Hingga saat ini, partai-partai Sosial Demokrat masih tetap berdiri seperti
halnya di Eropa seperti Jerman, Belanda, Norwegia dan Prancis. Beberapa yang
menganut sosialisme juga seperti halnya partai-partai buruh seperti di Inggris dan
Itali. Partai-partai Komunis banyak yang membubarkan diri atau bertahan dengan
berganti nama dan mencoba untuk tetap hidup dengan ikut pemilu di negara-negara
Eropa Timur setelah runtuhnya Uni Sovyet. Beberapa diantaranya bahkan bisa
berkuasa kembali seperti di Polandia dan Ceko dengan jalan yang demokratis
Sosialisme mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Pada tahun 1827, istilah
ini awalnya digunakan untuk menyebut pengikut Robert Owen (1771-1858) di
Inggris. Istilah ini juga mengacu pada para pengikut Saint Simon (1760-1825) di
Perancis. Bersama Fourier (1772-1832) dari Perancis, Robert Owen dan Saint Simon
membuat rumusan sebuah pemikiran mengenai sosialisme.
Ciri khas ideologi sosialisme
Sosialisme lahir sebagai akibat perkembangan kapitalisme. Sosialisme
merupakan suatu paham yang menjadikan kebersamaan sebagai tujuan hidup manusia
dan mengutamakan segala aspek kehidupan bersama manusia. Kepentingan bersama
dan kepentingan individu harus dikesampingkan. Negara harus selalu campur tangan
dalam segala kehidupan, demi tercapainya tujuan negara.
Kesengsaraan kaum buruh akibat penindasan kaum kapitalis menimbulkan
pemikiran para cendekiawan untuk mengusahakan perbaikan nasib.
Adapun ciri khas sosialisme sebagai berikut :
a. Hak milik pribadi atas alat-alat produksi mesin diakui secara terbatas.
b. Mencapai kesejahteraan dengan cara damai dan demokratis.
c. Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dan perbaikan nasib buruh dengan
luwes secara bertahap.
d. Negara diperlukan selama-lamanya.
C. Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan
republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia
yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya
(cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia
bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
10

kehidupanehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar


dalammenghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi
yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi
itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu
mencerminkan realita masyarakat pada awal kelahirannya.
2. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam
nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau
golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam
praktik kehidupan bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi
dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan
zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai
dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran
–tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru
yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila
dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara,
yaitu:
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos
yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi
maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja terwujud karena Pancasila itu
sendiri memuat lima prinsip dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan,
11

persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling
sesuai bagi pembangunan sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat
lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut, masyarakat
akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main yang telah disepakati.
Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila
berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga
mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah
Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir seperti dalam perkiraan David
P. Apter dalam pemikirannya “The End of Idiology”. Pancasila merupakan hasil galian
dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara
kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal,
nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam musyawarah
mufakat dan yang berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari
ideologi negara lain, tetapi mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan
leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada kesadaran,
pemahaman dan pengamalan para pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap bertahan
sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya tetap
dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi
Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
           Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai
tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus pancasila
pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2. Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham – faham yang bertentangan dengan pancasila.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah bagian dari
Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai – nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai
religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia. Ideologi dapat
diartikan sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang dikembangkan secara keseluruhan
yang tersusun secara sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu Negara.
Pancasila sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya keseimbangan ide dan gagasan
serta tidak bersifat absolute dalam memandang manusia dan kehidupan bernegara,
sedangkan Liberalisme, Komunisme lebih bersifat mutlak atau totaliter. Keduanya juga
cenderung menutup mata akan adanya dampak individualisme dan persaingan. Selain itu,
jika dibandingkan dengan Pancasila, Sosialisme sering dikatakan sebagai antitesa
Kapitalisme, yang tingkah laku ekonomi dikuasai oleh kepentingan untuk memperoleh
keuntungan maksimal lewat persaingan bebas, sistem pasar, dan harga.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah kami.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Marsudi, Subandi. 2001. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma Reformasi, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada,

Alfian dan Oesman O. 1992. Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara, Jakarta: BP7.

Deliar Noer. 1997. Pemikiran politik di Negeri Barat. Mizan Pustaka.

Firdaus Syam, M.A. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara.

L. Andriani Purwastuti, 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press,

Setiadi, Elly M. 2003. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

14

Anda mungkin juga menyukai