Anda di halaman 1dari 6

TEKNIK PELAKSANAAN TES DIAGNOSTIK

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mengkondisikan


peserta didik mencapai kemajuan secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Seorang guru yang profesional tentu berupaya menciptakan
pembelajaran yang efektif. Namun realtas kekinian menunjukan bahwa tidak
semua peserta didik mencapai kemajuan belajar yang optimal. Hal ini terjadi
karena masa pandemi yang panjang hampir 2 tahun.
Hal tersebut diatas menjadikan hilangnya pengetahuan dan kemampuan
peserta didik, baik secara spessifik atau umum yang dipengatuhi oleh berbagai
faktor. Atau kemunduran secara akademik yang berkaitan dengan kesenjangan
yang berkepanjangan atau proses proses pendidikan yang berlangsung tidak baik.
Dengan keberagaman situasi dan kondisi daerah serta wilayah dan daerah
terpencil yang luas maka sangat memungkinkan hal itu terjadi. Untuk mencegak
kondisi tersebut maka guru-guru di sekolah perlu menetapkan salah satu alat
sebagai alat ukurnya,

1. Pengertian Tes Diagnostik


Istilah diagnostik dapat diuraikan dari asal katanya yaitu diagnosis yang
berarti mengidentifikasi penyakit dari gejala-gejala yang ditimbulkannya.
A form of pre-assessment that allows a teacher to determine students'
individual strengths, weaknesses, knowledge, and skills prior to
instruction.It is primarily used to diagnose student difficulties and to guide
lesson and curriculum planning. (Brummitt,2020)
Tes diagnostik adalah tes sebelum pelaksanaan pembelajaran untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, pengetahuan dan keterampilan peserta didik
serta untuk mengetahui kesulitan siswa sehingga menjadi panduan guru dalam
memberikan bantuan dan bimbingan serta perencanaan pembelajaran yang efektif
dan tepat sasaran dalam meningkatkan kemampuan siswanya sesuai levelnya
(teaching at the right level).
2. Fungsi Tes Diagnostik
Tes Diagnostik memiliki dua fungsi utama yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa
b. Merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah
atau kesulitan yang telah teridentifikasi

3. Jenis Tes Diagnostik


Tes Diagnostik terbagi menjadi dua jenis :
a. Asesmen/Tes Diagnostik non-Kognitif
b. Asesmen/Tes Diagnostik kognitif

4. Tujuan Tes Diagnostik

Tes Diagnostik Non Kognitif Tes Diagnostik Kognitif


a. mengetahui kesehatan psikologi a. mengidentifikasi pencapaian
dan sosial emosi siswa kompetensi siswa
b. mengetahui aktivitas selama belajar b. menyesuaikan pembelajaran
dirumah dikelas dengan kompetensi rata-
c. mengetahui situasi dan kondisi rata siswa
keluarga siswa c. memberikan kelas remedial atau
d. mengetahui latar belakang pelajaran tambahan kepada siswa
(background) pergaulan siswa yang kompetensinya dibawah rata-
e. mengetahui gaya belajar, karakter rata
serta minat dan bakat siswa

5. Karakteristik Soal Tes Diagnostik


Karakteristik soal tes Diagnostik terdiri dari :
a. dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan
respons harus didesain memiliki fungsi diagnostik
b. dikembangkan berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber kesulitan yang
menjadi penyebab munculnya masalah peserta didik (penyakit)
c. menggunakan soal-soal bentuk Supply response (bentuk uraian atau jawaban
singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. jikapun
menggunakan multiple choice harus disertakan penjelasan mengapa memilih
jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan dan dapat
ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya.
d. disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan masalah
(penyakit) yang teridentifikasi.

6. Kapan dilaksanakan tes Diagnostik


a. Tes Diagnostik non kognitif dilakukan diawal pembelajaran
b. Tes diagnostik kognitif dilakukan secara berkala pada awal pembelajaran, ,
diakhir setelah guru selesai menjelaskan dan membahas topik atau waktu
lainnya bisa berupa tes formatif maupun tes sumatif. Tes formatif disusun
untuk mengukur ketuntasan belajar atau KKM, jika dari tes formatif
dikletahui ada siswa yang belum tuntas, maka guru melakukan tes untuk
mendiagnosis kemungkinan-kemungkinan sumber masalah hal ini sering
disebut tes diagnostik tipe A, sedangkan tes diagnostik tipe B adalah tes
diagnosis yang dilakukan tanpa didahului tes formatif. hal ini dilakukan
karena dugaan atas kemungkinan sumber masalah muncul berdasarkan
pengalaman guru. kalau digambarkan sebagai berikut :
Tes Diagnostik 1
Dilakukan untuk mengetahui apakah peserta didik telah mempunyai
pengetahuan prasyarat untuk masuk kemateri pelajaran
Tes Diagnostik 2
Dilakukan terhadap peserta didik yang sudah mulai masuk pada materi
pelajaran tertentu, tidak semua peserta didik dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik.
Guru sesuai keperluan memberikan tes diagnostik untuk mengetahui
bagian mana dari proses pembelajaran yang menimbulkan masalah. juga harus
dapat mengidentifikasi sebab sebab munculnya masalah sehingga dapat
memberikan bantuan yang pas sesuai kebutuhan.
Tes Diagnostik 3
Dilakukan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran , tetapi sebelum
diadakan tes sumatif (UAS atau UKK), sehingga masih memiliki waktu untuk
memberikan perlakuan dan remedial seandainya ditemukan permasalahan atau
kesulitan belajar

7. Bagaimana tes Diagnostik dilakukan


Siapa yang harus menjalani tes diagnostik, dimana bisa dilakukan tes
diagnostik, siapa yang melaksanakan tes diagnnostik dan berapa lama idealnya tes
dilakukan
a. Siapa yang perlu menjalani tes diagnostik ?
Melihat skema tes diagnostik 1-3, Tes diagnostik 1 diikuti oleh seluruh
siswa, tes diagnostik 2 dan 3 hanya diikuti oleh siswa yang menghadapi masalah,
hal ini didasarkan dari hasil tes formatif.
b. Dimana tes Diagnostik dilakukan ?
Hal ini tentunya erat sekali dengan karakteristik mata pelajaran dan materi
ajar. tes diagnostik bisa dilakukan di dalam kelas, laboratorium, diluar ruangan,
dirumah baik secara online atau dalam bentuk penugasan, misalnya :
• tes performa keterampilan menggunakan mickroskop tentu tepatnya di
Laboratorium
• tes membedakan tulang daun antara menyirip, sejajar, menjari tentunya tes
diagnostif sangat cocok dilakukan di kebun sekolah (diluar kelas) dan lain
sebagainya.
c. Siapa yang melaksanakan tes diagnostik
Guru mata pelajaran adalah yang paling utama , dalam melakukan tes
diagnostik karena guru mapel yang paling tahu persis permasalahannya, namun
tidak menutup kemungkinan dilaksanakan oleh wali kelas dan orang tua siswa
dirumah.
d. Berapa lama tes diagnostik dilakukan
Proses ini bervariasi waktunya, tergantung jenis dan tingkat permasalahan
yang dihadapi, bisa dengan tes menggunakan pertanyaan singkat namun bisa juga
dengan pengamatan yang memakan waktu relatif lama.

8. Langkah Pengembangan dan penyusunan tes Diagnostik


Tahapan tindak lanjut mencakup 4 langkah yaitu :
a. lakukan pengolahan hasil tes diagnostik
b. berdasarkan hasil penilaian bagi peserta didik menjadi 3 kelompok
c. lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai
topik pembelajaran yang baru,
d. ulangi proses yang sama, sampai peserta didik mencapai tingkat kompetensi
yang diharapkan

Tahap 1. Lakukan pengolahan hasil Tes


Setelah semua murid menyelesaikan asesmen, gunakan contoh tabel
di bawah ini untuk:
• Melakukan penilaian untuk masing-masing murid, denganmemberikan
nilai 1 apabila jawaban benar, dan nilai 0 apabilajawaban salah. Jadi,
seorang murid yang bisa menjawab denganbenar 10 soal akan
mendapatkan nilai 10.
• Menghitung rata-rata kelas, dengan menambahkan nilai total semuamurid,
dan membagi dengan jumlah murid yang mengikuti asesmenawal.
Tahap 2. Berdasarkan hasil penilaian, bagi siswa menjadi 3 kelompok
• Siswa dengan rata-rata kelas akan diajar oleh guru kelas
• Siswa 1 semester di bawah rata-rata mendapatkan pelajarantambahan dari
guru kelas
• Siswa 2 semester di bawah rata-rata akan dititipkan ke guru kelas dibawah,
atau dibuatkan kelompok belajar yang didampingi orang tua,anggota
keluarga, dan pendamping lainnya yang relevan
Tahap 3. Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan
sebelum memulai topik pembelajaran baru

Dengan melakukan Asesmen Diagnosis Berkala, guru dapat menyesuaikan


pembelajaran di kelas dengan rata-rata kemampuan siswa. Dengan demikian,
landasan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa menjadi lebih kuat, sebelum
mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang lebih sulit. Karenanya, sebelum
memulai topik pembelajaran baru, sebaiknya Bapak/ Ibu guru kembali melakukan
penilaian untuk topik yang sudah diajarkan.

Tahap 4. Ulangi proses yang sama, sampai siswa mencapai tingkat


kompetensi yang diharapkan

Anda mungkin juga menyukai