Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara....................................................... 2
B. Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme..................................... 4
1. Liberalisme..................................................................................... 4
2. Sosialisme....................................................................................... 5
BAB III PENUTUP......................................................................................... 7
A. Kesimpulan........................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan penting
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pada hakikatnya
merupakan hasil penuangan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang.
Pancasila diangkat dari nilai – nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia. Melalui
pendidikan Pancasila warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisis dan menjawab masalah – masalah yang dihadapi
oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan
cita – cita dan tujuan nasional seperti digariskan di dalam pembukaan UUD
1945.
Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. Dengan pedoman
Pancasila para pendahulu kita bisa mempersatukan berbagai golongan dan
kelompok. Selain ideologi Pancasila ada banyak ideologi lain yang
berkembang di dunia yaitu ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme
dan Sosialisme. Semua itu memiliki banyak perbedaan dengan ideologi
Pancasila. Maka dari itu makalah ini akan membahas berbagai perbedaan
ideologi Pancasila dengan beberapa ideologi yang berkembang di dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Negara?
2. Apa pengertian Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau
idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi
yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang
gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya
serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman
yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak
benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi
filsafat dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran
manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai mendekati
atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama
dengan ruang dan waktu.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinamakan Pancasila itu kemudian
diberi status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan
memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat
Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang
diterima dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian
kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah
fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari
pusat sampai ke daerah-daerah.
Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi Pancasila
tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter
manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali

2
dari pancasila itu sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya itu, dapat diilustrasikan  Pada sila pertama tersirat bagaimana
manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau kepercayaannya. Pada
sila kedua tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup
dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan
ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan
dengan mahkluk lainnya yaitu binatang. Sila ketiga menerangkan bagaiama
manusia Indonesia menciptakan suatu pandangan betapa pentingnya arti
persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai berai seperti pada pepatah
bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh.  Sila keempat telah menegaskan
bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan cara bersikap dan
berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum secara
bijak demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang  terlindungi antara
hak dan kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia
mewujudkan suatu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat
Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah
sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu layak dijadikan
sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai pembimbing
dalam menciptakan kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi
dan diimplementasikan dalam segala macam praktik kehidupan menyangkut
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik
Indonesia tercinta ini. maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap
warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang
melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum
yakni hukum yang berlaku di Indonesia.

3
B. Ideologi Liberalisme dan Ideologi Sosialisme
1. Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi
politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai
politik yang utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa
pada abad pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua
karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam
suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam
system ini bersifat statis dan sukar berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi
Gereja dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan
(abad V-XV). Disebut liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari
batasan (free from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep
kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja. Ini berkebalikan
total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja
mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang
bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham
liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan
agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas,
ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang
relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak
adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham
liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam
sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan
kebebasan mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal
International: "Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui
demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari kebebasan
politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar,
bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok mayoritas,

4
yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia, dengan
menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham
liberalisme adalah yang memungkinkan individu mengembangkan
kemampuan-kemampuan individu sepenuhnya. Dalam masyarakat yang
baik semua individu harus dapat mengembangkan pikiran dan bakat-
bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu untuk bertanggung jawab
atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang melakukan sesuatu
untuknya atau seseorang untuk mengatakan apa yang harus dilakukan.
2. Sosialisme
Sosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak ratusan
tahun yang lalu. Sosialisme sendiri berasal dari bahasa Latin yakni socius
(teman). Jadi sosialisme merujuk kepada pengaturan atas dasar prinsip
pengendalian modal, produksi dan kekayaan oleh kelompok.
Istilah sosialisme pertama kali dipakai di Prancis pada tahun 1831
dalam sebuah artikel tanpa judul oleh Alexander Vinet. Pada masa ini
istilah sosialisme digunakan untuk pembedaan dengan indvidualisme,
terutama oleh pengikut-pengikut Saint-Simon, bapak pendiri sosialisme
Prancis. Saint-Simon lah yang menganjurkan pembaruan pemerintahan
yang bermaksud mengembalikan harmoni pada masyarakat.
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels
mencetuskan apa yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk
membedakan diri dengan sosialisme yang berkembang sebelumnya. Marx
dan Engels menyebut sosialisme tersebut dengan sosialisme utopia, artinya
sosialisme yang hanya didasari impian belaka tanpa kerangka rasional
untuk menjalankan dan mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh
karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis untuk
membedakan antara sosialisme dan komunisme. Menurut mereka,
sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat untuk mencapai
komunisme. Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa kelas
adalah tujuan akhir sejarah. Konsekwensinya, tahap sosialisme adalah

5
tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme, seperti halnya
pendapat Lenin yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada dalam tahap
sosialisme.
Sosialisme mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Pada tahun
1827, istilah ini awalnya digunakan untuk menyebut pengikut Robert
Owen (1771-1858) di Inggris. Istilah ini juga mengacu pada para pengikut
Saint Simon (1760-1825) di Perancis. Bersama Fourier (1772-1832) dari
Perancis, Robert Owen dan Saint Simon membuat rumusan sebuah
pemikiran mengenai sosialisme.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah
bagian dari Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai – nilai adat istiadat
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Ideologi dapat diartikan sebagai suatu gagasan dan
buah pikiran yang dikembangkan secara keseluruhan yang tersusun secara
sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu Negara. Pancasila
sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya keseimbangan ide dan gagasan
serta tidak bersifat absolute dalam memandang manusia dan kehidupan
bernegara, sedangkan Liberalisme, Komunisme lebih bersifat mutlak atau
totaliter. Keduanya juga cenderung menutup mata akan adanya dampak
individualisme dan persaingan. Selain itu, jika dibandingkan dengan
Pancasila, Sosialisme sering dikatakan sebagai antitesa Kapitalisme, yang
tingkah laku ekonomi dikuasai oleh kepentingan untuk memperoleh
keuntungan maksimal lewat persaingan bebas, sistem pasar, dan harga.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

7
DAFTAR PUSTAKA

Al-Marsudi, Subandi. 2001. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma


Reformasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Alfian dan Oesman O. 1992. Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai


Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara, Jakarta:
BP7.

Deliar Noer. 1997. Pemikiran politik di Negeri Barat. Mizan Pustaka.

Firdaus Syam, M.A. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara.

L. Andriani Purwastuti, 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press,

Setiadi, Elly M. 2003. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai