Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

DOSEN PENGAMPU:
I NYOMAN PUTRI PURNAMA SHANTI, S.H.,M.H.

DISUSUN OLEH:
I KOMANG AGUS PRANATA
221031025

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI FISIOTERAPI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Om swastiastu,

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha esa.Atas limpahan rahmat dan
anugerah nya makalah yang berjudul Pancasila Sebagai Ideologi Negara dapat diselesaikan
dengan baik.Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
mengenai Pancasila.Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang tuhan
karuniai sehingga makalah ini dapat disusun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui buku,Jurnal dan media internet.Dalam makalah ini saya akan
membahas masalah mengenai “Pancasila Sebagai Ideologi Negara”.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua saya yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pengampu “I
NYOMAN PUTRI PURNAMA SHANTI, S.H.,M.H.” dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu dalam berbagai hal. Harapan saya, informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu saya memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah saya selanjutnya.

Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada makalah ini, saya mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Om santih santih santih om.

Denpasar ,24 Desember 2022

I Komang Agus Pranata


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN 1…………………………………………………. 2
A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara……………………………………2
BAB III PEMBAHASAN 2………………………………………………… 2
B. Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme………………………. 4
1. Liberalisme………………………………………………………. 4
2. Sosialisme……………………………………………………….. 5
C. Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila………………………………… 8
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 12
A. Kesimpulan………………………………………………………… 12
B. Saran…………………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah

Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan penting dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pada hakikatnya merupakan hasil
penuangan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang. Pancasila diangkat dari nilai
– nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila warga Negara Republik Indonesia
diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah – masalah yang
dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita
– cita dan tujuan nasional seperti digariskan di dalam pembukaan UUD 1945
Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. Dengan pedoman Pancasila para
pendahulu kita bisa mempersatukan berbagai golongan dan kelompok. Selain ideologi
Pancasila ada banyak ideologi lain yang berkembang di dunia yaitu ideologi Liberalisme,
Kapitalisme, Komunisme dan Sosialisme. Semua itu memiliki banyak perbedaan dengan
ideologi Pancasila. Maka dari itu makalah ini akan membahas berbagai perbedaan ideologi
Pancasila dengan beberapa ideologi yang berkembang di dunia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara?


2. Apa pengertian Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme?
BAB II
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH 1

A.Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang
berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran.
Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa
ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan
menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya
serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa
yang dinilai baik dan tidak baik.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat
kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari
kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang
digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu.Kemudian isi rumusan filsafat yang
dinamakan Pancasila itu kemudian diberi status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta
sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu
berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh
seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang
bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri
kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.Kalau
dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya sudah
mencakup gambaran pembentukan karakter manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana
yang diharapkan para penggali dari pancasila itu sendiri. Gambaran pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya itu, dapat diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana manusia
Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar
bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain sebagaimana
layaknya manusia yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk
yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang. Sila ketiga
menerangkan bagaiama manusia Indonesia menciptakan suatu pandangan betapa
pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai berai seperti pada pepatah
bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan bagaimana
manusia Indonesia mengimplementasikan cara bersikap dan berpendapat serta
memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum secara bijak demi kelangsungan
kehidupan berdemokrasi yang terlindungi antara hak dan kewajibannya berimbang dalam
mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan suatu
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran
kelima sila tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima
silanya itu layak dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai
pembimbing dalam menciptakan kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi
dan diimplementasikan dalam segala macam praktik kehidupan menyangkut berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta
ini. maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai
sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat
kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak
menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH 2

B.Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme


1. Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Ketika itu
masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu
sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam
system ini bersifat statis dan sukar berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan
Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut
liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free from restraint), karena
liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan
raja. Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan
raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki
adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi
(private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan,
dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham
liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International: "Hak-hak dan
kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak
terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan
dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok mayoritas,
yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia, dengan menghargai
kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme adalah
yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan individu
sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu harus dapat mengembangkan
pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu untuk bertanggung
jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang melakukan sesuatu untuknya
atau seseorang untuk mengatakan apa yang harus dilakukan.
Ciri-ciri ideologi liberalisme
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
3. berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
4. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
5. yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat
6. keputusan diri sendiri.
7. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
8. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian
terbesar individu berbahagia.
9. Hak-hak tertentu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh
kekuasaan manapun.
10.
2.Sosialisme
Sosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak ratusan tahun yang
lalu. Sosialisme sendiri berasal dari bahasa Latin yakni socius (teman). Jadi sosialisme
merujuk kepada pengaturan atas dasar prinsip pengendalian modal, produksi dan
kekayaan oleh kelompok.
Istilah sosialisme pertama kali dipakai di Prancis pada tahun 1831 dalam sebuah
artikel tanpa judul oleh Alexander Vinet. Pada masa ini istilah sosialisme digunakan
untuk pembedaan dengan indvidualisme, terutama oleh pengikut-pengikut Saint-
Simon, bapak pendiri sosialisme Prancis. Saint-Simon lah yang menganjurkan
pembaruan pemerintahan yang bermaksud mengembalikan harmoni pada masyarakat.
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels mencetuskan apa yang
disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk membedakan diri dengan sosialisme yang
berkembang sebelumnya. Marx dan Engels menyebut sosialisme tersebut dengan
sosialisme utopia, artinya sosialisme yang hanya didasari impian belaka tanpa kerangka
rasional untuk menjalankan dan mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh karena itu
Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis untuk membedakan antara sosialisme
dan komunisme. Menurut mereka, sosialisme adalah tahap yang harus dilalui
masyarakat untuk mencapai komunisme. Dengan demikian komunisme atau
masyarakat tanpa kelas adalah tujuan akhir sejarah. Konsekwensinya, tahap sosialisme
adalah tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme, seperti halnya pendapat
Lenin yang mengatakan bahwa Uni Soviet berada dalam tahap sosialisme.
Dalam perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20, sosialisme memiliki
beberapa cabang gagasan. Secara kasar pembagian tersebut terdiri dari pertama adalah
Sosialisme Demokrasi, kedua adalah Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme
dan sindikalisme. Harus diakui bahwa pembagian ini sangatlah sederhana mengingat
begitu banyak varian sosialisme yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Sebagai
contoh Marxisme yang di satu sisi dalam penafsiran Lenin menjadi Komunisme dan
berkembang menjadi Stalinisme dan Maoisme. Disisi lain Marxisme berkembang
menjadi gerakan Kiri Baru dalam pemahaman para pemikir seperti Herbert Marcuse di
era 1970an. Sama halnya dengan anarkisme yang terpecah menjadi beberapa aliran
besar seperti anarkisme mutualis dengan bapak pendirinya yakni P J Proudhon dan
anarkis kolektivis seperti Mikhail Bakunin. Anarkisme juga memberi angin bagi
tumbuhnya gerakan gerakan sindikalis yang menguasai banyak pabrik di Barcelona
semasa Perang Saudara Spanyol 1936-1939.
Hingga saat ini, partai-partai Sosial Demokrat masih tetap berdiri seperti halnya
di Eropa seperti Jerman, Belanda, Norwegia dan Prancis. Beberapa yang menganut
sosialisme juga seperti halnya partai-partai buruh seperti di Inggris dan Itali. Partai-
partai Komunis banyak yang membubarkan diri atau bertahan dengan berganti nama
dan mencoba untuk tetap hidup dengan ikut pemilu di negara-negara Eropa Timur
setelah runtuhnya Uni Sovyet. Beberapa diantaranya bahkan bisa berkuasa kembali
seperti di Polandia dan Ceko dengan jalan yang demokratis
Sosialisme mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Pada tahun 1827, istilah ini
awalnya digunakan untuk menyebut pengikut Robert Owen (1771-1858) di Inggris.
Istilah ini juga mengacu pada para pengikut Saint Simon (1760-1825) di Perancis.
Bersama Fourier (1772-1832) dari Perancis, Robert Owen dan Saint Simon membuat
rumusan sebuah pemikiran mengenai sosialisme.
Ciri khas ideologi sosialisme
Sosialisme lahir sebagai akibat perkembangan kapitalisme. Sosialisme
merupakan suatu paham yang menjadikan kebersamaan sebagai tujuan hidup manusia
dan mengutamakan segala aspek kehidupan bersama manusia. Kepentingan bersama
dan kepentingan individu harus dikesampingkan. Negara harus selalu campur tangan
dalam segala kehidupan, demi tercapainya tujuan negara.
Kesengsaraan kaum buruh akibat penindasan kaum kapitalis menimbulkan
pemikiran para cendekiawan untuk mengusahakan perbaikan nasib.
Adapun ciri khas sosialisme sebagai berikut :
● Hak milik pribadi atas alat-alat produksi mesin diakui secara terbatas.
● Mencapai kesejahteraan dengan cara damai dan demokratis.
● Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dan perbaikan nasib buruh dengan
luwes secara bertahap.
● Negara diperlukan selama-lamanya.

C.Peran dan Fungsi Ideologi Pancasila


Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan
republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia
yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya (cultural
bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan
secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
kehidupanehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar
dalammenghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi
yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila
sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi
itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu
mencerminkan realita masyarakat pada awal kelahirannya.
2. Dimensi Idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam
nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau
golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam
praktik kehidupan bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibilitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi
dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses perkembangan
zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai
dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran
–tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru
yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila
dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu:
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos
yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi maksimal
setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat
lima prinsip dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan,
kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi
pembangunan sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat lalu
lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut, masyarakat akan
memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main yang telah disepakati.
Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila
berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga
mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah
Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir seperti dalam perkiraan David P.
Apter dalam pemikirannya “The End of Idiology”. Pancasila merupakan hasil galian dari
nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal, nasionalis patriotis
yang berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang
berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain,
tetapi mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa.
Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan
pengamalan para pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi
terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai
praktisnya harus bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi
bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai
tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus pancasila pada
setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2. Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham – faham yang bertentangan dengan pancasila.
BAB IV
PENUTUP
. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah bagian dari
Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai – nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia. Ideologi dapat diartikan
sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang dikembangkan secara keseluruhan yang
tersusun secara sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu Negara. Pancasila
sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya keseimbangan ide dan gagasan serta tidak
bersifat absolute dalam memandang manusia dan kehidupan bernegara, sedangkan
Liberalisme, Komunisme lebih bersifat mutlak atau totaliter. Keduanya juga cenderung
menutup mata akan adanya dampak individualisme dan persaingan. Selain itu, jika
dibandingkan dengan Pancasila, Sosialisme sering dikatakan sebagai antitesa Kapitalisme,
yang tingkah laku ekonomi dikuasai oleh kepentingan untuk memperoleh keuntungan
maksimal lewat persaingan bebas, sistem pasar, dan harga.

B. Saran
Demikian makalah yang Saya susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Marsudi, Subandi. 2001. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma Reformasi,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Alfian dan Oesman O. 1992. Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara, Jakarta: BP7.

Deliar Noer. 1997. Pemikiran politik di Negeri Barat. Mizan Pustaka.

Firdaus Syam, M.A. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara.

L. Andriani Purwastuti, 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press,

Setiadi, Elly M. 2003. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai